"Anak muda, harus kuakui, kamu memang hebat. Sepertinya aku sudah meremehkanmu. Tapi, dengan kemampuanmu ini, kamu masih nggak layak untuk sombong di depanku," kata Lamine sambil perlahan-lahan berdiri dan menatap langsung pada Luther. Saat mengatakan itu, sebuah tekanan tak terlihat menyebar keluar dari tubuhnya.Buzz!Para ahli di ruang tamu itu merasa tubuh mereka menjadi berat, seolah-olah ada batu besar yang menekan bahu mereka. Mereka bahkan kesulitan bernapas."Tekanan dari seorang grandmaster yang begitu mengerikan. Apa ini kekuatan Pak Lamine?"Semua orang merasa terkejut dan ketakutan. Hanya dengan aura saja, Lamine sudah berhasil membuat mereka tidak berani bergerak. Inilah kekuatan seorang ahli tingkat grandmaster yang luar biasa.Namun, berbeda dengan ekspresi para ahli yang serius, ekspresi malah tetap tenang dan sama sekali tidak terpengaruh. Dia hanya berdiri di sana dengan tenang dan saling bertatapan dengan Lamine."Anak muda, aku lihat kamu sangat berbakat, jadi aku
Boom!Begitu Lamine melayangkan serangan telapak tangannya, angin dan awan di sekitar langsung berubah drastis. Terlihat bayangan telapak tangan putih yang memelesat dengan sangat cepat dan langsung menekan Luther. Di sepanjang jalur bayangan itu melintas, udaranya berubah dan angin bertiup dengan kencang.Ekspresi semua orang yang berada di ruang tamu itu berubah drastis dan segera menghindar karena khawatir akan terkena dampaknya. Hanya satu serangan saja dari ahli tingkat grandmaster seperti ini, sudah cukup membuat mereka hancur berkeping-keping.Luther tetap tidak bergerak dan ekspresinya juga tenang saat menghadapi serangan dari Lamine. Namun, saat dia hendak membalas serangan, tiba-tiba terdengar teriakan yang keras."Berhenti!" Seiring dengan teriakan itu, terlihat bayangan telapak tangan lainnya yang terbentuk dari energi astral memelesat dari luar pintu. Bayangan itu melintas di samping Luther dan akhirnya menghantam bayangan telapak tangan milik Lamine.Bang!Terdengar suara
Melihat Lamine yang memukul meja dan bangkit, para ahli lainnya juga bangkit dan mulai mengungkapkan kekesalan mereka."Tuan Tico, ada aturan tersendiri di dunia persilatan. Nggak apa-apa membiarkan kami menunggu, tapi bukankah ini terlalu keterlaluan membuat Pak Lamine duduk begitu lama?""Benar! Siapa pun tamu itu, nggak pantas membuat kita semua menunggu kita sampai siang.""Tuan Tico, orang itu terlalu nggak tahu diri. Menurutku, kita langsung menendangnya keluar saja!"Semua orang mulai berbicara dengan sangat marah, Mereka sudah merasa kesal sejak tadi, tetapi tetap diam karena menghormati Kuil Dewa. Saat Lamine mulai berbicara, mereka baru melampiaskan kemarahan dan kekesalan mereka.Lamine terus melampiaskan kekesalannya. "Tuan Tico, aku bukannya nggak menghormatimu, tapi orang ini benar-benar keterlaluan. Sekarang sudah lewat dari waktu yang disepakati, tapi orang masih nggak datang juga. Jelas dia nggak menghormati Kuil Dewa, sebaiknya kita abaikan orang seperti ini saja.""P
Suasana di seluruh ruang tamu itu tiba-tiba menjadi sangat hening.Semua orang tercengang dan ekspresi mereka terlihat terkejut. Mereka melihat ke arah pria berpakaian putih yang terluka parah dan memuntahkan darah, lalu menatap pria pemabuk yang terhuyung-huyung seolah-olah tidak bisa berdiri tegak dengan terkejut.Dalam hati, semua orang merasa bingung karena mereka jelas-jelas melihat yang menyerang tadi adalah Tinju Baja Petir dan mengenai tepat pada wajah pria pemabuk itu. Mengapa pria mabuk itu sama sekali tidak terluka dan malahan pria berpakaian putih yang terluka parah?"Apa yang terjadi? Kenapa Tinju Baja Petir tiba-tiba terpental?""Itu ... adalah pelindung energi astral. Tinju Baja Petir tadi mengenai pelindung energi astral!""Apa? Pelindung energi astral? Apa pengemis itu sebenarnya seorang ahli tingkat master?"Setelah hening sejenak, suasana di ruangan itu menjadi gempar. Tidak ada yang menyangka pria pemabuk yang kotor dan berbau busuk ini ternyata adalah seorang ahli
"Siapa kamu sebenarnya? Sebutkan namamu!" kata Lamine sambil mengernyitkan alis dan ekspresinya menjadi sangat serius.Menghadapi serangan Lamine, pengemis di depannya ini tetap tidak bergerak dan tenang. Pengemis itu malah membalas dengan pukulan yang bukan hanya menangkis serangannya, bahkan memaksanya mundur beberapa langkah. Kelihatan jelas, kultivasi lawannya lebih tinggi darinya. Dia sulit untuk menerima kenyataan bahwa seorang pengemis tak terkenal ternyata memiliki kekuatan sehebat ini."Anggur yang enak .... Anggur yang luar biasa!" kata pria pemabuk yang tetap tidak memedulikan pertanyaan Lamine dan sibuk menikmati anggurnya.Melihat Lamine yang akan meledak lagi, Tico akhirnya berbicara."Semuanya, jangan emosi dulu."Tico maju beberapa langkah dan berdiri di tengah Lamine dan pria pemabuk itu, lalu tersenyum dan berkata, "Tak kenal maka tak tak sayang. Setelah pertarungan tadi, aku yakin kalian sudah saling memahami. Ayo, biarkan aku memperkenalkan pada kalian."Setelah men
Melihat semua orang yang ketakutan, Tico tetap tenang seolah-olah sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. Dia adalah anggota dari Kuil Dewa, tetapi dia mengerti betapa pentingnya Gunung Narima karena dia dibesarkan di Negara Drago. Bukan hanya para ahli biasa ini, bahkan ahli terbaik di dunia pun tidak berani menantang Gunung Narima."Para pendekar sekalian, aku sangat mengerti kekhawatiran kalian," kata Tico sambil mengangkat tangan untuk menenangkan situasinya.Setelah semua orang berhenti berbicara, Tico melanjutkan, "Kuil Dewa nggak akan membiarkan kalian semua mati sia-sia. Meskipun kalian akan menyusup ke tempat terlarang di Gunung Narima, kami juga akan mempersiapkan segalanya untuk mengurangi risikonya.""Tuan Tico, apa rencana Kuil Dewa yang sebenarnya? Sebaiknya kamu katakan dengan jujur agar kami punya gambaran yang lebih jelas," kata Lamine lagi."Benar, Tuan Tico. Kami ingin mendengar detailnya agar kami bisa membuat keputusan," tambah semua orang. Mereka tidak ingin mempe
"Pak Lamine, bagaimana menurutmu?" Setelah suasananya sudah cukup panas, Tico kembali menatap Lamine."Kalau kami masih terus menolak padahal Kuil Dewa sudah begitu tulus, sepertinya agak nggak tahu diri," kata Lamine sambil tersenyum.Begitu banyak harta karun sudah diletakkan di depan matanya, Lamine tidak mungkin menolaknya. Setelah menyelesaikan tugas ini, hartanya cukup untuk menikmati masa tuanya. Memang agak berisiko, tetapi sepadan. Lagi pula, Duo Pembunuh Jagat selalu menang dalam setiap pertempuran, sehingga mereka juga berani mengambil risiko."Pak Lamine memang cepat dalam mengambil keputusan."Tico tersenyum dan kembali menatap Danice lagi. "Pak Danice, bagaimana denganmu?""Asalkan ada anggur enak, aku nggak masalah memberikan nyawaku ini pada kalian," jawab Danice yang mabuk."Bagus! Kalau begitu, kita sepakat!" kata Tico dengan semangat dan ekspresi yang gembira."Tunggu dulu. Aku ada pertanyaan." Pada saat ini, Luther yang selalu melihat dari samping kembali berbicara.
"Maaf, aku nggak bisa menjawab pertanyaanmu ini karena aku juga nggak tahu," kata Tico sambil menggelengkan kepala.Tico sudah melanggar aturan karena memberi tahu orang-orang ini bahwa raja dewa akan hadir. Dia tidak mungkin mengungkapkan identitas dan tempat tinggal raja dewa lagi. Meskipun sangat kuat, raja dewa tetap harus berhati-hati karena di sini adalah Negara Drago. Jika keberadaan raja dewa terungkap dan para ahli besar mengepungnya, itu akan menjadi bencana."Nggak masalah. Aku juga hanya penasaran, jadi sekedar bertanya saja," kata Luther sambil tersenyum tanpa mempermasalahkan jawabannya."Kalau Luther nggak ada pertanyaan lagi, bagaimana kalau kita makan dulu? Aku sudah memerintahkan orang-orang untuk menyiapkan makan siang yang mewah, kita bisa makan sambil berbincang," kata Tico dengan ekspresi tenang sambil mengulurkan tangan untuk mempersilakan semuanya."Nggak masalah," kata Luther sambil menganggukkan kepala."Semuanya, silakan!" seru Tico, lalu memimpin rombongan i