Home / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 88 Jangan Pura-Pura Lupa, Mas

Share

Bab 88 Jangan Pura-Pura Lupa, Mas

last update Last Updated: 2024-11-02 19:58:48

"Jadi kamu sudah membaca perjanjian kontrak itu kan, Mas?" Sebelum berangkat kerja, Mahira mengajak Birendra bicara berdua saja tanpa Sanur.

"Sudah aku sobek," jawab Birendra sembari berjalan menuju jendela.

"Tentunya sudah kamu baca isinya. Aku ingin kita bercerai, Mas," kata Mahira dengan suara sengaja keraskan.

"Aku tak akan bercerai darimu, Mahira. Selamanya kamu tetap menjadi istriku."

"Lalu bagaimana dengan perjanjian yang kita buat satu tahun lalu?" Mahira mencoba mengingatkan kembali.

"Tidak ada bedanya dengan yang sekarang. Bukankah pernikahan kita sah?" Birendra menyahut dengan santai.

“Mas Birendra, aku tidak mengerti. Kamu sudah punya Sanu dan aku? Aku ini apa untukmu?” Mahira bertanya dengan nada lembut dan tanpa amarah, tetapi senyum masam terlihat di wajahnya.

Mahira duduk di sofa bersandar dengan tubuh yang tampak rileks, tetapi tangannya terkepal erat di pangkuannya. Birendra berdiri di dekat jendela melihat ke luar seolah menghindari pandangan Mahira.

Mahira menghela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 89 Harusnya Kamu Sadari Diri, Mas

    Birendra berjalan dengan langkah lebar dan ekspresi wajah yang murka memasuki ruang IGD. Wajahnya tegang, bibirnya terkatup rapat dan kedua tangannya terkepal. Di lorong rumah sakit yang penuh dengan perawat dan dokter, dia melangkah langsung ke arah Mahira yang sedang memeriksa hasil laboratorium pasien lain. Mahira tampak lelah, tapi tetap tenang dan fokus."Apa yang kamu pikirkan, Mahira? Makanan yang kamu berikan ke Sanur tadi membuatnya keracunan! Kamu sebagai dokter harusnya sadar jika Sanur bisa saja kehilangan nyawanya?" Birendra menatap tajam ke arah Mahira. Suaranya keras dan penuh tuduhan."Apa maksudmu, Mas?" Mahira bertanya dengan tenang sembari melihat ke arah Birendra."Makanan yang kamu masak tadi pagi telah membuat keracunan. Kamu mau membuat dia sama seperti yang kamu lakukan kepada Sarayu!"Mahira tetap tenang, tapi sorot matanya menunjukkan ketidaksukaan. Dia menegakkan punggungnya menatap balik ke arah suaminya tanpa rasa takut."Mas Birendra, kamu tahu aku selalu

    Last Updated : 2024-11-03
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 90 Perhatianmu Membuatku Bingung

    "Malam Non Mahira ..."Mahira disapa oleh satpam rumahnya saat dia baru pulang dari tempatnya bekerja. Mahira mengangguk dan tersenyum sambil menyerahkan camilan yang dia beli untuk para pekerja di rumahnya."Non baik-baik saja?" Salah satu penjaga rumahnya melihat wajah Mahira yang berkeringat."Tentu saja, Pak. Hanya kelelahan saja habis bantu dokter senior operasi," jawab Mahira pelan."Ya sudah Non istirahat. Terima kasih untuk makanannya," sahut penjaga rumahnya."Dimakan ya, Pak." Mahira berlalu dengan senang karena camilannya disukai mereka.Mahira memijit kepalanya sembari berjalan. Sejak sore tadi dia sudah merasakan kepalanya nyeri dan meminum obatnya, tetapi belum kunjung mereda."Ini kenapa belum sembuh? Apa efek obatnya sudah tak mempan?" tanyanya pada diri sendiri.Mahira baru saja tiba di depan pintu rumah. Matanya tampak sayu dan gerak tubuhnya terasa berat. Dengan satu tangan menopang kepala, da menahan rasa pusing yang mulai menyerang sejak di perjalanan.Setiap lang

    Last Updated : 2024-11-04
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 91 Penemuan Bukti Terbaru Kasus Kecelakaan

    "Enak ya sekarang sudah jadi istri orang kaya raya dan kamu bisa menikmati fasilitas kemewahan?"Fatma berdiri di depan pintu kamar rumah sakit, menggenggam tasnya erat-erat. Wajahnya terlihat tegang, bibirnya mengatup keras menahan amarah yang sudah lama terpendam. Dia berjalan mendekati Sanur."Bibi, apa yang kau lakukan di sini?""Dan dari mana bibi tahu aku dirawat di rumah sakit?" Sanur memandang Fatma dengan rasa tidak suka. Dia benar-benar terganggu atas kehadiran Fatma."Kau tak ingat, Sanur? Aku punya segala cara mengetahui keberadaanmu," ucap Fatma memberi tatapan menghujam."Jadi mau bibi menemuiku?""Begitu caramu membalasku, Sanuf? Setelah semua yang kulakukan untukmu, kau tinggalkan aku begitu saja? Bahkan uang bulanan pun sudah tak kau berikan sekarang."Fatma menyahut dengan nada yang dingin lalu memandang tajam ke arah Sanur.Sanur terdiam sesaat, wajahnya pucat dan tatapannya tak menyingkir dari hadapan Fatma. Dia tersenyum sinis, lalu menyesuaikan diri duduk dengan

    Last Updated : 2024-11-05
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 92 Kecemburuan Birendra

    Birendra duduk di kursi kemudi, sesekali melirik ke arah Mahira yang tampak rapi dengan seragam dokternya. Mahira yang duduk di sampingnya, memperhatikan suaminya dengan kening berkerut."Kalau pergi bekerja jangan terlalu rapi dan bedakmu ketebalan," omel Birendra melihat Mahira sedang berhias diri di dalam mobil."Lah kalau tidak rapi dan tidak memakai bedak ya jadi jelek aku, Mas," sahut Mahira merasa kesal karena sejak tadi Birendra mengkritik penampilannya.Sejak pulang dari kantor polisi dan Birendra mengantarkan kembali ke tempat bekerja, Birendra memerhatikan Mahira yang tampak cantik daripada biasanya karena itulah dirinya tak sadar jika sudah terpesona."Kamu kan berhadapan dengan orang sakit jadi buat apa berdandan cantik.""Meskipun aku hanya sebagai dokter, kami harus menunjukkan penampilan kami yang rapi agar tak menjadi pembicaraan," kata Mahira sembari memakai lipbalm."Lagipula kalau tidak suka aku berdandan lebih baik aku naik taksi saja daripada Mas yang mengantar a

    Last Updated : 2024-11-07
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 93 Menghindari Tatapanmu

    Aku duduk di meja dapur, membiarkan aroma kopi yang mulai dingin menyelinap masuk ke dalam rongga hidungku. Namun pikiranku melayang jauh, tak lagi tertambat di ruang dapur. Keningku berkerut dan mataku menatap kosong ke arah meja makan. Di dalam kepala, kenangan sore tadi di lorong rumah sakit berputar tanpa henti."Tak mungkin penglihatanku salah." Aku berucap pada diri sendiri.Di lorong rumah sakit tadi aku melihat wanita berjaket biru. Rambut hitamnya jatuh hingga bahu, dan wajahnya terekam samar di ingatanku. Seperti tersambar petir, ingatanku terlempar setahun ke belakang di saat aku mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa.Dan di balik kaca mobil yang menabrakku, aku sempat melihat seorang wanita berjaket biru. Apakah mungkin itu orang yang sama? Tapi siapa dia? Mengapa wajahnya tidak meninggalkan jejak yang jelas di benakku?"Kenapa sebelumnya ingatan itu tak muncul di kepalaku?"Aku memijat kening, berusaha membongkar kenangan yang tersembunyi di dalam ingatanku. Ad

    Last Updated : 2024-11-08
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 94 Adu Debat Di Pagi Hari

    Perasaanku masih belum bisa pulih sepenuhnya akibat sikap Mas Birendra yang tak dapat aku pahami. Satu tahun lalu dia mencoba untuk memperbaiki hubungan kami. Kala itu aku dibuat bahagia, karena pada akhirnya Mas Birendra mau menerimaku.Namun saat Sanur datang, semua kembali ke awal lagi. Mas Birendra tak lagi mau menanggapi jika aku berbicara mengenai hubungan kami dan dia menikahi Sanur meski harus melukai hatiku. Kini dia memulai lagi dengan sikapnya yang memperlakukanku penuh perhatian. Aku bingung akan dirinya."Kenapa... kenapa aku tak bisa percaya lagi padanya? Bukankah dulu dia berjanji?" pikirku, mataku berkedip cepat, mencoba menyingkirkan bayangan masa lalu yang menyakitkan.Tanganku menggenggam pena lebih erat, memendam gelisah yang seolah mendesak ingin keluar. Aku ingin sekali percaya padanya, tapi aku terlalu takut menghadapi kenyataan yang menyakitkan kelak."Sudah berapa kali aku mencoba memaafkan? Tapi setiap kali aku mendekat, aku hanya teringat pada pernikahan ked

    Last Updated : 2024-11-09
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 95 Di Antara Kebimbangan Dan Harapan

    Sama seperti kemarin Mas Bi mengantarkan aku pergi bekerja hari, tetapi kali ini terasa berbeda Aku tahu, keheningan di dalam mobil ini bukan karena aku, tetapi karena konflik antara Mas Birendra dan adiknya, Mas Wisnu.Ketika kutoleh, wajah Mas Birendra tegang, matanya terpaku lurus ke depan dengan rahang mengeras. Sejak tadi pagi, bahkan saat sarapan dan aku sudah merasakan ketegangan itu.Mobil berhenti sejenak di lampu merah. Suasana terasa hening dan tegang. Aku sekali lagi mencuri pandang ke arah Mas Birendra yang mengemudi dengan wajah serius menatap jalanan."Mas, apa ada yang mau dibicarakan soal Mas Wisnu?" Aku menghela napas pelan, mencoba mencairkan suasana."Mungkin saja ada seseorang yang menjebak Mas Wisnu dengan menaruh gantungan kunci hasil buatannya di mobil," ungkitku dengan suara pelan."Kamu membela Wisnu?" tanya Mas Birendra tanpa menatapku."Bukan membela, Mas. Selama belum ada bukti kuat. Kita tak seenaknya menuduh," timpalku padanya.Mas Birendra hanya merapat

    Last Updated : 2024-11-11
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 96 Perhatian Yang Tak Pernah Ada

    Makan malam terasa sepi tak ada ocehan Abisatya atau obrolan Sanur dengan Mas Birendra. Hanya terdengar bunyi peralatan makan yang bersentuhan di antara kami, diselingi desahan halus dari Mas Birendra yang duduk di seberang meja.Setelah melakukan sesi konseling tadi. Sorenya aku bergegas pulang pasalnya berulang kali Mas Birendra meneleponku untuk memastikan jika aku sudah berada di taksi. Ternyata dia menungguku di rumah bersama Abisatya."Bagaimana konselingnya tadi?" tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan. Wajahnya terlihat serius, matanya memperhatikanku dengan harap-harap cemas.“Cukup baik,” jawabku lirih.“Psikolog bilang mungkin butuh waktu lebih lama untuk ingatan itu bisa kembali.” Aku menghela napas, menggerakkan sendok pelan di dalam mangkukku.Mas Birendra mengangguk, matanya berbinar. Seolah-olah, hanya dengan aku mengingat kecelakaan itu, dia bisa menemukan ketenangan atas kematian kekasihnya. Bukannya mencemaskan keadaanku."Aku hanya berharap ingatanmu itu bisa kemba

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 171 Perpisahan Yang Bahagia

    "Takdir itu tak bisa diubah dan akan menghampiri setiap insan manusia.""Ini sudah takdir ayahmu. Jangan merasa bersalah.""Allah menempatkan ayahmu di sisi-Nya."Kerabat ayah dan teman-teman sesama TKI datang ke pemakaman ayah. Mereka menguatkan aku di hari yang paling menyedihkan. Andai mereka tahu, aku tak bisa kuat seperti yang mereka katakan.Saat kabar itu datang—bahwa Ayahku dan Ayah Dani meninggal bersamaan dalam kecelakaan itu, rasanya seperti seseorang mencabut seluruh napas dari paru-paruku. Dan seakan belum cukup, Ibu Tari... koma. Antara hidup dan mati layaknya menggantungkan harapan kami di benang yang nyaris putus.Aku mengunci diri di kamar. Dua hari. Dua malam. Aku tidak bicara. Tidak makan. Bahkan air mataku pun seakan berhenti mengalir. Yang tersisa hanya kebisuan dan rasa marah—pada dunia, pada semesta dan juga pada takdir."Kenapa Ayah harus semobil dengan mereka?""Sebenarnya Ayah mau ke mana?"Aku tak menyangka jika ayah semobil dengan kedua orang tua Mas Birend

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 170 Inilah Takdir Yang Harus Aku Terima

    ["Mahira, kamu bisa ke rumah sore ini? Ada yang mau aku bicarakan denganmu."]"Rumah ayah Dani atau ke rumahnya Mas di jalan Cempaka?"["Datanglah ke jalan Cempaka."]Pagi ini aku mendapat notif pesan dari Mas Birendra. Dia menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Katanya ada yang sesuatu yang hendak dia bicarakan. Aku langsung membalas pesannya dan mengiyakan permintaannya.Setelah menyelesaikan tugasku, aku segera melangkah pergi menemui Mas Birendra di rumahnya. Aku mengambil kunci mobil. Sudah dua bulan ini aku belajar lagi menyetir setelah pernah mengalami trauma."Selamat sore, Mbak Hira. Lama tidak ke sini.""Senang bisa melihat Mbak Hira lagi."Sesampainya di depan pintu gerbang rumah Mas Birendra, aku disambut hangat para pekerja di sini. Dulu sebelum Mas Birendra menikah dengan Sarayu, aku sering ke sini bersama ibu Tari hanya untuk beberes dan menyetok makanan, karena tempat kerja Mas Birendra lebih dekat daripada di rumah utama."Ah iya Pak. Hira juga kangen sama kalian," sapa

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 169 Takdir Yang Berbeda

    Aku berdiri di depan lift dengan jantung berdegup kencang. Wanita itu tersenyum, tetapi bukan ditujukan padaku melainkan pada dua sosok di belakangku. Aku menoleh dan melihat seorang pria bersama gadis remaja.Dia dengan langkah anggun. Tubuh ini menegang karena orang yang aku kenal ada di hadapanku sekarang. Ibu Fatma mengangkat tangan, melambai dengan semangat pada dua sosok yang juga membalas lambaian tangannya."Ibu Fatma!" seruku disertai langkah maju dengan penuh harap.Wanita itu berhenti dan alisnya berkerut. Tatapannya kosong seolah aku hanyalah orang asing di matanya dan menatapku dengan penuh kebingungan."Maaf, apakah kita saling mengenal?" tanyanya dengan suara tenang, tapi ada kehati-hatian di matanya.Dadaku seketika terasa sesak. Aku mengerjap dan mencari jawaban di wajahnya lalu berharap ada secercah pengakuan. Namun tidak ada dan ku tersenyum kaku, berharap dia sedang bercanda."Ibu tidak ingat aku?" suaraku terdengar ragu.Wanita itu menghela napas, menggigit bibirn

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 168 Apa Yang Terjadi Di Tahun Ini

    Aku melangkah masuk ke ruang lobi rumah sakit dengan sedikit rasa gugup. Saat kakiku berjalan lebih jauh, aku merasa ada sesuatu yang aneh. Dua kali aku dihidupkan kembali oleh semesta.Semua yang ada di gedung rumah sakit ini terlihat sama. Tak ada perubahan sama sekali. Aku menghela napas sembari terus berjalan menuju ruang UGD, tempat aku akan bertugas.Mataku menyapu ruangan yang penuh dengan staf dan dokter. Beberapa dari mereka tersenyum ramah, sementara yang lain sibuk dengan tugas masing-masing. Dua perawat senior mendekat, wajahnya lembut, menyodorkan tangan untuk berjabat. Aku kenal dengan mereka."Selamat datang di rumah sakit ini, Dokter Mahira.""Senang rasanya bisa berkenalan dengan anak dokter Dani.""Terima kasih Sus Mariani dan Sus Siska," sahutku seraya berjabat tangan dan mengetahui nama mereka dari name tag.Satu per satu staf memperkenalkan diri. Beberapa bersalaman dengan tatapan penasaran, mungkin mendengar kabar tentang aku dan pemilik rumah sakit ini. Namun ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 167 Mesin Waktu

    Aku menggeliat di atas kasur dan tubuhku masih enggan untuk bangun. Matahari pagi menerobos melalui celah jendela hingga menyilaukan pandanganku yang masih setengah terpejam. Saat aku hendak menarik selimut kembali ada suara ketukan dari luar kamar terdengar, diiringi panggilan namaku."Mahira, ayo bangun Nak." Terdengar suara dari luar pintu, memanggilku dengan nada tegas. Aku tak memerhatikan siapa yang berada di luar pintu kamarku.“Iya... sebentar lagi.” Aku mendesah pelan dan menjawab dengan suara serak.Namun suara dari luar kembali terdengar, kali ini dengan nada yang lebih mendesak seperti ada sesuatu yang serius karena aku mendengar namaku dipanggil lagi."Mahira ... kamu baik-baik saja, bukan?""Bangunlah ... kita ditunggu ayah Dani dan ibu Tari di rumahnya."Mataku terbuka lebar. Jantungku berdegup lebih cepat. Ada sesuatu dalam nada suara itu yang membuatku terkejut. Aku bangkit dengan enggan lalu menyibak selimut dan turun dari tempat tidur. Begitu aku membuka pintu kamar

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 166 Selamat Jalan Mahira

    "Biar Abisatya bersama kami, Pak. Bapak ke ruang rawat dokter Mahira saja."Setelah mendapat telepon dari Agustin dan menitipkan Abisatya bersama dokter anak yang dikenalnya Birendra segera berlari menembus koridor rumah sakit yang panjang dan sunyi. Nafasnya tersengal disertai wajahnya dipenuhi kegelisahan. Sesekali dia menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangan."Aku mohon Mahira, bertahanlah."Pandangannya lurus ke depan dan penuh tekad. Sesampainya di depan ruangan rawat inap, Birendra berhenti sejenak, menunduk dan menahan napas mencoba menenangkan degup jantungnya yang tak terkendali.Begitu Birendra membuka pintu, dia melihat Mahira dikelilingi para dokter yang sibuk dengan wajah mereka dipenuhi ketegangan. Di balik tirai yang setengah terbuka, tubuh Mahira terlihat lemah dan tak berdaya. Matanya terpejam dan wajahnya pucat, sementara mesin-mesin medis di sekelilingnya berdengung cepat. Birendra mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan diri agar tidak panik."Berik

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 165 Bertahanlah, Mahira

    "Sebentar lagi kita akan sampai menemui ibu, Nak.""Ayah berharap ibumu segera sadar."Birendra memegang erat tubuh kecil Abisatya yang sedang tertidur dalam gendongannya. Balita berusia dua tahun itu tampak damai, wajahnya bersandar di dada Birendra. Setiap harinya Birendra membawa Abisatya ke rumah sakit untuk mengunjungi Mahira. Harapan akan keajaiban tidak pernah surut dari hati Birendra, meski waktu terus berlalu dan kondisi Mahira tak juga menunjukkan perubahan."Selamat pagi, Pak Birendra," sapa satpam melihat Birendra berjalan menuju lobby."Selamat pagi juga, Pak," balas Birendra menyunggingkan senyum.Sejak Mahira dinyatakan koma, mau tak mau Birendra mengambil alih urusan rumah sakit dibantu oleh sahabat ayahnya sementara pekerjaan yang dibangunnya sendiri ditangani oleh Rudi.Setiap hari Birendra mengambil alih tugas Mahira sebagai direktur pelaksana rumah sakit dan mengerjakan semuanya di ruang rawat inap hingga rumah sakit menjadi rumah kedua bagi Birendra."Pak Hasan ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 164 Memilih Jalan Yang Tepat

    "Selamat pagi dunia.""Terima kasih untuk berkat-Mu hari ini, Allah."Cahaya pagi menyelinap masuk melalui jendela rumah sakit, menerangi lorong-lorong yang mulai sibuk dengan aktivitas para dokter dan perawat. Di antara mereka, seorang pria dengan jas dokter yang baru saja dikenakan kembali setelah sekian lama berjalan dengan langkah penuh harapan sembari bergumam sendiri.Wajahnya masih sedikit pucat, tetapi terlihat di matanya berbinar. Dia menarik napas dalam-dalam seolah ingin meresapi udara rumah sakit yang begitu familiar, tempat yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya sebelum semuanya berubah."Dokter Arya, senang berjumpa dengan anda lagi," kata seorang perawat yang kebetulan berpapasan dengannya."Saya juga senang berjumpa dengan kalian lagi," balas Arya seraya tersenyum."Selamat bertugas kembali, Dok," ucap salah satu perawat wanita."Terima kasih suster Wina."Arya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju ruang berkumpulnya para dokter sebelum bertugas di pagi i

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 163 Kapan Kamu Bangun, Mahira?

    "Ayo Mahira ....""Kamu pasti bisa melewati ini semuanya. Berjuanglah."Di ruang operasi yang dipenuhi suara mesin pemantau detak jantung dan alat-alat medis, Dokter Gatot berkeringat di balik masker bedahnya. Tangannya yang bersarung tangan lateks bergerak cepat, berusaha menghentikan pendarahan hebat di otak Mahira. Para perawat dan petugas anestesi bekerja dengan cekatan, saling bertukar pandang setiap kali tekanan darah pasien turun drastis.“Tekanan darahnya anjlok lagi, Dok!” seru seorang perawat, suaranya tegang.Dokter Gatot mengatupkan rahangnya dengan napasnya yang tertahan. “Tambahkan satu ampul epinefrin. Kita harus stabilkan dia dulu.”"Baik, Dok."Jarum jam terus berdetak, tapi keadaan Mahira tak juga membaik. Sudah tiga jam lamanya Dokter Gatot yang menggantikan Arya mengoperasi Mahira, keadaan di ruang operasi sungguh mendebarkan."Dokter Mahira, jangan menyerah. Anda harus berjuang demi dokter Arya!" seru perawat Raka mendampingi dokter Gatot.Para dokter dan perawat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status