Selama beberapa hari-hari berikutnya, Lillia sering pergi ke kedai teh dan telah menjadi pelanggan tetap di toko Louis. Ketika merasa lelah setelah menyelesaikan bordir, dia akan pergi ke toko "Bahagia" untuk minum teh dan memikirkan desain sambil makan kue.Louis duduk di meja seberang sambil membuat ukiran kayu. Saat ini, dia sedang mengukir karakter anime untuk pesanan komersial. Melalui interaksinya dengan Louis, Lillia menyadari bahwa dia menerima pesanan kecil yang bernilai puluhan ribu hingga yang bernilai miliaran. Semuanya tergantung pada suasana hatinya saat itu.Awalnya, Lillia mengira bahwa toko ini tidak menghasilkan keuntungan. Namun, kini dia tahu bahwa karya seninya sangat terkenal di internet. Teh dan kue hanyalah tambahan, sebenarnya ukiran adalah mata pencaharian utama dari kedai teh ini.Lillia meletakkan tablet karena lelah menggambar. Dia minum teh sambil melihat Louis yang sedang berkonsentrasi pada karakter di tangannya. Dia tidak terlalu familier dengan industr
Tak lama kemudian, pria itu menerima balasan pesan.[ Aku pasti akan bayar hari ini. Kamu yakin bisa mengirimnya pergi dalam 3 hari? Apa Taman Y bisa diandalkan? ][ Taman Y berada di salah satu kawasan paling kacau di Asita. Claude memang punya kemampuan luar biasa, tapi apa dia berani bersaing dengan militer di sana? Kalaupun pergi ke sana, dia pasti akan mati dan nggak ada yang akan peduli. ]Namun, setelah pria itu mengirimkan pesan ini, Moonela kembali menelepon. Dia memegang ponsel Lillia, tetapi tidak langsung menjawab. Pria itu menatap pesan yang muncul satu per satu dengan ekspresi suram dan sangat tidak sabar.Setelah mengirim begitu banyak pesan dan Lillia tak kunjung menjawab, Moonela pun menjadi sedikit panik. Stella tidak ingin hanya melihat gambar. Dia bersikeras ingin bertemu dengan Lillia. Ini membuatnya merasa kesulitan.[ Cepat balas pesan! Kalau nggak, aku bakal melakukan panggilan video! ]Moonela terus menelepon. Pria itu begitu kesal hingga ingin mencekiknya.Tak
Lillia dipukul hingga matanya buram, telinganya berdengung, dan pipinya sangat sakit seolah-olah kulitnya pecah. Saat kepalanya diangkat dengan paksa, terlihat darah mengalir dari sudut bibirnya. Dia melihat tatapan pria itu terlihat sangat muram. Saat pria itu mengangkat tangan dan hendak menamparnya lagi, telepon pria itu berdering. Pria itu langsung melemparnya ke lantai dengan keras, sehingga kepalanya terhantam dan merasa kesakitan hingga pandangannya menjadi gelap. Lillia hampir kehilangan semua kemampuannya untuk bergerak."Halo! Aku nggak tahu kapan wanita jalang ini memberikan sinyal minta tolong kepada temannya itu, dia sudah menipuku!" Pria itu berjalan keluar sambil menggenggam ponselnya."Orang di sana bilang tiga hari, nggak ada cara lain. Aku akan menghubungi pembeli lain. Tenang saja, aku pasti akan mengirimnya ke Taman Y agar nggak ada yang bisa membantunya." Setelah mengatakan itu, pria itu menutup teleponnya, lalu berbalik dan meraih Lillia.Lillia diseret pria itu k
Lillia baru saja tersadar di rumah sakit, Moonela langsung memeluknya."Jangan .... Luka di tubuhku lebih banyak. Sakit," kata Lillia sambil mendorong Moonela.Moonela bertanya dengan mata memerah, "Aku sudah lapor polisi, kenapa kamu masih saja jadi seperti ini?""Setelah kita teleponan, dalam waktu kurang dari 2 jam dia sudah tahu kamu lapor polisi. Selain itu, dia juga punya rekan," jelas Lillia."Saat itu aku menerima pesanmu, lalu menelepon polisi. Setelah itu, polisi baru menyuruhku ke kantor polisi .... Menurutmu, apa kita sudah ditargetkan orang?" tanya Moonela yang duduk di tepi ranjang.Lillia tidak pernah bermusuhan dengan siapa pun. Saat itu Moira mengekspos dirinya dan Claude ke media, Claude telah membereskannya semua. Oleh karena itu, kecurigaannya terhadap Moira lebih kecil."Menurutmu, mungkin nggak pelakunya adalah orang yang pura-pura jadi dokter waktu itu?" tanya Moonela."Bahkan Claude saja nggak bisa selidiki orang itu," jawab Lillia dengan suara berat. Pada saat
"Sampaikan terima kasih pada kakak sepupumu," jawab Lillia sambil tersenyum."Ini adalah hadiah yang diberikan Kak Louis untukmu. Kamu harus membawanya setiap saat, ini bisa melindungimu," kata Emma seraya menyerahkan sebuah kotak kayu kepada Lillia.Lillia kembali berterima kasih padanya. Tanpa disadari, Lillia sekarang juga sudah punya lingkaran pergaulannya sendiri. Tiga tahun belakangan ini, Lillia hanya bisa berada di sekitar Claude. Kini, Claude bukan lagi satu-satunya orang yang dikenalnya.Liman menarik kerah Emma ke belakangnya, lalu maju untuk bertanya dengan perhatian, "Ada apa sebenarnya? Tubuhmu baik-baik saja?""Lumayan. Masalahnya agak rumit, jadi sulit diceritakan," jawab Lillia."Kudengar, masalah begini sepertinya sering terjadi. Ada yang bahkan ditipu oleh sopir taksi dan dibawa ke Asita saat sedang berlibur di Jirlandia. Pokoknya, kamu harus hati-hati kalau keluar," timpal Emma.Sebelumnya, Lillia memang pernah melihat berita seperti ini saat sedang menonton. Ada ba
Lillia menerima kotak tersebut, tetapi tidak segera membukanya, hanya menatap Claude dengan sorot mata curiga."Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Claude.Lillia menyentuh kotak tersebut dan bertanya balik, "Apa kamu tahu berapa harga barang di kotak ini?""Berapa?" Claude sama sekali tidak peduli dengan harga, hanya ingin tahu untuk siapa kotak tersebut. Selain itu, dia tahu betul sifat Lillia yang tidak menyukai tas dan perhiasan mahal. Di mata wanita ini, yang paling penting adalah kegunaan suatu barang."Dua miliar," jawab Lillia. Seketika, Claude teringat pada Lillia yang meminta uang dua miliar darinya. Dia menjadi makin penasaran dengan isi kotak tersebut. Barang apa yang bisa membuat Lillia tega mengeluarkan uang sebanyak itu?"Apa itu? Untuk nenekmu?" tanya Claude sambil menatap kotak tersebut. Lillia tidak menjawab dan hanya memeluk kotak tersebut sambil masuk ke selimut.Selesai mandi, Claude berbaring di sampingnya. Dia hendak memeluk Lillia, tetapi Lillia berbalik dan me
Keesokan pagi, Claude keluar dari kamar pasien Lillia. Ekspresinya tidak lagi terlihat lembut, melainkan dingin.Hans menatapnya. Keduanya berjalan ke tempat yang agak jauh dari kamar pasien. Claude bersandar di dinding, lalu menatap pintu kamar Lillia dan berucap dengan nada datar, "Selidiki dengan baik, aku mau tahu masalah ini berhubungan dengan Nikita atau nggak. Selain itu, awasi Nixon juga."Claude tidak mungkin membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Kalau pelakunya memang Nikita, tetapi kalau itu benar-benar Nikita, dia memang harus melindungi wanita itu untuk sekali lagi. Akan tetapi, Nixon ini sangat merepotkan. Claude harus menyusun rencana dengan baik.Setelah dirawat seminggu di rumah sakit, Lillia berniat kembali ke Kota Joran. Sulaman di sana belum selesai sehingga dia harus menyelesaikannya. Hanya saja, Lillia menyuruh Hans pergi dan menyuruh Emma menemaninya.Karena berniat bekerja sama dengan Keluarga Jaspal dan Keluarga Widodo, Lillia tentu menerima Emma yang ber
Setelah kembali ke mobil, Louis menerima telepon dari Liman. Liman bertanya dengan cemas, "Gimana?""Lillia hanya punya nenek, nggak ada kerabat lain lagi. Neneknya ngotot Lillia adalah cucunya, apa mungkin kita sudah salah?" sahut Louis yang mulai merasa ragu. Lillia juga mengatakan bahwa Ohara adalah neneknya secara tegas."Tapi, dia anak yang tenggelam di desa waktu itu, 'kan? Bukannya kamu menolongnya?" tanya Liman. Menurut informasi yang mereka dapatkan, Keluarga Sentana tinggal di Desa Nova selama ini tanpa pernah pindah.Dua puluh tahun lalu, Desa Nova adalah lokasi wisata yang terkenal. Banyak orang kaya yang datang, lalu menyewa atau membeli rumah di sana karena harus memulihkan diri dari penyakit.Sementara itu, Keluarga Jaspal juga pernah datang ke Desa Nova untuk berlibur. Nahasnya, mereka malah kehilangan putri mereka.Belasan tahun kemudian, Desa Nova memerosot karena lokasi wisata yang makin berkembang. Kini, Desa Nova telah menjadi desa biasa. Tidak ada lagi pantai di s