Suasana di ruangan itu seketika menjadi sunyi senyap. Para wanita membelalakkan mata mereka dengan wajah terkejut. Tidak ada yang yang menyangka bahwa Tuan Duncan yang tadinya begitu berwibawa, kini terbaring di lantai dengan tak berdaya sama sekali.Bukankah pria botak ini terlalu hebat?"Kamu ... berani-beraninya kamu melukaiku? Apa kamu tahu siapa aku? Aku ini Dun ....""Diam kamu!" bentak pria botak itu dengan emosi. Dia langsung menginjak kaki Duncan hingga patah tulang."Argh!" Duncan berteriak kesakitan dan keringatnya mengucur deras."Kalau berani, sebutkan namamu!" Duncan menatap pria itu sambil menggertakkan gigi dan tatapan yang kejam."Dengarkan baik-baik, namaku Hanif Surico. Ini kakak keduaku, Harvey Surico!" kata pria botak itu."Surico? Jangan-jangan ... kalian salah satu dari 4 penjahat terbesar itu?" Pupil Duncan seketika menyusut dan menunjukkan wajah kaget."Empat penjahat terbesar?" Mendengar perkataan ini, seisi ruangan itu langsung menjadi heboh. Reputasi empat p
"Bagaimana mungkin?" Duncan menatapnya dengan wajah takjub. Mereka sudah merasakan kekuatan dari keempat penjahat itu tadi. Para penjahat itu bisa saja menghancurkan mereka dengan mudahnya.Namun, orang sehebat itu malah dikalahkan begitu saja oleh seorang dokter yang mereka remehkan ini? Sungguh sulit dipercaya!"Orang itu punya kemampuan sehebat itu?" Valen membelalakkan matanya dengan cemas. Awalnya, dia mengira Luther hanya bisa menggunakan senjata rahasia dan tipe orang yang suka curang. Tak disangka, ternyata kemampuan bela dirinya ternyata sehebat itu, bahkan telah jauh melampaui kemampuan Valen.Dengan usia semuda ini, Luther telah memiliki kemampuan yang begitu mencengangkan. Hal ini membuat Valen yang selama ini disebut sebagai gadis berbakat, merasa seperti mendapatkan pukulan yang besar."Kak Luther benar-benar luar biasa!" Tatapan Lufita berbinar-binar sambil bersorak sorai. Para gadis lainnya juga saling memandang, penilaian mereka terhadap Luther telah berubah.Tanpa mem
Melihat Calvin yang dipukul hingga babak belur, semua orang seketika tertegun. Di luar dugaan, nyali Luther ternyata begitu besar sehingga berani menampar Calvin. Keluarga Anggara adalah salah satu dari 5 keluarga bangsawan di ibu kota provinsi. Kekuasaan mereka sangat besar!Sebagai pewaris sah dan generasi muda yang dibina dengan sepenuh hati oleh Keluarga Anggara, biasanya Calvin selalu dipuja-puja di mana pun dia berada. Belum pernah ada seorang pun yang berani mempermalukannya di depan umum, apalagi menamparnya. Apakah Luther sudah tidak waras?"Kamu ... beraninya kamu menamparku?" Sudut mata Calvin berkedut dan ekspresinya menjadi sangat muram."Aku bukan hanya mau memukulmu, tapi juga mau mematahkan tanganmu!" Luther mendengus, lalu menginjak tangan Calvin hingga patah tulang."Argh!" teriak Calvin dengan histeris. Wajahnya saat ini tampak begitu ganas dan penuh keringat. Namun, dia malah tidak bisa bergerak sama sekali."Hentikan!" Pada saat ini, Valen berteriak dengan marah, "
"Benar-benar ... ada ularnya!"Melihat ada ular merah yang dimuntahkan dari tubuh Calvin, semua orang menjadi tercengang. Ekspresi mereka terlihat tidak percaya dengan hal itu. Mereka tidak menyangka seorang Tuan Muda Keluarga Anggara yang memiliki masa depan cerah dan begitu berkuasa malah menggunakan cara kotor seperti ini untuk mendapatkan cinta."Calvin! Aku benar-benar nggak menyangka kamu orang seperti ini!"Valen merasa terkejut dan marah. Dia selalu memercayai Calvin, tetapi pada akhirnya malah tertipu, bahkan hampir saja menjadi komplotan pelaku kejahatan!"Aku ...."Wajah Calvin menjadi pucat dan tidak bisa berkata apa-apa. Kenyataannya sudah ada di depan mata, tidak ada artinya lagi dia terus berdalih."Huh! Untung saja Luther jeli sehingga dia bisa melihat niat jahatmu. Kalau tidak, Lufita sudah menjadi korban kejahatanmu!" kata Belinda dengan pandangan merendahkan.Belinda sangat benci dengan pria licik dan tidak bermoral seperti Calvin. Sudah tidak mampu mengejar wanita,
Lufita memang berkata demikian. Namun di dalam hatinya, dia tahu bahwa ayahnya pasti akan mengabaikan masalah ini. Sebagai orang yang terlahir di keluarga kaya, yang harus dipikirkan bukan hanya kesenangan sesaat, tetapi harus lebih memikirkan keuntungan keluarga."Baiklah, Paman Richard begitu menyayangimu, dia pasti tidak akan membiarkanmu menderita," kata Belinda sambil mengangguk dan tidak membahasnya lagi."Belinda, ayo kita pulang dan beristirahat."Setelah menguap dan menyimpan kembali jarum emasnya, Luther bersiap untuk pergi."Mau melarikan diri?"Pada saat itu, Calvin tiba-tiba melompat bangkit dengan ekspresi sangat marah dan tatapan yang kejam. Saat Luther tidak waspada, Calvin langsung mendekat dan menusukkan pisaunya!"Mati saja kamu!" teriak Calvin sambil menusukkan pisaunya dengan keras ke punggung Luther."Hati-hati!"Ekspresi Belinda dan Lufita berubah. Yang lainnya juga terkejut dengan teriakan Calvin yang mendadak. Tidak ada yang menyangka, Calvin malah menyerang Lu
"Di kehidupan berikutnya, belajarlah menjadi lebih pintar."Melihat Calvin yang sudah meninggal, Luther mengayunkan dan melemparkan mayatnya keluar dengan sebelah tangan seperti sedang membuang sampah.Bang!Bersamaan dengan bunyi dentuman, tubuh berat Calvin akhirnya jatuh di dekat Valen dan yang lainnya. Ekspresinya terlihat penuh ketakutan dan ketidakpercayaan. Sampai akhir hayatnya pun, dia tidak mengerti mengapa Luther berani memperlakukannya seperti itu."Eh ...."Melihat mayat di dekat kaki mereka, semua orang sontak membeku. Mereka mematung dan tidak bereaksi dalam waktu yang lama. Seorang putra bangsawan dari ibu kota malah dibunuh seperti ini. Kenapa bisa begitu? Setelah hening sejenak, suasana di seluruh ruangan langsung menjadi heboh."Luther! Kamu sudah gila? Kamu ... benar-benar membunuh Calvin!"Valen menunjuk Luther dengan ekspresi terkejut. Tindakan Luther yang membunuh Calvin ini benar-benar telah melanggar hukum dan gila!"Bocah! Mampuslah kamu! Kamu sudah membunuh K
Setelah mengantarkan Belinda ke rumah sakit, Luther kembali ke Klinik Damai. Namun, begitu membuka pintunya, keadaan di dalam membuat Luther mengernyitkan alis. Situasi di dalam klinik terlihat seperti ada orang yang menghancurkannya dan sangat kacau. Kotak obat berserakan di lantai dan Ariana berlarian di dalam ruangan dengan ekspresi panik dan berkeringat."Obat ... di mana obatnya?"Ariana mencari-cari sambil memegang resep obat di tangannya. Pada akhirnya, dia melihat kotak obat di atas lemari. Dia terpaksa menginjak bangku untuk mengambilnya karena kotaknya diletakkan di tempat yang terlalu tinggi."Apa yang sedang kamu lakukan?"Luther tiba-tiba berbicara. Ariana yang tidak waspada, terkejut hingga terjatuh dari bangku. Melihat kepala Ariana hampir menyentuh lantai, Luther langsung memeluknya. Tangan Luther merasakan kelembutan Ariana dan aroma wangi di hidungnya. Luther tidak ragu-ragu, setelah memapah Ariana berdiri, dia segera melepaskan pegangannya."Kamu sudah pulang?"Pemab
Vila Gegana."Ayah! Tolong bantu Kak Luther! Kalau tidak, dia akan mati!" bujuk Lufita sambil berlutut di lantai."Huh! Kamu masih berani memohon untuknya? Kali ini, pemuda itu melakukan kesalahan besar karena membunuh Calvin! Jovan sudah menggerakkan semua pasukan elite di Jiloam. Hari ini, tidak ada yang bisa menyelamatkannya!" kata Richard dengan ekspresi dingin."Ayah! Kak Luther sudah beberapa kali menyelamatkanku, tolong bantu dia kali ini!" kata Lufita sambil menangis.Sejak kembali ke vila, Lufita terus berlutut memohon kepada ayahnya. Dia berusaha memohon bantuan, karena hanya ayahnya yang bisa mengendalikan Jovan yang sedang hilang kendali."Justru karena dia pernah menyelamatkanmu, aku baru menahan diri untuk tidak ikut membunuhnya!" kata Richard dengan ekspresi dingin."Ayah! Kalau Ayah menyelamatkan Kak Luther, aku akan menuruti semua perintah Ayah!" Lufita mulai bersujud dengan keras. Darah segar mengalir dari kening Lufita.Richard memukul meja dan berdiri. "Dasar anak b