Setelah selesai mengurus akta cerai, keduanya keluar dari pengadilan negeri. Hans yang menunggu di luar langsung mendekat saat melihat mereka keluar dan menyerahkan sebuah amplop berkas kepada Claude.Setelah menerima amplop berkas itu, Claude menyerahkannya kepada Lillia. "Istriku ... ini adalah terakhir kalinya aku memanggilmu seperti ini."Awalnya, Lillia berencana untuk menolak barang yang diberikan Claude. Saat mendengar Claude tiba-tiba berkata seperti itu, jantungnya berdebar. Dia menatap Claude dengan perasaan lucu dan sedih."Ya, aku tahu," kata Lillia sambil meraih amplop berkas itu dan nadanya terdengar sangat dingin.Claude menundukkan kepalanya dan menatap Lillia sambil menggigit bibirnya, Setelah terdiam sejenak, dia baru mengalihkan pandangannya."Selama tiga tahun ini, aku memang sudah menyakitimu. Baik dalam urusan keluarga atau pun perasaan, aku selalu nggak memedulikanmu. Aku minta maaf." Setelah mengatakan itu, Claude merasa lucu. Dia berpikir mungkin Lillia sudah t
Emma membatin, 'Lebih baik nggak usah bicara, jadi buat Lillia minder saja.'Setelah itu, dia mencari sebuah tempat yang tenang untuk duduk dan mengamati Lillia diam-diam. Emma merasa Lillia sangat hebat. Bukan hanya berbakat, dia juga sangat realistis dalam menjalani hidup. Saat fokus mengerjakan desain, Lillia bahkan sampai lupa makan dan minum. Namun, Claude malah bisa sampai ingin bercerai dengannya.Konon, Nyonya Tua Keluarga Hutomo memandang rendah latar belakang keluarga Lillia yang sekarang. Emma juga tahu bahwa Lillia dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Kedua orang itu adalah orang desa yang hidup dengan bercocok tanam. Memang, tidak akan ada keluarga kaya yang menerima latar belakang seperti ini. Namun, Emma merasa kualifikasi Lillia sangat sulit ditemukan.Bahkan setelah menikah dengan Claude sekalipun, Lillia masih aktif membangun bisnisnya. Dia sama sekali bukan orang yang mengandalkan kekayaan suami. Lillia tidak tahu bahwa Emma benar-benar merasa salut terhadapnya.Melih
Nikita mulai menangis. "Kamu memfitnahku .... Aku nggak kenal denganmu."Emma tertawa sinis, lalu berkata, "Memangnya kamu pantas kufitnah? Kuberi tahu ya, kalau kamu diam-diam saja, siapa yang peduli samamu? Tapi kamu malah datang jauh-jauh untuk provokasi istri sah. Kalau bukan karena terlalu nggak ada kerjaan, berarti kamu ini kegatalan!"Lillia tahu bahwa tidak ada gunanya dia menghentikan Emma sekarang. Selain itu, Nikita memang pantas mendapat pelajaran seperti ini. Demi menghasut nenek Claude untuk berbuat onar, dia bahkan hampir saja membuat nyawa Ohara melayang. Jadi, untuk apa Lillia kasihan dengan wanita seperti ini? Nikita memang datang untuk menghina Lillia, tak tahunya tiba-tiba muncul seseorang yang membela Lillia."Lillia ... tolong aku .... Dia menindasku seperti ini, Claude nggak akan melepaskannya!" Nikita memelototi Emma dengan bengis, lalu menoleh ke arah Lillia untuk memohon padanya.Di saat ini juga, Louis keluar dari toko. Dia merangkul pundak Lillia dengan lemb
Saat mereka sedang membahas camilan, tiba-tiba ada polisi yang masuk. Emma langsung berdiri dengan wajah waswas."Ada apa?" tanya Louis sambil berdiri dengan tangan yang menopang di meja."Nona Nikita melaporkan bahwa kalian memukulinya, jadi silakan ikut kami ke kantor polisi untuk beri keterangan," ujar polisi yang memimpin kepada Louis."Aku yang melakukannya, nggak ada hubungannya dengan mereka. Aku saja yang ikut kalian," balas Emma sambil menaikkan dagunya.Melihat sikap Emma yang tidak melunak sama sekali dan bahkan terlihat bangga, Lillia berpikiran bahwa Emma pasti akan disalahkan kali ini."Nona Emma bilang ada tiga orang pelakunya. Jadi, kalian semua harus ikut!" kata polisi itu dengan kasar. Karena ada laporan yang masuk, dia harus menanganinya sesuai aturan. Lillia sangat paham bahwa Nikita paling mahir menggunakan trik rendahan. Melihat sikap polisi ini yang begitu kasar, sepertinya kejadian ini tidak akan sesederhana yang mereka bayangkan."Baik, kami ikut," balas Lillia
Lillia melirik Nikita sekilas dengan senyuman tipis, lalu mengangkat alisnya saat bertanya pada Claude, "Kamu berencana mau bagaimana membuatnya minta maaf padaku? Mau suruh dia tuangkan anggur atau berlutut?"Perlu diketahui, Nikita bahkan tidak mau minta maaf karena telah memfitnah LMOON sebelumnya. Claude juga melihat ke arah Nikita dan berkata, "Bagaimana pun cara minta maaf yang diminta Nona Lillia, kamu harus menurutinya.""Meskipun dia minta maaf memang membuatku senang, tetap saja aku jadi susah makan kalau dengar permintaan maafnya. Sebaiknya Pak Claude bawa dia pergi saja," balas Lillia dengan tenang.Lillia tidak punya hobi untuk menindas orang lemah. Selain itu, sebagai sesama wanita, Lillia merasa harga diri wanita akan tercemar jika Nikita berlutut untuk minta maaf.Claude melirik ke arah Hans, Hans langsung menyuruh Nikita, "Nona Nikita, ayo pergi."Nikita menggigit bibirnya dan berkata dengan sedih, "Kak Claude ....""Kamu pulang dulu," balas Claude."Nona Nikita, ada b
Setelah mengantarkan Anita, Claude mencari sebuah hotel untuk menginap sementara. Karena dia sudah telanjur datang, Claude tidak berencana untuk pergi begitu saja. Setelah Lillia makan malam dan kembali ke hotel, dia menerima WhatsApp dari Claude.[ Kamu sudah lihat benda di tas dokumen? ][ Nggak ada waktu. Kalau nggak ada urusan, tolong jangan chat aku. ]Balasan Lillia ini langsung menolaknya dengan kejam.[ Kita ketemu untuk ngobrol sebentar. Aku tahu ada kota tua di sini, cocok untuk jalan-jalan malam. ]Claude membalas pesannya lagi.Lillia mengerutkan alisnya sambil melihat pesan yang dikirimkan Claude. Setelah sekian lama, dia baru membalas.[ Kenapa? Selingkuhan baru saja pergi, sudah buru-buru mau kencan dengan mantan istri? Kamu ini gila ya? Kamu kira aku nggak perlu tidur malam, besok nggak perlu kerja? ]Lillia benar-benar tidak tahan dengan kelakuan Claude. Padahal mereka sudah bercerai, apa lagi yang ingin dilakukan Claude?[ Nikita bukan selingkuhanku. Kamu juga sudah m
Lillia tidak menyangka ini alasan mereka mencarinya. Ketika Louis mengatakan akan melindungi dirinya, Lillia masih merasa cukup terharu, meskipun ada syaratnya .... Tanpa diduga, ternyata ada rahasia sebesar ini."Aku tahu kamu mungkin merasa sedih ...." Claude hendak menghiburnya."Kamu kira aku selemah itu? Aku memang nggak ingin menerima mereka sejak awal, mana mungkin sedih?" sela Lillia langsung.Claude mengangguk dan membalas, "Baguslah kalau begitu.""Aku memang nggak punya hubungan dekat dengan mereka, jadi untuk apa mereka menyuruh Stella memaksaku mengakui identitas?" tanya Lillia.Sejujurnya, Lillia juga tidak terlalu memercayai Claude. Bagaimanapun, tidak ada bukti apa pun yang diberikan pria ini. Namun, sepertinya tidak ada gunanya Claude menipu dirinya. Lillia juga merasa dirinya tidak bernilai di mata Claude.Apabila tidak rela berpisah dengan Lillia dan melihatnya menikah dengan pria lain, Claude bisa saja memikirkan banyak cara untuk tidak bercerai darinya. Lagi pula,
Setelah berpisah dengan Claude, Lillia menelepon Moonela. Moonela masih menemani Ohara di rumah sakit, pemulihan Ohara pun cukup baik. "Kenapa meneleponku malam-malam begini?""Bantu aku pikirkan cara untuk memindahkan nenekku ke rumah sakit lain atau ke bangsal VIP, cuma aku dan kamu yang boleh menjaganya," pesan Lillia."Apa telah terjadi masalah besar?" tanya Moonela."Kamu rasa Claude orang yang bisa berbohong nggak?" tanya Lillia balik."Eee ... seharusnya dia nggak akan melakukan hal seperti itu," sahut Moonela. Dia membenci Claude, tetapi tahu pria ini tidak akan melakukan hal tercela seperti itu."Aku akan menjelaskannya kepadamu nanti," ujar Lillia."Oke." Moonela pun merasa gelisah karena ucapan Lillia.Lillia berkemas dan langsung meninggalkan Kota Joran. Untung saja, pakaian yang didesainnya sudah selesai. Dia awalnya tidak pulang karena merasa ada banyak yang bisa dipelajarinya di sini. Selain itu, Lillia bahkan berniat untuk menunggu sampai bulan Juni. Dilihat dari situas