Share

Part 3

last update Last Updated: 2021-07-25 16:49:03

"Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose.

          "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito.

           "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. 

            "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito.

             "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose.

           "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose.

             "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.

            "Masuk?, Gimana bisa?, Tangan kamu aja masih menggenggam erat tanganku." Jawab Rose mengangkat tangannya yang di genggam oleh Dito.

              "Eh… iya…, maaf yah abisnya tangan kamu halus banget kayak sutra!" Jawab Dito lagi dan melepas genggamannya sambil melambaikan tangan. 

  Rose pun ingat air minum yang ia siapkan untuk sang pacar.

            "Dito!" Seru Rose sambil berlari kecil menyusul Dito. Dito dengan sepontan menoleh.

            "Huft…, ini air minum kamu!" 

            "Air minum aku?, Aku ga pernah bawa kok!”

           "Memang ga pernah. Tapi aku siapin untuk kamu!"

            "Owh…, ih kamu ih, perhatian banget sama calon suami!" Seru Dito membuat mereka berdua menjadi perhatian siswa yang lalu-lalang di sekitar mereka.

             "Ih… Dito!" Sahut Rose malu mendengar Dito, dan langsung kembali ke kelasnya dengan berlari kecil.

           "Lari aja imut!, Hmmm air minum dari pacar hmmm" Gunggam Dito yang terkesan dengan air putih yang di siapkan Rose.

   Pertandingan pun dimulai dari jam pelajaran ke Empat, sedangkan Rose belum muncul juga. Dito yang sedang pemanasan memperhatikan bangku penonton satu persatu dari lapangan.

           "Ih kenapa Rose ga datang?, Apa kakek tua itu tetep ngajar?" Gunggamnya dalam hati.

Lima menit pertandingan dimulai, pak Robert tak kunjung kelihatan batang hidungnya.

            "Fiks ini Pak Robert ga datang!" Seru Lucy.

           "Tapi aku takut ternyata dia datang gimana?"

           "Engga bakalan!, Aku temenin deh!, Ayo keburu mulai" seru Lucy menarik tangan sahabatnya. Di tengah perjalan mereka di jegat oleh Reza si adik kelas.

             "Eh kak Rose, pas banget!" Seru Reza memasang senyumnya.

             "Apanya yang pas Za?"

            "Takdir kita kak!, Eh e-em itu anu kakak tadi di panggil Bu…-"

             "Bu?, Ibu siapa?"

          "Rose!, Cepetan keburu bocor ini!, Belum lagi beli roti bantal!" Seru Lucy mengalihkan pembicaraan dan memicingkan mata agar Rose langsung ke lapangan basket. Namun, Rose tak memahami maksud sahabatnya itu. Melihat Rose yang tidak memahami maksudnya Lucy pun terpaksa menarik tangan sahabatnya itu.

          "Auh… pelan-pelan Lucy!" Sontak Rose kesakitan.

Mendengar itu Reza dengan sigap menghentikan Lucy. Tangannya menggengam tangan Lucy yang sedang menggenggam tangan Rose. Melihat sikap Reza, Lucy pun memasang tatapan tajam kearahnya.

          "Si kunyuk satu ini!" Gunggam Lucy dalam hati.

          "Bisa ga Kak jangan kasar ke Kak Rose!" Seru Reza yang juga menatap tajam Lucy. Mendengar teguran dari Reza, emosi Lucy pun meningkat.

            "Eh cicak minggir ga!" ketus Lucy masih dengan tatapan tajamnya.

              "Maaf kak, tapi sebelum itu lepas dulu genggaman kakak!" Jawab Reza menahan emosi untuk terlihat cool di depan Rose. Rose sendiri pun terlihat bingung dengan Mereka berdua.

               "Alah cicak bacot!!!" Seru Lucy lagi, tapi kali ini dengan tambahan injakan kaki yang lumayan kuat. Dengan kesakitan Reza sepontan melepas genggamannya.

Rose dan Lucy pun muncul di lapangan basket, namun Dito yang terlalu fokus dengan pertandingan tak sempat lagi memperhatikan. Kemudian Lucy dengan inisiatif seorang sahabat membelikan air mineral untuk Dirinya, Rose, dan Dito. Agar Rose memberikan air minumnya kepada Dito setelah selesai pertandingan. 

    “nih!” Lucy menyodorkan air mineral 

    “air?, untuk apa Lucy?” tanya Rose

    “aduh...duh-duh... Rose!, ya untuk dirimu sama calon suami mu itu!” jawab Lucy

    “tapi, tadi aku udah kasih air minum buat Dito” jawab Rose 

    “ya ampun polos banget yah kamu, intinya ini buat kalian berdua. Jangan sampai keduluan sama orang, apalagi cowo kamu itu idola cewe-cewe kan!” lanjut Lucy kemudian melirik ke arah Dito sambil menghela napas.

Pertandingan pun selesai dan dimenangkan oleh tim Dito. Melihat kemenangan itu Rose ikut senang dan juga bangga pada pacarnya yang bucin itu. Rose langsung menghampiri Dito untuk memberikannya selamat.

Disisi lain Dito yang sedari pagi, belum meminum seteguk air minum yang diberikan Rose pagi tadi yang sengaja di persiapkannya untuk pertandingan basket itu habis tak tersisa. Di telusuri ternyata.

         "Air minum di botol pink kemana perginya?" 

         "Aku minum tadi!" Sahut teman sebangku Dito yang sedari tadi menemaninya.

         "Wah. Parah!, Itu dari Rose buatku!!!"

         "R-rose!" Sontak kaget Farel teman sebangkunya itu.

         "Sorry-sorry Dit, aku ga tau!" Sambung Farel yang kemudian kaget dengan kedatangan kakak hits dari kelas dua belas itu berdiri tepat di belakang Dito. Ternyata tak hanya Rose yang memiliki penggemar, Dito pun memiliki penggemar. Bagaimana tidak pemain unggul di sekolahnya otomatis jadi favorit siswi ditambah visual Dito juga yang sangat-sangat mendukung. 

Sedari awal pertandingan hingga akhir ternyata Felly si kakak kelas yang naksir Dito dari kelas sepuluh itu muncul dan memberikan air minum untuk Dito. Dari lubuk hati yang paling dalam sebenarnya Dito ingin menolak namun dehidrasi mengalahkannya. Ia pun menerima air minumnya.

        "Wahh… kak Felly malaikatku!" Seru Farel memuji Felly. Felly yang mendengarkannya tersenyum manis seolah ia wanita paling manis.

    “tak perlu memujiku seperti itu Farel, ini hanya awal kebetulan yang akan berubah jadi takdir” sahutnya sembari menatap manis kedua mata Dito yang menerima air minumnya itu.

    “ya... ya... terserah” gunggam Dito dengan membalas getir seyuman Felly.

Saat akan meneguk air minum yang di berikan Felly sontak membuat Lucy meneriaki Dito. Dito pun menoleh dan melihat ke arah Rose dan Lucy, dengan sepontan air minumnya di buang seperti tak berharga dan tak terteguk juga. 

         "Dito!”

  Felly cuma bisa melihat dengan senyuman kecewa dan menatap sinis ke arah Rose, namun tatapannya di balas sinis oleh Lucy sahabat Rose itu. Sedangkan Rose hanya tersenyum saat Dito melihatnya kemudian ekspresinya berubah ketika Dito membuang botol minum itu.

 Bagi Rose tak masalah jika ada orang yang baik kepada Dito, selagi tak menggoyahkan hati Dito. Namun sebaliknya bagi Dito. Tak ada satu orangpun yang baik di sekeliling mereka selagi tak ada tujuan.

      Sontak Dito berlari kecil mendekati pacarnya itu, dan bertingakah manja.

           "Hmmm chagi aku datang!!!" Seru Dito merasa bahagia. Sedangkan Lucy yang melihat tingkahnya itu merasa geli.

              "Ih Rose!, kok bisa sih sama Dito?, Dahlah Dit titip Rose!, aku balik dulu yah" Seru Lucy merasa geli dengan mereka berdua dan kembali ke kelas. 

         "Ih sirik amat sih!!!” sahut Dito menatap sinis Lucy  

         “Ehmmm kamu liat aku tadi ih aku banyak dapat skor!!!" lanjut Dito.

          "Iya…. Aku liat semua. Yaudah kita duduk dulu trus kamu minum" jawab Rose sambil memberikan air mineral. Dito pun bercerita panjang dan lebar bagaimana ia dapat memenangkan banyak skor. Sementara Rose hanya mendengar cerita sang pacar. 

Hal yang paling aku sukai darimu adalah bagaimana kau menganggap diriku, seberapa penting aku bagi hidupmu, dan aku pun tak butuh alasan untuk tetap mencintaimu. Melihat dirimu yang memperlakukanku ibarat putri raja, serasa nasib baik terus mengikutiku ketika aku dekat denganmu rasa nyaman, aman dan kehangatan terus terikat seolah tak ada yang perlu aku risaukan karna kau adalah milikku saat ini dan nanti.

-Rose.

Related chapters

  • Dika dan Dito   Part 4

    Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega

    Last Updated : 2021-07-25
  • Dika dan Dito   Part 5

    Rose bangun!”“udah kesiangan kamu nak!”“ini udah hampir jam 8” seru papa Rose membangunkan anaknya.“ha!, jam 8?!” sontak Rose terbangun dari tidurnya dan melompat bersiap diri untuk pergi ke sekolah.“pa!, Rose berangkat yah!” seru Rose berpamitan dengan papanya.“tunggu dulu!. Bekal kamu jangan lupa dimakan!” seru papanya Rose.Rose tergesah-gesah ia berlari dengan secepat mungkin namun saat tiba di depan gerbang hujan turun dengan sangat deras. Sedikit demi sedikit seragam Rose basah kuyup.“kenapa belakangan ini tak ada yang sesuai!” keluh Rose berdiri di derasnya hujan dengan menatap kesal pagar hitam tertutup.“mau masuk sudah tak mungkin lagi, ditambah seragamku yang basah kuyup, dan lebih parahnya lagi aku lupa membawa payung”“dasar ceroboh!” lanjut Rose masih kesal. Namun untuk beberapa saat Rose menyadari hu

    Last Updated : 2021-07-28
  • Dika dan Dito   Part 6

    “Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.“aw!”“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada s

    Last Updated : 2021-07-28
  • Dika dan Dito   Part 7

    Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki pera

    Last Updated : 2021-07-31
  • Dika dan Dito   Part 8

    “Good morning bby” “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi. “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose. “pagi chagi~”

    Last Updated : 2021-07-31
  • Dika dan Dito   Part 9

    ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu. Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang. Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu. “ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya. *****. “kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany

    Last Updated : 2021-08-10
  • Dika dan Dito   Part 10

    Dua bulan sudah sejak kepergian Dito melanjutkan kuliahnya di Jerman Rose selalu datang ke pantai, dan selalu berdiri tepat diman asaat mereka berpelukan terakhir kali. Rasa rindu sudah tak bisa Rose sembunyikan lagi setelah Dito ke Jerman yang entah bagaiman akabarnya saat ini. Hari-hari Rose yang tadinya penuh kejutan, penuh senyuman, indah ibarat taman bunga kini menjadi musim gugur yang gersang. Tak ada tanda-tanda akan kembalinya musim semi itu di senyuman Rose. Setiap menit Rose hampir dua bulan hanya menatap layar ponselnya, menunggu satu balasan pesan dari puluhan pesan yang ia kirim kan setiap hari. Setiap hari Rose selalu singgah ke pantai untuk meluapkan rasa rindunya. Setiap hari Rose juga memantau akun sosial media Dito yang hingga kini belum ada update-tan sejak saat itu. “apa kabarnya?” &nb

    Last Updated : 2021-09-29
  • Dika dan Dito   Part 11

    Hari ini adalah jadwal interview Rose. Pagi-pagi sekali Rose bangun mempersiapkan dengan matang dirinya untuk di interview dan berharap semua haslinya sesuai dengan yang ia harapkan. Ini adalah kedua kalinya dia berharap dengan sesuatu setelah Dito. semenjak tak ada kabar dari Dito, Rose enggan untuk berharap terhadap sesuatu dia hanya berpikir “lakukan saja semua kemungkinan. “pa Rose berangkat dulu yah!” “iya sayang, semoga sukses interviewnya!” Rose dipeluk dan dicium hangat oleh sang papa. Setelah sesi interview Rose usai dan di perbolehkan untuk kembali ke rumah, Rose memilih untuk singgah ke pantai itu lagi; dengan rasa bahagia ia berjalan telanjang kaki, menjinjing sepatunya di bibir pantai. “Mawar!” teriak Dika yang ternyata sedari tadi

    Last Updated : 2021-09-29

Latest chapter

  • Dika dan Dito   Part 11

    Hari ini adalah jadwal interview Rose. Pagi-pagi sekali Rose bangun mempersiapkan dengan matang dirinya untuk di interview dan berharap semua haslinya sesuai dengan yang ia harapkan. Ini adalah kedua kalinya dia berharap dengan sesuatu setelah Dito. semenjak tak ada kabar dari Dito, Rose enggan untuk berharap terhadap sesuatu dia hanya berpikir “lakukan saja semua kemungkinan. “pa Rose berangkat dulu yah!” “iya sayang, semoga sukses interviewnya!” Rose dipeluk dan dicium hangat oleh sang papa. Setelah sesi interview Rose usai dan di perbolehkan untuk kembali ke rumah, Rose memilih untuk singgah ke pantai itu lagi; dengan rasa bahagia ia berjalan telanjang kaki, menjinjing sepatunya di bibir pantai. “Mawar!” teriak Dika yang ternyata sedari tadi

  • Dika dan Dito   Part 10

    Dua bulan sudah sejak kepergian Dito melanjutkan kuliahnya di Jerman Rose selalu datang ke pantai, dan selalu berdiri tepat diman asaat mereka berpelukan terakhir kali. Rasa rindu sudah tak bisa Rose sembunyikan lagi setelah Dito ke Jerman yang entah bagaiman akabarnya saat ini. Hari-hari Rose yang tadinya penuh kejutan, penuh senyuman, indah ibarat taman bunga kini menjadi musim gugur yang gersang. Tak ada tanda-tanda akan kembalinya musim semi itu di senyuman Rose. Setiap menit Rose hampir dua bulan hanya menatap layar ponselnya, menunggu satu balasan pesan dari puluhan pesan yang ia kirim kan setiap hari. Setiap hari Rose selalu singgah ke pantai untuk meluapkan rasa rindunya. Setiap hari Rose juga memantau akun sosial media Dito yang hingga kini belum ada update-tan sejak saat itu. “apa kabarnya?” &nb

  • Dika dan Dito   Part 9

    ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu. Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang. Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu. “ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya. *****. “kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany

  • Dika dan Dito   Part 8

    “Good morning bby” “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi. “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose. “pagi chagi~”

  • Dika dan Dito   Part 7

    Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki pera

  • Dika dan Dito   Part 6

    “Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.“aw!”“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada s

  • Dika dan Dito   Part 5

    Rose bangun!”“udah kesiangan kamu nak!”“ini udah hampir jam 8” seru papa Rose membangunkan anaknya.“ha!, jam 8?!” sontak Rose terbangun dari tidurnya dan melompat bersiap diri untuk pergi ke sekolah.“pa!, Rose berangkat yah!” seru Rose berpamitan dengan papanya.“tunggu dulu!. Bekal kamu jangan lupa dimakan!” seru papanya Rose.Rose tergesah-gesah ia berlari dengan secepat mungkin namun saat tiba di depan gerbang hujan turun dengan sangat deras. Sedikit demi sedikit seragam Rose basah kuyup.“kenapa belakangan ini tak ada yang sesuai!” keluh Rose berdiri di derasnya hujan dengan menatap kesal pagar hitam tertutup.“mau masuk sudah tak mungkin lagi, ditambah seragamku yang basah kuyup, dan lebih parahnya lagi aku lupa membawa payung”“dasar ceroboh!” lanjut Rose masih kesal. Namun untuk beberapa saat Rose menyadari hu

  • Dika dan Dito   Part 4

    Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega

  • Dika dan Dito   Part 3

    "Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose. "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito. "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito. "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose. "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose. "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.

DMCA.com Protection Status