Ucapannya ini terdengar sedang memarahi Lillia. Jantung Lillia berdegup kencang mendengarnya. Pria itu punya waktu untuk menghadiri acara jumpa temu Nikita dan mencoba gaun pengantin, tapi malah tidak sabar menunggu 20 menit untuk mengurus prosedur perceraian dengannya? Padahal dia sudah berbaik hati merelakan posisinya kepada Nikita.Lillia menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pintu. Lillia langsung mengalihkan topiknya, "Claude, jangan-jangan kamu nggak pergi ke kantor catatan sipil sama sekali?"Claude mendengus. "Kamu pikir semua orang suka mengingkari janji sepertimu?"Namun, Lillia sangat yakin bahwa Claude tidak pergi ke sana. "Kalau begitu kamu fotokan pintu kantor catatan sipil untukku ...."Sebelum dia selesai bicara, Claude telah mematikan telepon itu. Lillia langsung melempar ponselnya dan memaki, "Cuih, pria berengsek!"Moonela membereskan baju yang baru digantinya, lalu ikut memaki, "Perbuatan berengsek apa lagi yang dia lakukan?"Lillia menjaw
"Berapa harga mobil ini?" Moonela melihat mobil sport yang tersangkut di belakang dari kaca spionnya, lalu bertanya dengan getir, "Apa kita sanggup membayar ganti ruginya?"Lillia membelalakkan matanya. "Kukira kamu sengaja menabraknya karena nggak suka melihat orang merebut tempat parkir.""Aku panik, tapi nggak bodoh!" Mengingat harus mengganti rugi, ekspresi Moonela tampak sangat buruk. Lillia menarik rem tangan di mobil itu, lalu membuka pintu mobil. "Coba aku lihat."Pemilik mobil sport itu juga turun dari mobil. Itu adalah seorang pria tampan setinggi 190 cm, dia mengenakan kacamata hitam dan hanya menampakkan setengah wajahnya. Hidungnya sangat mancung dan bibirnya berwarna merah segar. Dia menghentikan gerakan mengunyah permen karet saat melihat Lillia dan tersenyum. "Cantik, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa kelihatannya kamu familier sekali?"Lillia juga merasa orang ini sangat familier. Saat berjalan mendekatinya, dia baru menyadari bahwa orang ini adalah sahabat
Moonela hanya tersenyum, lalu berjalan masuk ke lift. Setibanya di depan pintu kantor presdir, mereka mendengar suara yang acuh tak acuh dari dalam ruangan, "Lorraine sudah datang?"Lillia dan Moonela terkejut hingga mematung di depan pintu. Mereka saling bertukar pandang dengan Cedron yang berada di dalam ruangan. Moonela yang terlebih dulu bereaksi, "Halo Pak Cedron, aku Lorraine, sekaligus bos Studio LMOON, Moonela."Cedron menjabat tangan Moonela, tetapi tatapannya tetap jatuh pada Lillia. "Ini adalah ...."Moonela menjelaskan, "Ini adalah asistenku."Cedron hampir saja tertawa terbahak-bahak, dia menoleh ke arah samping sambil mengejek, "Kak Claude, kamu sudah mau bangkrut ya?"Mengikuti arah pandangannya, Lilla melihat sebuah sosok yang familier sedang duduk di sofa sambil membelakangi mereka. Meski hanya dilihat dari belakang, Lillia tetap bisa mengenali bahwa orang itu adalah Claude. Lillia tak kuasa mengerucutkan bibirnya. Memang benar kata orang, musuh bebuyutan selalu saja b
Lillia terus tertidur, dia tidak mendengar apa pun. Saat terbangun, dia baru menyadari bahwa Moonela tidak memarkirkan mobilnya di depan pintu studio, melainkan di kompleks apartemen yang baru dibangun. Dia menatap Moonela yang sedang memainkan ponselnya di kursi sopir, lalu bertanya, "Ada klien?"Melihatnya sudah bangun, Moonela melambaikan kunci di tangannya, lalu berkata, "Tentu, aku mau membawamu melihat dunia luar!"Setelah turun dari mobil, Lillia baru menyadari bahwa Moonela bukan membawanya menemui klien. Ini adalah apartemen yang dibelikan Moonela untuknya secara diam-diam. Tempat ini terdiri dari tiga ruangan, tetapi cukup untuk ditinggali Lillia sendirian.Moonela berkata dengan perhatian, "Kamu nggak bisa terus tinggal di studio. Tidurmu nggak nyenyak dan kurang aman di sana. Tempat ini dekat dengan studio. Kamu masih belum bercerai, aku takut pria berengsek itu akan merebutnya. Jadi, tempat ini masih di bawah namaku. Setelah kamu bebas nanti, aku akan menggantinya menjadi
"Ikut aku pulang ke rumah lama, Kakek mau bertemu denganmu." Melihat sejumlah tagihan di tangannya, Lillia yang awalnya memang sudah merasa kesal, kini menjadi makin dongkol setelah mendengar suara Claude.Lillia menjawab dengan nada dingin, "Nggak cocok kalau aku yang pergi ke sana."Claude terdiam beberapa detik di ujung telepon, lalu dia berkata dengan angkuh, "Kita masih belum bercerai, kamu nggak berhak menolaknya."Karena suatu alasan, Claude diasuh oleh kakek dan neneknya sejak kecil. Jadi, dia sangat berbakti terhadap kedua orang tua itu. Karena itulah, Claude tidak menolak saat kakek dan neneknya menyuruhnya untuk menikahi Lillia saat itu.Setelah menikah tiga tahun, Claude menganggap kewajibannya dalam pernikahan mereka hanyalah berhubungan badan selama sebulan sekali. Selain itu, mereka harus pergi ke rumah kakek dan neneknya untuk berpura-pura saling mencintai agar kedua orang tua itu tidak khawatir.Claude tidak akan melepaskan siapa pun yang berani menyakiti kakek dan nen
Kakek Lillia selalu bersikap jujur selama ini, mana mungkin dia kuat jika mendengar ucapan Priya seperti ini? Lagi pula, kalaupun Lillia ingin melahirkan anak, Claude juga harus punya keinginan yang sama, bukan?Meski merasa frustrasi, Lillia tetap menjawab dengan patuh, "Baik."Kakek Claude, Jeff Hutomo, menegur istrinya, "Anak-anak jarang sekali pulang, kamu jangan terus-terusan menanyakan soal kehamilan."Priya membalasnya, "Nggak usah banyak omong kosong, memangnya kamu nggak mau dapat cicit?"Jeff mengalihkan topik, "Lillia, belakangan ini banyak rumor yang beredar. Bagaimana menurutmu soal itu?"Lillia tetap bersikap lembut dan sopan, "Aku yakin Claude akan menanganinya dengan baik."Jeff sangat puas terhadap jawabannya. "Nggak peduli rumor apa pun di luar sana, Keluarga Hutomo hanya mengakui satu menantu, yaitu kamu. Orang-orang rendahan seperti itu nggak akan bisa masuk ke Keluarga Hutomo."Priya menambahkan, "Kamu juga harus cepat melahirkan anak untuknya. Dengan begitu, Claud
Baru saja Lillia selesai mandi, dia menyusun selimut di sofa dan berbaring. Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu dari luar. Lillia langsung bangkit, lalu bertanya pada Claude yang telah berbaring di ranjang dengan berbisik, "Kamu sudah kunci pintunya?"Claude meliriknya sekilas, lalu bertanya, "Ada apa?"Terdengar suara Jeni dari luar, "Tuan Muda, ini aku. Nyonya memasak sarang burung walet dan menyuruhku membawakannya untuk Nyonya Lillia. Kalau Anda belum tidur, aku akan masuk sekarang."Setelah itu, terdengar suara pintu terbuka.Lillia langsung melompat dari sofa, buru-buru menyelipkan selimut di sofa ke ranjang sebelum Jeni sempat masuk. Dia langsung membuka selimut Claude dan menyelinap ke dalamnya. Saat melompat masuk, dia tidak sengaja membentur dada Claude sehingga keduanya mengeluarkan bunyi desahan.Mendengar suara mesra itu di malam hari, membuat Jeni menghentikan langkahnya. Lalu, dia bertanya dengan ragu-ragu, "Tuan Muda, Nyonya .... Apakah aku boleh masuk?"Claude menggerta
Di dalam kamar, begitu Lillia melihat Jeni pergi, dia ingin segera turun dari ranjang. Akan tetapi, sebelum dia sempat bergerak, Claude telah menahannya. Lillia secara refleks menggunakan tangannya untuk menahan dada pria itu agar jarak antara mereka tetap terjaga. Segera setelah itu, dia bertanya, "Orangnya sudah pergi. Apa yang kamu lakukan?"Akan tetapi, Claude malah menatapnya lekat-lekat dan berujar dengan suara berat, "Bukannya kamu memegangku barusan untuk merayuku?"Lillia tampak kebingungan dan kehabisan kata-kata. Dia segera menjelaskan, "Barusan, aku hanya ingin mengingatkanmu supaya nggak membiarkan Bibi Jeni ke tempatku. Ada apa dengan otakmu? Kenapa malah mengaitkan kedua hal ini?"Sementara itu, Claude menahan hasratnya, lalu mengarahkan tangan Lillia ke bawah untuk menyentuh area tertentu dengan paksa. Lillia merasa bahwa tangannya telah ternodai. Dia berusaha keras untuk menarik tangannya kembali sambil berseru dengan wajah memerah, "Apa yang kamu lakukan?"Claude mala