"Bagaimana mungkin?" Duncan menatapnya dengan wajah takjub. Mereka sudah merasakan kekuatan dari keempat penjahat itu tadi. Para penjahat itu bisa saja menghancurkan mereka dengan mudahnya.Namun, orang sehebat itu malah dikalahkan begitu saja oleh seorang dokter yang mereka remehkan ini? Sungguh sulit dipercaya!"Orang itu punya kemampuan sehebat itu?" Valen membelalakkan matanya dengan cemas. Awalnya, dia mengira Luther hanya bisa menggunakan senjata rahasia dan tipe orang yang suka curang. Tak disangka, ternyata kemampuan bela dirinya ternyata sehebat itu, bahkan telah jauh melampaui kemampuan Valen.Dengan usia semuda ini, Luther telah memiliki kemampuan yang begitu mencengangkan. Hal ini membuat Valen yang selama ini disebut sebagai gadis berbakat, merasa seperti mendapatkan pukulan yang besar."Kak Luther benar-benar luar biasa!" Tatapan Lufita berbinar-binar sambil bersorak sorai. Para gadis lainnya juga saling memandang, penilaian mereka terhadap Luther telah berubah.Tanpa mem
Melihat Calvin yang dipukul hingga babak belur, semua orang seketika tertegun. Di luar dugaan, nyali Luther ternyata begitu besar sehingga berani menampar Calvin. Keluarga Anggara adalah salah satu dari 5 keluarga bangsawan di ibu kota provinsi. Kekuasaan mereka sangat besar!Sebagai pewaris sah dan generasi muda yang dibina dengan sepenuh hati oleh Keluarga Anggara, biasanya Calvin selalu dipuja-puja di mana pun dia berada. Belum pernah ada seorang pun yang berani mempermalukannya di depan umum, apalagi menamparnya. Apakah Luther sudah tidak waras?"Kamu ... beraninya kamu menamparku?" Sudut mata Calvin berkedut dan ekspresinya menjadi sangat muram."Aku bukan hanya mau memukulmu, tapi juga mau mematahkan tanganmu!" Luther mendengus, lalu menginjak tangan Calvin hingga patah tulang."Argh!" teriak Calvin dengan histeris. Wajahnya saat ini tampak begitu ganas dan penuh keringat. Namun, dia malah tidak bisa bergerak sama sekali."Hentikan!" Pada saat ini, Valen berteriak dengan marah, "
"Benar-benar ... ada ularnya!"Melihat ada ular merah yang dimuntahkan dari tubuh Calvin, semua orang menjadi tercengang. Ekspresi mereka terlihat tidak percaya dengan hal itu. Mereka tidak menyangka seorang Tuan Muda Keluarga Anggara yang memiliki masa depan cerah dan begitu berkuasa malah menggunakan cara kotor seperti ini untuk mendapatkan cinta."Calvin! Aku benar-benar nggak menyangka kamu orang seperti ini!"Valen merasa terkejut dan marah. Dia selalu memercayai Calvin, tetapi pada akhirnya malah tertipu, bahkan hampir saja menjadi komplotan pelaku kejahatan!"Aku ...."Wajah Calvin menjadi pucat dan tidak bisa berkata apa-apa. Kenyataannya sudah ada di depan mata, tidak ada artinya lagi dia terus berdalih."Huh! Untung saja Luther jeli sehingga dia bisa melihat niat jahatmu. Kalau tidak, Lufita sudah menjadi korban kejahatanmu!" kata Belinda dengan pandangan merendahkan.Belinda sangat benci dengan pria licik dan tidak bermoral seperti Calvin. Sudah tidak mampu mengejar wanita,
Lufita memang berkata demikian. Namun di dalam hatinya, dia tahu bahwa ayahnya pasti akan mengabaikan masalah ini. Sebagai orang yang terlahir di keluarga kaya, yang harus dipikirkan bukan hanya kesenangan sesaat, tetapi harus lebih memikirkan keuntungan keluarga."Baiklah, Paman Richard begitu menyayangimu, dia pasti tidak akan membiarkanmu menderita," kata Belinda sambil mengangguk dan tidak membahasnya lagi."Belinda, ayo kita pulang dan beristirahat."Setelah menguap dan menyimpan kembali jarum emasnya, Luther bersiap untuk pergi."Mau melarikan diri?"Pada saat itu, Calvin tiba-tiba melompat bangkit dengan ekspresi sangat marah dan tatapan yang kejam. Saat Luther tidak waspada, Calvin langsung mendekat dan menusukkan pisaunya!"Mati saja kamu!" teriak Calvin sambil menusukkan pisaunya dengan keras ke punggung Luther."Hati-hati!"Ekspresi Belinda dan Lufita berubah. Yang lainnya juga terkejut dengan teriakan Calvin yang mendadak. Tidak ada yang menyangka, Calvin malah menyerang Lu
"Di kehidupan berikutnya, belajarlah menjadi lebih pintar."Melihat Calvin yang sudah meninggal, Luther mengayunkan dan melemparkan mayatnya keluar dengan sebelah tangan seperti sedang membuang sampah.Bang!Bersamaan dengan bunyi dentuman, tubuh berat Calvin akhirnya jatuh di dekat Valen dan yang lainnya. Ekspresinya terlihat penuh ketakutan dan ketidakpercayaan. Sampai akhir hayatnya pun, dia tidak mengerti mengapa Luther berani memperlakukannya seperti itu."Eh ...."Melihat mayat di dekat kaki mereka, semua orang sontak membeku. Mereka mematung dan tidak bereaksi dalam waktu yang lama. Seorang putra bangsawan dari ibu kota malah dibunuh seperti ini. Kenapa bisa begitu? Setelah hening sejenak, suasana di seluruh ruangan langsung menjadi heboh."Luther! Kamu sudah gila? Kamu ... benar-benar membunuh Calvin!"Valen menunjuk Luther dengan ekspresi terkejut. Tindakan Luther yang membunuh Calvin ini benar-benar telah melanggar hukum dan gila!"Bocah! Mampuslah kamu! Kamu sudah membunuh K
Setelah mengantarkan Belinda ke rumah sakit, Luther kembali ke Klinik Damai. Namun, begitu membuka pintunya, keadaan di dalam membuat Luther mengernyitkan alis. Situasi di dalam klinik terlihat seperti ada orang yang menghancurkannya dan sangat kacau. Kotak obat berserakan di lantai dan Ariana berlarian di dalam ruangan dengan ekspresi panik dan berkeringat."Obat ... di mana obatnya?"Ariana mencari-cari sambil memegang resep obat di tangannya. Pada akhirnya, dia melihat kotak obat di atas lemari. Dia terpaksa menginjak bangku untuk mengambilnya karena kotaknya diletakkan di tempat yang terlalu tinggi."Apa yang sedang kamu lakukan?"Luther tiba-tiba berbicara. Ariana yang tidak waspada, terkejut hingga terjatuh dari bangku. Melihat kepala Ariana hampir menyentuh lantai, Luther langsung memeluknya. Tangan Luther merasakan kelembutan Ariana dan aroma wangi di hidungnya. Luther tidak ragu-ragu, setelah memapah Ariana berdiri, dia segera melepaskan pegangannya."Kamu sudah pulang?"Pemab
Vila Gegana."Ayah! Tolong bantu Kak Luther! Kalau tidak, dia akan mati!" bujuk Lufita sambil berlutut di lantai."Huh! Kamu masih berani memohon untuknya? Kali ini, pemuda itu melakukan kesalahan besar karena membunuh Calvin! Jovan sudah menggerakkan semua pasukan elite di Jiloam. Hari ini, tidak ada yang bisa menyelamatkannya!" kata Richard dengan ekspresi dingin."Ayah! Kak Luther sudah beberapa kali menyelamatkanku, tolong bantu dia kali ini!" kata Lufita sambil menangis.Sejak kembali ke vila, Lufita terus berlutut memohon kepada ayahnya. Dia berusaha memohon bantuan, karena hanya ayahnya yang bisa mengendalikan Jovan yang sedang hilang kendali."Justru karena dia pernah menyelamatkanmu, aku baru menahan diri untuk tidak ikut membunuhnya!" kata Richard dengan ekspresi dingin."Ayah! Kalau Ayah menyelamatkan Kak Luther, aku akan menuruti semua perintah Ayah!" Lufita mulai bersujud dengan keras. Darah segar mengalir dari kening Lufita.Richard memukul meja dan berdiri. "Dasar anak b
"Berani sekali bocah ini datang! Dia benar-benar sudah bosan hidup, ya!""Keberaniannya patut dipuji. Sayangnya, dia terlalu bodoh!"Sekelompok orang berbicara dengan heboh sambil memasang ekspresi yang berbeda-beda."Kamu Luther?" tanya Jovan dengan lantang sembari maju selangkah."Ya." Ekspresi Luther sama sekali tidak berubah."Kamu yang membunuh putraku?" tanya Jovan lagi dengan sorot mata tajam dan galak."Ya." Luther kembali menganggukkan kepalanya."Berlutut saat berbicara!" bentak Jovan."Kamu menyuruhku berlutut? Nggak pantas! Hei, aku akan memberimu kesempatan. Serahkan orang yang menerobos masuk ke Klinik Damai sekarang juga. Kemudian, kamu harus berlutut pada pemabuk tua itu. Dengan begitu, aku baru bisa mengampunimu," ujar Luther dengan tidak acuh.Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang yang berada di sana sontak gempar."Wah! Bocah ini sudah gila, ya? Sudah mau mati, tapi masih berani sesombong ini?""Dia sudah membunuh Calvin, tapi masih menyuruh Tuan Jovan minta maa
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi
"Foniks Terbang!" Di bawah tekanan dahsyat, Mario mengeluarkan seluruh potensinya. Energi astral disalurkan ke dalam pedangnya. Cahaya perak memancar dengan kuat.Saat berikutnya, Mario meloncat dan bersatu dengan pedangnya. Dia menjelma menjadi foniks raksasa yang meraung sambil memelesat ke arah pedang emas.Keseluruhan foniks itu berwarna perak. Foniks itu mengepakkan sayapnya, membuat angin kencang berembus. Tekanan besar ini membuat foniks itu seolah-olah ingin membumbung tinggi ke angkasa.Setelah berjeda, foniks perak tiba-tiba berbalik ke arah pedang emas. Bam! Lagi-lagi terdengar suara yang memekakkan telinga. Energi dahsyat membuat tanah bergetar.Perisai petir biru juga terus berguncang, seperti akan hancur. Di pusat ledakan, pedang emas dan foniks tampak berhadapan.Namun, pedang emas itu seperti gunung besar yang terus menerus menekan foniks raksasa. Pada akhirnya, foniks itu tidak tahan lagi dan terjatuh.Seketika, asap mengepul dan batu beterbangan. Guncangan menjadi mak
Keseluruhan bayangan foniks itu berwarna merah, membuatnya terlihat seperti matahari yang menyilaukan. Sayap foniks pun memancarkan cahaya aneh.Ketika menghadapi pedang emas itu, bayangan foniks meraung dan mengepakkan sayapnya. Saat berikutnya, dia terbang dan membentur pedang emas.Di bawah tatapan semua orang, cahaya merah dan cahaya emas berbenturan. Duar! Terdengar gemuruh. Seluruh arena berguncang.Gelombang energi yang disebabkan oleh ledakan menyapu ke sekeliling. Untung saja, masih ada perisai petir biru dari Nabel yang melindungi para penonton.Cahaya biru memancar dengan kuat. Perisai pun bergetar, seolah-olah akan hancur kapan saja. Saat melihat ini, Nabel tidak berani ragu-ragu. Dia datang ke pusat formasi untuk menyalurkan energi sejatinya supaya perisai tidak hancur."Tekanan ini mengerikan sekali. Seperti ini kekuatan ahli bela diri top? Luar biasa!""Aku tahu Hasta kuat, tapi aku nggak nyangka Mario yang tak terkenal ini juga begitu hebat. Dia memperlihatkan tekanan y
Di arena, Mario berdiri dengan gagah sambil menggenggam pedangnya. Wajahnya dipenuhi senyuman saat menatap Hasta. "Hasta, aku nggak nyangka kita bakal ketemu sekarang. Sepertinya pertarungan ini tak terelakkan."Hasta memang genius yang diakui semua orang, tetapi Mario juga tidak kalah hebatnya. Hanya saja, dia selalu bersikap rendah hati dan tidak mengejar ketenaran. Selama ini, dia hanya fokus pada kultivasinya.Kali ini, Mario berpartisipasi dalam kompetisi pun bukan untuk menjadi terkenal, melainkan untuk menguji kemampuannya. Terus bersembunyi tidak akan membuatnya tumbuh. Dengan melawan lawan yang lebih kuat, dia baru bisa berkembang."Kamu bukan lawanku. Sebaiknya mengaku kalah," ucap Hasta dengan dingin. Dia tidak ingin membunuh saudara seperguruannya."Kita belum bertarung. Gimana bisa kamu tahu aku selemah itu?" Mario masih tersenyum. "Aku bergabung dengan Sekte Pedang lebih awal darimu. Kamu memang genius, tapi aku nggak bodoh. Seharusnya nggak semudah itu untuk menang darik
Ozias memang kalah, tetapi reputasinya tidak menurun. Para penggemar wanita itu masih terus meneriakkan namanya. Ini adalah situasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Ternyata, tampan memang menguntungkan."Tuan Ozias, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Yuki dengan penuh perhatian setelah Ozias kembali ke tempat duduknya."Cuma luka kecil, bukan masalah." Ozias menggeleng sambil tersenyum. Meskipun tersenyum, tatapannya justru terlihat agak sedih.Ozias mengikuti kompetisi ini bukan hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dari orang lain. Masuk delapan besar sudah termasuk hebat, tetapi Ozias masih ingin lebih. Sayangnya, kemampuannya kalah dari orang lain. Hanya saja, dia merasa puas karena lawannya adalah Adam."Kamu sudah sangat hebat. Banyak murid sekte besar kalah darimu. Nggak usah dipikirkan," hibur Elsa."Ya, kamu jauh lebih hebat dariku. Aku saja nggak bisa masuk 16 besar. Lihat dirimu sekarang, kamu menjadi sangat terkenal. Banyak or
Saat berikutnya, cahaya biru berkedip. Perisai petir biru langsung menutupi arena seperti mangkuk terbalik. Gelombang energi yang dihasilkan oleh ledakan itu terus menghantam perisai dengan ganas.Perisai petir biru bergetar tanpa henti. Setelah beberapa saat, situasi baru kembali tenang. Para penonton pun menghela napas lega.Untungnya, reaksi Nabel sangat cepat. Kalau sampai gelombang energi itu mengenai mereka, mereka tidak mungkin bisa menahannya. Bagaimanapun, Adam adalah seorang grandmaster. Satu serangan acaknya saja bisa membunuh mereka.Saat ini, di arena. Setelah semuanya normal kembali, tampak situasi telah berubah. Adam masih berdiri di tempatnya dengan gagah. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang kuat. Bayangan dewa di belakangnya juga tampak penuh wibawa.Sebaliknya, Ozias terpental belasan meter setelah serangannya berbenturan dengan serangan Adam. Wajah tampannya menjadi pucat pasi. Sudut bibirnya berdarah. Kedua lengannya bergetar tanpa kendali."Ternyata kesenjangan
Setelah membulatkan tekadnya, Adam tidak ragu-ragu lagi. Dia mulai mengumpulkan energinya. Energi astral yang kuat menyembur dari berbagai titik akupunktur di tubuhnya.Dalam sekejap, rambut Adam berdiri tegak. Pakaiannya berkibaran. Sekujur tubuhnya memancarkan cahaya. Bayangan Dewa di belakangnya menjadi makin padat. Wajahnya terlihat jelas. Sosok itu penuh wibawa. Ketika melihat ini, ekspresi Ozias menjadi sangat serius. Dia tahu Adam akan mengerahkan jurus yang sangat mematikan.Tanpa ragu sedikit pun, Ozias membentuk segel tangan. Tubuhnya sontak bergetar dan membentuk tiga bayangan. Tidak berhenti sampai sana, ketiga bayangan itu terbagi menjadi sembilan bayangan lagi. Saatnya berikutnya, totalnya menjadi 27 bayangan.Hanya dalam waktu singkat, Ozias berhasil membentuk 27 klona. Begitu klona-klona itu terbentuk, napas Ozias menjadi agak berat. Dia sudah mencapai batasannya."Huh! Cuma trik kecil!" Ketika melihat klona-klona di sekeliling, Adam mendengus. "Hari ini, akan kuperliha
Bum!Di bawah hantaman bayangan dewa bertangan enam, sosok terakhir Ozias hancur berkeping-keping dalam sekejap. Penonton bergemuruh, terutama para wanita pendukung Ozias yang langsung berteriak ketakutan dan beberapa yang begitu terguncang sampai pingsan. Begitu tampan dan kuat, kini hancur seakan jadi debu, sungguh disayangkan!Namun di atas panggung, Adam sama sekali tidak merasa puas. Karena saat bayangan dewa menghantam Ozias, sosok itu bukanlah tubuh asli, melainkan sekumpulan energi yang langsung menghilang. Dengan kata lain, sosok terakhir itu hanyalah bayangan!Jika kesembilan sosok tadi semuanya hanya bayangan, lantas di mana tubuh asli Ozias?Saat Adam mengernyitkan dahi dalam kebingungan, sia tiba-tiba merasakan getaran di kulit kepalanya ... pertanda ada bahaya yang menghampirinya. Tanpa berpikir panjang, dia mendongak dan melihat Ozias sedang meluncur turun dalam posisi terbalik di atasnya.Dengan memegang kipas lipat di tangannya, Ozias menyerbunya bagaikan bintang jatuh
Di saat itu, bukan hanya penonton di bawah panggung yang terkejut, bahkan Adam yang berada di atas panggung juga terpana oleh Teknik Bayangan yang tiba-tiba ditunjukkan oleh Ozias. Sejak kapan Aula Yama menguasai teknik sehebat ini?Yang lebih mengejutkan lagi, Teknik Bayangan yang dilakukan Ozias ini sama sekali tidak kalah dari Ravin. Bahkan dengan penglihatannya yang tajam, Adam pun tidak bisa langsung membedakan mana yang asli dan palsu.Dari sini, bisa dilihat bahwa Teknik Bayangan Ravin sudah sangat matang. Tak heran jika Ozias bisa mengalahkan Ravin. Ternyata dia juga menguasai Teknik Bayangan. Memang, dengan memahami teknik musuhnya, dia bisa menemukan celah dan memanfaatkannya untuk mengalahkan lawan.Meski terkejut, Adam sama sekali tidak gentar. Menurutnya, Teknik Bayangan itu memang sedikit merepotkan, tetapi hanya memerlukan sedikit lebih banyak usaha saja."Cukup hebat, tapi efeknya nggak besar. Karena kamu tetap akan kalah," ucap Adam dengan nada dingin."Menang atau kal