Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.
Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, Dito sering keperpustakan di karenakan Rose juga sering ke perpustakaan. Hal itu diketahui Felly saat Dito memberi tahunya dia ingin menyatakan perasaannya pada seseorang yang telah lama yang selalu menyemangatinya, pada saat mendengar pernyataan itu Felly awalnya tersipu malu, Felly mengira gadis itu adalah dirinya.
“emang siapa gadis itu?” tanya Fellly penasaran.
“hem..., dia?” sahut Dito dan menutup buku yang sedang dibacanya lalu menatap dan tersenyum ke arah Felly yang ternyata secara kebetulan Rose sedang duduk berdampingan dengan mereka berdua.
Melihat Dito menghadap kearahnya dan tersenyum, Felly tertegun matanya membesar dan tak mengira bahwa pria yang selalu muncul di mimpinya itu juga punya perasaan yang sama terhadapnya. saat itu Felly juga ingin mengungkapkan rasa sukanya pada Dito.
“hem?, aku?” Felly tersenyum
“sebenarnya aku juga ada ra-“ Felly tertegun kaget dan matanya membesar matanya berhenti menatap mata Dito.
“gadis yang tepat dibelakang kakak!” seru Dito memotong perkataan Felly dengan tersenyum kagum melihat Rose yang sedang baca buku. Mendengar pernyataan dari Dito, Felly langsung menurunkan pandangannya dan memutar badannya melihat kearah Rose. Dengan secara tiba-tiba air matanya mengalir, cintanya bertepuk sebelah tangan.
“eh?, tadi kakak ngomong apa?” tanya Dito dengan perkataan yang dipotong olehnya.
“oh...em ini di buku ini ada kucing ras gitu!” jawab Felly dan menyeka air matanya.
“kakak?, kenapa nangis?” tanya Dito lagi yang melihat matanya mengeluarkan air mata.
“oh?, engga!, aku ke kamar kecil yah!” jawab Felly yang menangis tersedu dihari itu untuk pertama kalinya ia memiliki perasaan dengan seseorang namun bertepuk sebelah tangan. Laki-laki yang selalu muncul dimipinya, laki-laki yang tak henti membuatnya tersipu itu ternyata menyukai wanita lain. Semenjak saat itu Felly sempat tidak masuk sekolah selama semingu dan tak pernah lagi datang ke perpustakaan.
“seharusnya hatiku yang berharga ini tak mudah ku berikan, seharusnya orang yang mendapatkan hati yang tulus adalah orang yang penuh perjuangan juga. Namun aku juga tetap bodoh bisa memiliki perasaan terhadap orang yang entah kemana tujuan perasaannya berlabuh”
“terkadang aku bingung sama diriku sendiri, haruskah aku tetap mengungkapkannya?, akankah dia menjadi milikku setelah dia tau aku telah menyukainya sejak lama?, dan apakah aku mencurinya dari Rose, bukankah aku yang terlebih dulu menaruh hati?. Terkadang dunia ini seperti mempermainkanku, jika ujungnya dia bukan untukkku kenapa tempatkan dia di sekitarku?, kenapa harus dia yang selalu muncul dipikiranku?, dan mengapa aku bisa sebodoh ini?”
-Felly.
Mengingat kenangan lalu Felly berinisiatif untuk tetap menyatakn perasaannya sebelum ia pergi dari sekolah itu. walaupun ia tau mustahil untuknya perasaan sukanya selama dua tahun itu akan terbalas terlebih lagi Dito telah memiliki hubungan yang terbilang harmonis.
Dari rumah Felly telah menyiapkan bekal makan siang untuknya dan Dito, dan hari ini ia berencana menyatakannnya. Untuk bekal yang ia persiapkan juga sangat hati-hati dan sudah pasti dari hati.
Waktu istirahatpun tiba, Felly bergegas dengan bekalnya menuju ke kelas Dito dan syukur hari ini Dito tak ke kantin. Saat Dito keluar dari kelas Dito menyadari keberadaan Felly sedari tadi berdiri dan entah menunggu siapa yang ternyata menunggu dirinya.
“e...Dito!” seru Felly. Dito pun menoleh ke arahnya dengan wajah datar. Setelah kejadian itu sikap Dito terhadap Felly menjadi dingin. Felly menduga sikap dinginnya Dito dikarenkan rasa bencinya Rose terhadapnya.
“em... boleh kita makan siang bareng?”lanjut Felly sambil menunjukkan bekal yang telah dibawanya. Melihat bekal itu Dito juga melihat raut wajah Felly yang ali ini tidak bertingkah centil didepannya, dan menyetujui ajakan makan siang Felly.
Melihat anggukan dari Dito Felly sepontan tersenyum, dan Dito juga ikut tersenyum melihat teman lamanya itu. dan mereka makan di dalam kelas Dito.
Saat asik bercengkrama setelah sekian lama Dito dan Felly tak berkomunikasi tak sengaja pula Lucy lewat depan kelas Dito dan melihat mereka sedang makan kemudian disusul oleh Rose. Saat Rose hendak masuk kedalam kelas Dito, Lucy yang mengetahui itu pun berusaha mengalihkan perhatian Rose dengan mengajaknya ke kantin. Namun, Rose yang telah membawa bekal juga berniat memberikan bekal itu setealh itu menemani Lucy ke kantin.
“Rose mau kemana?” tanya Lucy
“masuklah!, aku mau ngasih ini ke Dito!”
“ah... tapi temenin aku dulu yah ke kantin, itu gorengan dikantin hari ini ada tahu isi!” lanjut Lucy memutar balikkan badan Rose.
“apa sih Lucy, aku kasih dulu ke Dito setelah itu aku temenin kamu sepuas kamu!” jawab Rose dengan nada kesal dan penasaran.
“eng-enggak gitu Rose, aku takut tahu isinya kehabisan!” sahut Lucy lagi.
“iya nanti kalo tahu isinya habis aku traktir bakso deh, hari ini aku pingin bakso!’ jawab Rose tersenyum dan berjalan masuk ke dalam kelas Dito.
Melihat Rose yang datang dengan bekalnya itu Dito sepontan menutup bakal nasi dari Felly, sementara Felly yang tadinya tersenyum juga ikut kaget dan tergesa menyusun bekalnya. Namun, Dito dan Felly terlamabat menyadari kehadiran Rose yang di susul Lucy. Rose sudah berdiri beberapa waktu dan tatapan mata Rose yang biasanya terlihat ramah berubah menjadi tajam dan sinis penuh amarah, wajahnya yang biasa menyambut Dito tersenyum kini Dito disambut dengan wajah yang datar.
“owh... ini yang kamu lindungi Lucy?” tanya Rose menoleh ke arah Lucy yang tepat berada disampingnya itu.
“eng-enggak Rose aku-“
“makasih banyak yah!” ketus Rose lagi memotong pembicaraa Lucy. Dan kembali arah tatapan matanay Rose menuju Felly dan Dito.
“dasar pencuri!” gunggam Rose, dan memeberikan bekalnya kepada Farel teman sebangku Dito.
“makasih Rose” seru farel menerima bekal itu.
“sama-sama” jawab Rose lagi dan pergi keluar dengan rasa emosinya yang berapi-api.
Dito pun dengan sigap menahan Rose dan memberikan penjelasan agar Rose tak salah paham kepadanya. Tapi amarah Rose tak dapat dipadamkan dengan penjelasan Dito sulit rasanya bagi Rose, Rose harus meredakan amarahnya terlebih dahulu. Rose pun tak mengacuhkan Dito yang berusaha menahannya genggaman tangan Dito yang erat di lepas oleh Rose lalu pergi. Namun, Dito tetap tak berhenti ia menutup pintu kelas agar Rose tak dapat keluar dari kelas itu.
“Rose, dengeri dulu!, kak Felly cuma nawari makanan!” seru Dito
“iya, menawari makanan plus makan berdua!” sahut Rose dan tersenyum
“pantes aja, tadi pagi aku tawari bekal ditolak!” lanjut Rose dan tersenyum lagi.
“menyingkir kamu dari situ, aku mau keluar!” seru Rose
“Ros, Rose dengar dulu padamkan amarah kamu, ayo kita bicara baik baik!” seru Dito memohon dengan nada lembut.
“baik-baik?, disini amarahku semakin membara! Aku engap, sesak!, nanti kita bicara!” jawab Rose masih dengan tatapan tajamnya namun matanya mulai merah dan berkaca.
Dito pun menyingkir dari pintu dan membiarkan Rose pergi.
“Dito, kamu...” seru Lucy lalu menatap ke arah Felly kemudian menghela napas
“ah sudahlah!” lanjut Lucy dan menyusul Rose. Tak berapa lama Rose pergi Felly mendekat ke arah Dito,
“maaf, maafkan aku, seharusnya aku ga perlu seperti ini untuk bicara soal itu!”
“engga kak, enggak apa-apa. Sebaiknya kakak kembali ke kelas sebentar lagi masuk !” jawab Dito.
Felly pun kembali ke kelasnya. Disepanjang jalan rasa resah mengikutinya.
“seharusnya tak seperti tu cara pengungkapan yang baik, telebih dia punya orang lain!. Dasar Felly bodoh, bukan beralih ke aku malahan ia merasa menyesal menerima ajakan makanku.”
“rasanya benar jika aku mulai mencurinya, walaupun aku terlebih dahulu yang memiliki perasaan. Toh ujungnya dia juga milik Rose dan memilih Rose!”
“engga!, seengakanya kau telah mengungkapkan Fell, kerja bagus! Hampir setahun bukan kau memendam rasa padanya. tolak gak ditolak itu urusan belakang, bisa jadi ini salah satu cara agar kau bisa lupa padanya!, tapi kalo engga?,hem...”
Disisi lain Lucy hanya diam tak seperti biasanya ia mengoceh, setelah kejadian tadi ia sepanjang pelajaran hanya diam hingga waktu pulang pun Lucy hanya diam.
“apa aku salah?, aku hanya melindunginya?, bukan Dito ataupun Felly melainkan kamu Rose, aku ga mau liat kamu sedih gitu. Biar aku saja maksudnya yang menghajar Dito buka kamu!” gunggam Lucy dalam hati.
“kenapa dari tadi kamu diam?, mulut mu di jahitkah?” tanya Rose yang sedari tadi menatap sahabatnya murung sepanjang pelajaran.
“ha?” sahut Lucy langsung menatap Rose dengan bingung.
“kamu ga marah?” tanya Lucy dengan tatapan bersalahnya.
“hem... kalo aku marah ga mungkin aku ngajak bicara kamu” jawab Rose.
“lagian aku tau kok kamu ga bermaksud seperti itu. malah aku yang harus minta maaf karena terlalu emosi!”
“maaf yah chinggu!” lanjut Rose dan tersenyum.
“aniya~, seharusnya aku yang minta maaf!” balas Lucy juga tersenyum sambil berjalan keluar bersama Rose.
Dito yang sedari tadi menunggu Rose di depan pintu ternyata juga diperhatikan dari jauh oleh Felly.
“sungguh beruntungnya Rose memiliki Dito. Kenapa harus Dito sih dari sekian banyak cowo di sekolahan ini?, kenapa juga hatiku mudah jatuh cinta” gunggam Felly yang sedang memperhatikan Dito dari jauh.
“Rose!” sapa Dito tersenyum dan mengulurkan tangannya. Sepontan Rose kaget dan hanya menatap datar mata Dito sambil menghela napas yang pajang. Rasanya untuk hari itu Rose tak ingin bertemu Dito, namun Rose juga berpikir dia juga harus mendengarkan penjelasan Dito, karena Rose percaya Dito bukan laki-laki yang berengsek.
Lucy yang melihat mereka hanya tersenyum menatap Rose seolah menyarankan untuk pulang bersama Dito, dan berbicara dengan Dito. Melihat kode dari Lucy sebenarnya Rose enggan namun, dia tetap harus dewasa dia ga boleh mengedapankan emosinya yang bakal merusak hubungannya dengan Dito.
“ayo kita pulang, tapi ga ada pegangan tangan!” ketus Rose yang jalan lebih dulu di banding Dito yang hanya mengikutinya dari belakang. Perlahan langkah Rose melambat seakan menunggu Dito, Dito menyadari hal itu Dito pun melangkah dengan cepat untuk berdampingan dengan Rose.
Rose yang menyadari itu tersenyum tipis dan hanya melihat langkahnya namun secara tiba-tiba tangan Rose diraih dan di genggam oleh Dito. Sepontan Rose terkejut dan berhenti lalu melihat genggaman Dito kemudian matanya.
“oh!, maaf Rose tangan aku ke cari-an tangan kamu, jadi dia nyamber aja!’ seru Dito langsung melepaskan genggamannya itu. kemudian Rose melanjutkan langkahnya lagi. Sesampai di parkiran Rose terlihat bingung seperti mencari sesuatu.
“hari ini aku ga bawa motor!” kata Dito
“aku mau pulang bareng kamu sambil jalan kaki biar kayak di Drama korea yang kamu tonton!” lanjutnya. Mendengar hal itu membuat Rose tersenyum dan memutar balikkan badannya menghadap Dito, kemudian mendekati Dito sambil menggenggam tangan Dito yang besar itu.
Dito tertegun kaget melihat tingkah pacarnya yang lagi marah itu, Dito tertawa tipis dan juga menggenggam tangan Rose yang mungil itu.
“chagiya~, kita makan apa hari ini?” tanya Dito yang tiba-tiba bertingkah seperti anak-anak. namun, Rose masih dengan amarahnya.
“stop!” ketus Rose. Mendengar itu Dito menghentikan langkahnya dan membuat Rose juga menghetikan langkahnya kebingungan.
“maksud aku bukan berhenti jalan, tapi kamu berhenti bertingkah gitu! Malu!” lanjut Rose melihat sekeliling dengan wajahnya yang masih marah. Dito pun melanjutakn langkahnya sambil tersenyum.
“ah, dia malu toh!” gunggam Dito dalam hati.
“itu juga stop!” ketus Rose lagi melihat Dito.
“apanya yang berhenti?” tanya Dito kebingungan.
“tersenyum, ka-kamu kelihatan ganteng. Kamu dari tadi dilirik cewe-cewe disana!” lanjut Rose dan menunjukkan arah cewe-cewe itu.
“oke chagi~” sahut Dito yang merubah wajahnya menjadi datar. Setelah hampir tiga puluh menit mereka berjalan Dito merasa lapar dan mereka singgah di warung bakso.
“chagiya~!, kamu mau makan baksokan?” tanya Dito.
“kamu tau dari-, ah Lucy!. Tereserah apa aja deh” sahut Rose.
“Rose soal tadi-“
“sudahlah, sepertinya itu ga perlu kita bahas lagi. Kalo dipikir-pikir aku juga udah terlalu membatasi kamu” kata Rose yang kini amarahnya mulai mereda.
“kamu juga butuh bertemankan maupun itu laki-laki atau perempuan selagi kamu bisa jaga mulai sekarang aku ga masalah. Aku percaya sama kamu!” lanjut Rose kali ini dengan tersenyum walupun Rose tersenyum karena baksonya datang.
Mendengar perkataan Rose membuat Dito kagum dengan Rose dan tak henti menatapnya dan mengacuhkan bakso miliknya. Sedangkan Rose yang kini bakso miliknya tinggal kuah kini mulai risih dengan sikap pacarnya yang memperhatikannya dari tadi.
“kamu ga makan?” tanya Rose melirik bakso milik Dito.
“ah, iya makan kok ini mau dimakan!” sahut Dito mulai menyuapkan bakso kedalam mulutnya.
“batapa indahnya tamanku yang kini telah berseri lagi.” Gunggam Dito tersenyum sambil mengunyah dan melihat Rose juga mulai tersenyum.
Saat tiba dirumah Dito teringat oleh Felly.
“Dito sebenarnya ada yang mau aku bicarakan!” seru Felly
“apa itu kak?” tanya Dito sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
“sebenanya aku su-suka sama kamu!”
“ha?” sahut Dito lalu tersedak
“e..., sorry”
“sejak kapan?” tanya Dito lagi. Kemudian Felly menceritakan awal ia jatuh hati pada Dito.
“hingga saat ini aku juga ga tau kenapa aku masih suka sama kamu. Iya! Aku tau kamu udah punya Rose. Aku juga udah paksakan untuk ga suka sama kamu tapi perhatianku selalu ke kamu!” keluh Felly menjawab pertanyaan Dito.
“jadi aku kira aku harus ungkapin ke kamu, mungkin dengan cara ini aku sakit hati kemudian aku bisa melupakanmu sebelum aku lulus dari sini!” lanjut Felly
“kerja bagus kak!” seru Dito yang membuat Felly kaget saat mendengarnya.
“iya... terkadang kita harus mengungkapkan untuk melupakan, kadang kita harus jatuh agar lebih hati-hati kan?”
“jadi kedepannya jangan mudah jatuh hati, aku harap ini juga bisa jadi pelajaran buat aku yang mungkin terlalu ramah ke banyak orang”
“gomawo!” seru Dito dan melanjutkan makannya.
“apa ini penolakan secara ga langsung?, haduh Felly jelas ini penolakkan!” gunggam Felly dalam hati.
“Good morning bby” “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi. “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose. “pagi chagi~”
ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu. Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang. Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu. “ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya. *****. “kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany
Dua bulan sudah sejak kepergian Dito melanjutkan kuliahnya di Jerman Rose selalu datang ke pantai, dan selalu berdiri tepat diman asaat mereka berpelukan terakhir kali. Rasa rindu sudah tak bisa Rose sembunyikan lagi setelah Dito ke Jerman yang entah bagaiman akabarnya saat ini. Hari-hari Rose yang tadinya penuh kejutan, penuh senyuman, indah ibarat taman bunga kini menjadi musim gugur yang gersang. Tak ada tanda-tanda akan kembalinya musim semi itu di senyuman Rose. Setiap menit Rose hampir dua bulan hanya menatap layar ponselnya, menunggu satu balasan pesan dari puluhan pesan yang ia kirim kan setiap hari. Setiap hari Rose selalu singgah ke pantai untuk meluapkan rasa rindunya. Setiap hari Rose juga memantau akun sosial media Dito yang hingga kini belum ada update-tan sejak saat itu. “apa kabarnya?” &nb
Hari ini adalah jadwal interview Rose. Pagi-pagi sekali Rose bangun mempersiapkan dengan matang dirinya untuk di interview dan berharap semua haslinya sesuai dengan yang ia harapkan. Ini adalah kedua kalinya dia berharap dengan sesuatu setelah Dito. semenjak tak ada kabar dari Dito, Rose enggan untuk berharap terhadap sesuatu dia hanya berpikir “lakukan saja semua kemungkinan. “pa Rose berangkat dulu yah!” “iya sayang, semoga sukses interviewnya!” Rose dipeluk dan dicium hangat oleh sang papa. Setelah sesi interview Rose usai dan di perbolehkan untuk kembali ke rumah, Rose memilih untuk singgah ke pantai itu lagi; dengan rasa bahagia ia berjalan telanjang kaki, menjinjing sepatunya di bibir pantai. “Mawar!” teriak Dika yang ternyata sedari tadi
HALO SEMUANYA 👋 selamat membaca dan terima kasih telah singgah. jika kalian ada saran tulis di komentar yah 🌼😁 - - - sepasang remaja asyik bercanda dibawah rindangnya pohon yang melindungi mereka dari teriknya bola api alias matahari. Jika diperhatikan sepertinya mereka remaja SMA diperjelas dengan balutan seragam putih, abu-abu. Hari semakin panas dan pohon sudah tak lagi melindungi mereka, saat itu juga medadak remaja pria mengulurkan tangannya seolah mengajak gadis pasangannya untuk pergi dari tempat itu. Dengan menarik senyuman manisnya gadis itu meraih tangan lajang SMA itu. “Rose!!!, novel aku jangan lupa!” Sontak membuat sepasang remaja itu memutarkan badan mereka.
Seperti biasa Dito sibucin, tak tahu tempat, tak tahu kondisi dimana ia bertemu dengan Rose disitulah kejantananya meletot alias berubah seratus delapan puluh derajat. Dari kejauhan Dito menunggu sang pacar sambil memegang bekal yang telah ia siapkan untuk di makan berdua. “chagi-ya ~” seru Dito menghampiri Rose, namun langkahnya terhenti ketika ada sekumpulan adik kelas mengerumuni Rose. Dengan rasa penasaran pun Dito ikut menghampiri kerumunan adik kelas itu. Ternyata kerumunan adik kelas itu adalah anak kelas sepuluh yang jatuh hati pada Rose. Banyak di antara mereka yang mengirim surat, makanan, coklat dan lainnya. Rasa cemburu, wajar saja Dito sibucin cemburu dengan Rose yang banyak di gemari adik kelas. Rasa iri pun berkobar dari hati, mata sinis Dito tajamkan kearah adik kelas yang memancarkan ketampanannya di depan Rose. “ kak” “kalo 1+2=3, kalo aku di tambah kakak sama dengan kita” lirih R
"Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose. "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito. "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito. "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose. "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose. "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.
Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega
Hari ini adalah jadwal interview Rose. Pagi-pagi sekali Rose bangun mempersiapkan dengan matang dirinya untuk di interview dan berharap semua haslinya sesuai dengan yang ia harapkan. Ini adalah kedua kalinya dia berharap dengan sesuatu setelah Dito. semenjak tak ada kabar dari Dito, Rose enggan untuk berharap terhadap sesuatu dia hanya berpikir “lakukan saja semua kemungkinan. “pa Rose berangkat dulu yah!” “iya sayang, semoga sukses interviewnya!” Rose dipeluk dan dicium hangat oleh sang papa. Setelah sesi interview Rose usai dan di perbolehkan untuk kembali ke rumah, Rose memilih untuk singgah ke pantai itu lagi; dengan rasa bahagia ia berjalan telanjang kaki, menjinjing sepatunya di bibir pantai. “Mawar!” teriak Dika yang ternyata sedari tadi
Dua bulan sudah sejak kepergian Dito melanjutkan kuliahnya di Jerman Rose selalu datang ke pantai, dan selalu berdiri tepat diman asaat mereka berpelukan terakhir kali. Rasa rindu sudah tak bisa Rose sembunyikan lagi setelah Dito ke Jerman yang entah bagaiman akabarnya saat ini. Hari-hari Rose yang tadinya penuh kejutan, penuh senyuman, indah ibarat taman bunga kini menjadi musim gugur yang gersang. Tak ada tanda-tanda akan kembalinya musim semi itu di senyuman Rose. Setiap menit Rose hampir dua bulan hanya menatap layar ponselnya, menunggu satu balasan pesan dari puluhan pesan yang ia kirim kan setiap hari. Setiap hari Rose selalu singgah ke pantai untuk meluapkan rasa rindunya. Setiap hari Rose juga memantau akun sosial media Dito yang hingga kini belum ada update-tan sejak saat itu. “apa kabarnya?” &nb
ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu. Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang. Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu. “ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya. *****. “kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany
“Good morning bby” “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi. “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose. “pagi chagi~”
Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki pera
“Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.“aw!”“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada s
Rose bangun!”“udah kesiangan kamu nak!”“ini udah hampir jam 8” seru papa Rose membangunkan anaknya.“ha!, jam 8?!” sontak Rose terbangun dari tidurnya dan melompat bersiap diri untuk pergi ke sekolah.“pa!, Rose berangkat yah!” seru Rose berpamitan dengan papanya.“tunggu dulu!. Bekal kamu jangan lupa dimakan!” seru papanya Rose.Rose tergesah-gesah ia berlari dengan secepat mungkin namun saat tiba di depan gerbang hujan turun dengan sangat deras. Sedikit demi sedikit seragam Rose basah kuyup.“kenapa belakangan ini tak ada yang sesuai!” keluh Rose berdiri di derasnya hujan dengan menatap kesal pagar hitam tertutup.“mau masuk sudah tak mungkin lagi, ditambah seragamku yang basah kuyup, dan lebih parahnya lagi aku lupa membawa payung”“dasar ceroboh!” lanjut Rose masih kesal. Namun untuk beberapa saat Rose menyadari hu
Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega
"Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose. "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito. "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito. "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose. "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose. "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.