Setelah berpisah dengan Claude, Lillia menelepon Moonela. Moonela masih menemani Ohara di rumah sakit, pemulihan Ohara pun cukup baik. "Kenapa meneleponku malam-malam begini?""Bantu aku pikirkan cara untuk memindahkan nenekku ke rumah sakit lain atau ke bangsal VIP, cuma aku dan kamu yang boleh menjaganya," pesan Lillia."Apa telah terjadi masalah besar?" tanya Moonela."Kamu rasa Claude orang yang bisa berbohong nggak?" tanya Lillia balik."Eee ... seharusnya dia nggak akan melakukan hal seperti itu," sahut Moonela. Dia membenci Claude, tetapi tahu pria ini tidak akan melakukan hal tercela seperti itu."Aku akan menjelaskannya kepadamu nanti," ujar Lillia."Oke." Moonela pun merasa gelisah karena ucapan Lillia.Lillia berkemas dan langsung meninggalkan Kota Joran. Untung saja, pakaian yang didesainnya sudah selesai. Dia awalnya tidak pulang karena merasa ada banyak yang bisa dipelajarinya di sini. Selain itu, Lillia bahkan berniat untuk menunggu sampai bulan Juni. Dilihat dari situas
Setelah berhubungan dengan Lillia cukup lama, Emma tentu memahami kepribadiannya sedikit. Lillia selalu menyimpan masalah dalam hatinya dan enggan memberi tahu siapa pun. Itu sebabnya, wanita ini terkesan sulit didekati. Sikapnya ini cukup mirip dengan Louis.Waktu terus berlalu. Hingga bulan Mei, Lillia masih tinggal di B&B. Selama beberapa waktu ini, dia mengasingkan diri dari dunia luar, bahkan jarang berkontak dengan Claude. Adapun Ohara, dia sudah keluar dari rumah sakit dan memulihkan diri di rumah.Pagi hari ini, Lillia menuruni tangga dan hendak jalan-jalan santai di desa. Begitu keluar, dia malah melihat sebuah mobil berhenti di halaman B&B. Selain itu, tampak seorang pria yang melemparkan kunci kepadanya.Lillia termangu menatapnya, sementara Claude tersenyum dan berucap dengan santai, "Nona Lillia, selamat pagi. Kamu juga berlibur di sini?"Ekspresi Lillia berangsur menjadi dingin. Dia langsung bertanya, "Kamu menyelidiki lokasiku?""Nggak kok, aku ada investasi di sini, mak
Keduanya terus berdebat sepanjang perjalanan. Ketika kembali, matahari sudah terik. Namun, ada banyak pohon di desa sehingga tidak terasa begitu panas.Lillia berjalan ke dapur. Sementara itu, Claude bertanya kepada Hans yang menunggunya pulang dari tadi, "Kamarku sudah siap?""Sudah," jawab Hans sambil mengangguk."Kalau begitu, kamu kembali dulu ke kota, jangan beri tahu siapa pun lokasiku. Kalau ada masalah, langsung hubungi aku lewat WhatsApp," pesan Claude."Baik." Hans mengiakan sambil mengangguk lagi.Ketika melihat Lillia sibuk di dapur, Claude masuk dan bertanya, "Kamu lagi buat sarapan?""Hm." Lillia membatin, 'Bukannya pria ini datang untuk mengurus masalah pekerjaan? Kenapa santai sekali?'Claude menyingsingkan lengan bajunya sembari menghampiri Lillia, lalu bertanya, "Mau masak apa?""Masak mie, ngapain kamu?" Lillia segera memiringkan badan saat melihat Claude hendak merebut pisau di tangannya."Masak untukmu dong, tanganmu nggak stabil waktu pegang pisau," sahut Claude y
Claude menatapnya dengan tatapan suram. "Kamu begitu nggak percaya padaku?""Itu nenekku, mana mungkin aku berani main-main dengan nyawanya," timpal Lillia. Dia tidak akan menerima saran Claude sekalipun kemungkinan ketahuannya hanya sedikit."Ya sudah, kujamin nggak akan ada yang tahu tentang ini," ujar Claude.Lillia sudah hampir menghabiskan mienya. Dia menengadah melirik Claude yang masih berdiri di samping, lalu bertanya, "Apa masih ada urusan lain? Keluar saja kalau nggak hal lain lagi. Aku masih harus mengurus pekerjaanku setelah makan."Claude menatap mangkuk mie dan berucap, "Kuahnya juga enak, aku akan mengambil mangkukmu keluar nanti. Kamu fokus saja pada pekerjaanmu."Untuk sesaat, Lillia tidak tahu harus mengatakan apa. Sementara itu, Claude mendesaknya lagi, "Ayo, cepat habiskan. Aku juga masih punya pekerjaan."Lillia bereaksi kembali dan segera menghabiskan kuahnya. Setelah menyerahkannya kepada pria itu, dia tidak lupa untuk berkata, "Terima kasih."Claude pun menyungg
Ketika melihat Lillia yang tampak begitu senang, Claude ikut tersenyum tanpa berbicara. Karena Lillia sudah memberitahunya untuk tidak mengungkit masa lalu, Claude tidak akan mengungkitnya, hanya menikmati momen bersama ini.Lillia benar-benar puas dengan makanan malam ini. Ketika Claude merapikan meja, pria itu bertanya, "Selama ini, kamu sangat menyukai makanan begini, ya?"Ketika tinggal bersama Claude, pelayan sangat menjaga makanan mereka. Lillia tidak berkesempatan untuk menikmati makanan yang dianggap Claude sangat berminyak ini, pasti rasanya tidak nyaman."Desa Nova dekat dengan laut dan ada kolam, aku tumbuh besar di sini. Menurutmu, aku suka atau nggak? Nenekku sangat pintar masak masakan begini," timpal Lillia yang bersandar di kursi sembari mengelap tangannya."Bagus kalau suka. Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku juga harus mengurus sesuatu setelah semuanya beres." Selesai berbicara, Claude berjalan ke dapur."Apa butuh bantuanku?" tanya Lillia yang bangkit dan merasa tidak e
"Apa yang kamu lihat?" tanya Lillia dengan ekspresi heran. Pada saat yang sama, dia juga merasa agak canggung, entah Claude mendengar obrolannya dengan Ohara atau tidak ...."Nenekmu menolak diopname lagi?" tanya Claude balik. Dia tentu mendengar sedikit obrolan tadi.Lillia mengiakan tanpa berniat mengobrol dengan Claude. Ketika dia hendak berjalan masuk, Claude tiba-tiba menghampiri dan bertanya lagi, "Kamu mau jalan-jalan dulu nggak?""Nggak perlu, kerjaanku belum selesai." Lillia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang. Dengan begini, neneknya tidak perlu terus diopname."Kamu tetap harus istirahat. Kalau sampai jatuh sakit karena terlalu lelah, pekerjaanmu yang akan tertunda nanti," ujar Claude yang langsung meraih pergelangan tangan Lillia. Lillia mencoba untuk melepaskannya, tetapi Claude menariknya sambil meneruskan, "Bantu aku lihat pemandangan di sini, beri aku sedikit saran tentang desain.""Kamu seharusnya cari desainer interior, bukan perancang busana!" seru Lil
Ketika perjalanan kembali, ponsel Claude tiba-tiba berdering. Begitu melihat nama si penelepon, kegembiraan pada ekspresi Lillia sontak menghilang."Aku akan menjawab panggilan dulu, kamu tunggu di sini." Selesai berbicara, Claude segera menuju ke seberang.Lillia pun terkekeh-kekeh sinis dan tidak berniat untuk menunggu. Dia langsung berbalik dan pergi begitu saja.Claude menerima panggilan dari Nixon. Dia bertanya dengan dingin, "Kenapa?""Kamu memasang alat sadap di ponselku?" tanya Nixon segera dengan kesal.Claude tidak menduga Nixon akan mengetahuinya secepat itu. Meskipun merasa terkejut, dia hanya membalas dengan tidak acuh, "Memangnya kamu punya bukti kalau aku yang melakukannya?"Claude tahu betapa telitinya Hans dalam menangani sesuatu, tidak mungkin Nixon bisa menangkap basah mereka."Claude, hanya kamu yang tahu aku keluar dari penjara. Aku juga nggak menghubungi siapa-siapa, hanya kamu dan Nikita. Nggak mungkin Nikita yang melakukannya, 'kan?" sahut Nixon yang menahan ama
Lillia mengiakan, mendadak merasakan firasat buruk. Louis pun berucap dengan perlahan, "Kami dapat informasi kalau Nikita punya seorang kakak, namanya Nixon. Nixon ini pernah dipenjara."Lillia mendengarkan dengan saksama. Louis meneruskan, "Begitu keluar dari penjara, Nixon langsung menghubungi Claude dan menyerahkan Nikita kepadanya. Aku nggak tahu Claude pernah memberi tahu tentang ini atau nggak."Lillia teringat pada ucapan Claude yang mengatakan Nikita pernah menolongnya .... Jangan-jangan, yang dia maksud adalah kakak Nikita, Nixon? Selain itu, Nixon dipenjara karena Claude?"Oke, lanjutkan," ucap Lillia setelah berpikir sesaat. Dia tahu betul bahwa semua ini bukanlah pokok penting dari hasil penyelidikan Louis."Nixon selalu mengawasi Nikita secara diam-diam. Hal pertama yang dilakukannya padamu yaitu menghubungi orang yang punya sedikit wawasan dengan pengobatan tradisional. Setelah mencelakaimu, orang itu pergi ke luar negeri dan nggak pernah berkontak dengan Nixon lagi," jel