Claude sama sekali tidak ingin menjawab Emma.Louis menatap Claude dengan dingin sebentar, lalu ikut meninggalkan tempat itu.Emma yang tidak mendapat jawaban pun hanya bisa mendengus dan duduk di samping. Hari ini, dia akan menjaga di sini dan menunjukkan kepada Lillia bahwa dia adalah orang yang bisa dipercayai.Setelah Lillia dan Liman menunggu di lobi rumah sakit sebentar, Louis akhirnya datang."Kenapa kalian datang ke sini?" tanya Lillia dengan nada dingin setelah Louis mendekat."Kami mengkhawatirkanmu, jadi datang melihat," jawab Louis. Dia tidak pandai berbicara, sehingga tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan Lillia. Setiap kali berpikir Lillia mungkin adalah adiknya, dia menjadi makin cemas dan tidak tahu harus melakukan apa.Melihat Louis berbicara dengan cemas, Liman segera membantu Louis untuk menjawab, "Kami takut kamu sendirian saja akan ditindas. Kami sudah tahu nenekmu bisa dirawat di rumah sakit karena nenek Claude."Lillia menganggukkan kepalanya dan terlihat aga
Jeff juga mengerti apa maksud dari perkataan Claude. Sebelumnya, Claude hanya main-main saja mengatakan akan bercerai saat sedang bertengkar, tetapi kali ini Claude serius."Kamu sudah memikirkannya dengan baik-baik?" tanya Claude."Ya," jawab Claude.Setelah mengatakan itu, Claude melihat Priya keluar dari dapur sambil membawa sepiring buah-buahan dan berteriak seolah-olah tidak terjadi apa pun, "Claude sudah pulang? Ayo sini makan buah. Ini adalah leci jenis terbaru, aku sudah mengupaskannya untukmu."Saat melihat Priya, Claude hanya merasa sangat tak berdaya. Dia tidak menjawab Priya, melainkan langsung naik ke lantai atas."Claude ...," teriak Priya.Claude sama sekali tidak menoleh ke belakang."Untuk siapa aku melakukan semua ini? Semuanya demi kamu! Niat baikku malah kamu anggap menghancurkan segalanya," keluh Priya dengan mata yang mulai memerah.Jeff masuk ke dalam ruang kerjanya dengan tanpa ekspresi, dia tidak ingin mendengarkan apa yang dikatakan Priya.Priya merasa tidak a
Lillia sudah menginap di rumah sakit selama beberapa hari dan Ohara juga sudah sadar. Namun, setelah hari itu membahas masalah perceraian dengan Lillia, Claude tidak pernah datang ke rumah sakit lagi. Dia curiga Claude sengaja tidak datang dan berencana untuk menunda hal ini lagi."Kamu telepon dan tanya Claude kapan dia akan datang," kata Ohara sambil berbaring di tempat tidur dan napasnya sangat lemah.Mendengar perkataan itu, Lillia yang sedang mengupas sebuah pisang untuk Ohara berkata, "Baiklah. Setelah kamu makan pisang ini, aku akan meneleponnya."Ohara menatap Lillia dengan penuh kasih. "Apa kamu akan marah pada nenek karena sudah memaksamu untuk bercerai?""Nenek jangan mengejekku ya. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali membahas hal ini kepadanya sebelumnya," kata Lillia sambil tersenyum getir."Mana mungkin Nenek mengejekmu .... Kamu sudah tahu dia berselingkuh, makanya kamu bilang sama Nenek mau bekerja supaya punya pendapatan sendiri ya?" tanya Ohara kepada Lillia sambil me
Ohara menarik napas dalam-dalam. Dia menatap Claude dan berkata dengan marah, "Kamu ... besok urus akta cerai dengan Lillia. Mulai saat ini, Keluarga Sentana dan Keluarga Hutomo nggak ada hubungan apa pun lagi, aku benar-benar nggak ingin melihat kalian lagi ...."Saat datang ke rumah sakit, Claude masih merasa ada sedikit harapan, tetapi sikap Ohara saat ini sudah sangat jelas. Pada akhirnya, Claude telah kehilangan Lillia.Melihat Claude tidak berbicara, Ohara bertanya sambil menangis, "Kalian menganggap Lillia itu apa sampai menindasnya seperti ini? Rumah yang sudah diberikan untuknya pun masih bilang dia yang mencurinya. Lillia adalah cucu kesayanganku. Setelah menikah denganmu, aku selalu menyuruhnya untuk bersabar menghadapimu. Itu karena aku tahu status Keluarga Sentana nggak setara dengan Keluarga Hutomo. Kenapa kamu malah berselingkuh dan menyakitinya?"Ohara sangat menyayangi Lillia, tetapi Lillia malah diinjak-injak oleh Keluarga Hutomo seperti ini.Claude hanya menggenggam
Setelah selesai mengurus akta cerai, keduanya keluar dari pengadilan negeri. Hans yang menunggu di luar langsung mendekat saat melihat mereka keluar dan menyerahkan sebuah amplop berkas kepada Claude.Setelah menerima amplop berkas itu, Claude menyerahkannya kepada Lillia. "Istriku ... ini adalah terakhir kalinya aku memanggilmu seperti ini."Awalnya, Lillia berencana untuk menolak barang yang diberikan Claude. Saat mendengar Claude tiba-tiba berkata seperti itu, jantungnya berdebar. Dia menatap Claude dengan perasaan lucu dan sedih."Ya, aku tahu," kata Lillia sambil meraih amplop berkas itu dan nadanya terdengar sangat dingin.Claude menundukkan kepalanya dan menatap Lillia sambil menggigit bibirnya, Setelah terdiam sejenak, dia baru mengalihkan pandangannya."Selama tiga tahun ini, aku memang sudah menyakitimu. Baik dalam urusan keluarga atau pun perasaan, aku selalu nggak memedulikanmu. Aku minta maaf." Setelah mengatakan itu, Claude merasa lucu. Dia berpikir mungkin Lillia sudah t
Emma membatin, 'Lebih baik nggak usah bicara, jadi buat Lillia minder saja.'Setelah itu, dia mencari sebuah tempat yang tenang untuk duduk dan mengamati Lillia diam-diam. Emma merasa Lillia sangat hebat. Bukan hanya berbakat, dia juga sangat realistis dalam menjalani hidup. Saat fokus mengerjakan desain, Lillia bahkan sampai lupa makan dan minum. Namun, Claude malah bisa sampai ingin bercerai dengannya.Konon, Nyonya Tua Keluarga Hutomo memandang rendah latar belakang keluarga Lillia yang sekarang. Emma juga tahu bahwa Lillia dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Kedua orang itu adalah orang desa yang hidup dengan bercocok tanam. Memang, tidak akan ada keluarga kaya yang menerima latar belakang seperti ini. Namun, Emma merasa kualifikasi Lillia sangat sulit ditemukan.Bahkan setelah menikah dengan Claude sekalipun, Lillia masih aktif membangun bisnisnya. Dia sama sekali bukan orang yang mengandalkan kekayaan suami. Lillia tidak tahu bahwa Emma benar-benar merasa salut terhadapnya.Melih
Nikita mulai menangis. "Kamu memfitnahku .... Aku nggak kenal denganmu."Emma tertawa sinis, lalu berkata, "Memangnya kamu pantas kufitnah? Kuberi tahu ya, kalau kamu diam-diam saja, siapa yang peduli samamu? Tapi kamu malah datang jauh-jauh untuk provokasi istri sah. Kalau bukan karena terlalu nggak ada kerjaan, berarti kamu ini kegatalan!"Lillia tahu bahwa tidak ada gunanya dia menghentikan Emma sekarang. Selain itu, Nikita memang pantas mendapat pelajaran seperti ini. Demi menghasut nenek Claude untuk berbuat onar, dia bahkan hampir saja membuat nyawa Ohara melayang. Jadi, untuk apa Lillia kasihan dengan wanita seperti ini? Nikita memang datang untuk menghina Lillia, tak tahunya tiba-tiba muncul seseorang yang membela Lillia."Lillia ... tolong aku .... Dia menindasku seperti ini, Claude nggak akan melepaskannya!" Nikita memelototi Emma dengan bengis, lalu menoleh ke arah Lillia untuk memohon padanya.Di saat ini juga, Louis keluar dari toko. Dia merangkul pundak Lillia dengan lemb
Saat mereka sedang membahas camilan, tiba-tiba ada polisi yang masuk. Emma langsung berdiri dengan wajah waswas."Ada apa?" tanya Louis sambil berdiri dengan tangan yang menopang di meja."Nona Nikita melaporkan bahwa kalian memukulinya, jadi silakan ikut kami ke kantor polisi untuk beri keterangan," ujar polisi yang memimpin kepada Louis."Aku yang melakukannya, nggak ada hubungannya dengan mereka. Aku saja yang ikut kalian," balas Emma sambil menaikkan dagunya.Melihat sikap Emma yang tidak melunak sama sekali dan bahkan terlihat bangga, Lillia berpikiran bahwa Emma pasti akan disalahkan kali ini."Nona Emma bilang ada tiga orang pelakunya. Jadi, kalian semua harus ikut!" kata polisi itu dengan kasar. Karena ada laporan yang masuk, dia harus menanganinya sesuai aturan. Lillia sangat paham bahwa Nikita paling mahir menggunakan trik rendahan. Melihat sikap polisi ini yang begitu kasar, sepertinya kejadian ini tidak akan sesederhana yang mereka bayangkan."Baik, kami ikut," balas Lillia