Lillia melirik Nikita sekilas dengan senyuman tipis, lalu mengangkat alisnya saat bertanya pada Claude, "Kamu berencana mau bagaimana membuatnya minta maaf padaku? Mau suruh dia tuangkan anggur atau berlutut?"Perlu diketahui, Nikita bahkan tidak mau minta maaf karena telah memfitnah LMOON sebelumnya. Claude juga melihat ke arah Nikita dan berkata, "Bagaimana pun cara minta maaf yang diminta Nona Lillia, kamu harus menurutinya.""Meskipun dia minta maaf memang membuatku senang, tetap saja aku jadi susah makan kalau dengar permintaan maafnya. Sebaiknya Pak Claude bawa dia pergi saja," balas Lillia dengan tenang.Lillia tidak punya hobi untuk menindas orang lemah. Selain itu, sebagai sesama wanita, Lillia merasa harga diri wanita akan tercemar jika Nikita berlutut untuk minta maaf.Claude melirik ke arah Hans, Hans langsung menyuruh Nikita, "Nona Nikita, ayo pergi."Nikita menggigit bibirnya dan berkata dengan sedih, "Kak Claude ....""Kamu pulang dulu," balas Claude."Nona Nikita, ada b
Setelah mengantarkan Anita, Claude mencari sebuah hotel untuk menginap sementara. Karena dia sudah telanjur datang, Claude tidak berencana untuk pergi begitu saja. Setelah Lillia makan malam dan kembali ke hotel, dia menerima WhatsApp dari Claude.[ Kamu sudah lihat benda di tas dokumen? ][ Nggak ada waktu. Kalau nggak ada urusan, tolong jangan chat aku. ]Balasan Lillia ini langsung menolaknya dengan kejam.[ Kita ketemu untuk ngobrol sebentar. Aku tahu ada kota tua di sini, cocok untuk jalan-jalan malam. ]Claude membalas pesannya lagi.Lillia mengerutkan alisnya sambil melihat pesan yang dikirimkan Claude. Setelah sekian lama, dia baru membalas.[ Kenapa? Selingkuhan baru saja pergi, sudah buru-buru mau kencan dengan mantan istri? Kamu ini gila ya? Kamu kira aku nggak perlu tidur malam, besok nggak perlu kerja? ]Lillia benar-benar tidak tahan dengan kelakuan Claude. Padahal mereka sudah bercerai, apa lagi yang ingin dilakukan Claude?[ Nikita bukan selingkuhanku. Kamu juga sudah m
Lillia tidak menyangka ini alasan mereka mencarinya. Ketika Louis mengatakan akan melindungi dirinya, Lillia masih merasa cukup terharu, meskipun ada syaratnya .... Tanpa diduga, ternyata ada rahasia sebesar ini."Aku tahu kamu mungkin merasa sedih ...." Claude hendak menghiburnya."Kamu kira aku selemah itu? Aku memang nggak ingin menerima mereka sejak awal, mana mungkin sedih?" sela Lillia langsung.Claude mengangguk dan membalas, "Baguslah kalau begitu.""Aku memang nggak punya hubungan dekat dengan mereka, jadi untuk apa mereka menyuruh Stella memaksaku mengakui identitas?" tanya Lillia.Sejujurnya, Lillia juga tidak terlalu memercayai Claude. Bagaimanapun, tidak ada bukti apa pun yang diberikan pria ini. Namun, sepertinya tidak ada gunanya Claude menipu dirinya. Lillia juga merasa dirinya tidak bernilai di mata Claude.Apabila tidak rela berpisah dengan Lillia dan melihatnya menikah dengan pria lain, Claude bisa saja memikirkan banyak cara untuk tidak bercerai darinya. Lagi pula,
Setelah berpisah dengan Claude, Lillia menelepon Moonela. Moonela masih menemani Ohara di rumah sakit, pemulihan Ohara pun cukup baik. "Kenapa meneleponku malam-malam begini?""Bantu aku pikirkan cara untuk memindahkan nenekku ke rumah sakit lain atau ke bangsal VIP, cuma aku dan kamu yang boleh menjaganya," pesan Lillia."Apa telah terjadi masalah besar?" tanya Moonela."Kamu rasa Claude orang yang bisa berbohong nggak?" tanya Lillia balik."Eee ... seharusnya dia nggak akan melakukan hal seperti itu," sahut Moonela. Dia membenci Claude, tetapi tahu pria ini tidak akan melakukan hal tercela seperti itu."Aku akan menjelaskannya kepadamu nanti," ujar Lillia."Oke." Moonela pun merasa gelisah karena ucapan Lillia.Lillia berkemas dan langsung meninggalkan Kota Joran. Untung saja, pakaian yang didesainnya sudah selesai. Dia awalnya tidak pulang karena merasa ada banyak yang bisa dipelajarinya di sini. Selain itu, Lillia bahkan berniat untuk menunggu sampai bulan Juni. Dilihat dari situas
Setelah berhubungan dengan Lillia cukup lama, Emma tentu memahami kepribadiannya sedikit. Lillia selalu menyimpan masalah dalam hatinya dan enggan memberi tahu siapa pun. Itu sebabnya, wanita ini terkesan sulit didekati. Sikapnya ini cukup mirip dengan Louis.Waktu terus berlalu. Hingga bulan Mei, Lillia masih tinggal di B&B. Selama beberapa waktu ini, dia mengasingkan diri dari dunia luar, bahkan jarang berkontak dengan Claude. Adapun Ohara, dia sudah keluar dari rumah sakit dan memulihkan diri di rumah.Pagi hari ini, Lillia menuruni tangga dan hendak jalan-jalan santai di desa. Begitu keluar, dia malah melihat sebuah mobil berhenti di halaman B&B. Selain itu, tampak seorang pria yang melemparkan kunci kepadanya.Lillia termangu menatapnya, sementara Claude tersenyum dan berucap dengan santai, "Nona Lillia, selamat pagi. Kamu juga berlibur di sini?"Ekspresi Lillia berangsur menjadi dingin. Dia langsung bertanya, "Kamu menyelidiki lokasiku?""Nggak kok, aku ada investasi di sini, mak
Keduanya terus berdebat sepanjang perjalanan. Ketika kembali, matahari sudah terik. Namun, ada banyak pohon di desa sehingga tidak terasa begitu panas.Lillia berjalan ke dapur. Sementara itu, Claude bertanya kepada Hans yang menunggunya pulang dari tadi, "Kamarku sudah siap?""Sudah," jawab Hans sambil mengangguk."Kalau begitu, kamu kembali dulu ke kota, jangan beri tahu siapa pun lokasiku. Kalau ada masalah, langsung hubungi aku lewat WhatsApp," pesan Claude."Baik." Hans mengiakan sambil mengangguk lagi.Ketika melihat Lillia sibuk di dapur, Claude masuk dan bertanya, "Kamu lagi buat sarapan?""Hm." Lillia membatin, 'Bukannya pria ini datang untuk mengurus masalah pekerjaan? Kenapa santai sekali?'Claude menyingsingkan lengan bajunya sembari menghampiri Lillia, lalu bertanya, "Mau masak apa?""Masak mie, ngapain kamu?" Lillia segera memiringkan badan saat melihat Claude hendak merebut pisau di tangannya."Masak untukmu dong, tanganmu nggak stabil waktu pegang pisau," sahut Claude y
Claude menatapnya dengan tatapan suram. "Kamu begitu nggak percaya padaku?""Itu nenekku, mana mungkin aku berani main-main dengan nyawanya," timpal Lillia. Dia tidak akan menerima saran Claude sekalipun kemungkinan ketahuannya hanya sedikit."Ya sudah, kujamin nggak akan ada yang tahu tentang ini," ujar Claude.Lillia sudah hampir menghabiskan mienya. Dia menengadah melirik Claude yang masih berdiri di samping, lalu bertanya, "Apa masih ada urusan lain? Keluar saja kalau nggak hal lain lagi. Aku masih harus mengurus pekerjaanku setelah makan."Claude menatap mangkuk mie dan berucap, "Kuahnya juga enak, aku akan mengambil mangkukmu keluar nanti. Kamu fokus saja pada pekerjaanmu."Untuk sesaat, Lillia tidak tahu harus mengatakan apa. Sementara itu, Claude mendesaknya lagi, "Ayo, cepat habiskan. Aku juga masih punya pekerjaan."Lillia bereaksi kembali dan segera menghabiskan kuahnya. Setelah menyerahkannya kepada pria itu, dia tidak lupa untuk berkata, "Terima kasih."Claude pun menyungg
Ketika melihat Lillia yang tampak begitu senang, Claude ikut tersenyum tanpa berbicara. Karena Lillia sudah memberitahunya untuk tidak mengungkit masa lalu, Claude tidak akan mengungkitnya, hanya menikmati momen bersama ini.Lillia benar-benar puas dengan makanan malam ini. Ketika Claude merapikan meja, pria itu bertanya, "Selama ini, kamu sangat menyukai makanan begini, ya?"Ketika tinggal bersama Claude, pelayan sangat menjaga makanan mereka. Lillia tidak berkesempatan untuk menikmati makanan yang dianggap Claude sangat berminyak ini, pasti rasanya tidak nyaman."Desa Nova dekat dengan laut dan ada kolam, aku tumbuh besar di sini. Menurutmu, aku suka atau nggak? Nenekku sangat pintar masak masakan begini," timpal Lillia yang bersandar di kursi sembari mengelap tangannya."Bagus kalau suka. Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku juga harus mengurus sesuatu setelah semuanya beres." Selesai berbicara, Claude berjalan ke dapur."Apa butuh bantuanku?" tanya Lillia yang bangkit dan merasa tidak e