Saat makan, Lillia menyadari bahwa Listya tidak berhenti menatapnya. Sejujurnya, Lillia merasa agak malu karena ditatap seperti itu.“Apa gaun yang kamu kenakan ini hasil desainmu sendiri?” tanya Listya dengan nada lembut ketika mereka hampir selesai makan.“Benar,” jawab Lillia sambil mengangguk.Gaun yang dipakai Lillia terbuat dari bahan yang sangat nyaman dan berwarna pastel. Gaun ini dipadukan dengan sulaman yang sangat cantik dan terlihat seperti baju tradisional yang versinya lebih baik.Listya menunjukkan ekspresi menyesal dan berkata, “Tahu begitu, seharusnya aku bersikeras menyuruhmu menjual gaun itu kepadaku dulu. Hasil desainmu benar-benar bagus.”Lillia tidak tahu apakah Listya hanya sedang berbasa-basi atau bukan, tetapi tetap menjawab sambil tersenyum, “Terima kasih.”“Nenek, ayo aku antar kamu ke mobil,” ujar Liman untuk mengalihkan pembicaraan.“Oke,” jawab Listya dengan ekspresi penuh kasih sayang. Dia merasa Liman sangat khawatir dirinya salah berbicara dan membuat L
Dibandingkan dengan orang-orang lain yang pernah melawan Edbert, Edbert sudah cukup menunjukkan belas kasihan dengan hanya melumpuhkan sebelah tangan Lillia yang digunakannya untuk menggambar desain. Jika bukan karena peringatan Benny, dia bahkan bisa membuat nyawa Lillia malayang....Saat tersadar kembali, lengan Lillia sudah tidak terasa sakit. Begitu melihat Liman yang berlinang air mata di sisi tempat tidur, dia pun bertanya, “Apa tanganku sudah lumpuh?”“Tanganmu baik-baik saja. Untungnya, kamu dilarikan ke rumah sakit tepat waktu dan nggak ada otot ataupun tulang yang cedera. Syukurlah! Kamu punya hati yang baik, makanya Tuhan juga melindungimu,” jawab Anita sebelum Liman sempat berbicara.“Jahitannya membuat tanganmu terlihat sangat jelek,” kata Liman dengan suara tercekat.Berhubung seluruh lengan Lillia robek akibat terlilit tali pengaman, jahitannya pun terlihat seperti seekor kelabang yang melingkari lengannya.“Jahitannya akan sembuh. Apa kamu sudah menyelidiki lokasi insi
Claude melihat ekspresi kesakitan Lillia, lalu menjerit ke sisi pintu. “Apa dokter nggak suntik anestesi?”Hans segera membuka pintu kamar. Dia menjawab dengan hormat, “Aku akan panggil dokter.”“Keluar dari sini! Sekarang!” teriak Lillia dengan gusar. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke sisi Hans. “Jangan panggil dokter! Cukup bawa dia pergi. Aku nggak akan merasa sakit selama ada nggak lihat dia!”Hans sungguh tidak habis pikir. Kenapa dalam waktu sesingkat ini, Claude malah membuat Lillia marah lagi? Bukannya maksud kedatangan Claude adalah demi mengambil hati Lillia?Claude diusir keluar kamar pasien. Dia menatap Liman yang memasuki kamar dengan penuh emosi. Saat pintu kamar tertutup, Claude baru mengalihkan pandangannya dengan kesal.Saat ini, Hans diam-diam meliriknya sekilas.“Katakanlah.” Claude melihat ke sisi Hans.“Aku merasa nggak seharusnya Pak Claude berantem sama Bu Lillia. Kamu seharusnya merawatnya dengan baik di kondisi seperti ini. Dengan begitu, hubungan kalia
Kening Lillia tampak berkerut. Ekspresinya kelihatan dingin. “Apa aku perlu persetujuan darimu?”“Lillia, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu nggak ingin diincar oleh orang di belakang Keluarga Jaspal, aku sarankan kamu untuk jauhi Liman!” balas Claude dengan serius.“Aku memang cukup berterima kasih karena kamu sudah membantuku mengatasi masalah Keluarga Jaspal, tapi bukan berarti kamu bisa ikut campur dalam urusan pribadiku.” Raut Lillia semakin dingin lagi. Dia sungguh tidak sanggup menerima sikap dominan Claude.Claude menatapnya, lalu berucap dengan serius, “Kalau kamu benar-benar ingin berterima kasih kepadaku. Kamu cukup ingat kata-kataku!”Lillia memejamkan matanya. “Aku ingin tidur.”Claude melihat Lillia memejamkan matanya tidak bersedia untuk berbicara dengannya lagi. Dia pun terpaksa mengurus urusannya saja. Lillia hanya tidur selama 2 jam saja. Begitu membuka matanya, tampak Claude sedang berdiri di ujung jendela. Laptopnya diletakkan di atas meja samping jendela.Tangan
Mereka berdua tak berhenti berseteru. Sementara, Lillia hanya mengamati dari samping saja.Telinga Edbert terasa berdengung. Mukanya terasa kebas lantaran dipukul.Claude berjalan ke hadapan Edbert yang sedang telungkup di lantai. Sepatu kulitnya menginjak jari tangan Edbert. Baru saja Edbert hendak berteriak, terdengar suara dingin Claude. “Kalau kamu ribut lagi, bisa jadi lidahmu akan dipotong!”Kali ini, Edbert yang kesakitan juga tidak berani menjerit. Dia hanya meronta saja.Hans menggenggam pergelangan tangannya yang tadi menggampar Edbert sembari memutarnya. Dia menunduk menatap Edbert dengan geram, bagai seekor serigala buas yang hendak menerkam dan mencabik-cabiknya saja.“Katakanlah, ada apa dengan tali pengaman itu?” Claude melihat ke sisi Rangga.Kedua kaki Rangga terasa lemas. Dia membuka mulutnya, tidak bersuara sama sekali.Lillia berkata, “Claude, biarkan aku selesaikan masalah ini sendiri.”“Aku beri pelajaran kepada Edbert karena perlakuannya tadi sudah menyinggungku.
Rangga tidak mengikuti Edbert lantaran dihalangi oleh Hans.“Polisi akan segera tiba. Aku rasa kamu akan lebih aman di penjara daripada bekerja dengan Edbert,” ucap Hans terhadap Rangga dengan dingin.Sekarang Rangga sungguh menyesal telah menyetujui Edbert untuk menghadapi Lillia.Tak lama setelah Edbert pergi, dia menerima panggilan dari bosnya.Baru saja panggilan tersambung, terdengar pertanyaan bos dengan nada menekan, “Kenapa tangan Lillia bisa terluka? Sepertinya aku pernah peringati kamu sebelumnya, jangan keterlaluan di saat syuting acara. Kalau kamu ingin turun tangan, kamu juga mesti selidiki latar belakangnya.”“Aku akan mengatasi masalah ini dengan baik,” balas Edbert dengan segera.Bos langsung memutuskan panggilan.Edbert membuka Instagram, lalu melihat rekaman video yang diunggah Lillia sedang viral. Dia segera menutup Instagram-nya, lalu menghubungi departemen humas perusahaan.“Kalian bisa kerja nggak sih? Kenapa kalian nggak tangani masalah video di Instagram? Kalian
Hans memalingkan kepala melihat ke sisi Lillia, lalu tersenyum santai. “Bu Lillia orangnya baik. Kenapa?”“Kalau kamu merasa aku orangnya baik, tolong bujuk bosmu untuk lepasin orang baik sepertiku.” Nada bicara Lillia terdengar santai.Namun, hati Hans malah terasa penat.Apa Lillia sudah membenci Claude hingga tahap seperti ini?“Sebenarnya Pak Claude benar-benar peduli sama kamu. Dulu dia memang nggak peduli dengan perasaanmu ….”“Kamu sendiri juga tahu apa yang dia lakukan padaku dulu. Apa kamu merasa kamu seharusnya membujukku?” Lillia langsung memotong omongan Hans.Hans terdiam sejenak, lalu bergumam, “Aku mengerti.”Setelah Hans meninggalkan kamar pasien, dia turun ke lantai bawah untuk mencari Claude.Claude sedang bersandar di tubuh mobil. Dia menatap Hans sejenak, baru bertanya, “Kenapa lama sekali?”Hans tidak berani menatap Claude, hanya bergumam, “Bantu Bu Lillia ambil sedikit barang.”“Apa kamu nggak ingin bekerja denganku lagi?” Tentu saja Claude sadar Hans sedang berbo
Moonela berjalan ke sisi tangga. Dia menelepon mitra kerja sama yang sudah bekerja sama hampir 2 tahun dengan Studio LMOON. Tangan Moonela disandarkan di atas pegangan tangga. Panggilan terhubung. Moonela berkata dengan tersenyum, “Pak Albert, aku sudah tahu masalah kamu telepon asistenku. Aku ingin bertanya, apa kamu sudah memutuskan untuk berpihak kepada Edbert?”Albert tersenyum. “Bu Moonela, kita sudah bekerja sama selama 2 tahun. Tak peduli apa pun yang terjadi dengan kalian, aku selalu berpihak di sisi kalian. Aku tahu nggak gampang bagi kalian 2 wanita muda dalam merintis karier. Aku juga bersedia untuk mempromosikan kalian dan memberi kalian kesempatan. Tapi ayah mertuanya Pak Edbert itu teman baikku. Aku mesti membantunya.”Nada bicara Moonela berubah dingin. “Lorraine pernah mendesain begitu banyak produk perusahaanmu, bahkan menciptakan banyak keuntungan untuk perusahaanmu. Sekarang tangannya terluka karena dicelakai oleh orang lain, Pak Albert malah ingin dia dan teman ter