Tak terasa sudah satu bulan berlalu, Kalea sudah resmi bercerai dari Kay yang kemarin berstatus menjadi suaminya. Kini dia harus bisa bangkit dari rasa sakitnya, karena masih ada orang yang harus dia perjuangkan yaitu Ayahnya yang masih terbaring di rumah sakit.
"Astaga, aku lupa belum belanja. Lebih baik aku ke swalayan di depan sana." Menutup pintu kulkasnya yang hanya berisikan buah dan air mineral saja. Kalea segera memakai hodie nya, walaupun dia memakai baju tidur lengan panjang tapi cuaca di luar sedang begitu dingin karena angin. Setelah mengambil dompetnya, segera keluar dari rumah menuju swalayan yang tak jauh dari apartemennya. Dengan berjalan kaki akhirnya sampai di swalayan, segera dia memilih bahan sayuran dan daging. Namun tiba-tiba matanya menuju ke arah mie instant, lalu dia melihat jam tangan ternyata sudah waktunya makan malam. "Lebih baik aku memakan ini saja, masaknya besok pagi saja. Lebih cepat dan praktis." Mengambil beberapa mie instant berbagai jenis dan model cup, karena dia cukup lama tak mengkonsumsi mie instan. Usai membayar belanjaannya segera keluar dari swalayan, namun tiba-tiba seseorang menabraknya sehingga belanjaannya jatuh berserakan. "Hei, jalan itu pakai mata!" Bentak orang yang sudah menabrak Kalea. Kalea bangkit setelah mengambil beberapa barang belanjaan yang jatuh, "Anda yang harusnya jalan pakai mata, bukan saya. Karena Anda yang sudah menabrak dan mata Anda fokus pada ponsel." Matanya menatap ke arah ponsel yang sedang di pegang oleh wanita yang menabraknya. "Kau ini!" Hendak melayangkan tamparan, namun salah satu scurity melihat dan memperhatikannya, sehingga wanita itu tak jadi melakukan tamparan lalu membatalkan niatnya. "Awas saja kau! Jika bertemu lagi akan aku beri pelajaran!" Kesalnya sembari melenggang pergi dari hadapan Kalea. Kalea hanya terdiam, salah satu scurity mendekatinya dan bertanya pada Kalea apa yang baru saja terjadi. "Ada apa tadi, kenapa sepertinya dia akan menamparmu?" Tanya pria yang bekerja sebagai scurity swalayan tersebut. "Dia menabrak ku hingga belanjaanku jatuh, tapi dia yang marah-marah. Entahlah," kata Kalea. "Biarkan saja sudah, apa perlu aku bantu membawanya? Dimana suamimu?" Tanyanya. Kalea terdiam saat di tanyai tentang suaminya, "Aku bisa membawanya sendiri, Leo kamu akan bekerja bukan? Bekerjalah, cukupi untuk anak dan istrimu." Senyum Kalea, dia mencoba mengalihkan pertanyaan temannya. "Aku baru saja datang karena shift ku malam sampai pagi, tak apa jika ingin aku bantu. Ngomong-ngomong bagaimana kabarmu?" tanya pria bernama Leo tersebut. "Baik, seperti yang kamu lihat." Mencoba tersenyum. "Tumben sekali kamu disini, apa kau sedang pulang untuk mengurus rumah?" Tanyanya lagi. Kaela terdiam tak langsung menjawab, karena ia bingung menjawabnya bagaimana. Pasti temannya itu akan tahu keadaan dirinya nanti, akan sangat malu jika seseorang mengetahui jalan cerita hidupnya. "Hem, iyah. Aku ingin tinggal disini untuk sementara, sembari mengawasi perkembangan Ayah. Oh iya, apa kamu besok bisa datang kerumah bersama putramu dan istrimu?" Tanya Kalea. "Tentu saja, aku akan menghubungimu besok saat mau datang," kata Leo. "Baiklah, aku tunggu. Eh tunggu dulu." Mengeluarkan minuman kaleng, permen, dan coklat yang dia beli, dan memberikannya pada temannya. "Ini untuk putramu, dan ini minuman untukmu. Selamat bekerja, salam untuk istri dan putramu. Aku pulang dulu." Segera pergi meninggalkan area swalayan dan temannya itu. "Terimakasih Kalea, jika butuh bantuan apapun bilang saja." Teriak Leo pada temannya, yang di jawab dengan anggukan oleh Kalea dari kejauhan. Sesampainya dirumah Kalea segera memasak mie instan lebih dulu karena perutnya sudah keroncongan, sembari menata belanjaan yang tadi dia beli ke dalam kulkas dan lemari penyimpanan lainnya. Akhirnya mie instan itu matang, tak lupa dia tambahkan toping seperti telur, rumput laut, keju, sosis, dan sayuran. Duduk di meja makan sendirian baginya sudah terbiasa kini, karena sudah satu bulan dia tinggal dirumah seorang diri. Kalea sudah mengambil pekerjaan baru beberapa hari lalu karena kontrak dengan perusahaan lamanya sudah usai, walaupun pekerjaannya hanya dari rumah. Kalea tak memperpanjang kontrak walaupun bayarannya di naikkan oleh perusahaan tersebut, dia ingin mengetahui banyak perusahaan lainnya juga, walaupun Kalea selalu meminta kontrak itu habis setelah pekerjaan yang di berikan selesai. Semangkuk mie akhirnya di lahap habis oleh Kalea yang kelaparan, "Akhirnya aku bisa makan mie dengan nikmat, lama sekali aku tak menikmati ini. Hidupku dulu terlalu banyak aturan dan terkekang, saatnya untuk jadi diri sendiri tanpa tekanan," ucapnya pada diri sendiri. Setelah perceraiannya resmi Kalea merasa lega tak punya ikatan lagi dengan Kay pria yang sudah mengkhianatinya, juga lepas dari tekanan mertuanya yang selalu membandingkan dirinya, merendahkannya, menghinanya, hingga ringan tangan kepadanya. Kini Kalea harus bahagia setelah lepas dari penderitaannya yang begitu kejam, hidup yang seperti terasa di penjara. Tertekan dengan kata-kata yang membuatnya luka, dan sikap dari orang yang sangat membuatnya muak. Kalea masuk kedalam kamarnya, dia sudah membereskan peralatan makan, lalu mengecek ponsel untuk melihat adakah email masuk hari ini atau hal penting lainnya. "Astaga, aku di beri waktu tiga hari untuk pekerjaan itu. Huft, aku harus bisa. Baiklah malam ini aku harus lembur sepertinya, agar dalam waktu tiga hari aku bisa datang ke kantor menyerahkannya," ucapnya sembari menatap meja kerjanya. Meletakkan ponselnya kembali ke atas meja, dia mencuci muka dan bersih-bersih sebelum mengerjakan pekerjaannya, mungkin akan begadang hingga larut karena ia tak mau pekerjaan itu tertunda terlalu lama. Di sisi lain ... Sementara di rumah orang tua Kay sedang ada ketegangan, karena Kay membawa wanita yang akan di kenalkan pada orang tua dan keluarganya. "Siapa dia?" Tanya Ayah kay. "Alora kekasihku, di-dia ..." "Aku Alora Om, saat ini sedang mengandung anak Kay, jadi aku ingin tanggung jawabnya segera." Tegas wang wanita. "Kay, dia wanita yang kamu bilang waktu itu? Waktu kamu belum cerai dengan Kalea?" Tanya Ibu. "Iya Bu, jadi restui kami karena dia sedang mengandung anakku. Bukankah kalian menginginkan cucu, jadi restui kami agar bisa menikah langsung," pinta Kay pada kedua orang tuanya. "Ayah, kita restui saja. Bukankah kita menginginkan cucu, jadi ayo kita restui dan nikahkan mereka," saran Ibu Kay. "Baiklah Ayah restui kalian, tapi ..." "Aku ingin pernikahan yang mewah di hotel bintang lima atau digedung yang bagus, dan semuanya aku yang pilih dari dekorasi, gaun, sovenir, dan lainnya. Anda hanya cukup mengeluarkan uang saja," ujar sang wanita calon istri Kay. Ayah Kay terdiam mendengar wanita yang akan di jadikan istri oleh putranya, bukankah jika di dengar wanita ini sangat materialistis akan harta. Padahal Ayah Kay hendak menyarankan pernikahan yang sederhana saja, karena ini adalah pernikahan kedua putranya yang belum lama berpisah dengan istrinya. Tentu itu sangat berpengaruh pada keluarga juga perusahaannya, karena pasti pandangan masyarakat dan rekan bisnis juga pandangan mereka pada keluarganya.. "Ayah, bukankah ini ide bagus karena kita sudah lama sekali tidak mengadakan acara pesta. Dia menantu idamanku." Tersenyum dan menyambut tangan calon istri Kay. Tak mau di tatap buruk oleh calon menantu akhirnya Ayah Kay mengiyakan untuk sementara, "Baiklah, biar aku hitung anggarannya lebih dulu. Akan kita bicarakan lagi nanti, tapi ..." "Tapi apa?" Tanya Kay. Dengan tatapan ragu, "Apa itu benar-benar anakmu?" tanya Ayahnya. "Tentu saja dia anakku, karena aku yang selalu menyentuhnya." Lirihnya dengan sedikit malu. "Baiklah, antarkan dia pulang dulu." Titah Ayahnya. "Jangan suruh dia pulang, mereka akan menginap disini malam ini. Aku takut cucuku kenapa-kenapa di jalan," ujar Ibu Kay. "Hem, terserah kalian saja. Ayah masuk keruang kerja dulu." Beliau langsung bangkit dan pergi menuju keruang kerjanya. Sementara calon istri Kay sangat senang karena permintaannya di turuti, dan juga Ibu Kay selalu mendukungnya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, walaupun baru kali pertama bertemu tapi karena kehamilannya itu mampu menghipnotis Kay dan keluarganya. 'Untung saja kandungan ini tidak aku gugurkan, jadi aku bisa mengandalkannya sebagai kunci emasku untuk mendapatkan apa yang aku mau dari keluarga Kay,' dalam hati Alora.Kalea tengah menunggu seseorang, mereka sudah mengirim pesan jika akan datang kerumahnya. Dengan cekatan membuatkan beberapa cemilan, karena akan ada anak kecil diantara tamunya. Saat tengah menyelesaikan pekerjaannya, bel pintu rumahnya berbunyi. Dia segera bangkit dan menghampiri pintu untuk mengetahui siapa yang datang dari layar monitornya, ternyata mereka adalah orang yang tengah di tunggu sedari tadi. "Selamat datang, masuklah," ucap Kalea saat membuka pintu, untuk menyambut kedatangan mereka dengan senyuman. Ketiga orang itu langsung masuk karena sudah di persilahkan oleh pemiliknya, mereka adalah Leo beserta anaknya. Teman Kalea tersebut menepati janjinya ingin datang kerumah, karena lama sekali mereka tak saling bersua. "Apakah kau sendiri? Dimana suamimu?" tanya Clara istri dari Leo, bukan orang lain juga karena Clara sahabat dekat Kalea seperti Leo. "Duduk saja dulu, hei tampan. Apa kau merindukanku?" tanya Kalea pada jagoan kecil temannya. "Tentu." "Hem, bisakah kau
Pagi itu seperti biasa Kalea membuat sarapan untuk dirinya dan suaminya yang akan berangkat kerja ke kantor, ia sudah menyajikan menu favorit suaminya seperti biasanya. Key datang dengan wajah datar, seakan ia bosan dengan suasana rumahnya. "Apa kamu akan pulang terlambat lagi?" tanya Kalea dengan nada lembutnya. "Hem." Singkatnya.Kalea tak heran dengan sikap suaminya yang cuek dan berubah padanya, tapi Kalea sungguh menghindari perdebatannya karena tak mau rumah tangganya hancur atas sikap keegoisannya. Saat akan memulai sarapan tiba-tiba bell rumah mereka berbunyi, segera tanpa menunggu Kalea menuju ke pintu untuk membukakan pintu rumahnya. Plaaaaak! Baru saja membuka pintu rumah sebuah tamparan melayang ke wajahnya, wanita itu menatap Kalea dengan penuh kemarahan. Bukan pemandangan baru bagi Kalea, ia sudah terbiasa di perlakukan oleh Ibu mertuanya seperti ini. "Aku sudah sangat muak memiliki menantu sepertimu! Sudah empat tahun menikah kenapa belum memiliki anak, atau kamu
Kalea sudah turun dari apartemen tempat dia tinggal bersama suaminya, saat ini tengah mengunggu taxi yang sudah di pesan secara online. Masih pukul delapan pagi dimana jalanan sibuk dan ramai orang akan melakukan aktifitasnya, seperti bekerja, sekolah, dan lain-lain. Tak lama ada sebuah mobil berhenti di komplek apartemen, dan ternyata itu taxi yang Kalea pesan. Segera berjalan menuju ke arah mobil itu, supir turun membantu memasukkan koper kedalam bagasi. Setelah selesai segera Kalea naik kedalam mobil di ikuti sang supir, mereka segera meninggalkan area apartemen tersebut, namun tatapan Kalea menuju kesebuah lantai dimana rumah yang sudah dia tinggali selama empat tahun bersama Kay. 'Selamat tinggal, dan terimakasih atas segala kenangan buruk. Hidup yang buruk, aku kira bisa menua bersama. Tapi kenyataannya kau tak seperti janjimu, itu hanya pemanis. Andai dulu aku mendengarkan Ibu, pasti tak akan terluka dan pahit seperti ini,' batin Kalea, hingga gedung apartemen itu tak lagi
Kalea tengah menunggu seseorang, mereka sudah mengirim pesan jika akan datang kerumahnya. Dengan cekatan membuatkan beberapa cemilan, karena akan ada anak kecil diantara tamunya. Saat tengah menyelesaikan pekerjaannya, bel pintu rumahnya berbunyi. Dia segera bangkit dan menghampiri pintu untuk mengetahui siapa yang datang dari layar monitornya, ternyata mereka adalah orang yang tengah di tunggu sedari tadi. "Selamat datang, masuklah," ucap Kalea saat membuka pintu, untuk menyambut kedatangan mereka dengan senyuman. Ketiga orang itu langsung masuk karena sudah di persilahkan oleh pemiliknya, mereka adalah Leo beserta anaknya. Teman Kalea tersebut menepati janjinya ingin datang kerumah, karena lama sekali mereka tak saling bersua. "Apakah kau sendiri? Dimana suamimu?" tanya Clara istri dari Leo, bukan orang lain juga karena Clara sahabat dekat Kalea seperti Leo. "Duduk saja dulu, hei tampan. Apa kau merindukanku?" tanya Kalea pada jagoan kecil temannya. "Tentu." "Hem, bisakah kau
Tak terasa sudah satu bulan berlalu, Kalea sudah resmi bercerai dari Kay yang kemarin berstatus menjadi suaminya. Kini dia harus bisa bangkit dari rasa sakitnya, karena masih ada orang yang harus dia perjuangkan yaitu Ayahnya yang masih terbaring di rumah sakit. "Astaga, aku lupa belum belanja. Lebih baik aku ke swalayan di depan sana." Menutup pintu kulkasnya yang hanya berisikan buah dan air mineral saja. Kalea segera memakai hodie nya, walaupun dia memakai baju tidur lengan panjang tapi cuaca di luar sedang begitu dingin karena angin. Setelah mengambil dompetnya, segera keluar dari rumah menuju swalayan yang tak jauh dari apartemennya. Dengan berjalan kaki akhirnya sampai di swalayan, segera dia memilih bahan sayuran dan daging. Namun tiba-tiba matanya menuju ke arah mie instant, lalu dia melihat jam tangan ternyata sudah waktunya makan malam. "Lebih baik aku memakan ini saja, masaknya besok pagi saja. Lebih cepat dan praktis." Mengambil beberapa mie instant berbagai jenis dan
Kalea sudah turun dari apartemen tempat dia tinggal bersama suaminya, saat ini tengah mengunggu taxi yang sudah di pesan secara online. Masih pukul delapan pagi dimana jalanan sibuk dan ramai orang akan melakukan aktifitasnya, seperti bekerja, sekolah, dan lain-lain. Tak lama ada sebuah mobil berhenti di komplek apartemen, dan ternyata itu taxi yang Kalea pesan. Segera berjalan menuju ke arah mobil itu, supir turun membantu memasukkan koper kedalam bagasi. Setelah selesai segera Kalea naik kedalam mobil di ikuti sang supir, mereka segera meninggalkan area apartemen tersebut, namun tatapan Kalea menuju kesebuah lantai dimana rumah yang sudah dia tinggali selama empat tahun bersama Kay. 'Selamat tinggal, dan terimakasih atas segala kenangan buruk. Hidup yang buruk, aku kira bisa menua bersama. Tapi kenyataannya kau tak seperti janjimu, itu hanya pemanis. Andai dulu aku mendengarkan Ibu, pasti tak akan terluka dan pahit seperti ini,' batin Kalea, hingga gedung apartemen itu tak lagi
Pagi itu seperti biasa Kalea membuat sarapan untuk dirinya dan suaminya yang akan berangkat kerja ke kantor, ia sudah menyajikan menu favorit suaminya seperti biasanya. Key datang dengan wajah datar, seakan ia bosan dengan suasana rumahnya. "Apa kamu akan pulang terlambat lagi?" tanya Kalea dengan nada lembutnya. "Hem." Singkatnya.Kalea tak heran dengan sikap suaminya yang cuek dan berubah padanya, tapi Kalea sungguh menghindari perdebatannya karena tak mau rumah tangganya hancur atas sikap keegoisannya. Saat akan memulai sarapan tiba-tiba bell rumah mereka berbunyi, segera tanpa menunggu Kalea menuju ke pintu untuk membukakan pintu rumahnya. Plaaaaak! Baru saja membuka pintu rumah sebuah tamparan melayang ke wajahnya, wanita itu menatap Kalea dengan penuh kemarahan. Bukan pemandangan baru bagi Kalea, ia sudah terbiasa di perlakukan oleh Ibu mertuanya seperti ini. "Aku sudah sangat muak memiliki menantu sepertimu! Sudah empat tahun menikah kenapa belum memiliki anak, atau kamu