Jam istirahat tiba, Rigel menuju keruangan kerja milik Kalea. Tentu saja hal tersebut membuat beberapa staf dan karyawan heran, karena baru kali ini bos mereka mendekati salah satu karyawannya, dan anehnya itu adalah karyawan barunya."Kalea, apa kamu sudah selesai?" tanya Rigel dengan sedikit keraguan."Sudah, bisa ditinggalkan untuk nanti. Ada apa?" tanya Kalea balik, sembari menatap ke arah Rigel."Apa mau makan siang bersama dikantin kantor?" Ajak Rigel pada Kalea.Kalea tak langsung menjawab, dia melihat ke sekitar karena terasa hening. Benar saja semua orang disana tengah memperhatikan mereka, termasuk juga Klevin asisten Rigel. Akhinya dia pun menjawab, karena tak mau membuat bosnya menunggu lama seolah dia wanita jahat yang seolah menghukum bosnya."Maaf, aku tidak lapar. Anda bisa makan dengan karyawan lainnya," jawabn Kalea pada Rigel."Aku tak mau sampai mendengar kabar karyawan baru mati kelaparan karena bekerja terlalu keras diperusahaanku, jadi ayo kita makan. Ajak yang
Hari yang dinanti Rigel akhirnya tiba, dia dalam perjalanan menuju kesbuah cafe untuk bertemu Clara. Karena dia akan menerima informasi tentang wanita yang tengah dia incar sebagai calon isterinya, tak ada minat lain ke arah wanita selain Kalea. Cinta itu semakin hari semkain besar, dan tak mau menyerah hingga dia mendapatkan yang dia mau."Hai, apakah kalian sudah lama menunggu?" tanya Rigel yang baru saja tiba di sebuah cafe."Tidak, kami baru saja tiba beberapa menit lalu," jawab Leo suami Clara."Pesanlah semua yang kalian mau, untuk jagoan juga." Menyentuh pipi Gio.Mereka lalu pesan beberapa minuman juga makanan, sembari menunggu mereka mengobrol ringan. Belum membicarakan hal yang serius tentang Kalea, mereka menikmati suasana pertemuan yang sudah sangat lama."Bagaimana kabarmu?" tanya Rigel pada Leo."Baik, bagaimana denganmu?" tanya balik Leo."Baik juga."Akhirnya makanan
Rigel segera kembali ke kantor, dia sudah mendapatkan restu dan dukungan dari kedua teman dekat Kalea. Kini dia harus meyakinkan orang tuanya lebih dulu, agar mereka merestui langkahnya untuk mengejar wanita yang dia idamkan sejak dulu. Tapi Rigel baru saja mengetahui jika Kalea pernah menyukainya, sungguh dia bertambah bersalah pada wanita itu. Ternyata jika waktu itu dia mengungkapkan perasaannya mungkin akan terbalas, dan wanita itu akan menikah dengannya, tapi semua sudah terlambat. Bahkan wanita yang dia cintai bukan lagi seperti dulu, dia seperti terlahir kembali dengan watak juga sikap yang berbeda. 'Ternyata dia juga menyukaiku, jika begitu perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. Akan aku perjuangkan dia kembali, dan untuk pria yang sudah menyakiti Kalea. Siap saja dengan kehancuranmu,' batin Rigel. Tatapan matanya mengarah ke Kalea yang ada diruang kerjanya, dimana wanita itu tengah berdiskusi dengan beberapa rek
Jam sudah menunjukkan waktunya pulang kerja, Kalea segera membereskan meja kerjanya serapih mungkin. Setelah pamit dengan teman-temannya, dia segera keluar dari gedung kantor tempatnya bekerja. Segera berjalan tak menuju suatu tempat, ya kesebuah mall. Dia ingin membelikan hadiah untuk seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya, yaitu sang Ayah dimana hari ini adalah hari ulang tahun beliau. Mall besar di pusat kota menjadi tujuan utama Kalea, bejalan sendiri baginya sudah biasa. Matanya hanya fokus kearah depan, dimana jalan yang harus dia lewati dan tapaki. "Aku ingin membelikan jam tangan, kali ini waktulebih berarti dengan orang-orang terkasih." Kalea tersenyum samar, dia mengingat tentang Ayahnya. Jika nanti sang Ayah bangun, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membahagiakan orang tuanya. Dan akan selalu berusaha keras untuk kebahagiaan sang Ayah, dimana kini keluarganya hanya tinggal beliau saja. Saat memasuki mall Kalea segera menuju ke toko jam bermerk, walaupun
Hujan turun begitu lebatnya secara tiba-tiba, padahal cuaca terlihat cerah tadi. Dan tidak ada informasi jika hari ini akan turun hujan, Kalea tidak membawa payung jadi dia harus menunggu. Walaupun sebenarnya memesan taxi lebih mudah, tapi melihat hujan yang disertai angin dia mengurungkan niatnya untuk pulang. Ingin sebenarnya langsung pergi, karena setelah bertemu dengan mantan mertuanya hatinya terasa begitu sakit. Lukanya seperti menganga kembali, padahal luka itu sendiri belum mengering. Rigel berdiri tak jauh dari Kalea, dan memberanikan diri melangkah untuk mendekati Kalea yang berdiri seorang diri. "Bukankan ini sangat dingin, nanti kamu bisa sakit jika terus berada disini." Rigel bicara namun dia terus menatap hujan, sedangkan Kalea menoleh ke arah pria yang kini berdiri disisinya walaupun sedikit berjarak. Namun seakan semesta mendukung pertemuan keduanya, karena tak banyak orang diantara mereka. "Kenapa kamu disini?" Kalea merasa heran kenapa seorang Rigel bera
Mobil berhenti mendadak, Kalea terkejut dengan Rigel yang mengendarai mobil secara ugal-ugalan. Entah dirasuki apa pria itu tiba-tiba mengerem mobilnya secara mendadak, hampir saja membuat mereka mengalami kecelakaan. "Apa kamu bodoh! Kamu bosan hidup! Jika kamu mau mati jangan mengajak orang lain!" Kalea marah-marah ditengah suasana tegang, sedangkan Rigel masih terdiam menatap kearah depan. Dia sadar jika apa yang dilakukannya salah, tapi bagaimana lagi supaya wanita yang ada disisinya itu mau memberikannya kesempatan. "Aku turun disini saja." Tangan Kalea mulai melepaskan sabuk pengaman yang dia kenakan, lalu hendak membuka pintu namun tangan Rigel menahannya. Kalea menoleh, dia melihat tatapan Rigel yang telah lama dia rindukan, ya tatapan mata yang dulu selalu membuatnya terpesona pada pria tersebut. "Ada apa? Aku ingin turun." "Ma-maafkan aku." Rigel meminta maaf, dia tak ingin membuat Kalea pergi dan menjauh darinya lagi. Mendengar kata maaf dari mulut Rigel entah
"Itu masa lalu, jadi jangan pernah di bahas lagi. Rasa yang sekarang tidaklah sama, aku pernah terluka ka ....""Karena pria bernama Kay mantan suamimu? Dan juga keluarganya bukan?""Kamua udah menikah selama empat tahun, tapi kamu malah menderita hanya karena kamu belum diberikan keturunan. Dan ...""Cukup. Jangan teruskan lagi, kamu sudah tahu masa laluku dengan mantan suamiku. Jadi jangan mengejar atau mendekatiku, bukankah sudah jelas citraku jelek. Jadi carilah wanita yang setara denganmu." Kalea meminta Rigel untuk tidak menyukainya, bahkan untuk melupakan perasaan terhadapnya. Karena tidak mungkin dia menjalin hubungan dengan pria lagi, lukanya masih basah dan entah bagaimana caranya agar luka itu bisa sembuh.Tak terasa Kalea terisak, tangisannya pecah mengingat sakit hatinya. Sudah suami selingkuh, ditambah mertua yang terus merendahkan dan menekannya."Semua pria itu sama, mereka hanya manis diawal. Jika sudah bosan akan dibuang, dia sangat melukaiku. Dia bahkan tak mengang
Rigel akhirnya sampai dikediaman orang tuanya, saat sampai dia mencari-cari Ayah dan Ibunya yang tengah bersama-sama."Ayah, Ibu.""Tuan, Tuan besar dan Nyonya ada diruang keluarga.""Oh baiklah, terimakasih."Rigel berjalan sedikit berlari menuju keruang keluarga, dia mencari orang tuanya untuk mengatakan suatu hal yang penting. Saat sampai diruang keluarga dia mendapati kedua orang tuanya tengah bermain bersama cucunya, kedatangannya disambut oleh Ibunya yang melihat kedatangannya."Kamu pulang kerumah Nak.""Iya Ibu, ada hal yang ingin aku bicarakan.""Apa penting sekali hingga kamu datang ketika hujan begini?" tanya Ayah."Iya Ayah, ini sangat penting."Tuan Yama dan istrinya saling tatap, mereka bingung karena jarang sekali putranya datang dengan sebuah hal penting."Apa itu?" tanya Tuan Yama.Rigel dengan posisi duduk dilantai dengan sikap hormat menatap kedua orang tuanya, dia akan meminta restu pada mereka berdua."Ayah, Ibu. Tolong restui aku untuk mengejar seseorang yang aku
Dua minggu berlalu, Ayah Kalea kini sudah ada dirumah. Sementara Kalea tetap bekerja seperti biasa, dan Clara yang mengurus keperluan sang Ayah. Namun beliau merasakan ada sesuatu yang ganjal, jika beliau membahas atau menanyakan soal menantunya Kay, pasti putrinya mengalihkan pembicaraan. Begitupun dengan Clara, dia bungkam tak bisa memberikan penjelasan atau jawaban seperti yang di harapkan."Sepertinya aku harus menghubungi Kay langsung." Menatap ke arah telfon rumah, beliau mencari kesempatan untuk menggunakannya tanpa sepengetahuan Clara."Clara, bisa belikan Paman susu kurma di supermarket depan." Beliau meminta Clara membelikan susu kurma, dan karena stok habis akhirnya Claraa menuruti semua keinginan Pamannya."Baiklah Paman, aku akan pergi membelikannya sebentar.""Baiklah, hati-hati."Clara langsung pergi, ya karena susu kurma itu baik untuk pemulihan orang yang tengah sakit. Setelah mematikan gadis itu pergi, beliau mendekti telfon rumah dengan perlahan.Dan melihat buku te
Kalevin menuju ke rumah sakit, dia membawakan tas milik Kalea bagaimana Kalea meminta tolong lewat pesan. Karena tak mungkin kembali lagi menuju kantor, jaraknya lumayan dengan rumah sakit tempat Ayahnya dirawat."Tuan, ini tas Kalea dan ini kursi rodanya.""Baiklah, aku akan membawkan ini. Terimakasih, dan tetap tunggu disini."Kelvin hanya mengangguk, Rigel langsung menuju keruang rawat inap Ayah Kalea. Beliau belum kembali memejamkan matanya, mungkin karena rindu pada putri semata wayangnya hingga ingin menatap Kalea terus menerus."Kalea, ini tasmu." Memberikan tas milik Kalea pada sang puan.Netra Ayah Kalea memandang Rigel, pria yang mungkin setengah asing dan tidak baginya. Karena Kalea belum menjelaskan atau membritahu tentang perceraiannya dengan Kay, mungkin beliau pikir Kaya tengah sibuk dikantor."Siapa dia?" tanya beliau."Dia ..." Sedikit bingung untuk memberitahunya."Saya Rigel Daviandra, CEO perusahaan CL sekaligus atasan dari Kalea Tuan. Turut senang karena Anda suda
Saat sampai dirumah sakit mereka langsung menuju ruang rawat inap Ayah Kalea berada, beberapa perawat dan dokter berada disana tengah memeriksa keadaan Ayah Kalea."Bagaimana keadaan beliau dok?"Rigel yang baru saja masuk langsung bertanya pada dokter yang memeriksa, sedangkan Kalea langsung memeluk erat sang Ayah dengan air mata bahagianya."A-ayah.""Ka-le ..a."Tangan Ayah Kalea menggenggam erat tangan putrinya, dengan suara masih lemah beliau berusaha berusaha memanggil nama putrinya. Sedangkan Rigel bicara dengan dokter tentang bagaimana kondisi Ayah Kalea, dia ingin dokternya berusaha dengan pengobatan terbaik."Beliau akan lumpuh seumur hidupnya, jadi mungkin akan menggunakan kursi roda setiap hari untuk beraktifitas. Kondisi yang lain stabil, dan mungkin dalam waktu satu pekan akan bisa kembali kerumah. Kita lakukan rawat jalan saja.""Syukurlah, setidaknya beliau membuka mata dan masih mengenali putrinya. Terimakasih dok, mohon bantuannya."Menjabat tangan dokter, dia meliha
Minggu berganti bulan, sudah satu bulan Rigel mendekati Kalea. Tapi dia belum menyatakan perasaanya kembali. Karena takut Kalea belum siap, walaupun sudah diberitahu jika dia memberi kesempatan pada Rigel. Tapi untuk hari ini tepat dua bulan Kalea berstatus janda, dimana dia adalah mantan istri dari pria bernama Kay akan dilamar oleh Rigel. Walaupun beberapa moment mereka dipertemukan, tapi Kalea seolah tak mengenalnya karena dia tak mau mengingat luka hatinya.Kini tim kerja Kalea yang terdiri dari tiga orang tengah berbincang, dan mereka terlihat serius membahasnya."Apa kamu tahu, perusahaan yang hubungannya sedang tidak baik-baik saja dengan perusahaan tempat kita bekerja ini?" "Apa itu perusahaan yang kini dipegang oleh Tuan Kay? Mereka sepertinya sedang berusaha untuk mendapatkan industri kecil yang akan dibeli oleh Tuan Rigel, tapi entahlah itu betul atau tidak."Kedua orang itu berbicara serius, tapi Kalea hanya menjadi pendengar saja karena dia fokus dengan interior banguna
Rigel mengambilkan daging kerang dari cangkanya, memisahkan udang dari kulitnya. Mereka makan malam diwaktu yang tepat, dengan pemandangan yang begitu indah ditepi pantai."Kenapa kamu begini padaku, aku bisa mengupasnya sendiri.""Dulu ibumu yang selalu mengupayakan udang untukmu, dan Ayahmu mengambilkan daging kerangnya. Jadi tugas itu berpindah padaku.""Itukan dulu, aku belajar mengupasnya ketika aku menikah. Agar tak merepotkan orang.""Tenang saja, aku akan selalu mengupaskannya untukmu.""Terimakasih."Rigel tersenyum di balas senyuman oleh Kalea, mereka menghabiskan makanan yang mereka pesan. Sangat sayang jika tidak dihabiskan, untungnya Rigel tidak memesan terlalu banyak. Dia hanya memesan apa yang wanitanya sukai, jadi tak ada yang terbuang sia-sia, karena dia paham sifat Kalea yang tak mau menyia-nyiakan makanan atau hal apapun."Kalea, bolehkah aku bertanya. Bagaimana kamu bisa menikah dengan Kay, mantan suamimu itu. Maaf jika tidak berkenan tak apa, aku hanya ingin tahu.
"Jangan terlalu berlebihan mencintai seseorang, ingat luka itu bukan diawal tapi bisa terjadi saat perjalanan atau diakhir. Seperti diriku, yang terluka di tengah hingga akhir. Jadi ...." Tangan Rigel menggenggam tangan Kalea, dia tak mau wanitanya mengatakan tentang hal yang menyakitkan hatinya. Menghentikannya adalah hal terbaik, daripada hal-hal masa kemarin yang dia lalui sendiri, yang penuh luka harus di ungkit lagi. "Jangan teruskan, kamu jangan mengingat hal yang menyakitkan. Aku berjanji akan membuatmu bahagia, bukan janji padamu tapi pada mendiang Ibumu. Dan akan menjadi menantu yang dia inginkan sedari dulu." Menoleh ke arah Kalea sejenak dengan mengurai senyum, lagi-lagi kata-kata Rigel mebungkamnya. Dan entah mengapa genggaman tangan Rigel menghangatkan hatinya, menangkan semua gejolak kemarahan yang dia rasakan jika mengingat betapa sakitnya dia dalam pernikahan yang sudah berusia empat tahun harus berakhir penuh luka. "Terimakasih." "Aku akan berusaha membuka ha
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, jam kerja telah usai dan kini waktunya pulang. Kalea agak terlambat, karena dia sengaja memperlambat kepulangannya agar saat dia pulang dengan Rigel tidak diketahui oleh rekan kerjanya."Kalea, kami pulang dulu. Jangan pulang terlambat, kamu sudah bekerja keras hari ini." Salah satu rekan kerja mengingatkannya, karena tak mau Kalea sampai terlalu lelah bekerja. Perusahaan mengutamakan kesehatan, bukan mengutamakan proyek mereka. Karena tanpa karyawan yang sehat, maka sebuah proyek tak akan selesai dikerjakan."Ah iya, terimakasih sudah mengingatkan. Sebentar lagi aku akan pulang, duluan saja.""Baiklah, kami duluan ya."Mereka melambaikan tangan, semua karyawan yang bekerja berhamburan keluar untuk pulang. Kalea lalu membereskan pekrjaanya, Rigel tengah berjalan dan mengobrol dengan Kelvin asistennya. Dan keduanya berhenti tepat didepan ruang kerja Kalea, Kelvin yang mengerti situasi lalu berpamitan lebih dulu pada Rigel."Tuan, saya pamit dulua
Kalea memutuskan untuk mencari tahu pria yang sudah membuatkan hari perayaan ulang tahun Ayahnya begitu istimewa, dia segera kembali ke kantor karena sebentar lagi masuk jam kerja. Namun saat tiba di meja kerjanya dia lagi-lagi dikejutkan dengan sebuah buket bunga, menaruh tas dan melihat siapa pengirim bunga tersebut. Saat melihat nama Rigel, Kalea terssenyum karena merasa di perhatikan oleh seseorang. "Astaga, dia kekanakan. Tapi terimakasih." Meletakkan bunga tersebut di vas yang ada dimeja kerjanya. Dia segera membagikan beberapa makanan yang sama seperti tadi dirumah sakit pada rekan kerjanya dikantor, dia juga mendekati ruang kerja Kelvin asisten Rigel. "Kelvin, ini untukmu." Memberikan satu kotak makanan. "Dalam rangka apa ini? Apa kamu ulang tahun?" Kelvin bertanya, padahal dia tahu alasan Kelea membagikan makanan pada rekan kerja dan orang dirumah sakit. Karena dia yang disuruh untuk memesan semua yang dikirim kerumah sakit, dan juga pengobatan gratis dibagian s
Kalea terdiam, dia tengah bingung dengan keputusan yang diberikan pada Rigel. Entah salah atau benar dia tak tahu, entah berakhir manis atau pahit juga dia tak tahu. Padahal lukanya masih menganga, tapi kenapa seolah dia harus membuka perasaannya untuk orang yang pernah dia sukai."Sebaiknya aku menarik kata-kataku kembali, bukankah itu keputusan yang tepat Clara?" Menatap ke temannya, dia benar-benar bingung dengan keputusan yang diambilnya."Emm, begini. Bukankah itu akan membuat seolah kamu menjilat ludahmu sendiri, maksudnya kamu tidak sesuai dengan kata-katamu. Dan itu akan membuat orang tak memprcayaimu lagi, jadi jangan tarik kata-katamu kembali. Percaya padaku, mungkin dia seperti obat bagimu kelak.""Dia malah ingin membuat Kay dan keluarganya menyesal, dia inginnmebalaskan rasa sakitku Clara. Dia seperti ... Entahlah, aku bingung harus bicara tentangnya bagaimana.""Berarti dia cemburu, karena dia merasakan luka yang kamu rasakan."Kalea terdiam, apa yang dikatakan Clara s