Saat Moira masih belum meninggalkan tim produksi, malah kedatangan artis baru untuk mengikuti wawancara.Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk mengontrak seorang artis yang sangat kurang dikenal, tetapi memiliki tingkat identifikasi yang tinggi. Upah yang dikeluarkan tidak banyak. Konon katanya, total upah yang diterimanya kurang dari 1 miliar.Penampilan artis ini sangat bersih, tidak seperti Moira yang memerlukan perias profesional untuk bisa mencapai efek menakjubkan. Artis baru ini sepenuhnya tunduk pada gaya penataan dari Lillia. Dia bahkan tidak mengeluh ketika diberikan tumpukan buku sejarah oleh Harris.Jaivyn memberi pendatang baru itu waktu 1 minggu untuk membaca skenario dan juga buku-buku ini.Lillia berjalan keluar ruang riasnya, tampak si wanita sedang berdiri di depan pintu sembari membaca skenario. Usia gadis ini masih muda, tapi dia sangatlah berusaha. Kelak dia pasti akan sukses. Lillia pergi ke ruang rias Liman.Liman melakoni peran lelaki yang sangat tampan. Jadi,
Tentu saja Lillia tidak percaya dengan omongan Liman. Jika aktor terkenal sepertinya bertanya di media sosial, sepertinya ada banyak toko yang mengirim mantel musim dingin ke rumahnya.“Boleh, tapi cuma 3 hari, sepertinya nggak keburu,” balas Lillia.“Kita akan tinggal lama di sana. Bulan November baru saja awal musim salju. Aku masih bisa pakai mantel yang lain. Gimana kalau aku beri waktu setengah bulan?” tanya Liman dengan sopan.Lillia mengangguk. “Dalam setengah bulan, sepertinya aku bisa bikin 3 potong mantel.”“Kalau begitu, 3 potong saja. Apa mantelku bisa didesain langsung oleh Lorraine?” Nada bicara Liman terdengar agak antusias.Lillia tidak menyadarinya sebab dia sedang merasa galau. “Kalau didesain langsung sama Lorraine, harganya bakal berbeda. Sepertinya dia cuma bisa buatin 1 potong saja.”“Satu juga boleh,” jawab Liman.“Oke, kalau begitu setengah bulan, ya.” Lillia langsung berjanji.Namanya juga mencari nafkah!Desain dari Lorraine dimulai dari harga 200 juta. Lillia
Priya menyibukkan dirinya di dapur dengan kesal. Lillia pun pergi membantunya.Lantaran takut akan terjadi pertengkaran di dapur, Claude berencana untuk ikut ke dapur. Namun terdengar suara Jeff. “Beri mereka ruang untuk berdua. Kamu juga tahu karakter ibumu, nggak bagus jika dia memendamnya.”“Emm ….” Claude terpaksa duduk.Di dalam dapur, Priya menutup pintu, baru berkata, “Cuci semua sayuran ini. Kalau kamu nggak bisa masak, biar aku ajari kamu.”Lillia pergi mencuci sayuran di depan wastafel. Dia membuka keran air, lalu mencuci sayuran dengan perlahan.Melihat Lillia yang lamban itu, Priya pun kehilangan kesabarannya. “Kalau seperti ini, kapan kita semua bisa makan malam?”“Kalau begitu, kamu bantuin aku juga,” balas Lillia dengan perlahan, “Aku cucinya memang lambat.”“Apa kamu merasa hebat sekarang? Kamu malah berani membantahku. Apa kamu merasa sekarang kamu sudah kerja, jadi kamu merasa hebat? Asal kamu tahu, kalau kamu nggak mengundurkan diri, kamu harus bercerai sama Claude!”
Claude berjalan ke sisi Lillia. Dia meraih tangan Lillia, lalu berkata pada Priya, “Kalau kamu nggak suka sama dia, kelak aku juga nggak akan pulang lagi. Kalau kamu rindu sama aku, kamu bisa cari aku di perusahaan.”“Claude … aku itu nenekmu ….” Priya melangkah maju untuk meraih tangannya. Suaranya terdengar agak gemetar.“Aku juga nggak bilang kamu itu bukan nenekku. Kalau kamu selalu cari gara-gara, kami semua juga merasa capek. Dia sudah setengah tahun nggak pulang. Kamu malah persulit dia lagi,” balas Claude.Intinya, Claude tidak akan bercerai dengan Lillia. Jeff tersenyum sinis. “Kenapa? Nggak mau cerai? Bukannya kamu nggak puas dengan pernikahanmu? Nenekmu juga nggak suka dengan cucu menantunya. Cocoklah! Kalian bisa berpisah, melewati kehidupan masing-masing! Lagi pula, kamu juga punya hubungan nggak jelas dengan cinta pertamamu. Seumur hidupmu kamu juga nggak akan bisa menemukan wanita baik-baik.”“Kenapa kamu mengatakan cucumu seperti itu?” jerit Priya.“Yang aku katakan it
Claude kembali ke kamar. Dia menyadari Lillia sedang mandi. Alhasil, dia pun berencana untuk membaca buku.Pada saat ini, tetiba ponsel Claude berdering. Claude mengambil ponselnya, lalu tampak nomor yang tidak disimpan itu. Namun, dia masih saja merasa sangat familier terhadap nomor ponsel itu. Claude segera mengangkatnya.“Halo, kenapa kamu telepon aku?” Suara Claude tidak sedingin sebelumnya.“Apa kamu tahu telah terjadi sesuatu dengan Nikita sewaktu di lokasi syuting? Demi Lillia, kamu malah meninggalkan Nikita di lokasi syuting. Tim produksi sengaja menindasnya, menyuruhnya untuk melompat dari tempat yang sangat tinggi dengan digantung tali. Kemudian, dia digantung dalam waktu lama!” Orang di ujung telepon merasa sangat marah.Claude menelepon sembari membalikkan tubuhnya. “Apa dia sudah dibawa ke rumah sakit?”“Kamu masih berani nanya aku? Mana aku tahu!” ucap orang di ujung telepon dengan kesal.“Aku telepon tim produksi dulu.” Claude juga tidak menggubrisnya. Tanpa menutup tele
Panggilan malah diakhiri begitu saja. Cedron pun merasa sakit kepala.Cedron juga sempat mencoba untuk menghubungi Lillia. Namun ponselnya memang sedang dalam keadaan tidak aktif. Demi masalah ini, dia juga sempat menghubungi Elgan. Elgan juga tidak mengetahui keberadaan Lillia. Sekarang semua orang tidak berhasil menghubungi Lillia.“Apa telah terjadi sesuatu sama dia?” Cedron bertanya pada Moonela yang berada di sampingnya.“Kalau begitu, aku lapor polisi saja!” Moonela spontan berdiri.“Oke, kita lapor polisi saja!” balas Cedron dengan langsung.Jika benar telah terjadi sesuatu dengan Lillia, sudah seharusnya mereka segera lapor polisi.Daya ponsel Lillia sudah habis. Meskipun telah lapor polisi, polisi juga tidak bisa langsung menemukannya.Cedron tahu suasana hati Claude sangat tidak bagus. Namun, dia tetap menelepon Claude.“Ada apa? Aku sudah bilang aku nggak tahu Lillia lagi di mana. Masalahnya nggak ada hubungannya sama aku.” Claude sudah kehilangan kesabarannya.“Kak Lillia m
Tatapan Jeff tertuju pada diri Lillia.Cuaca bulan November di Kota Pinang lebih hangat daripada di kota lain. Namun, Lillia yang basah kuyup itu tetap akan masuk angin.“Lillia, pergi ganti pakaianmu dulu,” ucap Jeff dengan perhatian.Lillia berjalan ke bawah.Priya menatap Lillia. Dia dapat melihat tatapan dingin dari mata Lillia.Lillia menuruni tangga dengan kaki ayam. Air menetes ke atas lantai. Dia berjalan ke hadapan Priya, lalu menatap si wanita tua. “Apa aku pernah bilang kamu itu pembantu? Aku cuma nggak ingin jadi pembantu yang nggak tahu apa-apa, apa nggak boleh? Kalau kamu ingin hidup sesuai dengan pemikiranmu, itu urusanmu. Kenapa kamu malah berusaha untuk mengubahku?”Seusai berbicara, Lillia langsung merebut ponselnya dari tangan Priya.“Aku nggak nyangka kamu akan kasih obat ke aku, lalu mengurungku di kamar dalam waktu selama ini ….” Ketika berbicara sampai di sini, tenggorokan Lillia terasa kering. “Sebelumnya aku hanya merasa sikap kebanyakan orang tua memang sepert
Claude mengendarai mobil kembali ke rumah sakit. Di saat mengendarai mobil, dia menelepon Hans, menyuruhnya mencari tahu pemilik pelat mobil yang dinaiki Lillia tadi.Lillia telah tiba di Hotel Jimbar. Moonela menyuruh asistennya untuk membawa kopernya kemari.“Kak Lillia, Kak Moonela lagi ada rapat sama klien, dia nggak bisa ke sini. Jadi, dia suruh aku untuk antar barangmu. Apa kamu baik-baik saja?” tanya si asisten dengan penuh perhatian. Sekarang kondisi Lillia memang tampak sangat memilukan.Meskipun biasanya Lillia berpakaian dengan sangat simpel, dia juga tidak pernah berpakaian seperti sekarang. Dia bahkan tidak mengenakan sepatu dan pakaiannya juga sangat kusut. Rambutnya juga kelihatan sangat berminyak.“Nggak kenapa-napa, cuma kesiram air saja. Kalau kamu sibuk, kamu pulang dulu sana. Selesai beres-beres, aku akan segera ke Kota Brawa. Kamu juga nggak usah tinggal di sini lagi.” Lillia menyeret koper ke tempat yang agak luas. Asisten melihat Lillia membuka koper, lalu menge