Sesudah makan siang, Lillia pun berangkat ke Kota Pinang. Begitu tiba di LMOON, Moonela dan asisten langsung keluar untuk menyambut."Louis sering datang ke studio belakangan ini. Kudengar, dia menyewa apartemen di sini," ucap Moonela saat membantu Lillia mengangkat kopernya.Meskipun Louis dan Liman telah membantu Lillia, Moonela tidak lupa bahwa Keluarga Jaspal dan Widodo bukanlah keluarga biasa. Itu sebabnya, dia selalu mengawasi pergerakan kedua pria itu."Kita bicarakan nanti, aku agak lelah," sahut Lillia yang tidak ingin membahas tentang Keluarga Jaspal dan Widodo di depan asisten mereka.Bagaimanapun, kedua keluarga ini jelas memiliki kekuasaan yang tidak biasa karena bisa menyelidiki banyak hal. Jika asisten ini tahu terlalu banyak, Lillia dan Moonela yang akan dalam bahaya."Oke." Moonela mengiakan sambil mengangguk. Begitu keduanya masuk ke ruang kantor, Moonela menutup pintu dan bertanya, "Apa Louis ini benar-benar bisa diajak kerja sama?""Karena kita sudah menghubunginya,
Lillia menggenggam ponselnya dengan erat, ekspresinya dipenuhi kebencian. "Claude, kalau nenekku kenapa-napa, aku akan membunuh Nixon dan Nikita!"Selesai berbicara, Lillia mengakhiri panggilan. Jelas-jelas dia punya bukti yang bisa membuat Nikita hancur. Tanpa diduga, Nixon malah menculik Ohara. Adapun Claude, Lillia lebih percaya gajah bisa terbang daripada pria ini.Lillia menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan diri. Sesudah tenang, dia baru menghubungi Moonela.Begitu telepon tersambung, Moonela langsung berkata dengan ramah, "Kenapa meneleponku? Apa Nenek merindukanku? Beri tahu Nenek, aku akan mengunjunginya kalau ada waktu ...."Lillia seketika merasa ingin menangis mendengarnya. Dia menahan tangisannya dan berucap, "Cabut gugatannya segera. Kamu harus membocorkan informasi ini supaya Nikita tahu.""Kenapa?" Moonela bertanya dengan gusar, "Mereka telah melakukan begitu banyak kejahatan, kenapa dibiarkan begitu saja? Apa semua ini karena Claude?"Begitu membahas te
Suara Lillia terdengar sangat lantang, sepasang matanya memancarkan kebencian yang kuat. Hati Claude hancur melihat ini. Dia pun melepaskan tangannya begitu saja.Tanpa berniat memedulikan Claude, Lillia bergegas berjalan pergi. Ketika melihat sosok belakang wanita itu, Claude pun mengerti bahwa Lillia benar-benar meninggalkannya kali ini. Lebih tepatnya, dia tidak pernah mendapatkan hati Lillia."Pak Claude," panggil Nelson yang tidak tahu harus bagaimana saat melihat Lillia pergi dengan gusar. Dia hanya bisa memanggil Claude yang tampak terperangah di depan pintu.Claude menggigit bibir tipisnya, lalu menginstruksi, "Kamu ikuti dia, pastikan dia baik-baik saja."Nelson mengiakan dan hendak berbalik untuk mengejar Lillia. Tiba-tiba, Claude meneruskan, "Bawa mobil, dia seharusnya butuh.""Tapi, Pak Claude ...." Ketika melihat Claude hanya diam, Nelson pun mengerti bahwa bosnya marah besar!Nelson tidak berani bertele-tele lagi, segera berlari ke mobil untuk mengejar Lillia. Mobil mengi
Claude! Tatapan Lillia seketika menjadi dingin. Dia mengepalkan tangannya dengan erat sembari bertanya, "Apa Claude merusak rekaman CCTV?""Nggak kok," jawab Louis. Ini membuat Lillia lebih rileks, tetapi kalimat berikutnya membuat Lillia merasa cemas kembali. "Tapi, ada beberapa rekaman di jalan utama yang dirusak orang."Claude bertindak sedemikian rupa demi Nikita? Lillia menggertakkan giginya dan menyahut, "Aku harap kamu bisa membantuku. Tentunya, aku tahu balas budi. Mulai sekarang, aku akan mendesain gaun ulang tahun Nyonya Tua Keluarga Jaspal setiap tahun."Lillia tidak ingin berutang budi pada Keluarga Jaspal. Louis pun menggigit bibirnya, tebersit pula ketidakberdayaan pada tatapannya saat berkata, "Kami tulus ingin membantumu.""Terima kasih banyak. Kelak, aku pasti akan membantu kalian sebisa mungkin," sahut Lillia.Louis tidak membahas topik ini lagi, melainkan berucap dengan serius, "Aku sudah mengutus orang mencari lokasi Nixon. Dia melakukan semua ini hanya demi keselam
Suara yang menakutkan ini membuat mata Nixon seketika berkedut-kedut. Siapa pun yang melampaui batas kesabaran Claude tidak akan terbebas dari amarahnya. Akan tetapi, Nixon sudah tidak bisa mundur lagi."Claude, aku sudah mengorbankan seumur hidupku agar kamu bisa sukses. Kamu harus membalas budi. Aku hanya punya satu adik perempuan. Aku ingin semua yang terbaik untuknya," ucap Nixon yang mulai emosional.Claude bisa melihat kelicikan dan kewaspadaan yang tersembunyi di balik ekspresi sedih Nixon. Dia mendengus dingin, lalu membalas dengan ekspresi datar, "Kalau aku mengirimmu ke luar negeri, aku juga bisa menjamin ketenaran Nikita selama dia nggak menginginkan apa pun yang bukan miliknya.""Kamu nggak mau menikahinya?" tanya Nixon.Claude tidak menanggapi ucapan Nixon, melainkan berjalan mendekatinya.Nixon mundur selangkah. Dia berdiri tegap dan menambahkan, "Aku sudah sering membantumu. Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Aku nggak mungkin melakukan ini kalau Lillia nggak mence
Sesampainya di rumah sakit, Lillia melihat neneknya tertidur lelap di ranjang rumah sakit. Matanya sontak memerah tidak bisa menahan air mata.Louis menepuk bahunya dan berujar iba, "Jangan cemas, nenekmu cuma tertidur. Dokter sudah memeriksanya tadi. Nggak ada luka atau bekas trauma."Lillia menggenggam erat tangan neneknya, takut Ohara menghilang lagi. "Ini salahku." Jika dia menceraikan Claude sejak awal dan menjauhi Keluarga Hutomo, hal seperti ini tidak mungkin terjadi.Louis menyeka air mata Lillia dengan tisu, lalu menghiburnya dengan suara lembut, "Sudah, jangan menangis lagi. Nenek nggak akan menyalahkanmu. Yang salah itu penculiknya, bukan kamu."Lillia menatap Louis dengan mata memerah dan berujar tulus, "Terima kasih, Pak Louis.""Bukan aku yang berjasa membantumu. Sewaktu kami mendapat berita, aku bergegas ke sana bersama polisi. Kami menemukan hanya Nikita yang menjaga nenekmu di tempat itu. Tapi coba kamu pikir, Nixon sangat menyayangi Nikita. Kenapa dia meninggalkan adi
“Apa hubungan kita mesti menjadi seperti ini?” Jari tangan Claude spontan gemetar.Jelas-jelas sebelum pulang hari ini, Lillia masih duduk di hadapannya, menyantap masakannya dengan girang. Kenapa mereka malah berubah menjadi orang asing hanya dalam waktu setengah hari?Hati Lillia terasa lara ketika mendengarnya. Dia juga bukan manusia berdarah dingin. Lillia sudah menyukai Claude selama bertahun-tahun. Dia tidak mungkin bisa mengakhiri perasaannya dalam waktu singkat. Namun, jika Lillia luluh, bagaimana dengan nenek yang sedang berbaring di dalam kamar pasien?Lillia berusaha memendam perasaannya, lalu berkata dengan raut datar, “Claude, begini saja, kamu cukup jaga orangmu dan aku jaga orangku. Cukup bagus seperti ini.”“Aku sudah menjebloskan Nixon ke kantor polisi,” ujar Claude dengan suara dingin, “Aku juga akan mengurus masalah selanjutnya.”Lillia mengangguk. “Selamat ya. Akhirnya kamu melakukan hal bagus. Kalau Nelson terluka akibat Nenek, aku akan tanggung jawab. Intinya, ter
Claude akan menghargai semua pembelian Lillia. Dia tidak tega untuk menyia-nyiakannya, meski buah-buahan ini tidak begitu segar. Nelson merasa Claude sedang mencari penyakit sendiri.Siang harinya, akhirnya Ohara siuman.Dokter melakukan pemeriksaan sekali lagi, lalu berkata pada Lillia, “Penyakit diabetes pasien cukup serius. Kalau pasien nggak menyuntik insulin dengan teratur, akan berdampak pada penglihatannya. Masih nggak patuh lagi?”Lillia menatap Ohara dengan kesal. Ohara yang merasa tidak enak hati itu langsung mengalihkan pandangannya. “Ingatan orang tua sudah nggak bagus. Wajar kalau sering lupa.”“Aku sudah beli rumah. Kali ini apa pun ceritanya, kamu nggak usah kembali ke kampung lagi.” Raut Lillia berubah serius. “Kamu nggak boleh menolakku lagi. Kalau nggak, aku benar-benar marah.”Setelah mengalami masalah ini, Ohara juga tidak keras kepala lagi. Tatapannya tertuju pada wajah Lillia. Dia menunjukkan ekspresi bersalahnya. “Lillia, kamu pasti capek.”Lillia tertegun sejena