HALO SEMUANYA 👋
selamat membaca dan terima kasih telah singgah.
jika kalian ada saran tulis di komentar yah
🌼😁
-
-
-
sepasang remaja asyik bercanda dibawah rindangnya pohon yang melindungi mereka dari teriknya bola api alias matahari. Jika diperhatikan sepertinya mereka remaja SMA diperjelas dengan balutan seragam putih, abu-abu.
Hari semakin panas dan pohon sudah tak lagi melindungi mereka, saat itu juga medadak remaja pria mengulurkan tangannya seolah mengajak gadis pasangannya untuk pergi dari tempat itu. Dengan menarik senyuman manisnya gadis itu meraih tangan lajang SMA itu.
“Rose!!!, novel aku jangan lupa!”
Sontak membuat sepasang remaja itu memutarkan badan mereka.
“Hehehe iya besok yah” sahut gadis bersenyum manis yang memiliki nama Rose. Sesuai dengan senyumnya indah seperti bunga.
Lalu terdengar lagi seseorang memanggil nama “Dito” sepertinya itu nama lajang tampan itu.
“Dito, flashdisk jangan lupa”
“Iyaaa!!!” sahut pria itu.
*****
“Bby” panggilan beken sekarang untuk remaja yang sedang menjalin cinta alias pacaran.
Dito senang menggunakan kata itu untuk mengganti panggilan Rose, dan berhubung mereka berpacaran jadi sudah wajar saja. Namun, tidak berlaku bagi Rose. Terlalu risih yang dirasakan Rose saat Dito memanggilnya dengan sebutan “bby” alhasil “bby” hanya digunakan sebagai candaan Dito. Pengakuan dari Rose sendiri sebagai penggemar K-Idol, dan K-drama “chagi” lebih lucu dan ia merasa lebih nyaman saat Dito memanggilnya Chagi.
“Chagi-ya...”
“Mwo?” sahut Rose yang sedang mencari novel.
“Udah belum kamu pilih-pilih novelnya?” tanya Dito yang sedang berdiri di belakang Rose.
“Sebentar novel titipan Lucy belum dapat” jawab Rose lagi, dan terus menelusuri semua rak novel.
Bosan pun menghampiri Dito, Dito pun menunggu Rose di kafe terdekat.
Lima menit berlalu novel titipan Lucy pun belum ketemu juga, Rose pun menyerah dan memilih untuk membayar dikasir. Saat hendak berjalan menuju kasir tiba-tiba.
“BRAKKK” suara rak buku yang jatuh, sontak membuat seisi toko buku kaget. Rose yang memiliki sifat terlalu kepo dan ingin keluar dari zona itu berusaha untuk tidak nimbrung. Namun, Rose tak mampu mengendalkan rasa ingin tahunya itu. Kakinya seakan berjalan dengan sendirinya menuju kerumunan orang-orang.
“Jangan kepo Rose, jangan. Jang-“ gumam Rose dalam hati.
“MAAF!!!” teriak suara laki-laki bersumber dari suara jatuhnya rak buku dan membuat Rose pun memutar balikkan badannya.
Suara seperti rak jatuh itu membuat seisi toko buku gagal fokus dan ikut mengerumuni, mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Benar dugaan Rose suara yang membuatnya penasaran itu adalah suara rak jatuh yang di jatuhkan pria itu. Insiden itu membuat amarah para staf pegawai toko buku. Pria tampan itu juga berusaha minta maaf namun tidak di gubris oleh staf pegai toko buku itu.
“M-maaf pak, maaf"
"Maaf?!, kamu kira gaji saya di bayar pakai maaf kamu !" sentak petugas Toko buku yang marah akibat ulah anak laki-laki itu.
"M-ma...mama...!' spontan pria itu nangis, terlihat seperti ada kelainan dalam perkembangan tumbuh pria itu. Jika di perhatikan usianya lebih tua dari Rose namun bertingkah seperti anak-anak. Degan rasa iba pun Rose membantunya.
“Pak bisa kali pak di selesaikan dengan baik-baik” lirih Rose berusaha mendinginkan suasana. Namun, usaha Rose tidak di indahkan oleh petugas toko, Rose pun mencari cara. Ia menghentakkan sepatunya sembari berpikir dan munculah.
"Yaudah gini saya yang ganti rugi buku yang rusak" sahut Rose yang langsung jadi pusat perhatian banya orang saat itu.
"Dan sekali lagi atas nama abang ini, saya mohon maaf yah" lanjut Rose dan menggenggam tangan pria itu.
***
Rasa iba Rose tak terhenti untuk membayari buku yang rusak, Rose pun ikut membantu mencarikkan taksi untuk pria ini pulang. Sembari menunggu Taksi. pria yang memiliki kelambatan pertumbuhan ini pun membuka obrolan dengan Rose.
"K-kamu baik. te-te-rima kasih yah cantik!" ucap pria itu tergagap, yang membuat Rose tersenyum manis.
"Aku Dika, nama kamu siapa?" lanjut pria itu dan mengulurkan tangannya seraya berjabat tangan
“Aku Rose bang, aku manggilanya kakak aja kali yah" sahut lembut Rose.
"Rose, bunga mawar?!" tanya pria itu dengan lugu.
"Hehe iya" jawab Rose, dan menatap manis kepada laki-laki itu.
"A-aku manggilnya adik bunga mawar aja boleh?" tanya Dika lagi dengan tergagap dan menggarukkan kepalanya.
"Tentu kak Dika" jawab Rose dengan senyum manisnya.
Asyik berbincang dengan Dika, Rose lupa kalau dia pergi bersama sang kekasih yang sedang meunggunya saat itu. disisi lain, Dito yang menunggu Rose pun menyusul dengan rasa khawatir. Dito kembali ke toko buku Rose sudah pergi dan di cari ke toko kosmetik pun juga ga ketemu, dan Dito pun merasa kalau Rose pulang awal, dan di waktu yang sama Taksi yang di tunggu datang tibalah sang kekasih Dito yang mulai murung karena terlalu lama menunggu sang kekasih. ternyata Rose sedang berdiri di pintu masuk mall itu, dan dengan jahilnya Dito menutup kedua mata Rose dari belakang.
" Dito!" seru Rose yang menebak seseorang yang menutup matanya dengan kedua tangan.
"Kamu dari mana aja Rose, aku cariin di toko buku ga ada, di toko kosmetik juga ga ada" keluh Dito dengan raut wajah seperti bebek.
"Aku tadi ngebantu kakak-kakak " jawab Rose dengan mencubit pipi sang pacar
"Kakak-kakak?" jawab Dito
"Cewek atau cowo, mungkin cewek aku ga boleh negatif thingking" gumam Dito dalam hati.
"Eh udah mau gelap nih aku takut nanti papa marah ayo buruan" sontak Rose tertegun melihat langit yang mulai gelap dan panik.
"Ih padahal kamu yang lama dari tadi" sahut Dito sembari mengulurkan tangannya.
"Maaf bby" jawab Rose dengan senyuman indahnya seraya mengandeng tangan Dito.
"A-apa?, bby?, coba ulangin!" Dito tersipu, pipinya naik dan memerah.
"Hmm... engga kok chagi, aku tadi ngomong chagi bby"
"Ih tu, barusan bilang bby"
“Ih engga, chagi”
*****
“Aku pulang dulu yah bby” lirih Dito berpamitan dengan Rose, dengan senyum andalannya
“Ih... Dito! kalau papa denger gimana?” keluh Rose dengan menjulurkan bibir bawahnya.
“Yaudah aku balik yah, pamit om!” seru Dito tak lupa berpamitan dengan calon mertua, dan membuat Rose kaget d matanya membesar, mengerutkan alisnya dan menggit bibir bawahnya, dan memejamkan mata. saat memutarkan badannya ternyata papa Rose sedang berdiri sambil menyilangkan tangan dengan wajah datar.
“Eh... papa, udah lama pa?” tanya Rose basa basi dengan jantung berdegup kencang, namun harus stay cool merasa tak bersalah.
“Apanya?” jawab papa Rose datar
“Berdiri di situ?” tanya Rose lagi memastikan papanya tidak lama beridiri di belakangnya.
“Dari Dito balik. kamu kok lama sekali pulang?” jawab papanya balik, sembari menutup pintu pagar yang belum di tutup Rose.
“A-anu i-itu, nyari a-nu...” jawab Rose tergagap-gagap, matanya berkeliaran.
“Novel lagi?” sahut ayah Rose, yang sudah tahu apa yang dilakukan ananknya seharian.
Rose pun menundukkan kepala seolah mengakui kesalahannya, mengerutkan bibirnya dan menggenggam kedua tangannya. Namun, tak seperti biasanya yang jika tahu Rose membeli Novel akan menyeramahinya tujuh hari tujuh malam. Pak Yogi ayah Rose itu pun merendahkan nada bicaranya dengan lembut.
"Rose, kamu kan udah kelas 11 udah kepikiran tamat SMA mau lanjut kemana?, luar negeri atau stay di Indonesia?" lirih pak Yogi.
Mendengar perkataan papanya, alis Rose yang tadinya mengerut melengkung ke atas turun dan naik, lalu kembali mengerutkan alisnya, bola matanya tampak berkeliaran seolah mencari tahu.
"Tumben papa nanya gini?, hmm mumpung papa lagi bahas aku mau coba keluar negeri pa" jawab Rose
"Ke mana US?" sahut pak Yogi menajamkan tatapannya.
"Enggak Pa, Rose mau ke Korea Selatan pah" sahut Rose, merapatkan bibirnya.
Mendengar jawab dari sang putri, pak Yogi pun memutuskan untuk mendukung impian sang anak, Pak Yogi pun menjanjikan kelas bahasa korea yang akan di ikuti Rose euntuk persiapannya kuliah di Negri Ginseng itu. B agi seorang ayah mungkin sudah seharusnya mendukung cita-cita, niat baik sang ana k dan membuatnya bahagia. Itulah yang di lakukan oleh orang tua.
"Asal kamu ada niatan dan serius, juga selagi itu positif papa dukung kok" ujar pak Yogi menatap sang putri.
"Gomapda pa" teriak Rose dan memeluk papanya sekuat mungkin, tak pernah di sangka oleh Rose kalau papanya mengizinkannya untuk kuliah di luar negeri. Di saat posisi Rose seorang anak piatu, dan juga perempuan tunggal. Di samping rasa bahagia itu dia juga memikirkan sang papa yang harus melakukannya semua sendiri.
Seperti biasa Dito sibucin, tak tahu tempat, tak tahu kondisi dimana ia bertemu dengan Rose disitulah kejantananya meletot alias berubah seratus delapan puluh derajat. Dari kejauhan Dito menunggu sang pacar sambil memegang bekal yang telah ia siapkan untuk di makan berdua. “chagi-ya ~” seru Dito menghampiri Rose, namun langkahnya terhenti ketika ada sekumpulan adik kelas mengerumuni Rose. Dengan rasa penasaran pun Dito ikut menghampiri kerumunan adik kelas itu. Ternyata kerumunan adik kelas itu adalah anak kelas sepuluh yang jatuh hati pada Rose. Banyak di antara mereka yang mengirim surat, makanan, coklat dan lainnya. Rasa cemburu, wajar saja Dito sibucin cemburu dengan Rose yang banyak di gemari adik kelas. Rasa iri pun berkobar dari hati, mata sinis Dito tajamkan kearah adik kelas yang memancarkan ketampanannya di depan Rose. “ kak” “kalo 1+2=3, kalo aku di tambah kakak sama dengan kita” lirih R
"Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose. "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito. "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito. "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose. "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose. "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.
Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega
Rose bangun!”“udah kesiangan kamu nak!”“ini udah hampir jam 8” seru papa Rose membangunkan anaknya.“ha!, jam 8?!” sontak Rose terbangun dari tidurnya dan melompat bersiap diri untuk pergi ke sekolah.“pa!, Rose berangkat yah!” seru Rose berpamitan dengan papanya.“tunggu dulu!. Bekal kamu jangan lupa dimakan!” seru papanya Rose.Rose tergesah-gesah ia berlari dengan secepat mungkin namun saat tiba di depan gerbang hujan turun dengan sangat deras. Sedikit demi sedikit seragam Rose basah kuyup.“kenapa belakangan ini tak ada yang sesuai!” keluh Rose berdiri di derasnya hujan dengan menatap kesal pagar hitam tertutup.“mau masuk sudah tak mungkin lagi, ditambah seragamku yang basah kuyup, dan lebih parahnya lagi aku lupa membawa payung”“dasar ceroboh!” lanjut Rose masih kesal. Namun untuk beberapa saat Rose menyadari hu
“Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.“aw!”“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada s
Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki pera
“Good morning bby” “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi. “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose. “pagi chagi~”
ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu. Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang. Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu. “ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya. *****. “kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany
Hari ini adalah jadwal interview Rose. Pagi-pagi sekali Rose bangun mempersiapkan dengan matang dirinya untuk di interview dan berharap semua haslinya sesuai dengan yang ia harapkan. Ini adalah kedua kalinya dia berharap dengan sesuatu setelah Dito. semenjak tak ada kabar dari Dito, Rose enggan untuk berharap terhadap sesuatu dia hanya berpikir “lakukan saja semua kemungkinan. “pa Rose berangkat dulu yah!” “iya sayang, semoga sukses interviewnya!” Rose dipeluk dan dicium hangat oleh sang papa. Setelah sesi interview Rose usai dan di perbolehkan untuk kembali ke rumah, Rose memilih untuk singgah ke pantai itu lagi; dengan rasa bahagia ia berjalan telanjang kaki, menjinjing sepatunya di bibir pantai. “Mawar!” teriak Dika yang ternyata sedari tadi
Dua bulan sudah sejak kepergian Dito melanjutkan kuliahnya di Jerman Rose selalu datang ke pantai, dan selalu berdiri tepat diman asaat mereka berpelukan terakhir kali. Rasa rindu sudah tak bisa Rose sembunyikan lagi setelah Dito ke Jerman yang entah bagaiman akabarnya saat ini. Hari-hari Rose yang tadinya penuh kejutan, penuh senyuman, indah ibarat taman bunga kini menjadi musim gugur yang gersang. Tak ada tanda-tanda akan kembalinya musim semi itu di senyuman Rose. Setiap menit Rose hampir dua bulan hanya menatap layar ponselnya, menunggu satu balasan pesan dari puluhan pesan yang ia kirim kan setiap hari. Setiap hari Rose selalu singgah ke pantai untuk meluapkan rasa rindunya. Setiap hari Rose juga memantau akun sosial media Dito yang hingga kini belum ada update-tan sejak saat itu. “apa kabarnya?” &nb
ini sudah memasuki dua minggu setelah mereka lulus sekolah. Tapi hingga kini Rose tak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan mendaftar kuliah ke Korea seperti yang ia mimpikan saat itu. Hari ini juga bertepatan dengan hari terakhir Dito di Indonesia, sebelum ia pergi ke Jerman. Untuk hari terakhirnya Dito hanya ingin berdua dengan Rose, berpergian seharian dengan kekasihnya itu. seperti biasa tempat yang ia kunjungi bersama Rose adalah pantai favorit Dito. Mereka bercengkrama, tertawa untuk hari terkahirnya Di Indonesia sebelum Dito pulang beberapa tahun yang akan datang. Spesial hari ini Rose ingin untuk makan siangnya masakan yang di masaknya. Pagi-pagi sekali Rose bangun lalu masak makan yang enak untuk pacarnya itu, tak lua pula ia menghias makanan yang dimasaknya itu. “ah, ter-ingat masakan Dito!” gunggam Rose tersenyum saat menata makannya. *****. “kamu bawa apa itu bby?” tanya Dito yang dari tadi fokusnya hany
“Good morning bby” “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi. “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose. “pagi chagi~”
Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki pera
“Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.“aw!”“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada s
Rose bangun!”“udah kesiangan kamu nak!”“ini udah hampir jam 8” seru papa Rose membangunkan anaknya.“ha!, jam 8?!” sontak Rose terbangun dari tidurnya dan melompat bersiap diri untuk pergi ke sekolah.“pa!, Rose berangkat yah!” seru Rose berpamitan dengan papanya.“tunggu dulu!. Bekal kamu jangan lupa dimakan!” seru papanya Rose.Rose tergesah-gesah ia berlari dengan secepat mungkin namun saat tiba di depan gerbang hujan turun dengan sangat deras. Sedikit demi sedikit seragam Rose basah kuyup.“kenapa belakangan ini tak ada yang sesuai!” keluh Rose berdiri di derasnya hujan dengan menatap kesal pagar hitam tertutup.“mau masuk sudah tak mungkin lagi, ditambah seragamku yang basah kuyup, dan lebih parahnya lagi aku lupa membawa payung”“dasar ceroboh!” lanjut Rose masih kesal. Namun untuk beberapa saat Rose menyadari hu
Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?”“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan.“eh!” seru Felly menjega
"Rose!!!" Teriak Dito dari kejauhan. Rose pun menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya membalas teriakan Dito. Dito berlari mendekati Rose. "Jangan lari nanti kamu jatuh!" Balas Rose memperingati Dito. "Kalo jatuh ke hati kamu kan tak apa!" Jawab Dito yang terengah-engah. "Owh iya hari ini aku ada tanding basket kamu datang dukung aku kan?" Tanya Dito. "Ehm… aku ga bisa mastiin Dit, soalnya hari ini ada kelas pak Robert. Kamu tau kan dia seperti apa?" Jawab Rose. "Owh gitu… iya sih bapak itu, yaudah kalo dia ga Datang kamu harus datang oke!" Seru Dito berharap penuh agar pertandingan basketnya kali ini ditemani Rose. "Yaudah kamu masuk gih!" Seru Dito.