ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu.
Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang.
Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu.
“ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya.
*****.
“kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany
Dua bulan sudah sejak kepergian Dito melanjutkan kuliahnya di Jerman Rose selalu datang ke pantai, dan selalu berdiri tepat diman asaat mereka berpelukan terakhir kali. Rasa rindu sudah tak bisa Rose sembunyikan lagi setelah Dito ke Jerman yang entah bagaiman akabarnya saat ini. Hari-hari Rose yang tadinya penuh kejutan, penuh senyuman, indah ibarat taman bunga kini menjadi musim gugur yang gersang. Tak ada tanda-tanda akan kembalinya musim semi itu di senyuman Rose. Setiap menit Rose hampir dua bulan hanya menatap layar ponselnya, menunggu satu balasan pesan dari puluhan pesan yang ia kirim kan setiap hari. Setiap hari Rose selalu singgah ke pantai untuk meluapkan rasa rindunya. Setiap hari Rose juga memantau akun sosial media Dito yang hingga kini belum ada update-tan sejak saat itu. “apa kabarnya?” &nb
Hari ini adalah jadwal interview Rose. Pagi-pagi sekali Rose bangun mempersiapkan dengan matang dirinya untuk di interview dan berharap semua haslinya sesuai dengan yang ia harapkan. Ini adalah kedua kalinya dia berharap dengan sesuatu setelah Dito. semenjak tak ada kabar dari Dito, Rose enggan untuk berharap terhadap sesuatu dia hanya berpikir “lakukan saja semua kemungkinan. “pa Rose berangkat dulu yah!” “iya sayang, semoga sukses interviewnya!” Rose dipeluk dan dicium hangat oleh sang papa. Setelah sesi interview Rose usai dan di perbolehkan untuk kembali ke rumah, Rose memilih untuk singgah ke pantai itu lagi; dengan rasa bahagia ia berjalan telanjang kaki, menjinjing sepatunya di bibir pantai. “Mawar!” teriak Dika yang ternyata sedari tadi
HALO SEMUANYA 👋 selamat membaca dan terima kasih telah singgah. jika kalian ada saran tulis di komentar yah 🌼😁 - - - sepasang remaja asyik bercanda dibawah rindangnya pohon yang melindungi mereka dari teriknya bola api alias matahari. Jika diperhatikan sepertinya mereka remaja SMA diperjelas dengan balutan seragam putih, abu-abu. Hari semakin panas dan pohon sudah tak lagi melindungi mereka, saat itu juga medadak remaja pria mengulurkan tangannya seolah mengajak gadis pasangannya untuk pergi dari tempat itu. Dengan menarik senyuman manisnya gadis itu meraih tangan lajang SMA itu. “Rose!!!, novel aku jangan lupa!” Sontak membuat sepasang remaja itu memutarkan badan mereka.
Seperti biasa Dito sibucin, tak tahu tempat, tak tahu kondisi dimana ia bertemu dengan Rose disitulah kejantananya meletot alias berubah seratus delapan puluh derajat. Dari kejauhan Dito menunggu sang pacar sambil memegang bekal yang telah ia siapkan untuk di makan berdua. “chagi-ya ~” seru Dito menghampiri Rose, namun langkahnya terhenti ketika ada sekumpulan adik kelas mengerumuni Rose. Dengan rasa penasaran pun Dito ikut menghampiri kerumunan adik kelas itu. Ternyata kerumunan adik kelas itu adalah anak kelas sepuluh yang jatuh hati pada Rose. Banyak di antara mereka yang mengirim surat, makanan, coklat dan lainnya. Rasa cemburu, wajar saja Dito sibucin cemburu dengan Rose yang banyak di gemari adik kelas. Rasa iri pun berkobar dari hati, mata sinis Dito tajamkan kearah adik kelas yang memancarkan ketampanannya di depan Rose. “ kak” “kalo 1+2=3, kalo aku di tambah kakak sama dengan kita” lirih R
"Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose. "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito. "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito. "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose. "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose. "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.
Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega
Rose bangun!”“udah kesiangan kamu nak!”“ini udah hampir jam 8” seru papa Rose membangunkan anaknya.“ha!, jam 8?!” sontak Rose terbangun dari tidurnya dan melompat bersiap diri untuk pergi ke sekolah.“pa!, Rose berangkat yah!” seru Rose berpamitan dengan papanya.“tunggu dulu!. Bekal kamu jangan lupa dimakan!” seru papanya Rose.Rose tergesah-gesah ia berlari dengan secepat mungkin namun saat tiba di depan gerbang hujan turun dengan sangat deras. Sedikit demi sedikit seragam Rose basah kuyup.“kenapa belakangan ini tak ada yang sesuai!” keluh Rose berdiri di derasnya hujan dengan menatap kesal pagar hitam tertutup.“mau masuk sudah tak mungkin lagi, ditambah seragamku yang basah kuyup, dan lebih parahnya lagi aku lupa membawa payung”“dasar ceroboh!” lanjut Rose masih kesal. Namun untuk beberapa saat Rose menyadari hu
“Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.“aw!”“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada s
Hari ini adalah jadwal interview Rose. Pagi-pagi sekali Rose bangun mempersiapkan dengan matang dirinya untuk di interview dan berharap semua haslinya sesuai dengan yang ia harapkan. Ini adalah kedua kalinya dia berharap dengan sesuatu setelah Dito. semenjak tak ada kabar dari Dito, Rose enggan untuk berharap terhadap sesuatu dia hanya berpikir “lakukan saja semua kemungkinan. “pa Rose berangkat dulu yah!” “iya sayang, semoga sukses interviewnya!” Rose dipeluk dan dicium hangat oleh sang papa. Setelah sesi interview Rose usai dan di perbolehkan untuk kembali ke rumah, Rose memilih untuk singgah ke pantai itu lagi; dengan rasa bahagia ia berjalan telanjang kaki, menjinjing sepatunya di bibir pantai. “Mawar!” teriak Dika yang ternyata sedari tadi
Dua bulan sudah sejak kepergian Dito melanjutkan kuliahnya di Jerman Rose selalu datang ke pantai, dan selalu berdiri tepat diman asaat mereka berpelukan terakhir kali. Rasa rindu sudah tak bisa Rose sembunyikan lagi setelah Dito ke Jerman yang entah bagaiman akabarnya saat ini. Hari-hari Rose yang tadinya penuh kejutan, penuh senyuman, indah ibarat taman bunga kini menjadi musim gugur yang gersang. Tak ada tanda-tanda akan kembalinya musim semi itu di senyuman Rose. Setiap menit Rose hampir dua bulan hanya menatap layar ponselnya, menunggu satu balasan pesan dari puluhan pesan yang ia kirim kan setiap hari. Setiap hari Rose selalu singgah ke pantai untuk meluapkan rasa rindunya. Setiap hari Rose juga memantau akun sosial media Dito yang hingga kini belum ada update-tan sejak saat itu. “apa kabarnya?” &nb
ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu. Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang. Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu. “ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya. *****. “kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany
“Good morning bby” “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi. “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose. “pagi chagi~”
Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki pera
“Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.“aw!”“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada s
Rose bangun!”“udah kesiangan kamu nak!”“ini udah hampir jam 8” seru papa Rose membangunkan anaknya.“ha!, jam 8?!” sontak Rose terbangun dari tidurnya dan melompat bersiap diri untuk pergi ke sekolah.“pa!, Rose berangkat yah!” seru Rose berpamitan dengan papanya.“tunggu dulu!. Bekal kamu jangan lupa dimakan!” seru papanya Rose.Rose tergesah-gesah ia berlari dengan secepat mungkin namun saat tiba di depan gerbang hujan turun dengan sangat deras. Sedikit demi sedikit seragam Rose basah kuyup.“kenapa belakangan ini tak ada yang sesuai!” keluh Rose berdiri di derasnya hujan dengan menatap kesal pagar hitam tertutup.“mau masuk sudah tak mungkin lagi, ditambah seragamku yang basah kuyup, dan lebih parahnya lagi aku lupa membawa payung”“dasar ceroboh!” lanjut Rose masih kesal. Namun untuk beberapa saat Rose menyadari hu
Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega
"Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose. "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito. "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito. "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose. "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose. "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.