Share

BAB 175

Penulis: Yuli Sutarni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keputusan Bulat Dewi

"Maksud Ibu berbagi Mas Ardan dengan anakmu? Apakah aku terlihat sebodoh itu?" Dewi mulai terpancing setelah mendengar penuturan wanita itu.

"Dewi, maksud Ibu bukan seperti itu. Kau cantik, cerdas dan keluargamu terpandang. Kau terlihat sangat berharga hingga banyak orang yang menyanjungmu. Kau akan dengan sangat mudah menemukan pengganti Ardan. Lepaskan dia untuk sahabatmu, Dewi.

Kasihan, orang seperti kami akan sulit dilihat oleh orang lain. Apa yang akan terjadi dengan kami jika kau pun tak bisa membantu kami? Dewi yang Ibu kenal tak seegois ini. Dewi yang Ibu kenal tak seserakah ini."

"Rupanya begitu pandangan kalian terhadapku selama ini?" Dewi mendecih sinis seraya menertawakan dirinya sendiri," rupanya aku sebodoh itu, dimanfaatkan kalian yang tiap saat menjual belas kasihan yang sayangnya tak mampu kutolak. Sepertinya mulai saat ini kalian pikiran nasib kalian sendiri. Yang jelas aku tak akan mencabut laporanku pada suami dan anak perempuanmu!"

Silvi d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 176

    "Jangan berteriak di rumahku. Aku berkata kenyataan. Tak ada fitnah apapun di dalamnya. Aku hanya mengingatkan kalian, jangan-jangan kalian lupa hingga mampu menegakkan kepala setinggi itu padahal noda dan bau busuk mengikuti tubuh kemana pun tubuh kalian pergi!" Lagi-lagi Dewi mengatakan kalimat sarkas untuk kedua wanita beda generasi di depannya. "Aku tak akan pernah mencabut laporanku. Dan aku juga akan tetap menunggu suamiku dan mengembalikannya ke pelukan Tiara kembali sesuai perkataanmu di awal. Dia tak akan kehilangan ayahnya. Tetapi kalian… kupastikan kalian kehilangan semuanya tanpa kecuali. Apapun yang kalian curi akan menguap tanpa sisa."***Ibu mertuaku memeluk Dewi yang terisak hebat saat kedua wanita tak tahu diri itu meninggalkan rumah ini. Mereka kalah dalam perdebatan ini. Tak ada lagi belas kasihan yang biasa Dewi curahkan untuknya. Jika selama ini mereka memanfaatkan adik iparku yang kasihan akan nasib keluarga itu, kini tak lagi. Rasanya memang geram sekali deng

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 177

    Apa Yang Terjadi Dengannku? Aku menegakkan tubuhku yang mulai merasa kaku di bagian punggung. Perutku yang membesar membuatku kesulitan bergerak. Meski begitu aku tak boleh mengikuti hawa malas. Apalagi ketiga anakku masih butuh bimbingan dariku. Beruntung Zayn dan Ziyan sudha paham dengan kondisi bundanya. Mereka lebih banyak membantuku mengurusi kebutuhan Zoya. Bahkan mereka akan berlari cepat saat mendengar aku yang muntah parah meski usia kandunganku sudah mendekati HPL. Zoya hanya akan tercengang di depan pintu kamar mandi saat dengan tergesa aku memasuki kamar mandi. Dengan lucunya dia akan mengatakan pada kedua anaknya bahwa adik bayi minta keluar dari perut bundanya. Zoya anak yang sangat lembut. Hatinya mudah koyak saat melihatku tak baik-naik saja. Apalagi menurutnya sang adik cukup bandel tak lekas keluar juga meski aku sudah mengeluarkan hampir seluruh isi perutku. Dengan sabar Zayn dan Ziyan memberi pengertian pada adiknya. Kulihat mereka berdua menuntun adiknya keluar

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 178

    Aku menggelengkan kepala membayangkan hal menakutkan terjadi. Benar-benar aku takut hingga sentuhan Mas Rafli di kedua pundakku cukup membuatku bereaksi kaget. Aku hampir memelintir tangan kekar itu jika tak cepat-cepat mengingat bahwa aku memiliki suami dirinya. "Apa yang kau pikirkan? Kau tak ingin membaginya denganku?"Aku menggelengkan kepala dan menjauhi tubuhnya."Vinda. Apakah kau tak suka dengan kesibukanku akhir-akhir ini mengurusi kasus Dewi?" Pertanyaan bodoh itu sedikit membuatku tersinggung. Tentu saja aku tak keberatan, terlebih Dewi sudah menunjukkan sikap baiknya padaku. Sebagai sesama wanita aku paham dengan penderitaannya. Aku paham bahwa melalui semua ini sendiri akan sangat sulit. Dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan, apalagi ada putri mereka yang sangat bergantung pada sang ayah. "Mas. Aku hanya lelah. Aku butuh rehat. Rasanya kehamilanku yang ketiga ini membuatku sedikit kepayahan. Atau memang aku yang terlalu manja. Tidak seperti kehamilan pertama dan kedu

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 179

    ENDINGTerima Kasih, CintaKutatap wanita berhijab panjang berwarna abu-abu yang tengah menggendong anakku Zafran. Ditimangnya berulang kali sambil berceloteh riang melihat perkembangan anakku. Ya… Anakku yang kini belum genap berusaha sembilan bulan tengah digendong oleh tantenya, Dewi. Aku tersenyum haru melihat perubahan demi perubahan yang terjadi pada adik iparku itu. Jika tadinya Dewi hanya sekedar menutup auratnya saat berpakaian, kini dia benar-benar tak mempersilahkan laki-laki yang bukan mahramnya melihat lekuk tubuhnya. Pakaian syar'i yang dia kenakan sangat sejalan dengan sang suami, Ardan. Laki-laki itu nampak lebih baik sekembalinya dari penjara. Khayal memang, tak semua wanita menerima suaminya kembali yang bisa dibilang cacat moral. Dari Dewi aku belajar tentang kerendahan hati yang dia tunjukkan saat memaafkan Ardan. Bukan bodoh bertahan dengan suami yang sudah menghianati, tetapi memberi kesempatan pada orang yang sudah berubah pun tidak menjadi masalah. Tentu saj

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 180

    Aku mengangguk. Kulihat Mas Rafli memeluk Ardan dan menepuk punggungnya. Entah apa yang dibicarakan kedua laki-laki itu. Sorot mata Mas Rafli tak bisa menyembunyikan rasa bangga sekaligus kekaguman pada adik iparnya. Laki-laki yang kini memutuskan membuka toko itu terlihat lebih dewasa dari sebelumnya. Aku menggendong Zafran dan Mas Rafli menuntun Zoya kami ke depan. Kami mengantar kepergian Dewi dan keluarganya hingga menaiki mobil. Tak lama, mobil sedan yang dikendarai Ardan melaju perlahan meninggalkan halaman rumah kami. Aku dan Mas Rafli terdiam, larut dalam pemikiran masing-masing. Kudengar embusan napas perlahan dari suamiku. Kulihat wajahnya yang memancarkan kebahagiaan melepas adik perempuan yang kini hidup sangat bahagia. Jika kakaknya saja bahagia luar biasa, apalagi ibu. Aku yakin Dewi yang kuat dan cerdas itu menuruni sifat ibu mertuaku. Dewi terbiasa sejak kecil melihat betapa kuat wanita yang telah melahirkan suamiku ke dunia ini. Didikan dari ibunya yang penuh kasih

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 181 EKTRA PART

    EKSTRA PART ( Kami Membutuhkanmu, Mas)Dengkuran halus Mas Rafli sampai di telingaku. Jam di dinding yang menghadap langsung ke arah tempat tidur sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia hanya bangun sebentar untuk menunaikan salat subuh kemudian melanjutkan kembali tidurnya. Mas Rafli pulang hampir jam satu dini hari setelah meninjau proyek pembangunan swalayan yang akhir-akhir ini kudengar sedikit bermasalah. Aku mengetahui pembangunan tersebut bermasalah bukan darinya langsung, melainkan aku yang sempat mendengarnya secara tak sengaja saat dia tengah berbicara dengan orang kepercayaannya. Pantas saja wajahnya itu terlihat amat kelelahan. Bahkan dengkurannya pun bisa menunjukkan betapa letihnya dia menghadapi permasalahannya tanpa berniat membagikannya denganku. Terkadang aku membenci sifatnya yang satu itu. Entah karena khawatir dengan kondisi diriku yang menurutnya rawan stres akibat memiliki bayi kecil dan kakak-kakaknya yang masih membutuhkan ibunya, atau memang dia tak memp

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 182

    Laki-laki itu menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengeringkan rambutnya. “Lagi?” tanyanya dengan suara heran. Ya, Ibu memang baru dua hari yang lalu kemari. Pantas saja lelaki itu menampilkan wajahnya yang lucu. “Mas….”“Minta saja dia pindah kemari. Malah kalau bisa tidur di kamar kita, menggantikan posisiku tidur bersama kau dan Zafran,” ujarnya dengan suara menggerutu. Aku tersenyum. Ekspresi wajahnya benar-benar lucu. “Namanya juga baru punya cucu, Mas. Nggak boleh seperti itu. Nanti dia tersinggung,” jawabku sambil berlalu. Namun baru saja akan keluar, laki-laki itu meraih pinggangku hingga membuat gerakanku terkunci seketika. “Mumpung ada Ibu, ada yang jaga Zoya dan Zafran. Kau di sini, temani Mas.” Deru napas lelaki itu menerpa telingaku. Aku sedikit menjauhkan tubuhku darinya. “Maafkan aku, Vinda. Akhir-akhir ini aku terlampau sibuk. Banyak sekali hal yang harus kuselesaikan.” Wajah yang semula penuh senyum itu perlahan memudar. Sorot wajahnya terlihat serius. Kua

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 183

    "Kan… Apa kubilang. Mas terlalu memikirkan orang lain. Mas Rafli orang yang amat penyayang pada siapapun. Tetapi tak bisakah kau menyayangi dirimu sendiri? Tidakkah Mas kasihan padaku dan anak-anak?" "Sayang….""Kalau Mas terus-menerus seperti ini maka secara tak langsung Mas Rafli sudah mendzolimi istri dan anak-anakmu."Laki-laki itu tercekat. Kalimatku berhasil menyentil dirinya. "Mas terlalu sibuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Memang uang itu untuk kami. Tapi waktu yang Mas berikan menjadi terpangkas. Bisakah Mas memikirkan sampai ke arah sana?" Wajah itu bersemu merah. Kurasa dia tengah menahan malu akibat kuungkit semua ini. "Saatnya meredakan beban pikiran. Saatnya merefresh pikiran. Saatnya Mas beristirahat. Luangkan waktu bermain dengan anak-anak. Kau tahu, bahkan Zoya berkali-kali kecewa mendapati ayahnya tak berada di kamar sesuai prediksinya. Mas sadar berapa lama Mas sibuk mengurusi proyek ini?" Mas Rafli menatapku dalam-dalam. Aku tersenyum sambil menunjukkan angka

Bab terbaru

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 231 PERNIKAHAN

    PERNIKAHAN Pernikahan yang cukup sederhana itu digelar di halaman belakang rumah Soraya yang megah. Tak ada pesta seperti kebanyakan orang dari kalangan atas, kali ini yang terlihat justru kesakralan yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Soraya mengenakan baju pengantin berwarna putih dengan penutup kepala yang terlihat cantik menutupi rambutnya. Wanita itu tersenyum hangat pada kerabat yang datang menemuinya untuk memberi selamat.Tak ada keangkuhan sama sekali dari wajahnya. Wanita itu seolah terlahir sebagai sosok yang baru dalam kehidupannya. Sang Ibu, berkali-kali menyusut air mata yang mengalir tanpa henti di pipi. Dia tak menyangka anaknya akan menemukan tambatan hati dengan cara yang tak terduga sebelumnya.Laki-laki yang kini duduk sambil menggenggam tangannya itu pun terlihat bahagia. Salman, laki-laki yang merupakan teman sekolah anaknya saat duduk di bangku SMA itu ternyata diam-diam menyimpan perasaan khusus pada Soraya. Dokter yang pernah merawat luka-luka Soraya sa

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 230 SALMAN

    SALMAN "Apakah aku menganggu?" "Langsung saja. Kau membuntutiku? Bagaimana bisa kau tahu aku di sini sedangkan aku tak memberitahu siapapun." Kuberanikan membalas tatapannya. Aku ingin mendengar jawaban darinya. Kota ini luas. Amat luas. Itulah yang membuatku yakin bahwa pertemuan kami kali ini bukanlah sebuah kebetulan. Amat sangat dipaksakan jika aku percaya seandainya Salman beralasan bahwa kedatangannya ke kafe ini hanya sebuah kebetulan semata. "Aku tidak suka dibuntuti seperti ini. Jangan beralasan bahwa kedatanganmu kemari hanya sebuah kebetulan. Aku tidak sebodoh itu ,dokter Salman." Sengaja kutekan kata 'dokter Salman' di akhir kalimatku. Kami memang berteman sudah cukup lama. Meski selepas Sekolah menengah atas aku tak pernah tahu lagi bagaimana kabarnya. Pertemuan kami diawali kembali sejak dia sudah bertugas sebagai seorang dokter di rumah sakit yang kudatangi. Sejak itulah aku seringkali bertemu dengannya. "Kenapa tak balas pesan dariku? Kau hanya membacanya tanpa be

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 229 MENEPI

    MENEPI Perceraian Ayah dan Ibu membuat kabar mengejutkan semua orang. Siapa yang tak mengenal ayah, dia anggota dewan yang cukup disegani di kota ini. Bahkan dia sudah bersiap mencalonkan di bursa pemilihan kepala daerah tahun besok. Berita tersebut mewarnai pemberitaan lokal kota ini. Aku tak ambil pusing lagi. Penghianatan Ayah sudah tak bisa dimaafkan. Bagaimana dia setelah ini, aku berusaha tak peduli. Itu urusannya bersama Linda. Wanita yang dia gadang-gadang sebagai wanita idaman yang sesuai dengan impiannya. Aku hanya berkewajiban menjaga Ibu agar kejiwaannya tidak terguncang akibat perceraian ini. Sementara hidupku, aku sudah mulai menerima kenyataan bahwa sekolahku sungguh berbeda dengan sekolahku sebelumnya. Aku terbiasa melihat anak-anak berlarian saat guru sudah ada di dalam ruangan.Aku mulai berdamai dan bertekad memperbaiki hidupku. Aku belajar dari kesalahan-kesalahanku. Aku tak ingin mengulangi semua itu. Sekali waktu aku masih mendengar bagaimana kabar orang-ora

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 228 DUKUNGAN

    “Apapun itu, Soraya. Aku tetap mendukungmu untuk meminta kedua orangtuamu berpisah. Mereka tak akan menjadi keluarga yang utuh, terlebih ayahmu amat menyayangi wanita itu. Ada anak pula di antara mereka. Aku hanya kasihan pada ibumu jika terus-menerus bertahan dalam pernikahan yang sudah tak sejalan.” Akhirnya Kiran mengurai pendapatnya yang sama denganku. Wanita itu menatapku lekat-lekat. “Dukunglah ibumu, Soraya. Kau memang gagal menjadi wanita dan istri yang baik, tetapi aku yakin kau tak akan pernah gagal menjadi anak yang baik untuk kedua orangtuamu.” Hatiku bergetar mendengar kalimat bijak Kiran. Benar, aku memang sudah gagal menjadi seorang wanita. Aku gagal menjaga dan mempertahankan harga diri. Saat menjadi istri Mas Galih pun aku jauh dari kata sempurna. Aku pun mendapatkannya dengan cara yang amat hina. Bodohnya lagi, aku pun mengulangi hal yang sama terhadap Mas Arya dan Mbak Cintya. Aku berusaha menghancurkan rumah tangga mereka meski awalnya aku tak berniat sampai ke

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 227 RAHASIA LINDA

    Aku sudah mewanti-wanti pada ARTku agar tak memberi akses Ibu keluar rumah dengan alasan apapun. Dari semalam wanita itu bungkam tak menjawab semua pertanyaan dariku. Aku sungguh khawatir dia akan melakukan hal yang membahayakan dirinya lagi. Aku juga khawatir dia tengah menyiapkan rencana untuk membalas dendam pada Ayah dan istri mudanya. Kupakai sweater warna coklat yang kurasa cocok dengan acara pertemuanku dengan Kiran sore ini. Rintik hujan di luar tak menghalangi niatku untuk untuk segera bertemu dengan temanku itu. Beberapa saat yang lalu Kiran sudah mengabari bahwa dia sudah sampai di kafe baru yang sudah kami sepakati. Ada hal yang sudah kutugaskan untuknya dan kali ini saatnya dia memberikan laporan. Segila apapun dia, aku tahu untuk hal-hal tertentu dia cukup bisa diandalkan. Tak butuh waktu lama, aku sudah berhasil sampai di parkiran kafe. Entah efek gerimis yang membuat beberapa orang malas keluar atau memang kebetulan sedang sepi hingga membuatku tak perlu mencari pa

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 226 PERTOLONGAN SALMAN

    Salman membantuku membawa Ibu ke mobil. Laki-laki itu sigap saat melihat Ibu terlihat lemah tak berdaya setelah pengusiran yang dilakukan Ayah. Tadinya aku hampir meledak menanggapi kata-kata kasar dari Ayah untuk ibuku. Tetapi kesadaranku bahwa rumah sakit ini butuh ketenangan, aku mengurungkan niatku. Apalagi Ibu memang pihak yang bersalah dalam hal ini. Semarah apapun dia,tak seharusnya dia menyerang Linda dan mengacau di tempat anak wanita itu dan ayah dirawat. "Pastikan dia aman di rumah dan tidak bepergian. Ayah khawatir dia akan mengulangi hal ini. Ingat, Soraya. Mudah sekali pencari berita menjadikan ini sebagai bahan untuk gorengan mereka di media. Ayah tak akan memaafkan Ibumu jika hal ini sampai terjadi." Aku menghentikan langkah dan memutar tubuhku. Kubiarkan Salman mengambil alih wanita itu dan membawanya keluar terlebih dahulu. "Ayah, tidakkah Ayah sadar orang yang tengah Ayah bicarakan adalah ibuku? Dia istri ayah. Istri pertama Ayah. Dialah wanita yang menemani pe

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 225 KEKACAUAN OLEH IBUKU

    Sepulang dari membereskan berkas-berkas yang memang harus disiapkan pasca mutasi, aku tak kunjung menemui Ibu di rumah. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku pun tak tahu kemana perginya wanita itu. Berulang kali kuhubungi ponselnya tak ada tanda-tanda ibu mengangkat panggilannya. Terpaksa aku hubungi Ayah bermaksud menanyakan keberadaan Ibu. Meskipun kenyataannya justru aku mendapatkan jawaban yang membuatku bereaksi keras. "Maaf, Soraya. Ayah belum pulang seharian ini. Mungkin nanti malam baru pulang. Adikmu sakit, dia harus dirawat di rumah sakit." Sial! Lagi-lagi ayahku menyebut anak hasil perselingkuhannya itu sebagai adikku tanpa rasa malu. Telingaku berdengung rasanya mendengar Ayah yang amat peduli dengan anak itu. "Yah. Tapi Ibu belum pulang dari pagi!"Tak ada tanggapan apapun sebelum akhirnya Ayah memutuskan panggilanku. Aku benar-benar kecewa pada laki-laki itu. Pantas saja Ibu sefrustasi ini. Sekali lagi kuhubungi Ibu dan hasilnya tetap nihil. Aku benar-bena

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 224 LEKASLAH BERCERAI!

    Rahang kokoh Ayah makin mengeras saat aku duduk berhadapan dengannya di meja makan. Ibu tak ada di antara kami. Dia langsung menuju ke kamarnya dan tak keluar lagi setelah kepulangannya dari hotel. "Apakah kau dan ibumu yang melakukannya?" tanya Ayah dengan suara baritonnya. Bukan suatu pertanyaan biasa, lebih pada sebuah penghakiman. Cinta laki-laki itu terhadap wanita selingkuhannya telah berhasil membuatnya sedingin itu terhadapku. Kutarik napas dalam-dalam. Pantas saja Ibu sakit hati, nyatanya ayah sudah mulai melalaikan perasaan kami, orang-orang yang selama ini mendukung kariernya. "Apakah Ayah sengaja pulang lebih awal dari biasanya hanya karena ingin menghakimi kami?" Kutatap wajah itu lekat-lekat. Ayah mengusap wajahnya dengan kasar. Kepulan asap dari tembakau yang dihisapnya makin menambah kesan dingin di tengah-tengah perbincangan kami. "Bahkan Linda tidak berbicara apapun setelah kepulangannya. Dia langsung menuju ke arah adikmu karena terlampau mengkhawatirkan anakny

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 223

    Lututku lemas seketika. Ibu membiatku tergidik ngeri. Buru-buru kututup pintu kembali agar tak terlihat dari luar apa yang tengah terjadi di ruangan yang cukup luas ini. "Astaga, Ibu! Apakah Ibu sudah gila?" Aku menarik tangan Ibu yang tengah mendongakkan wajah wanita yang sudah terlihat ketakutan itu. Tak ada lagi tatapan penuh cinta wanita yang pernah melahirkanku ke dunia. Ibu berubah amat mengerikan. Bahkan aku hampir tak mengenali wanita yang tak pernah berbuat kasar ini. "Bu, Ibu akan mendapatkan masalah. Jangan bertindak bodoh. Negara ini negara hukum, Bu!" Kucoba menyadarkan Ibu agar menghentikan aksinya. Aku beringsut mundur saat kudapati tumpukan rambut yang kusadari itu rambut wanita selingkuhan Ayah yang kuyakin dipangkas paksa oleh Ibu. Gunting berwarna hitam terletak di dekat kaki wanita itu. "Tenang saja. Ibu hanya sedikit bermain-main.""Bu! Kumohon. Hentikan. Aku tak ingin Ibu berurusan dengan polisi. Kumohon, Bu. Ini salah!" Aku memohon pada Ibu sekali lagi. Sa

DMCA.com Protection Status