แชร์

Bab 84 Pernikahan Birendra

ผู้เขียน: Sherly Monicamey
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-10-28 17:24:27

Malam ini Mahira ingin mengajak Birendra bicara mengenai pernikahan ketiga kalinya Birendra bersama Sanur. Bukan karena cemburu atau iri hati karena adanya jamuan pesta melainkan pemberitaan di berbagai media mengenai citra buruk Birendra.

Mobil Birendra terparkir di depan tanpa menyambut, Mahira membiarkan pintu terbuka lebar.

Suara langkah kaki Birendra terdengar mendekat ke ruang tamu. Mahira duduk dengan tangan mengepal di pangkuannya mencoba menenangkan detak jantung yang tak beraturan. Birendra masuk sembari meletakkan tas kerja dan langsung duduk di seberangnya.

"Mas Birendra, aku ingin bicara sedikit tentang rencana pernikahanmu." Mahira langsung pada inti masalahnya.

"Apa lagi, Mahira? Bukankah kita sudah membicarakannya?"

Birendra menjawab seraya menghela napas singkat, bersandar di sofa dengan wajah netral.

"Aku tahu, tapi tidak bisakah Mas membuatnya lebih tenang? Tanpa pemberitaan besar-besaran?" tanya Mahira berusaha tetap tenang, pandangannya terangkat perlahan.

Birendr
บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อที่ GoodNovel
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 85 Aku Tak Akan Menangisi Pernikahanmu, Mas

    Di ruang makan Birendra dan Sanur duduk berhadapan terlibat percakapan penuh senyum samar. Sesekali Birendra meraih tangan Sanur lalu menatapnya dengan penuh kehangatan. Sanur tersenyum, menganggukkan kepala dengan sorot mata seolah ingin menegaskan posisinya yang kini lebih diutamakan.Di tengah kemesraan pasangan itu Mahira masuk ke ruang makan dengan langkah tenang. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tetapi ada kilatan dingin di matanya. Dengan bibir terkatup rapat, Mahira berjalan ke kursi di sebelah Abisatya yang duduk di kursi bayi. Dia mengangkat anaknya perlahan, membelai rambut halusnya lalu menatap anaknya penuh kasih."Jika kau lelah aku bisa menjaga Abisatya. Bukankah sekarang Abisatya sudah menjadi anakku juga," kata Sanur sambil melirik Mahira dengan sinis, senyum mengejek tersirat di bibirnya."Sepertinya tidak perlu, Mbak Sanur. Silakan anda mengurus putri anda sendiri dan aku mengurus anakku sendiri," sahut Mahira tanpa menoleh, dia memilih duduk menyamping menghadap Abis

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 86 Melawan Hati

    Mahira duduk di kursi sebuah kafe di dalam mal bersama dokter Agustin. Semburat senyum tenang menghiasi wajah Mahira, meski di dalam hatinya, luka yang dia pendam dalam-dalam masih terasa samar-samar. Tapi, hari ini berbeda. Dia memilih untuk menikmati momen ini, tanpa bayangan masa lalu yang membayangi.Kemarin Birendra dan Sanur berangkat bulan madu. Mahira tidak tahu sampai kapan pasangan itu berada di kota Paris. Toh ... dia pun sudah tak peduli dengan Birendra dan memilih untuk melanjutkan hidup.“Kamu benar-benar terlihat berbeda sekarang, Mahira. Ada cahaya di matamu,” kata Agustin sambil menatap Mahira sejenak dan tersenyum penuh pengertian.Mahira menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, tangannya menggenggam cangkir kopi yang hangat. Dalam hatinya, dia mengingat masa-masa penuh kesepian dan rasa terabaikan saat masih menjadi seorang istri baik di kehidupan mendatang atau di masa lalu.“Aku sudah cukup kuat untuk melewati ini,” batinnya lalu dia tersenyum pada Agustin.Dia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-31
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 87 Aku Tak Mau Bercerai

    Di ruang praktek Arya yang sejuk dan penuh keheningan, Mahira duduk di kursi dengan tubuh tegak. Matanya menatap ke arah Arya yang sedang membuka amplop hasil laboratorium. Wajahnya tampak tenang, meskipun hatinya bergemuruh—kesedihan dan ketakutan mencoba dia sembunyikan di balik ekspresi tegar yang dia tampilkan."Jadi saya sakit apa, Dok?"Arya menarik napas panjang sebelum mendongak, menatap Mahira dengan penuh empati. Dia menutup amplop perlahan dan mengumpulkan kata-kata sejenak sebelum mulai berbicara."Mahira," katanya lembut sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi."Dari hasil pemeriksaan ini tampak jelas bahwa cedera akibat kecelakaan setahun lalu memang meninggalkan bekas. Kamu mengalami Hematoma Subdural. Mungkin itulah yang sering membuatmu merasa pusing atau sulit berkonsentrasi akhir-akhir ini."Kamu tahu sendiri penyakit ini, bukan? Hematoma subdural atau yang biasa kita sebut pendarahan di bawah selaput otak. Pendarahan ini menekan jaringan otak."Mahira mengangguk kec

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-01
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 88 Jangan Pura-Pura Lupa, Mas

    "Jadi kamu sudah membaca perjanjian kontrak itu kan, Mas?" Sebelum berangkat kerja, Mahira mengajak Birendra bicara berdua saja tanpa Sanur."Sudah aku sobek," jawab Birendra sembari berjalan menuju jendela."Tentunya sudah kamu baca isinya. Aku ingin kita bercerai, Mas," kata Mahira dengan suara sengaja keraskan."Aku tak akan bercerai darimu, Mahira. Selamanya kamu tetap menjadi istriku.""Lalu bagaimana dengan perjanjian yang kita buat satu tahun lalu?" Mahira mencoba mengingatkan kembali."Tidak ada bedanya dengan yang sekarang. Bukankah pernikahan kita sah?" Birendra menyahut dengan santai.“Mas Birendra, aku tidak mengerti. Kamu sudah punya Sanu dan aku? Aku ini apa untukmu?” Mahira bertanya dengan nada lembut dan tanpa amarah, tetapi senyum masam terlihat di wajahnya.Mahira duduk di sofa bersandar dengan tubuh yang tampak rileks, tetapi tangannya terkepal erat di pangkuannya. Birendra berdiri di dekat jendela melihat ke luar seolah menghindari pandangan Mahira.Mahira menghela

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-02
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 89 Harusnya Kamu Sadari Diri, Mas

    Birendra berjalan dengan langkah lebar dan ekspresi wajah yang murka memasuki ruang IGD. Wajahnya tegang, bibirnya terkatup rapat dan kedua tangannya terkepal. Di lorong rumah sakit yang penuh dengan perawat dan dokter, dia melangkah langsung ke arah Mahira yang sedang memeriksa hasil laboratorium pasien lain. Mahira tampak lelah, tapi tetap tenang dan fokus."Apa yang kamu pikirkan, Mahira? Makanan yang kamu berikan ke Sanur tadi membuatnya keracunan! Kamu sebagai dokter harusnya sadar jika Sanur bisa saja kehilangan nyawanya?" Birendra menatap tajam ke arah Mahira. Suaranya keras dan penuh tuduhan."Apa maksudmu, Mas?" Mahira bertanya dengan tenang sembari melihat ke arah Birendra."Makanan yang kamu masak tadi pagi telah membuat keracunan. Kamu mau membuat dia sama seperti yang kamu lakukan kepada Sarayu!"Mahira tetap tenang, tapi sorot matanya menunjukkan ketidaksukaan. Dia menegakkan punggungnya menatap balik ke arah suaminya tanpa rasa takut."Mas Birendra, kamu tahu aku selalu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-03
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 90 Perhatianmu Membuatku Bingung

    "Malam Non Mahira ..."Mahira disapa oleh satpam rumahnya saat dia baru pulang dari tempatnya bekerja. Mahira mengangguk dan tersenyum sambil menyerahkan camilan yang dia beli untuk para pekerja di rumahnya."Non baik-baik saja?" Salah satu penjaga rumahnya melihat wajah Mahira yang berkeringat."Tentu saja, Pak. Hanya kelelahan saja habis bantu dokter senior operasi," jawab Mahira pelan."Ya sudah Non istirahat. Terima kasih untuk makanannya," sahut penjaga rumahnya."Dimakan ya, Pak." Mahira berlalu dengan senang karena camilannya disukai mereka.Mahira memijit kepalanya sembari berjalan. Sejak sore tadi dia sudah merasakan kepalanya nyeri dan meminum obatnya, tetapi belum kunjung mereda."Ini kenapa belum sembuh? Apa efek obatnya sudah tak mempan?" tanyanya pada diri sendiri.Mahira baru saja tiba di depan pintu rumah. Matanya tampak sayu dan gerak tubuhnya terasa berat. Dengan satu tangan menopang kepala, da menahan rasa pusing yang mulai menyerang sejak di perjalanan.Setiap lang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-04
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 91 Penemuan Bukti Terbaru Kasus Kecelakaan

    "Enak ya sekarang sudah jadi istri orang kaya raya dan kamu bisa menikmati fasilitas kemewahan?"Fatma berdiri di depan pintu kamar rumah sakit, menggenggam tasnya erat-erat. Wajahnya terlihat tegang, bibirnya mengatup keras menahan amarah yang sudah lama terpendam. Dia berjalan mendekati Sanur."Bibi, apa yang kau lakukan di sini?""Dan dari mana bibi tahu aku dirawat di rumah sakit?" Sanur memandang Fatma dengan rasa tidak suka. Dia benar-benar terganggu atas kehadiran Fatma."Kau tak ingat, Sanur? Aku punya segala cara mengetahui keberadaanmu," ucap Fatma memberi tatapan menghujam."Jadi mau bibi menemuiku?""Begitu caramu membalasku, Sanuf? Setelah semua yang kulakukan untukmu, kau tinggalkan aku begitu saja? Bahkan uang bulanan pun sudah tak kau berikan sekarang."Fatma menyahut dengan nada yang dingin lalu memandang tajam ke arah Sanur.Sanur terdiam sesaat, wajahnya pucat dan tatapannya tak menyingkir dari hadapan Fatma. Dia tersenyum sinis, lalu menyesuaikan diri duduk dengan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-05
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 92 Kecemburuan Birendra

    Birendra duduk di kursi kemudi, sesekali melirik ke arah Mahira yang tampak rapi dengan seragam dokternya. Mahira yang duduk di sampingnya, memperhatikan suaminya dengan kening berkerut."Kalau pergi bekerja jangan terlalu rapi dan bedakmu ketebalan," omel Birendra melihat Mahira sedang berhias diri di dalam mobil."Lah kalau tidak rapi dan tidak memakai bedak ya jadi jelek aku, Mas," sahut Mahira merasa kesal karena sejak tadi Birendra mengkritik penampilannya.Sejak pulang dari kantor polisi dan Birendra mengantarkan kembali ke tempat bekerja, Birendra memerhatikan Mahira yang tampak cantik daripada biasanya karena itulah dirinya tak sadar jika sudah terpesona."Kamu kan berhadapan dengan orang sakit jadi buat apa berdandan cantik.""Meskipun aku hanya sebagai dokter, kami harus menunjukkan penampilan kami yang rapi agar tak menjadi pembicaraan," kata Mahira sembari memakai lipbalm."Lagipula kalau tidak suka aku berdandan lebih baik aku naik taksi saja daripada Mas yang mengantar a

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-07

บทล่าสุด

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 155 Kebimbangan Mahira

    Malam semakin larut saat Mahira menyetir seorang diri di lenggangnya jalanan ibu kota. Jari-jarinya mencengkeram erat setir mobil. Ini pertama kalinya ia menyetir setelah setahun tak pernah menyentuh mobil karena trauma kecelakaan yang pernah dialaminya. Tubuhnya terasa kaku, dan setiap tarikan napasnya berat.Satu jam lalu Mahira mendapat telepon dari Fatma untuk menemuinya secara langsung di tempat yang sudah ditunjuknya. Mahira awalnya ingin menolak, tetapi ancaman Fatma membuat dia harus menghadap.["Jika kau tak ke sini sendirian, jangan harap kamu akan bertemu dengan salah satu dari mereka."]Suara dingin Fatma memerintahkannya datang sendiri tanpa ditemani siapa pun. Jika Mahira membawa polisi atau siapa saja, salah satu sandera — anaknya, Abisatya atau akan dilukai. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tanpa memberitahu Birendra ataupun Wisnu, Mahira mengambil kunci mobil dan pergi di tengah malam yang sunyi.Angin malam menyapu wajahnya saat dia membuka sedikit jendela mob

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 154 Pilih Abisatya Atau Sanur

    "Maafkan saya, Non Mahira. Seharusnya nona tidak pernah mengasuh bayi itu. Saya begitu tak suka saat nona mau mengasuh anak dari pelakor.""Lebih baik lupakan saja anak ini, Nona Mahira."Empat hari sudah sejak hilangnya Abisatya dan polisi masih kesulitan menemukan jejak Maya dan Fatma. Kedua wanita itu begitu pandai bersembunyi, meninggalkan pihak berwenang kebingungan. Setiap harapan yang dimiliki Mahira dan Birendra mulai pudar."Aku berharap setelah ibu Fatma mendapatkan uangnya. Aku bisa pergi dari kota ini dan memberikan anak ini pada orang lain."Maya dan Fatma berganti lokasi tempat persembunyian. Kali ini anak buah Fatma menemukan rumah kosong di pinggiran kota meski harus masuk gang sempit, kedua wanita itu tak peduli asal mereka bisa menghindari pihak polisi."Makanya jangan cari masalah denganku. Kalau kamu diam, aku tak akan melakukan ini!"Dari luar, Maya mendengar suara keras Fatma. Maya segera meninggalkan Abisatya dengan botol susunya yang sengaja dia beli agar bayi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 153 Dua Pilihan Sulit

    "Birendra akan membawa Abisatya, Mahira. Jadi serahkan semua padanya ya."Dokter Agustin dan Arya datang ke rumah Mahira untuk memberi dukungan. Mereka tahu jika Mahira membutuhkan seseorang untuk menguatkan di kala susah seperti ini."Tapi bagaimana jika tak berhasil, Dok?" tanya Mahira menatap dokter Agustin penuh kesedihan."Sampai sekarang Mas Birendra tak meneleponku," lanjutnya."Tenanglah, Mahira. Dia akan memberi kabar pada kita," sahut Arya.Matanya terus melirik ke ponsel di atas meja yang tak henti-hentinya bergetar dengan notifikasi, tetapi tak satu pun dari mereka membawa kabar baik yang ditunggunya. Ruangan itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara jam dinding yang berdetak pelan.Arya tak tahu bagaimana dia harus menghibur Mahira yang saat ini sedang dirundung masalah. Sejak awal bertemu dengannya, Arya merasa kehidupan Mahira sungguh berat dan tak ada bahagia."Kita harus sabar, Mahira," ujar dokter Agustin dengan suara yang lembut."Birendra pasti tahu apa yang dia lak

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status