"Dasar nggak tahu diri." Charlotte menatap sinis Hilal dan lainnya yang menerjang ke arahnya. Kemudian, dia tiba-tiba mengeluarkan bola besi seukuran kepalan tangan dan melemparkannya dengan kuat.Ini adalah Bunga Pembunuh, salah satu dari delapan senjata rahasia terhebat Sekte Talasi. Di dalam bola besi itu, tersembunyi 888 jarum beracun. Setiap jarumnya dapat menghancurkan energi sejati yang melindungi tubuh.Jika terkena jarum ini, semua pesilat di bawah tingkat master akan kehilangan kemampuan untuk menggerakkan tubuh mereka. Charlotte mendapatkannya dari ahli bela diri Sekte Talasi yang kalah judi. Kebetulan, senjata ini bermanfaat untuknya sekarang.Buzz! Setelah Bunga Pembunuh dilemparkan, terdengar dengungan ringan dan mekanisme di dalam beroperasi dengan cepat. Delapan ratus delapan puluh delapan jarum siap untuk diluncurkan."Huh! Kamu ingin menggunakan senjata rahasia melukai kami? Jangan mimpi!" Tanpa memikirkan kemungkinan apa pun, Hilal langsung menebaskan goloknya ke bol
Saat ini, di luar restoran, hanya tersisa Charlotte yang masih berdiri di tempatnya. Kekuatan Bunga Pembunuh melampaui bayangan Charlotte. Jika ada kesempatan, dia akan bertukaran senjata rahasia dengan Sekte Talasi."Dasar siluman! Kamu benar-benar tercela!" Hilal yang tergeletak di lantai melontarkan kalimat dengan susah payah. Vitalitas Hilal sangat luar biasa. Meskipun tertancap ratusan jarum beracun, dia belum mati."Ternyata kamu belum mati?" Charlotte mengangkat alis dan tampak terkejut. Tadi jarak Hilal dengan Bunga Pembunuh tidak sampai satu meter. Begitu Bunga Pembunuh diaktifkan, bisa dibilang Hilal menderita serangan paling fatal.Orang lain mungkin sudah mati, tetapi Hilal masih bertahan sampai sekarang. Meskipun sekarat dan tidak bisa bergerak, setidaknya dia masih punya semangat hidup yang kuat."Penyihir sialan! Kalau kamu nggak menggunakan senjata rahasia, mana mungkin aku terluka begini." Ekspresi Hilal dipenuhi amarah."Sudah mau mati, tapi masih keras kepala. Entah
"Aku ...." Kata-kata Charlotte langsung membuat Yuki tidak mengatakan apa-apa dan wajahnya memerah. Dia tiba-tiba menyadari pikirannya terlalu sederhana karena urusan balas dendam di dunia persilatan terkadang tidak masuk akal. Jika bukan kamu yang membunuh lawan, lawan yang akan membunuhmu.Hilal sudah berniat untuk membunuh Charlotte, maka dia berhak untuk membunuh Hilal sebagai upaya membela diri. Tindakannya ini tidak salah. Selain itu, seperti yang dikatakannya, orang-orang yang dibayar untuk melaksanakan tugas itu juga bukan orang yang benar. Yuki berpikir tidak ada gunanya membela orang seperti ini.Charlotte tersenyum dan berkata dengan ambigu, "Yuki, sepertinya kamu baru saja masuk ke dunia persilatan ini. Berniat baik memang hal yang bagus, tapi kamu harus lihat orangnya juga. Berbuat baik secara sembarangan hanya akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Sudahlah, yang berlalu biarkan berlalu. Nggak perlu merusak hubungan baik kita demi orang asing. Ayo kita minum lagi.
"Eh?"Kejadian yang mendadak ini membuat Luther bingung. Setelah melihat ke sekeliling dan menyadari pria kekar yang berjanggut lebat itu terus menatapnya, dia menunjuk pada dirinya sendiri dan bertanya, "Yang kamu maksud itu aku?"Pria kekar berjanggut itu memelotot dan berteriak, "Omong kosong! Siapa lagi kalau bukan kamu? Kamu nggak tahu aturan ya? Masuk tanpa memberi salam dan langsung duduk seenaknya, kamu menganggap remeh kami ya?""Aturan?"Luther mengernyitkan alis dan berkata dengan dingin, "Apa aku mengenalmu? Lagi pula, kalau aku meremehkanmu, apa yang bisa kamu lakukan?""Hei! Anak sialan, mau dari masalah ya?" kata pria kekar berjanggut itu langsung marah dan hendak bertindak.Namun, seorang pria berpakaian putih langsung menghentikan pria kekar berjanggut dengan ekspresi sinis. "Tenang dulu. Kalau dia tidak tahu aturan, kita ajarkan saja dia aturannya. Kenapa harus sampai turun tangan? Kalau nanti dilihat tuan rumah, pasti akan memalukan."Pria berpakaian putih ini meneka
"Pak Lamine, dia hanya perlu menyuguhkan secangkir teh dan minta maaf saja? Apa ini nggak terlalu mudah untuk bocah ini?""Benar, Pak Lamine. Lihatlah, Kak Hansa sudah muntah darah. Kalau membiarkannya begitu saja, bagaimana kita bisa tetap dihormati lagi kelak?""Pak Lamine, anak ini boleh bebas dari hukuman mati, tapi harus dihukum dengan berat. Menurutku, kita harus mematahkan kedua kakinya dulu."Semua orang berbicara dengan marah dan menatap Luther dengan penuh kebencian."Kenapa? Apa kata-kataku nggak berguna lagi?" kata pria tua itu sambil melirik semuanya dengan ekspresi tenang dan dingin. Namun, hanya dengan tatapan sederhana itu, semua orang langsung diam dan tidak berani berbicara lagi karena ketakutan.Perlu diketahui, pria tua itu adalah salah satu dari Duo Pembunuh Jagat, Lamine yang sudah mencapai tingkat grandmaster. Dia terkenal di dunia persilatan dengan sosok yang kejam dan tidak segan-segan membasmi seluruh keluarga lawannya. Siapa pun yang mendengar nama Duo Pembun
"Anak muda, harus kuakui, kamu memang hebat. Sepertinya aku sudah meremehkanmu. Tapi, dengan kemampuanmu ini, kamu masih nggak layak untuk sombong di depanku," kata Lamine sambil perlahan-lahan berdiri dan menatap langsung pada Luther. Saat mengatakan itu, sebuah tekanan tak terlihat menyebar keluar dari tubuhnya.Buzz!Para ahli di ruang tamu itu merasa tubuh mereka menjadi berat, seolah-olah ada batu besar yang menekan bahu mereka. Mereka bahkan kesulitan bernapas."Tekanan dari seorang grandmaster yang begitu mengerikan. Apa ini kekuatan Pak Lamine?"Semua orang merasa terkejut dan ketakutan. Hanya dengan aura saja, Lamine sudah berhasil membuat mereka tidak berani bergerak. Inilah kekuatan seorang ahli tingkat grandmaster yang luar biasa.Namun, berbeda dengan ekspresi para ahli yang serius, ekspresi malah tetap tenang dan sama sekali tidak terpengaruh. Dia hanya berdiri di sana dengan tenang dan saling bertatapan dengan Lamine."Anak muda, aku lihat kamu sangat berbakat, jadi aku
Boom!Begitu Lamine melayangkan serangan telapak tangannya, angin dan awan di sekitar langsung berubah drastis. Terlihat bayangan telapak tangan putih yang memelesat dengan sangat cepat dan langsung menekan Luther. Di sepanjang jalur bayangan itu melintas, udaranya berubah dan angin bertiup dengan kencang.Ekspresi semua orang yang berada di ruang tamu itu berubah drastis dan segera menghindar karena khawatir akan terkena dampaknya. Hanya satu serangan saja dari ahli tingkat grandmaster seperti ini, sudah cukup membuat mereka hancur berkeping-keping.Luther tetap tidak bergerak dan ekspresinya juga tenang saat menghadapi serangan dari Lamine. Namun, saat dia hendak membalas serangan, tiba-tiba terdengar teriakan yang keras."Berhenti!" Seiring dengan teriakan itu, terlihat bayangan telapak tangan lainnya yang terbentuk dari energi astral memelesat dari luar pintu. Bayangan itu melintas di samping Luther dan akhirnya menghantam bayangan telapak tangan milik Lamine.Bang!Terdengar suara
Melihat Lamine yang memukul meja dan bangkit, para ahli lainnya juga bangkit dan mulai mengungkapkan kekesalan mereka."Tuan Tico, ada aturan tersendiri di dunia persilatan. Nggak apa-apa membiarkan kami menunggu, tapi bukankah ini terlalu keterlaluan membuat Pak Lamine duduk begitu lama?""Benar! Siapa pun tamu itu, nggak pantas membuat kita semua menunggu kita sampai siang.""Tuan Tico, orang itu terlalu nggak tahu diri. Menurutku, kita langsung menendangnya keluar saja!"Semua orang mulai berbicara dengan sangat marah, Mereka sudah merasa kesal sejak tadi, tetapi tetap diam karena menghormati Kuil Dewa. Saat Lamine mulai berbicara, mereka baru melampiaskan kemarahan dan kekesalan mereka.Lamine terus melampiaskan kekesalannya. "Tuan Tico, aku bukannya nggak menghormatimu, tapi orang ini benar-benar keterlaluan. Sekarang sudah lewat dari waktu yang disepakati, tapi orang masih nggak datang juga. Jelas dia nggak menghormati Kuil Dewa, sebaiknya kita abaikan orang seperti ini saja.""P