Alluna membelakakan mata, dia tidak menyangka bahwa lelaki asing yang diciumnya itu malah membalas ciumannya. Dan sialnya lagi, lelaki itu adalah seorang pencium yang handal!
Eh, memangnya boleh menyebut ciuman kayak gitu handal! Harusnya cowok jenis ini dikategorikan sebagai Playboy. Kalau ciuman nya sebagus ini, cowok ini pasti sudah banyak pengalaman.
Satu menit, keduanya berciuman selama satu menit, dan rasanya napas Alluna nyaris habis akibat ciuman tanpa jeda itu.
Lelaki asing itu mendekap pinggang Alluna dengan ketat, seolah memenjara Alluna agar tidak bisa kabur begitu saja.
Alluna langsung mendorong tubuh lelaki itu ketika sang orang asing hendak melanjutkan ciuman ronde kedua.
Dia gila!
Lelaki itu menatap ke arah Alluna, lalu tersungging senyum, "Apa kita tidak melanjutkannya lagi?" Godanya.
Alluna mendelik ke arah laki-laki itu, pengennya dia menceramahi lelaki itu, namun kemudian Luna mengurungkan niatnya. Yang mula-mula mencium kan memang dirinya. Jadi, gadis itu langsung putar balik dan berlari menuju mejanya.
Lelaki asing itu masih memandangnya dengan heran.
Alluna langsung berbisik pada ke empat temannya.
"Yuk, buruan kita pergi dari tempat ini, takutnya cowok itu malah ngejar ke sini lagi!" Seru Alluna sambil mengambil tasnya dan berdiri, tentu saja ke empat temannya pun mengikuti langkah Alluna.
Tepat ketika lelaki asing itu berdiri, Alluna langsung kabur bersama ke empat karibnya yang lain. Mereka segera masuk berbaur dengan para tamu perempuan lain yang penuh di lantai dansa.
Alluna menyelinap dengan sempurna diantara orang-orang yang berdansa. Dia segera meluncur ke pintu depan, diikuti ke empat temannya yang lain. Mereka lantas berlari keluar dan tertawa-tawa gembira.
"Gila lho! Luna benar-benar melakukannya!!" Jerit Sinar dengan heboh sendiri.
"Itu bukan gila lagi Nar, itu super duper gila!!" Imuy menyahuti dengan penuh semangat. Memang mereka tidak bisa melihat dengan baik karena lampu yang remang-remang, tapi mereka melihat Alluna begitu rapat dengan lelaki itu.
"Berapa menit, berapa menit?" Tanya Amba yang langsung mengeluarkan jari telunjuknya dihadapan kawan-kawannya, "satu menit dua detik coy....gila, hot banget pasti ciumannya!!"
Ucapan Amba disambut koor suara yang lain yang berkata, "cieeee!" Secara serentak.
Alluna mengusap bibirnya dengan ujung tangan, wajahnya kontan memerah. Sebenarnya bukan karena dia melakukan ciuman itu dengan baik, tapi lelaki asing itu yang bagus dalam berciuman. Ketika Alluna melakukannya, rasanya kakinya tidak berhenti gemetar karena takut dan tegang.
Seolah sentuhan lelaki itu masih berbekas di pinggangnya, Alluna berusaha mengusir bayangan cowok asing itu dalam kepalanya. Bohong kalau Alluna tegar, padahal dia masih bisa merasakan getaran di telapak tangan dan kakinya.
"Pulang yuk," ajak Alluna karena masih takut lelaki itu mengejar mereka. Tidak terbayang betapa buruknya hari ini kalau lelaki itu mengejarnya dan menganggap dia cewek murahan. Memikirkannya saja bikin Alluna bergidik sendiri.
"Yuk ah, permainan udah selesai." Lestari menyahuti setuju, membuat Alluna merasa lega.
Untungnya ke empat kawannya tidak keberatan untuk pulang. Ke limanya langsung menjejali mobil Alluna yang merupakan mobil sedan merk Honda berwarna metalik.
"Al, cowoknya ganteng nggak?" Tanya Amba yang duduk di samping Alluna.
"Eng... gimana ya, ganteng sih, tapi kesannya galak dan sulit didekati." Ucap Alluna berusaha mengingat figur lelaki yang tadi diciumnya. Alluna ingat ketika dia menepuk pundak lelaki itu, orang asing itu bertanya dengan ketus padanya. Matanya sendiri tampak galak dan siap mengusir dirinya.
“Hanya saja, ciumannya, Ng...gimana ya ngomongnya, bisa di bilang menghanyutkan. Lelaki itu seorang good kisser.”
"Tapi salut buat Alluna, dia benar benar sudah dewasa, berani dan dewasa, iya nggak teman-teman. Dia berani menerima tantangan gila dari Lastri. Gue jadi ingat, dulu juga Luna menerima tantangan buat nembak si culun di kelas kita. Siapa namanya, Abdul Fatah kan? Hahahaha, sekarang dia melakukan hal gila lagi, nyium orang asing!!!" Ucap Sinar dengan bersemangat.
Alluna hanya tertawa rikuh, mereka semua tidak tahu bahwa sampai saat ini hatinya masih kebat-kebit.
Perempuan perempuan itu menjerit ketika mereka membicarakan tentang masa lalu gila yang mereka lakukan di masa SMA.
Mobil Alluna melaju membelah jalanan. Gadis itu memutar radio yang menyenandungkan lagu. Kiss me, dari sixpence none the richer, lagu lawas yang bikin Alluna langsung memerah mukanya.
**
"Jangan lupa handphone mu Al," ucap mama dari arah dapur ketika Alluna sudah di depan pintu hendak keluar.
"Udah Ma!" Alluna menjawab di depan pintu. Alluna kemudian berputar, menuju bagasi. Hari ini mobil dipakai oleh ayahnya untuk bekerja, yang tersisa untuknya hanya Honda Scoopy, kendaraannya sejak kuliah. Usia Scoopy itu sudah hampir lima tahun, tapi kondisinya masih sangat bagus. Alluna menjaga motor miliknya sebaik mungkin.
Setelah memasang helm retro miliknya, Alluna meninggalkan rumahnya dengan perasaan riang. Hari ini dia akan pergi ke gedung PT Virtual Arc, dimana dia akan bekerja hari itu.
PT Virtual Arc berada di bawah kendali Miracle corp, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang multimedia. Gedung yang terdiri dari lima belas lantai itu berisi orang-orang hebat muda yang memang bergerak dalam penciptaan game Treasure.
Alluna sampai di depan kantor, segera menemui bagian HRD yang langsung membawa Alluna ke bagian desain. Disana dia bertemu dengan ketua Tim, lelaki yang ramah, bernama Hendra. Hendra menyambut Luna dengan gembira karena isi bagian di Divisi Karakter semuanya laki-laki.
Hendra lantas memperkenalkan Alluna pada para desain karakter lain. Ada Sean yang biasanya dipanggil Peang karena seringkali melakukan tingkah gila dan suka ngelawak, ada Budi yang hitam kulitnya dan sering dipanggil Ibud singkatan dari ini ibu budi, nama ini mengacu pada pembelajaran bahasa di masa tahun sembilan puluhan. Ada Iwan yang berambut kribo dan suka mutar lagu melankolis di laptopnya setiap istirahat dan terakhir ada Giring yang dipanggil Nidji. Ketika berkenalan dengan Giring, sempat Alluna menyangka Giring Nidji beneran, tapi ternyata KW-nya.
“Luna, gue emang leader di divisi Karakter, tapi nanti elu bakal ketemu sama bos kita, yang membawahi semua bagian. Sebenarnya sih dia bos yang memiliki semua isi gedung ini, tapi untuk game, sepertinya Bos lebih tertarik mengelola bagian Treasure. Jadi, secara khusus Bos kita yang bakal banyak minta dan nanya-nanya. Karena elu masih baru, nanti gue anter buat ketemu sama si Bos.” terang Hendra pada Alluna yang disambut dengan anggukan bersemangat.
Hendra kemudian membungkuk sedikit ke arah Alluna, “Tapi hati-hati, bos lumayan galak, dia enggak pandang bulu, perempuan laki-laki kalau mau dimarahin, pasti dimarahin aja.
“Iya…” Luna lagi-lagi mengangguk.
Setelah berkenalan dengan bagian Desain, Hendra membawa Alluna ke tempat sang bos mereka yang kebetulan ruangannya tidak jauh dari wilayah desain karakter. Sang sekretaris yang berada di depan pintu kantor sambil menghadap ke arah komputer melihat sekilas Hendra dari balik kacamatanya.
Kira kemudian mengambil gagang telepon dan menekan satu tombol yang terhubung dengan sang Bos. Tidak bebeerapa lama Kira lantas berkata pada Hendra, “Masuk saja. Pak Ghani menunggu.”
Hendra mengangguk. Dia lantas mengetuk dua kali pintu kantor Bos. Itu adalah peraturan yang berlaku ditempat itu. Jumlah ketukan menunjukkan maksud. Bila ketukannya dua, berarti keperluannya berhubungan dengan karyawan. Bila ketukan tiga berhubungan dengan pekerjaan.
Setelah mengetuk, Hendra membuka kenop pintu. Ketika pintu terbuka, tampak seorang lelaki menunduk di depan meja, tengah menandatangani beberapa surat. Hendra mendekat begitu juga Alluna.
“Pak, saya hendak memperkenalkan staf baru di divisi Desain karakter.”
Lelaki yang terlihat menunduk itu mengangkat wajah, saat itulah mata Alluna membulat, bahkan tanpa Alluna Sadari mulutnya terbuka. Walau saat itu gelap, Alluna tidak akan mudah melupakan lelaki yang sudah diciumnya--atau menciumnya--di Klub Semalam. Sekarang, ditengah ruangan dengan penerangan cahaya yang lebih jelas, Alluna baru menyadari bahwa lelaki itu demikian tampan dengan garis mata yang tegas, alis mata yang lebat, hidung yang mancung dan bibir yang sedikit tebal.
Ketika melihat Alluna, Ghani sang bos sempat terkejut hingga bangkunya bergeser. Namun lelaki itu mampu mengendalikan diri. Ghani tidak pernah menyangka, perempuan yang datang mencuri ciumannya saat di klub malah muncul dihadapannya saat itu. Padahal Ghani sudah berupaya mengejar gadis itu sampai keluar dari klub. Namun perempuan misterius itu menghilang bersamaan dengan deru sebuah sedan berwarna metalik.
Tidak biasanya Ghani berdiri menyambut staf baru, biasanya dia hanya melihat dari balik mejanya, tanpa berdiri, berdialok sebentar lalu kemudian dia akan menyuruh staf baru itu keluar untuk segera bergabung dengan timnya. Namun, kali ini berbeda. Ghani berdiri dari duduknya, lantas dia keluar dari balik mejanya dan mengancingkan jas miliknya. Matanya menyapu Alluna dengan seksama membuat gadis itu merasa rikuh.“Siapa namamu?” tanya Ghani sebelum Hendra memperkenalkan diri.“Saya Alluna Pak.”“Hm, Alluna…Luna…pasti panggilanmu Luna?”Alluna yang dari tadi jantungnya berdegup-degup tidak terkendali berusaha menahan diri. Gadis itu mengangguk ketika Ghani menyebutkan nama panggilannya. Mata Ghani masih menatapi Alluna, seolah tengah memindai keseluruhan gadis itu, bahkan Luna merasa mata itu seolah menembus sampai ke organ terdalamnya.Ghani mengulum senyum, lalu dia menggerakkan tangannya pada Hendra, “Hen, kamu keluar dulu, ada yang mau aku tanyakan pada staf baru kita ini.” ucap Gha
Alluna langsung mendorong tubuh Ghani menjauh. Wajah Alluna makin memerah, lalu dia langsung mengapus bibirnya dengan lengannya.“Pak!!” seru Alluna dengan panik.“Kan sudah saya bilang tadi, kalau kamu salah menjawab, hukumannya adalah ciuman. Seperti permainanmu bukan?”“Bapak tidak bisa begitu, itu pelecehan namanya!” kali ini Alluna menjawab dengan galak.“Oh, pelecehan? Berarti harusnya yang kamu lakukan pada saya saat itu juga disebut pelecehan tentunya. Mendadak menepuk pundak orang lantas menyerang dengan ciuman begitu saja. Apa kamu pikir itu bukan pelecehan. Jangan kamu pikir hanya perempuan yang bisa menyebut pelecehan, lelaki juga bisa!” Ghani berkata galak dan ucapannya berhasil membuat Alluna terdiam.“Dengar, permainan ini kamu yang mulai, maka aku akan meneruskannya. Selama kamu bekerja ditempat ini, kamu tidak akan bisa menghindari permainan ini. Aku yang bertanya dan kamu menjawab. Bila jawaban kamu melenceng atau salah, maka hukumannya sebuah ciuman!”Alluna bingung
“Iya, bos kita itu, ganteng-ganteng nakutin!” ucap Anya yang bisa merasakan horornya perasaan Ruri. Mereka berdua bukan tanpa alasan jelas untuk tidak takut pada Ghani. Keduanya pernah kena semprot sang boss yang sampai membuat mereka lari ke toilet buat nangis-nangis.Ghani Tenggara, punya wajah yang rupawan, namun sifatnya laksana Iblis kejam. Ketus, tegas dan tempramen, itu kesan yang dimiliki oleh para pekerjanya. Hanya saja, memang bisnis miliknya luar biasa maju pesat. Entah keberuntungan apa yang dimiliki sang CEO. Padahal sikapnya buruk, namun dia selalu bisa membawa semua usahanya maju dan unggul.“Udah enggak ada kan doi?” tanya Anya lagi.“Gue serem satu lift sama dia, bisa-bisa sampai takutnya, gue lupa napas.” komen Ruri yang langsung disahuti dengan tawa Anya.“Kamu itu ya Ri!” ucap Anya sambil memegang pinggang, “Gimana, mau balik ke lift lagi?”“Enggak ah, kapok, lewat tangga aja.”“Serius lho, tangga kan lumayan. Udah ah, si bos juga palingan udah pergi makan siang ju
Ghani menciumnya hanya di kening. Alluna membuka sebelah matanya, dan wajah Ghani teramat dekat dengannya.Ghani yang melihat wajah Alluna yang pucat langsung tertawa keras.Ternyata bisa melihat beragam wajah Alluna itu sangat menyenangkan. Ketakutannya, kecemasannya, wajah malunya. Semua menggemaskan. Ghani jadi tidak tega untuk mencium bibir Alluna. Makanya, sebagai gantinya, dia mencium kening gadis itu. Agar dirinya tidak disangka serigala atau predator."Eh? Dikening?"Ghani tampak berkacak pinggang, "Kamu tidak puas? Mau dibibir lagi?""Enggak…enggak pak!" Alluna langsung menggeleng sekuat-kuatnya membuat Ghani menjadi gemas sendiri. Kenapa kok cewek ini terlihat imut dimatanya."Ini namanya menyerang Pak…" Alluna langsung berkomentar."Apa kamu bilang?""Menyerang. Bapak menyerang karyawati bapak sendiri." sekarang Alluna berani bersuara."Kalau kamu tidak suka, kamu bisa berhenti dari tempat ini. Sudah saya bilang diawal kan, saya hanya meneruskan permainan yang sudah kamu mu
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Ghani sambil menatap dua pekerjanya.Amar dan Anya saling pandang."Aku ulang, apa yang kalian bicarakan?" Ghani mengulang ucapannya. Suaranya tetap tenang, namun kedua karyawannya merasakan sesuatu menusuk."Tidak Pak, ini hanya soal karyawan di divisi Chara Pak." ucap Amar mencoba untuk jujur.Ghani menaikkan satu alisnya, "Memang kenapa dengan karyawan di divisi Chara?""Saya…saya hanya mencoba untuk meminta nomor kontaknya Pak." jawab Amar dengan nada suara gugup.Ghani sekarang memutar tubuhnya menghadap dua karyawannya. Binar matanya berkilat mengancam. Amar bahkan dapat merasakan bulu-bulu halus tangannya meremang.Mendadak suara isyarat dari pintu lift yang akan terbuka berbunyi. Kedua orang tersebut saling berpandangan ketika Ghani menghadapkan wajahnya ke arah pintu lift yang terbuka. Di depan pintu lift beberapa orang menunggu dan terkejut melihat Ghani ada di dalam lift."Maaf Pak, kami permisi dulu." Anya segera mengangguk dan mencoba me
Alluna menahan napas. Mata keduanya demikian dekat. Alluna bahkan bisa menangkap seluruh sisi Ghani dengan sangat sempurna. Wajahnya yang mulus, alis matanya yang tebal sampai di ujung mata. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis berkilat sedikit kemerahan. Di sisi dagunya ada jambang-jambang kecil. Mata lelaki itu bulat campuran antara cokelat muda dan tua.Ghani mendekat lagi, mencoba menutup jarak antara mereka. Mata Ghani terkunci pada bibir Alluna yang tampak sedikit terbuka. Dengan warna merah berkilat karena lipstik. Bibir itu sensual. Ghani tidak bisa melupakan ciuman lembut yang dia rasakan ketika gadis itu menciumnya di Bar, membuat degup aneh bergerak-gerak di dalam dadanya. Sudah lama sekali Ghani tidak mencium bibir perempuan, dan dia merasa haus akan hal tersebut.Dalam posisi sama-sama berada di atas sofa, dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan bagi Alluna, dan tentu saja lebih menguntungkan bagi Ghani. Ghani kemudian menggerakkan tangannya, menyentuh pipi A
"Luna, kau mau bareng pulangnya?" tanya Anya ketika menghampiri meja Alluna. Gadis itu sudah memegang tasnya dan menyampirkan di sisi pundaknya. Ruri yang berada di belakangnya menunggu sambil merapihkan rambutnya dengan sisir.Luna menghentikan pekerjaannya, dia segera mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Anya, "Sepertinya aku masih harus merapihkan pekerjaanku Nya." sahut Alluna dengan wajah seperti memelas. Pekerjaan yang diberikan Hendra tadi belum berhasil dia selesaikan tepat waktu."Oke kalau begitu, aku duluan ya." sahut Anya sambil menunjuk ke arah Ruri, "Ruri sudah menungguku."Alluna mengacungkan jempolnya. Anya kemudian berjalan meninggalkan meja Alluna dan menggandeng tangan Ruri untuk meninggalkan lorong kantor menuju lift.Iwan, Sean dan Giring juga tengah bersiap. Hendra masih sibuk menggambar di meja komputernya. Sean mendekati Hendra."Bro, jadi nggak kita nongkrong?" tanya Sean.Hendra melihat ke arah jam tangannya, dia segera menggeliat dan kemudian bergerak me
"kita putar botol ini, yang diarahkan moncong botol ini, dia yang menerima tantangan, gimana? Truth or dare!!!" Tantang Lestari sambil menunjuk pada ujung botol minuman Bir bintang yang sudah habis dilibasnya.Empat temannya saling berpandangan, lalu lestari mengerling ke arah Alluna. Meminta ijin gadis itu. Hari ini memang harinya Alluna. Hari ini Alluna merayakan hari penerimaan pertamanya di kantor idamannya, sebuah perusahaan desain game, PT Virtual Arc. Sebuah perusahaan game yang bergerak dalam desain game yang tengah populer saat ini, TREASURE.Untuk merayakan keberhasilan Alluna karena diterima di perusahaan bonafit yang diimpikan, sohib-sohib karibnya di SMA pergi ke klub di hari kamis-hari ladys night.Mereka berlima yang terdiri dari Lestari, Imuy, Amba, Sinar dan Alluna memakai pakaian paling cantik dan mengambil satu meja khusus untuk mereka berlima.Mula-mula mereka memperhatikan para pengunjung, lalu bergosip, kemudian timbullah ide untuk melakukan permainan truth or da
"Luna, kau mau bareng pulangnya?" tanya Anya ketika menghampiri meja Alluna. Gadis itu sudah memegang tasnya dan menyampirkan di sisi pundaknya. Ruri yang berada di belakangnya menunggu sambil merapihkan rambutnya dengan sisir.Luna menghentikan pekerjaannya, dia segera mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Anya, "Sepertinya aku masih harus merapihkan pekerjaanku Nya." sahut Alluna dengan wajah seperti memelas. Pekerjaan yang diberikan Hendra tadi belum berhasil dia selesaikan tepat waktu."Oke kalau begitu, aku duluan ya." sahut Anya sambil menunjuk ke arah Ruri, "Ruri sudah menungguku."Alluna mengacungkan jempolnya. Anya kemudian berjalan meninggalkan meja Alluna dan menggandeng tangan Ruri untuk meninggalkan lorong kantor menuju lift.Iwan, Sean dan Giring juga tengah bersiap. Hendra masih sibuk menggambar di meja komputernya. Sean mendekati Hendra."Bro, jadi nggak kita nongkrong?" tanya Sean.Hendra melihat ke arah jam tangannya, dia segera menggeliat dan kemudian bergerak me
Alluna menahan napas. Mata keduanya demikian dekat. Alluna bahkan bisa menangkap seluruh sisi Ghani dengan sangat sempurna. Wajahnya yang mulus, alis matanya yang tebal sampai di ujung mata. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis berkilat sedikit kemerahan. Di sisi dagunya ada jambang-jambang kecil. Mata lelaki itu bulat campuran antara cokelat muda dan tua.Ghani mendekat lagi, mencoba menutup jarak antara mereka. Mata Ghani terkunci pada bibir Alluna yang tampak sedikit terbuka. Dengan warna merah berkilat karena lipstik. Bibir itu sensual. Ghani tidak bisa melupakan ciuman lembut yang dia rasakan ketika gadis itu menciumnya di Bar, membuat degup aneh bergerak-gerak di dalam dadanya. Sudah lama sekali Ghani tidak mencium bibir perempuan, dan dia merasa haus akan hal tersebut.Dalam posisi sama-sama berada di atas sofa, dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan bagi Alluna, dan tentu saja lebih menguntungkan bagi Ghani. Ghani kemudian menggerakkan tangannya, menyentuh pipi A
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Ghani sambil menatap dua pekerjanya.Amar dan Anya saling pandang."Aku ulang, apa yang kalian bicarakan?" Ghani mengulang ucapannya. Suaranya tetap tenang, namun kedua karyawannya merasakan sesuatu menusuk."Tidak Pak, ini hanya soal karyawan di divisi Chara Pak." ucap Amar mencoba untuk jujur.Ghani menaikkan satu alisnya, "Memang kenapa dengan karyawan di divisi Chara?""Saya…saya hanya mencoba untuk meminta nomor kontaknya Pak." jawab Amar dengan nada suara gugup.Ghani sekarang memutar tubuhnya menghadap dua karyawannya. Binar matanya berkilat mengancam. Amar bahkan dapat merasakan bulu-bulu halus tangannya meremang.Mendadak suara isyarat dari pintu lift yang akan terbuka berbunyi. Kedua orang tersebut saling berpandangan ketika Ghani menghadapkan wajahnya ke arah pintu lift yang terbuka. Di depan pintu lift beberapa orang menunggu dan terkejut melihat Ghani ada di dalam lift."Maaf Pak, kami permisi dulu." Anya segera mengangguk dan mencoba me
Ghani menciumnya hanya di kening. Alluna membuka sebelah matanya, dan wajah Ghani teramat dekat dengannya.Ghani yang melihat wajah Alluna yang pucat langsung tertawa keras.Ternyata bisa melihat beragam wajah Alluna itu sangat menyenangkan. Ketakutannya, kecemasannya, wajah malunya. Semua menggemaskan. Ghani jadi tidak tega untuk mencium bibir Alluna. Makanya, sebagai gantinya, dia mencium kening gadis itu. Agar dirinya tidak disangka serigala atau predator."Eh? Dikening?"Ghani tampak berkacak pinggang, "Kamu tidak puas? Mau dibibir lagi?""Enggak…enggak pak!" Alluna langsung menggeleng sekuat-kuatnya membuat Ghani menjadi gemas sendiri. Kenapa kok cewek ini terlihat imut dimatanya."Ini namanya menyerang Pak…" Alluna langsung berkomentar."Apa kamu bilang?""Menyerang. Bapak menyerang karyawati bapak sendiri." sekarang Alluna berani bersuara."Kalau kamu tidak suka, kamu bisa berhenti dari tempat ini. Sudah saya bilang diawal kan, saya hanya meneruskan permainan yang sudah kamu mu
“Iya, bos kita itu, ganteng-ganteng nakutin!” ucap Anya yang bisa merasakan horornya perasaan Ruri. Mereka berdua bukan tanpa alasan jelas untuk tidak takut pada Ghani. Keduanya pernah kena semprot sang boss yang sampai membuat mereka lari ke toilet buat nangis-nangis.Ghani Tenggara, punya wajah yang rupawan, namun sifatnya laksana Iblis kejam. Ketus, tegas dan tempramen, itu kesan yang dimiliki oleh para pekerjanya. Hanya saja, memang bisnis miliknya luar biasa maju pesat. Entah keberuntungan apa yang dimiliki sang CEO. Padahal sikapnya buruk, namun dia selalu bisa membawa semua usahanya maju dan unggul.“Udah enggak ada kan doi?” tanya Anya lagi.“Gue serem satu lift sama dia, bisa-bisa sampai takutnya, gue lupa napas.” komen Ruri yang langsung disahuti dengan tawa Anya.“Kamu itu ya Ri!” ucap Anya sambil memegang pinggang, “Gimana, mau balik ke lift lagi?”“Enggak ah, kapok, lewat tangga aja.”“Serius lho, tangga kan lumayan. Udah ah, si bos juga palingan udah pergi makan siang ju
Alluna langsung mendorong tubuh Ghani menjauh. Wajah Alluna makin memerah, lalu dia langsung mengapus bibirnya dengan lengannya.“Pak!!” seru Alluna dengan panik.“Kan sudah saya bilang tadi, kalau kamu salah menjawab, hukumannya adalah ciuman. Seperti permainanmu bukan?”“Bapak tidak bisa begitu, itu pelecehan namanya!” kali ini Alluna menjawab dengan galak.“Oh, pelecehan? Berarti harusnya yang kamu lakukan pada saya saat itu juga disebut pelecehan tentunya. Mendadak menepuk pundak orang lantas menyerang dengan ciuman begitu saja. Apa kamu pikir itu bukan pelecehan. Jangan kamu pikir hanya perempuan yang bisa menyebut pelecehan, lelaki juga bisa!” Ghani berkata galak dan ucapannya berhasil membuat Alluna terdiam.“Dengar, permainan ini kamu yang mulai, maka aku akan meneruskannya. Selama kamu bekerja ditempat ini, kamu tidak akan bisa menghindari permainan ini. Aku yang bertanya dan kamu menjawab. Bila jawaban kamu melenceng atau salah, maka hukumannya sebuah ciuman!”Alluna bingung
Tidak biasanya Ghani berdiri menyambut staf baru, biasanya dia hanya melihat dari balik mejanya, tanpa berdiri, berdialok sebentar lalu kemudian dia akan menyuruh staf baru itu keluar untuk segera bergabung dengan timnya. Namun, kali ini berbeda. Ghani berdiri dari duduknya, lantas dia keluar dari balik mejanya dan mengancingkan jas miliknya. Matanya menyapu Alluna dengan seksama membuat gadis itu merasa rikuh.“Siapa namamu?” tanya Ghani sebelum Hendra memperkenalkan diri.“Saya Alluna Pak.”“Hm, Alluna…Luna…pasti panggilanmu Luna?”Alluna yang dari tadi jantungnya berdegup-degup tidak terkendali berusaha menahan diri. Gadis itu mengangguk ketika Ghani menyebutkan nama panggilannya. Mata Ghani masih menatapi Alluna, seolah tengah memindai keseluruhan gadis itu, bahkan Luna merasa mata itu seolah menembus sampai ke organ terdalamnya.Ghani mengulum senyum, lalu dia menggerakkan tangannya pada Hendra, “Hen, kamu keluar dulu, ada yang mau aku tanyakan pada staf baru kita ini.” ucap Gha
Alluna membelakakan mata, dia tidak menyangka bahwa lelaki asing yang diciumnya itu malah membalas ciumannya. Dan sialnya lagi, lelaki itu adalah seorang pencium yang handal!Eh, memangnya boleh menyebut ciuman kayak gitu handal! Harusnya cowok jenis ini dikategorikan sebagai Playboy. Kalau ciuman nya sebagus ini, cowok ini pasti sudah banyak pengalaman.Satu menit, keduanya berciuman selama satu menit, dan rasanya napas Alluna nyaris habis akibat ciuman tanpa jeda itu.Lelaki asing itu mendekap pinggang Alluna dengan ketat, seolah memenjara Alluna agar tidak bisa kabur begitu saja.Alluna langsung mendorong tubuh lelaki itu ketika sang orang asing hendak melanjutkan ciuman ronde kedua.Dia gila!Lelaki itu menatap ke arah Alluna, lalu tersungging senyum, "Apa kita tidak melanjutkannya lagi?" Godanya.Alluna mendelik ke arah laki-laki itu, pengennya dia menceramahi lelaki itu, namun kemudian Luna mengurungkan niatnya. Yang mula-mula mencium kan memang dirinya. Jadi, gadis itu langsung
"kita putar botol ini, yang diarahkan moncong botol ini, dia yang menerima tantangan, gimana? Truth or dare!!!" Tantang Lestari sambil menunjuk pada ujung botol minuman Bir bintang yang sudah habis dilibasnya.Empat temannya saling berpandangan, lalu lestari mengerling ke arah Alluna. Meminta ijin gadis itu. Hari ini memang harinya Alluna. Hari ini Alluna merayakan hari penerimaan pertamanya di kantor idamannya, sebuah perusahaan desain game, PT Virtual Arc. Sebuah perusahaan game yang bergerak dalam desain game yang tengah populer saat ini, TREASURE.Untuk merayakan keberhasilan Alluna karena diterima di perusahaan bonafit yang diimpikan, sohib-sohib karibnya di SMA pergi ke klub di hari kamis-hari ladys night.Mereka berlima yang terdiri dari Lestari, Imuy, Amba, Sinar dan Alluna memakai pakaian paling cantik dan mengambil satu meja khusus untuk mereka berlima.Mula-mula mereka memperhatikan para pengunjung, lalu bergosip, kemudian timbullah ide untuk melakukan permainan truth or da