Share

3. Sedingin Salju

"Kenapa? kau butuh uang, atau sekedar sentuhan?" cecar si pria.

"Dua-duanya dong, apa kau bisa memberikan padaku?"

"Tergantung, jika bisa membuatku puas. Maka seperti yang kau kenal. Aku bukanlah orang pelit.

"Okey, akan ku usahakan."

Keduanya melempar senyum penuh makna. Tak dipungkiri, perempuan itu memiliki body lebih padat dibanding istrinya. Bentuk dada yang cukup besar membuat kedua mata si pria enggan berpaling

Sedangkan Widya menyadari kelakuan Sean, sengaja menyingkap helaian rambut panjang, lanjut mengikat menjadi satu. Hal itu bertujuan, agar pria tampan di sebelahnya dapat menikmati dirinya dengan leluasa.

Acara sudah berlangsung kurang lebih tiga puluh menit. Tetiba semua mata tertuju pada satu arah, yakni pintu kaca area restoran.

"Wow, bagaikan bidadari turun dari kahyangan," ucap Rio.

"Sean, istrimu sangat mempesona. Kau pasti bersemangat setiap malam. Aku sungguh iri padamu," timpal Anton.

Kedua pria sampai tak berkedip selama beberapa detik.

Anton menelisik sosok Naysila, ujung kaki bertengger pada hells setinggi 10 cm, menampilkan kakinya yang jenjang juga putih.

Pria itu menelan salivanya sendiri, membayangkan andai bisa menyentuh keindahan wanita itu.

"Selamat siang semua, apa aku boleh bergabung?" sapa Nay begitu ia tiba di dekat sang suami.

Widya terpaksa harus mengalah, ia bangkit dari kursinya untuk memberi ruang pada istri Sean Geovani.

"Ini seperti kejutan. Suamimu bilang kau selalu sibuk, mari duduklah, buat dirimu nyaman," balas Widya.

"Aku kira menyenangkan ketika berkumpul dengan teman suamiku. Jadi aku putuskan untuk meminta sekretaris guna menghadiri rapat, menggantikan diriku."

Nay duduk, sembari melirik kepada Sean.

Ia ingat betul, penjelasan tadi pagi, bahwa para rekan tak ada yang membawa pasangan. Namun ternyata hal itu tidak benar.

Beberapa lelaki membawa istri bahkan anak mereka. Membuat Nay menaikkan alisnya ketika menatap pada wajah Sang suami.

Semua orang menjadi antusias.

"Oh iya Nay, kau adalah pebisnis, jadi wajar jika terlihat awet muda seperti sekarang. Ngomong-ngomong berapa selisih usia kalian?" tanya salah seorang.

"Ekh, apa aku terlihat awet muda? sejujurnya aku dan suami lahir di tahun yang sama," terangnya.

"Ah masa sih? kok aku gak percaya. Ku kira kau sepantaran adiknya?"

"Mana mungkin, kami bahkan kuliah di waktu, juga fakultas yang sama, sejak saat itu kami merasakan debaran cinta luar biasa."

Keterangan Naysila menjadikan suasana kian hangat, pembawaan yang humble membuatnya mudah diterima pada lingkup yang baru.

"Selain cantik kau juga pandai ngelawak. Hanya satu yang kurang. Kalian belum berniat memiliki momongan? yang ku dengar, hadirnya bayi akan menambah erat kasih sayang di antara pasangan loh."

Nay dan suami saling berpandangan, "Untuk itu menurutku nanti saja. Istriku masih sibuk mengembangkan bisnisnya. Iya kan sayang? bukankah kau punya target yang harus kau penuhi tahun ini?" potong Sean sambil mengingatkan.

"Owh soal itu, iya, sebenarnya menurut suamiku, akan lebih baik jika aku mengembangkan banyak produk baru, dan aku setuju dengan itu," Nay nampak gamang. Ia tak memiliki impian setinggi Sean, akan tetapi dia tak mungkin meralat perkataan sang suami di hadapan semua orang.

"Wow, kalian adalah pasangan serasi, saling mendukung juga memotivasi. Semoga hubungan kalian langgeng sampai maut memisahkan."

Sean mengumbar senyum penuh keangkuhan, "Seperti yang kalian ketahui. Istriku suka bekerja keras. Merintis usaha skincare sejak remaja bukanlah hal yang mudah. Selanjutnya, dia juga ingin menggunakan artis luar negeri yang ia tunjuk sebagai brand ambassador untuk launching produk berikutnya. Iya kan Nay?" lagi-lagi Sean membuat istrinya terpojok.

Nay melotot tajam, itu bukan bagian dari rencana si perempuan.

Semua orang bertepuk tangan. Semakin kagum dengan sosok perempuan putri konglomerat tersebut.

Obrolan menjadi lebih serius.

Mereka yang sejatinya awam mengenai barang kecantikan, semakin tertarik untuk mengulik informasi lebih lanjut.

"Berhubung ada ahli kosmetik di sini, aku punya beberapa pertanyaan untuk Nay," celetuk Widya.

Sean mempersilakan rekan wanita untuk melontarkan kalimat lanjutan kepada istrinya.

"Nay, mengapa wajah wanita cenderung terlihat cepat tua dibanding para pria? misal mereka memiliki rentan usia yang sama. Ya aku tahu, hal ini tidak berlaku untukmu. Tapi aku amat penasaran. Perawatan anti aging di luar sana, seperti berfokus kepada para wanita."

"Kalau soal itu, terdiri dari banyak faktor tentunya. Simplenya gini, secara genetik struktur kulit perempuan cenderung lebih tipis daripada kepunyaan para pria. Belum lagi menurut penelitian, wanita lebih cepat stres dibanding lelaki. Misal terkait pekerjaan, juga masalah yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari."

Widya dan rekan yang lain mengangguk paham atas penjelasan yang diberikan pengusaha cantik tersebut.

"Ditambah dengan proses kehamilan, melahirkan turut mendukung terjadinya proses penuaan dini. Jumlah kolagen yang merupakan protein sebagai sumber elastisitas pada makhluk hawa seperti kita ternyata lebih sedikit. Itulah mengapa pria lebih beruntung. Ia akan senantiasa awet muda."

Hal itu memicu gelak tawa rekan mereka.

"Itu lah mengapa para pria boleh memilik isteri lebih dari satu. Sebab mungkin saja pasangan yang menikah pertama kali akan cepat tua. Sehingga suami menjadi kurang bergairah, begitu kan Nay?" seloroh Anton, sontak ia mendapat pukulan ringan dari wanita yang duduk di sebelahnya.

"Jangan begitu, lihat dia! rela bersusah payah, mengandung bayi selama sembilan bulan, melahirkan dengan kesakitan luar biasa. Lalu setelah itu? kau ingin menduakan dirinya?"

"Hehehe... enggak, ampun, aku mana berani," timpal Anton usai mengaduh akibat pukulan dari sang isteri.

"Setiap wanita apalagi ibu rumah tangga, ia memiliki peran penting bagi kedamaian kalian. Oleh karena itu, sebagai pria, janganlah kalian semena-mena."

Para anggota yang hadir memberi tepuk tangan meriah untuk pemikiran realistis yang diungkap Naysila.

Hanya Sean, satu-satunya orang masih terdiam. Ia seperti tak suka ketika sang istri mendapat pujian dari teman-temannya.

Mereka melanjutkan dengan acara menyantap. Setelah semua itu, para anggota reuni segera berpisah untuk melanjutkan rutinitas masing-masing.

Duduk berdua di dalam mobil hitam milik Sean, hingga beberapa menit berlalu, pria itu tak kunjung menyalakan mesin kendaraan.

"Apa kau senang? terlihat menonjol daripada aku?" sungut Sean, tatapan mengintimidasi ia tujukan kepada Naysila.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status