Alluna langsung mendorong tubuh Ghani menjauh. Wajah Alluna makin memerah, lalu dia langsung mengapus bibirnya dengan lengannya.
“Pak!!” seru Alluna dengan panik.
“Kan sudah saya bilang tadi, kalau kamu salah menjawab, hukumannya adalah ciuman. Seperti permainanmu bukan?”
“Bapak tidak bisa begitu, itu pelecehan namanya!” kali ini Alluna menjawab dengan galak.
“Oh, pelecehan? Berarti harusnya yang kamu lakukan pada saya saat itu juga disebut pelecehan tentunya. Mendadak menepuk pundak orang lantas menyerang dengan ciuman begitu saja. Apa kamu pikir itu bukan pelecehan. Jangan kamu pikir hanya perempuan yang bisa menyebut pelecehan, lelaki juga bisa!” Ghani berkata galak dan ucapannya berhasil membuat Alluna terdiam.
“Dengar, permainan ini kamu yang mulai, maka aku akan meneruskannya. Selama kamu bekerja ditempat ini, kamu tidak akan bisa menghindari permainan ini. Aku yang bertanya dan kamu menjawab. Bila jawaban kamu melenceng atau salah, maka hukumannya sebuah ciuman!”
Alluna bingung, namun Ghani sudah menunjuk pintu kantornya, “kamu bisa keluar sekarang,” ucap Ghani yang tentu saja langsung membuat Alluna berputar dan berjalan menuju pintu.
Kira yang tengah merapihkan kertas terkejut ketika melihat Luna keluar dari ruangan Ghani dengan wajah merah padam dan seperti hampir menangis. Kira tidak bisa membayangkan bagaimana bisa gadis yang baru masuk kerja sudah kena semprot sang bos.
Luna bisa merasakan tangannya gemetar dan tubuhnya memanas. Alih-alih kembali ke tempat kerjanya, Alluna malah berlari ke arah toilet dan segera mengambil satu kamar mandi lalu menangis di dalamnya.
Benar benar bencana! Kutukan! Ini terjadi karena dia nekat melakukan ciuman random di klub karena tantangan. Sekarang, Alluna sedang menerima karma dari kelakukannya. Langsung, kontan tanpa jeda.
Hendra yang berada di ruangannya tampak celingak-celinguk resah. Dia tidak menyangka, baru dapat anak baru, perempuan lagi, di divisinya sudah kena semprot Pak Ghani. Hendra tahu betapa mood bosnya itu kadang naik dan turun tidak bisa diduga. Kegalakannya sudah jadi hantu menakutkan dikantor, tapi tangan dinginnya memang berhasil membesarkan game love triangle sampai menjadi game yang diminati kalangan anak muda dan dewasa.
“Kenapa Dra?” Budi bertanya sambil mengintip arah Hendra melihat.
“Gue cemas, dari tadi Alluna belum balik-balik.” jawab Hendra.
“Lho, Kalau Alluna, tadi dia ke toilet. Gue baru aja papasan sama dia pas mau buang air.” Budi menjawab kemudian masuk ke dalam ruangan.
“Eh, seriusan. Ya, syukurlah kalau dia sudah keluar. Soalnya dia lama banget diruang pak Ghani, gue takut kenapa sama tuh anak.”
“Enggak usah cemas gitu kali Hen. Elu tahu kan, Pak Ghani mungkin mau nanya-nanya macam-macam. Divisi kita kan seringkali ceweknya pada kabur, enggak kuat.” timpal Giring sambil melanjutkan melihat desain dari laptopnya.
“Ya, karena itu. Baru dapat anak baru, jangan sampai kabur lagi…” terang Hendra.
“Iya, apalagi si Alluna itu manis juga, jadi adem divisi kita lihatnya kan ya.” kali ini Sean angkat bicara, dan rupanya pendapat Sean diamini oleh semua. Devisi desain chara memang sulit dapat perempuan. Divisi perempuan kebanyakan di bagian unit admin sama divisi cerita. Jadi, mereka senang banget ketika akhirnya ada cewek manis seperti Alluna masuk ke dalam divisi.
Alluna masuk ke dalam ruangan dan dia sudah merapihkan riasannya. Alluna sudah memastikan tidak ada bekas air mata di pipi maupun di bagian celak mata. Ini hari pertama Alluna kerja, jadi dia tidak ingin merusak mood kerjanya yang sudah naik sedari pagi. Walau, sempat hati Alluna menjadi ambyar karena perlakukan sang bos, tapi gadis itu tetap bertekat untuk bertahan.
Dia tidak akan membiarkan dirinya kalah oleh si Bos dan pindah. Tempat ini adalah impiannya sejak lama, dan dia tidak mau melepaskan impiannya karena satu dua hal tidak menyenangkan.
Ketika Alluna masuk, Hendra langsung menghampiri. “kamu enggak apa-apa kan Luna?”
“Enggak apa-apa kok Mas. Cuma, tadi dikasih pengarahan saja sama bos.” jawab Alluna.
“Tuh, udah gue bilang juga apa. Tenang aja, memang kita tahu bos kita super galak, tapi masa dia marahin anak baru, enggak mungkin deh!” sekarang Iwan menyahuti sambil memasang headset ke telinganya, sepertinya dia sedang bersiap dengan lagu-lagu melow miliknya.
“Ya, bagus deh kalau tidak ada apa-apa. Ya udah, balik sana Luna, kerja. Untuk sekarang kita sedang bikin chara ini.” Hendra langsung memperlihatkan catatan pada Alluna.
Alluna menerima catatan yang diberikan oleh Hendra, membacanya sejenak kemudian dia mengangguk.
“Nah Luna, meja kamu dekat dengan Giring ya.” terang Hendra yang dibalas dengan anggukan kedua dari Alluna.
Setelah mendapat mengarahan seperlunya dari leader divisinya, Alluna pergi ke meja kerjanya yang masih kosong. Hanya ada perlengkapan komputer saja. Nanti Alluna akan mengisi meja tersebut dengan berbagai barang pribadinya. Untuk sekarang cukup dengan apa yang ada dahulu. Di sampingnya, Giring melongok pada meja Alluna, “Hei Luna, gue panggil Luna saja ya. Nanti kalau kau ada masalah, tinggal ngetok sekat ini, nanti gue tengokin.”
“Iya mas Giring…”
Giring tersenyum, biasanya para personel Desain Chara akan manggil dia Nidji, tapi ada anak baru yang mau manggil nama aslinya. Jadi berasa Giring lagi, bukan Giring KW.
Di seberang, Sean mendengus, “Wuuu…Nidji mulai modus!!” serunya.
“Apaan sih Elu! Gue cuma bantu junior tau!”
Budi yang berada di samping Sean tertawa, “udah ah Peang! Nanti modusnya ke baca, jadi enggak enak!” celoteh Budi yang langsung mendapat timpukan kertas bergulung.
Alluna tertawa sendiri di samping mejanya, walau tawanya hanya kecil saja. Setelah kejadian tadi yang tidak menyenangkan dengan sang Bos, paling enggak anak-anak divisinya lucu-lucu dan bikin dia ketawa gembira. Suasana kerja yang seperti ini yang bikin semangat.
Waktu berjalan secara cepat, dan tampaknya para pekerja sudah mulai kasak kusuk memasuki jam istirahan siang.
Giring mengetuk bilik yang memisahkan mejanya dengan Alluna dan melongokkan kepalanya ke arah Alluna, “Luna, kamu makan siang sama siapa?”
Alluna menengok ke arah Giring, menggeleng, “Belum ada rencana.”
“Mau barengan sama kita-kita, genk cowok?!” tanya Giring.
“Eng……” duh, Alluna jadi tidak enak juga nolak rekan sekerjanya. Apalagi dia tahu, Giring perhatian karena tahu dirinya anak baru, belum apal benar tempat di sekitar situ. Teman satu divisi tidak ada cewek, ya tinggal rombongan sama genk cowok.
Alluna mengangguk, “Oke.” sahut Alluna yang kemudian di jawab dengan tanpa jempol oleh Giring. Ketika waktu kritis untuk masuk istirahat siang, terlihat banyak pekerja mulai mondar mandir gelisah. Ada yang malah sudah ngobrol dengan temannya.
Saat itu Alluna sudah membuat komputernya shut down karena dia akan bersiap untuk makan siang. Sean sudah bergabung dengan Giring dan berdiri di meja kawannya itu sambil berbicara. Giring menunjuk ke arah Alluna yang kemudian di dekati oleh Sean.
“Luna sukanya makan apa?” tanya Sean ketika dia sekarang berpindah ke meja Alluna.
“Eng, apa aja sih suka, enggak terlalu milih juga.” jawab Alluna lagi.
“Kita rencananya mau makan soto ayam. Enggak masalah kan, tapi memang tempatnya bukan dikantin sih, sedikit jauh lah. Tapi enggak jauh-jauh amat, kira-kira tiga ratus meter dari kantor.”
“Oke.” Alluna mengangguk.
Saat itu Iwan sudah melepas headsetnya dan langsung merangkul pundak Sean sambil bertanya, “Kita makan apa nih?” tanyanya.
“Kita bareng sama Luna, sekaligus memperkenalkan beberapa tempat makan disini. Kasihan Luna sendirian.” terang Sean pada Iwan. Dia tahu nih cowok pasti enggak nyimak obrolan. Kalo dia sudah masang headsetnya, pasti cowok melow ini akan tenggelam dengan lagu-lagu romantisnya.
“Ya, boleh aja, selama Alluna tidak malu kumpul-kumpul sama para serigala...” ucap Iwan yang kontan membuat Alluna yang tengah minum air langsung tersedak.
Budi langsung tertawa. “Ya elah, kita dianggap kumpulan serigala. Auuuu, auuuu!”
Mendengar Budi ber Auuu, Auuu riya, disusul dengan Giring yang mengaum seperti Serigala ketemu kumpulan, “Auuuu! Auuuuuu!” sehingga meja mereka malah jadi rame dengan suara ala-ala Serigala berkumpul.
Alluna mau tidak mau ikutan senyum-senyum, gila nyampah banget ini cowok-cowok. Biasanya Luna sering bergaul dengan sohib perempuan, tidak nyangka banyolan cowok lebih gila dari banyolan cewek.
Tepat ketika Alluna tertawa-tawa, gadis itu tidak menyadari bahwa sang bos, Ghani lewat di jalur mereka dan matanya menatap ke arah Alluna.
Ghani tampak tersenyum simpul, lalu kemudian berlalu. Ghani mengusap rambutnya ke atas kening. Ghani tidak menyangka, Alluna bila tersenyum dan tertawa bisa semanis itu. Sekarang di otak Ghani hanya ada rencana untuk membuat jenis-jenis permainan yang menarik. Hari-hari bekerjanya yang monoton akan terasa lebih seru. CEO muda itu tidak menyangka, kejadian di klub bisa berlanjut sampai ke kantor.
**
Ketika jam istirahat, Alluna berjalan bersama para cowok melewati beberapa meja. Beberapa pasang mata mengamati kumpulan lelaki dengan satu perempuan di dalamnya. Ternyata hal itu menimbulkan desas-desus tersendiri. Divisi Desain chara memang selalu menarik untuk jadi gosipan. Mereka sudah sering ganti-ganti personel cewek, namun rata-rata tidak ada yang tahan. Karena biasanya, ketika personel cewek makan sama cowok, maka para cewek di divisi lain akan sibuk bergosip.
“Siapa?” tanya Anya, dari divisi Marketing.
“Kayaknya anak baru, di divisi Chara.”
“Oh….” Anya mengangguk.
“Ini udah berapa kami personel di divisi Chara ganti orang?” Anya kembali bertanya pada teman kerjanya, Ruri
“Kayaknya udah yang ke empat kali. “ jawab Ruri agak acuh tak acuh. “Nya, kita makan di mana?” tanya Ruri sambil mengambil dompetnya di atas meja.
“Kantin?”
“Bosen ah. Yang lain aja deh.”
“Aku denger dari Hendra, katanya ada tempat soto ayam enak, enggak jauh dari kantor. Mau jalan nggak ke sana?” tanya Anya.
“Boleh.” Ruri keluar dari meja kerjanya. Dia langsung mengamit Anya. Mereka memang dekat, sejak masuk kantor Ruri yang cuek dengan Anya yang ceriwis malah jadi cocok dan klop satu sama lain.
“Eh,Nya, kamu dekat ya sama Hendra?”
“Kebetulan. Waktu masuk ke sini samaan. Lagipula Hendra itu kesannya kayak kakak gitu. Suka ngayomin.” terang Anya yang memang suka dengan lelaki yang lebih tua.
“Kamu naksir dia?”
“Eyalah, dekat dikit dibilang naksir, seram amat.” Anya menyela disambut dengan tertawaan Ruri.
Ketika dua gadis itu membuka pintu Lift, mereka terkejut karena dari dalam Lift sang bos, Ghani Tenggara sedang berdiri.
Ruri sempat menyengol pinggang Anya, karena merasa kikuk melihat sang bos berada di dalam lift. Diantara sejuta kesempatan, kenapa malah pas mau makan siang papasan sama si Bos.
Ghani melihat dua karyawatinya, dia menaikkan alis, “Kalian mau masuk?” tanyanya dengan suara Bassnya yang bisa bikin perempuan meleleh.
“Kami, nanti saja pak, ada yang ketinggalan. Silahkan Pak.” ucap Ruri yang langsung mengamit tangan kawannya untuk segera menjauhi lift berpura-pura balik ke kantor.
Ghani lantas memencet tombol tutup dan lift segera berjalan turun.
Anya dan Ruri berhenti di tengah jalan, mereka melihat ke arah Lift yang sudah menutup. Ruri mengelus dada dengan lega. “Sumpah, kaget gue. Ketemu di Lift sama Pak Ghani.”
“Iya, bos kita itu, ganteng-ganteng nakutin!” ucap Anya yang bisa merasakan horornya perasaan Ruri. Mereka berdua bukan tanpa alasan jelas untuk tidak takut pada Ghani. Keduanya pernah kena semprot sang boss yang sampai membuat mereka lari ke toilet buat nangis-nangis.Ghani Tenggara, punya wajah yang rupawan, namun sifatnya laksana Iblis kejam. Ketus, tegas dan tempramen, itu kesan yang dimiliki oleh para pekerjanya. Hanya saja, memang bisnis miliknya luar biasa maju pesat. Entah keberuntungan apa yang dimiliki sang CEO. Padahal sikapnya buruk, namun dia selalu bisa membawa semua usahanya maju dan unggul.“Udah enggak ada kan doi?” tanya Anya lagi.“Gue serem satu lift sama dia, bisa-bisa sampai takutnya, gue lupa napas.” komen Ruri yang langsung disahuti dengan tawa Anya.“Kamu itu ya Ri!” ucap Anya sambil memegang pinggang, “Gimana, mau balik ke lift lagi?”“Enggak ah, kapok, lewat tangga aja.”“Serius lho, tangga kan lumayan. Udah ah, si bos juga palingan udah pergi makan siang ju
Ghani menciumnya hanya di kening. Alluna membuka sebelah matanya, dan wajah Ghani teramat dekat dengannya.Ghani yang melihat wajah Alluna yang pucat langsung tertawa keras.Ternyata bisa melihat beragam wajah Alluna itu sangat menyenangkan. Ketakutannya, kecemasannya, wajah malunya. Semua menggemaskan. Ghani jadi tidak tega untuk mencium bibir Alluna. Makanya, sebagai gantinya, dia mencium kening gadis itu. Agar dirinya tidak disangka serigala atau predator."Eh? Dikening?"Ghani tampak berkacak pinggang, "Kamu tidak puas? Mau dibibir lagi?""Enggak…enggak pak!" Alluna langsung menggeleng sekuat-kuatnya membuat Ghani menjadi gemas sendiri. Kenapa kok cewek ini terlihat imut dimatanya."Ini namanya menyerang Pak…" Alluna langsung berkomentar."Apa kamu bilang?""Menyerang. Bapak menyerang karyawati bapak sendiri." sekarang Alluna berani bersuara."Kalau kamu tidak suka, kamu bisa berhenti dari tempat ini. Sudah saya bilang diawal kan, saya hanya meneruskan permainan yang sudah kamu mu
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Ghani sambil menatap dua pekerjanya.Amar dan Anya saling pandang."Aku ulang, apa yang kalian bicarakan?" Ghani mengulang ucapannya. Suaranya tetap tenang, namun kedua karyawannya merasakan sesuatu menusuk."Tidak Pak, ini hanya soal karyawan di divisi Chara Pak." ucap Amar mencoba untuk jujur.Ghani menaikkan satu alisnya, "Memang kenapa dengan karyawan di divisi Chara?""Saya…saya hanya mencoba untuk meminta nomor kontaknya Pak." jawab Amar dengan nada suara gugup.Ghani sekarang memutar tubuhnya menghadap dua karyawannya. Binar matanya berkilat mengancam. Amar bahkan dapat merasakan bulu-bulu halus tangannya meremang.Mendadak suara isyarat dari pintu lift yang akan terbuka berbunyi. Kedua orang tersebut saling berpandangan ketika Ghani menghadapkan wajahnya ke arah pintu lift yang terbuka. Di depan pintu lift beberapa orang menunggu dan terkejut melihat Ghani ada di dalam lift."Maaf Pak, kami permisi dulu." Anya segera mengangguk dan mencoba me
Alluna menahan napas. Mata keduanya demikian dekat. Alluna bahkan bisa menangkap seluruh sisi Ghani dengan sangat sempurna. Wajahnya yang mulus, alis matanya yang tebal sampai di ujung mata. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis berkilat sedikit kemerahan. Di sisi dagunya ada jambang-jambang kecil. Mata lelaki itu bulat campuran antara cokelat muda dan tua.Ghani mendekat lagi, mencoba menutup jarak antara mereka. Mata Ghani terkunci pada bibir Alluna yang tampak sedikit terbuka. Dengan warna merah berkilat karena lipstik. Bibir itu sensual. Ghani tidak bisa melupakan ciuman lembut yang dia rasakan ketika gadis itu menciumnya di Bar, membuat degup aneh bergerak-gerak di dalam dadanya. Sudah lama sekali Ghani tidak mencium bibir perempuan, dan dia merasa haus akan hal tersebut.Dalam posisi sama-sama berada di atas sofa, dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan bagi Alluna, dan tentu saja lebih menguntungkan bagi Ghani. Ghani kemudian menggerakkan tangannya, menyentuh pipi A
"Luna, kau mau bareng pulangnya?" tanya Anya ketika menghampiri meja Alluna. Gadis itu sudah memegang tasnya dan menyampirkan di sisi pundaknya. Ruri yang berada di belakangnya menunggu sambil merapihkan rambutnya dengan sisir.Luna menghentikan pekerjaannya, dia segera mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Anya, "Sepertinya aku masih harus merapihkan pekerjaanku Nya." sahut Alluna dengan wajah seperti memelas. Pekerjaan yang diberikan Hendra tadi belum berhasil dia selesaikan tepat waktu."Oke kalau begitu, aku duluan ya." sahut Anya sambil menunjuk ke arah Ruri, "Ruri sudah menungguku."Alluna mengacungkan jempolnya. Anya kemudian berjalan meninggalkan meja Alluna dan menggandeng tangan Ruri untuk meninggalkan lorong kantor menuju lift.Iwan, Sean dan Giring juga tengah bersiap. Hendra masih sibuk menggambar di meja komputernya. Sean mendekati Hendra."Bro, jadi nggak kita nongkrong?" tanya Sean.Hendra melihat ke arah jam tangannya, dia segera menggeliat dan kemudian bergerak me
"kita putar botol ini, yang diarahkan moncong botol ini, dia yang menerima tantangan, gimana? Truth or dare!!!" Tantang Lestari sambil menunjuk pada ujung botol minuman Bir bintang yang sudah habis dilibasnya.Empat temannya saling berpandangan, lalu lestari mengerling ke arah Alluna. Meminta ijin gadis itu. Hari ini memang harinya Alluna. Hari ini Alluna merayakan hari penerimaan pertamanya di kantor idamannya, sebuah perusahaan desain game, PT Virtual Arc. Sebuah perusahaan game yang bergerak dalam desain game yang tengah populer saat ini, TREASURE.Untuk merayakan keberhasilan Alluna karena diterima di perusahaan bonafit yang diimpikan, sohib-sohib karibnya di SMA pergi ke klub di hari kamis-hari ladys night.Mereka berlima yang terdiri dari Lestari, Imuy, Amba, Sinar dan Alluna memakai pakaian paling cantik dan mengambil satu meja khusus untuk mereka berlima.Mula-mula mereka memperhatikan para pengunjung, lalu bergosip, kemudian timbullah ide untuk melakukan permainan truth or da
Alluna membelakakan mata, dia tidak menyangka bahwa lelaki asing yang diciumnya itu malah membalas ciumannya. Dan sialnya lagi, lelaki itu adalah seorang pencium yang handal!Eh, memangnya boleh menyebut ciuman kayak gitu handal! Harusnya cowok jenis ini dikategorikan sebagai Playboy. Kalau ciuman nya sebagus ini, cowok ini pasti sudah banyak pengalaman.Satu menit, keduanya berciuman selama satu menit, dan rasanya napas Alluna nyaris habis akibat ciuman tanpa jeda itu.Lelaki asing itu mendekap pinggang Alluna dengan ketat, seolah memenjara Alluna agar tidak bisa kabur begitu saja.Alluna langsung mendorong tubuh lelaki itu ketika sang orang asing hendak melanjutkan ciuman ronde kedua.Dia gila!Lelaki itu menatap ke arah Alluna, lalu tersungging senyum, "Apa kita tidak melanjutkannya lagi?" Godanya.Alluna mendelik ke arah laki-laki itu, pengennya dia menceramahi lelaki itu, namun kemudian Luna mengurungkan niatnya. Yang mula-mula mencium kan memang dirinya. Jadi, gadis itu langsung
Tidak biasanya Ghani berdiri menyambut staf baru, biasanya dia hanya melihat dari balik mejanya, tanpa berdiri, berdialok sebentar lalu kemudian dia akan menyuruh staf baru itu keluar untuk segera bergabung dengan timnya. Namun, kali ini berbeda. Ghani berdiri dari duduknya, lantas dia keluar dari balik mejanya dan mengancingkan jas miliknya. Matanya menyapu Alluna dengan seksama membuat gadis itu merasa rikuh.“Siapa namamu?” tanya Ghani sebelum Hendra memperkenalkan diri.“Saya Alluna Pak.”“Hm, Alluna…Luna…pasti panggilanmu Luna?”Alluna yang dari tadi jantungnya berdegup-degup tidak terkendali berusaha menahan diri. Gadis itu mengangguk ketika Ghani menyebutkan nama panggilannya. Mata Ghani masih menatapi Alluna, seolah tengah memindai keseluruhan gadis itu, bahkan Luna merasa mata itu seolah menembus sampai ke organ terdalamnya.Ghani mengulum senyum, lalu dia menggerakkan tangannya pada Hendra, “Hen, kamu keluar dulu, ada yang mau aku tanyakan pada staf baru kita ini.” ucap Gha
"Luna, kau mau bareng pulangnya?" tanya Anya ketika menghampiri meja Alluna. Gadis itu sudah memegang tasnya dan menyampirkan di sisi pundaknya. Ruri yang berada di belakangnya menunggu sambil merapihkan rambutnya dengan sisir.Luna menghentikan pekerjaannya, dia segera mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Anya, "Sepertinya aku masih harus merapihkan pekerjaanku Nya." sahut Alluna dengan wajah seperti memelas. Pekerjaan yang diberikan Hendra tadi belum berhasil dia selesaikan tepat waktu."Oke kalau begitu, aku duluan ya." sahut Anya sambil menunjuk ke arah Ruri, "Ruri sudah menungguku."Alluna mengacungkan jempolnya. Anya kemudian berjalan meninggalkan meja Alluna dan menggandeng tangan Ruri untuk meninggalkan lorong kantor menuju lift.Iwan, Sean dan Giring juga tengah bersiap. Hendra masih sibuk menggambar di meja komputernya. Sean mendekati Hendra."Bro, jadi nggak kita nongkrong?" tanya Sean.Hendra melihat ke arah jam tangannya, dia segera menggeliat dan kemudian bergerak me
Alluna menahan napas. Mata keduanya demikian dekat. Alluna bahkan bisa menangkap seluruh sisi Ghani dengan sangat sempurna. Wajahnya yang mulus, alis matanya yang tebal sampai di ujung mata. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis berkilat sedikit kemerahan. Di sisi dagunya ada jambang-jambang kecil. Mata lelaki itu bulat campuran antara cokelat muda dan tua.Ghani mendekat lagi, mencoba menutup jarak antara mereka. Mata Ghani terkunci pada bibir Alluna yang tampak sedikit terbuka. Dengan warna merah berkilat karena lipstik. Bibir itu sensual. Ghani tidak bisa melupakan ciuman lembut yang dia rasakan ketika gadis itu menciumnya di Bar, membuat degup aneh bergerak-gerak di dalam dadanya. Sudah lama sekali Ghani tidak mencium bibir perempuan, dan dia merasa haus akan hal tersebut.Dalam posisi sama-sama berada di atas sofa, dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan bagi Alluna, dan tentu saja lebih menguntungkan bagi Ghani. Ghani kemudian menggerakkan tangannya, menyentuh pipi A
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Ghani sambil menatap dua pekerjanya.Amar dan Anya saling pandang."Aku ulang, apa yang kalian bicarakan?" Ghani mengulang ucapannya. Suaranya tetap tenang, namun kedua karyawannya merasakan sesuatu menusuk."Tidak Pak, ini hanya soal karyawan di divisi Chara Pak." ucap Amar mencoba untuk jujur.Ghani menaikkan satu alisnya, "Memang kenapa dengan karyawan di divisi Chara?""Saya…saya hanya mencoba untuk meminta nomor kontaknya Pak." jawab Amar dengan nada suara gugup.Ghani sekarang memutar tubuhnya menghadap dua karyawannya. Binar matanya berkilat mengancam. Amar bahkan dapat merasakan bulu-bulu halus tangannya meremang.Mendadak suara isyarat dari pintu lift yang akan terbuka berbunyi. Kedua orang tersebut saling berpandangan ketika Ghani menghadapkan wajahnya ke arah pintu lift yang terbuka. Di depan pintu lift beberapa orang menunggu dan terkejut melihat Ghani ada di dalam lift."Maaf Pak, kami permisi dulu." Anya segera mengangguk dan mencoba me
Ghani menciumnya hanya di kening. Alluna membuka sebelah matanya, dan wajah Ghani teramat dekat dengannya.Ghani yang melihat wajah Alluna yang pucat langsung tertawa keras.Ternyata bisa melihat beragam wajah Alluna itu sangat menyenangkan. Ketakutannya, kecemasannya, wajah malunya. Semua menggemaskan. Ghani jadi tidak tega untuk mencium bibir Alluna. Makanya, sebagai gantinya, dia mencium kening gadis itu. Agar dirinya tidak disangka serigala atau predator."Eh? Dikening?"Ghani tampak berkacak pinggang, "Kamu tidak puas? Mau dibibir lagi?""Enggak…enggak pak!" Alluna langsung menggeleng sekuat-kuatnya membuat Ghani menjadi gemas sendiri. Kenapa kok cewek ini terlihat imut dimatanya."Ini namanya menyerang Pak…" Alluna langsung berkomentar."Apa kamu bilang?""Menyerang. Bapak menyerang karyawati bapak sendiri." sekarang Alluna berani bersuara."Kalau kamu tidak suka, kamu bisa berhenti dari tempat ini. Sudah saya bilang diawal kan, saya hanya meneruskan permainan yang sudah kamu mu
“Iya, bos kita itu, ganteng-ganteng nakutin!” ucap Anya yang bisa merasakan horornya perasaan Ruri. Mereka berdua bukan tanpa alasan jelas untuk tidak takut pada Ghani. Keduanya pernah kena semprot sang boss yang sampai membuat mereka lari ke toilet buat nangis-nangis.Ghani Tenggara, punya wajah yang rupawan, namun sifatnya laksana Iblis kejam. Ketus, tegas dan tempramen, itu kesan yang dimiliki oleh para pekerjanya. Hanya saja, memang bisnis miliknya luar biasa maju pesat. Entah keberuntungan apa yang dimiliki sang CEO. Padahal sikapnya buruk, namun dia selalu bisa membawa semua usahanya maju dan unggul.“Udah enggak ada kan doi?” tanya Anya lagi.“Gue serem satu lift sama dia, bisa-bisa sampai takutnya, gue lupa napas.” komen Ruri yang langsung disahuti dengan tawa Anya.“Kamu itu ya Ri!” ucap Anya sambil memegang pinggang, “Gimana, mau balik ke lift lagi?”“Enggak ah, kapok, lewat tangga aja.”“Serius lho, tangga kan lumayan. Udah ah, si bos juga palingan udah pergi makan siang ju
Alluna langsung mendorong tubuh Ghani menjauh. Wajah Alluna makin memerah, lalu dia langsung mengapus bibirnya dengan lengannya.“Pak!!” seru Alluna dengan panik.“Kan sudah saya bilang tadi, kalau kamu salah menjawab, hukumannya adalah ciuman. Seperti permainanmu bukan?”“Bapak tidak bisa begitu, itu pelecehan namanya!” kali ini Alluna menjawab dengan galak.“Oh, pelecehan? Berarti harusnya yang kamu lakukan pada saya saat itu juga disebut pelecehan tentunya. Mendadak menepuk pundak orang lantas menyerang dengan ciuman begitu saja. Apa kamu pikir itu bukan pelecehan. Jangan kamu pikir hanya perempuan yang bisa menyebut pelecehan, lelaki juga bisa!” Ghani berkata galak dan ucapannya berhasil membuat Alluna terdiam.“Dengar, permainan ini kamu yang mulai, maka aku akan meneruskannya. Selama kamu bekerja ditempat ini, kamu tidak akan bisa menghindari permainan ini. Aku yang bertanya dan kamu menjawab. Bila jawaban kamu melenceng atau salah, maka hukumannya sebuah ciuman!”Alluna bingung
Tidak biasanya Ghani berdiri menyambut staf baru, biasanya dia hanya melihat dari balik mejanya, tanpa berdiri, berdialok sebentar lalu kemudian dia akan menyuruh staf baru itu keluar untuk segera bergabung dengan timnya. Namun, kali ini berbeda. Ghani berdiri dari duduknya, lantas dia keluar dari balik mejanya dan mengancingkan jas miliknya. Matanya menyapu Alluna dengan seksama membuat gadis itu merasa rikuh.“Siapa namamu?” tanya Ghani sebelum Hendra memperkenalkan diri.“Saya Alluna Pak.”“Hm, Alluna…Luna…pasti panggilanmu Luna?”Alluna yang dari tadi jantungnya berdegup-degup tidak terkendali berusaha menahan diri. Gadis itu mengangguk ketika Ghani menyebutkan nama panggilannya. Mata Ghani masih menatapi Alluna, seolah tengah memindai keseluruhan gadis itu, bahkan Luna merasa mata itu seolah menembus sampai ke organ terdalamnya.Ghani mengulum senyum, lalu dia menggerakkan tangannya pada Hendra, “Hen, kamu keluar dulu, ada yang mau aku tanyakan pada staf baru kita ini.” ucap Gha
Alluna membelakakan mata, dia tidak menyangka bahwa lelaki asing yang diciumnya itu malah membalas ciumannya. Dan sialnya lagi, lelaki itu adalah seorang pencium yang handal!Eh, memangnya boleh menyebut ciuman kayak gitu handal! Harusnya cowok jenis ini dikategorikan sebagai Playboy. Kalau ciuman nya sebagus ini, cowok ini pasti sudah banyak pengalaman.Satu menit, keduanya berciuman selama satu menit, dan rasanya napas Alluna nyaris habis akibat ciuman tanpa jeda itu.Lelaki asing itu mendekap pinggang Alluna dengan ketat, seolah memenjara Alluna agar tidak bisa kabur begitu saja.Alluna langsung mendorong tubuh lelaki itu ketika sang orang asing hendak melanjutkan ciuman ronde kedua.Dia gila!Lelaki itu menatap ke arah Alluna, lalu tersungging senyum, "Apa kita tidak melanjutkannya lagi?" Godanya.Alluna mendelik ke arah laki-laki itu, pengennya dia menceramahi lelaki itu, namun kemudian Luna mengurungkan niatnya. Yang mula-mula mencium kan memang dirinya. Jadi, gadis itu langsung
"kita putar botol ini, yang diarahkan moncong botol ini, dia yang menerima tantangan, gimana? Truth or dare!!!" Tantang Lestari sambil menunjuk pada ujung botol minuman Bir bintang yang sudah habis dilibasnya.Empat temannya saling berpandangan, lalu lestari mengerling ke arah Alluna. Meminta ijin gadis itu. Hari ini memang harinya Alluna. Hari ini Alluna merayakan hari penerimaan pertamanya di kantor idamannya, sebuah perusahaan desain game, PT Virtual Arc. Sebuah perusahaan game yang bergerak dalam desain game yang tengah populer saat ini, TREASURE.Untuk merayakan keberhasilan Alluna karena diterima di perusahaan bonafit yang diimpikan, sohib-sohib karibnya di SMA pergi ke klub di hari kamis-hari ladys night.Mereka berlima yang terdiri dari Lestari, Imuy, Amba, Sinar dan Alluna memakai pakaian paling cantik dan mengambil satu meja khusus untuk mereka berlima.Mula-mula mereka memperhatikan para pengunjung, lalu bergosip, kemudian timbullah ide untuk melakukan permainan truth or da