Minggu berganti bulan, sudah satu bulan Rigel mendekati Kalea. Tapi dia belum menyatakan perasaanya kembali. Karena takut Kalea belum siap, walaupun sudah diberitahu jika dia memberi kesempatan pada Rigel. Tapi untuk hari ini tepat dua bulan Kalea berstatus janda, dimana dia adalah mantan istri dari pria bernama Kay akan dilamar oleh Rigel. Walaupun beberapa moment mereka dipertemukan, tapi Kalea seolah tak mengenalnya karena dia tak mau mengingat luka hatinya.Kini tim kerja Kalea yang terdiri dari tiga orang tengah berbincang, dan mereka terlihat serius membahasnya."Apa kamu tahu, perusahaan yang hubungannya sedang tidak baik-baik saja dengan perusahaan tempat kita bekerja ini?" "Apa itu perusahaan yang kini dipegang oleh Tuan Kay? Mereka sepertinya sedang berusaha untuk mendapatkan industri kecil yang akan dibeli oleh Tuan Rigel, tapi entahlah itu betul atau tidak."Kedua orang itu berbicara serius, tapi Kalea hanya menjadi pendengar saja karena dia fokus dengan interior banguna
Saat sampai dirumah sakit mereka langsung menuju ruang rawat inap Ayah Kalea berada, beberapa perawat dan dokter berada disana tengah memeriksa keadaan Ayah Kalea."Bagaimana keadaan beliau dok?"Rigel yang baru saja masuk langsung bertanya pada dokter yang memeriksa, sedangkan Kalea langsung memeluk erat sang Ayah dengan air mata bahagianya."A-ayah.""Ka-le ..a."Tangan Ayah Kalea menggenggam erat tangan putrinya, dengan suara masih lemah beliau berusaha berusaha memanggil nama putrinya. Sedangkan Rigel bicara dengan dokter tentang bagaimana kondisi Ayah Kalea, dia ingin dokternya berusaha dengan pengobatan terbaik."Beliau akan lumpuh seumur hidupnya, jadi mungkin akan menggunakan kursi roda setiap hari untuk beraktifitas. Kondisi yang lain stabil, dan mungkin dalam waktu satu pekan akan bisa kembali kerumah. Kita lakukan rawat jalan saja.""Syukurlah, setidaknya beliau membuka mata dan masih mengenali putrinya. Terimakasih dok, mohon bantuannya."Menjabat tangan dokter, dia meliha
Kalevin menuju ke rumah sakit, dia membawakan tas milik Kalea bagaimana Kalea meminta tolong lewat pesan. Karena tak mungkin kembali lagi menuju kantor, jaraknya lumayan dengan rumah sakit tempat Ayahnya dirawat."Tuan, ini tas Kalea dan ini kursi rodanya.""Baiklah, aku akan membawkan ini. Terimakasih, dan tetap tunggu disini."Kelvin hanya mengangguk, Rigel langsung menuju keruang rawat inap Ayah Kalea. Beliau belum kembali memejamkan matanya, mungkin karena rindu pada putri semata wayangnya hingga ingin menatap Kalea terus menerus."Kalea, ini tasmu." Memberikan tas milik Kalea pada sang puan.Netra Ayah Kalea memandang Rigel, pria yang mungkin setengah asing dan tidak baginya. Karena Kalea belum menjelaskan atau membritahu tentang perceraiannya dengan Kay, mungkin beliau pikir Kaya tengah sibuk dikantor."Siapa dia?" tanya beliau."Dia ..." Sedikit bingung untuk memberitahunya."Saya Rigel Daviandra, CEO perusahaan CL sekaligus atasan dari Kalea Tuan. Turut senang karena Anda suda
Dua minggu berlalu, Ayah Kalea kini sudah ada dirumah. Sementara Kalea tetap bekerja seperti biasa, dan Clara yang mengurus keperluan sang Ayah. Namun beliau merasakan ada sesuatu yang ganjal, jika beliau membahas atau menanyakan soal menantunya Kay, pasti putrinya mengalihkan pembicaraan. Begitupun dengan Clara, dia bungkam tak bisa memberikan penjelasan atau jawaban seperti yang di harapkan."Sepertinya aku harus menghubungi Kay langsung." Menatap ke arah telfon rumah, beliau mencari kesempatan untuk menggunakannya tanpa sepengetahuan Clara."Clara, bisa belikan Paman susu kurma di supermarket depan." Beliau meminta Clara membelikan susu kurma, dan karena stok habis akhirnya Claraa menuruti semua keinginan Pamannya."Baiklah Paman, aku akan pergi membelikannya sebentar.""Baiklah, hati-hati."Clara langsung pergi, ya karena susu kurma itu baik untuk pemulihan orang yang tengah sakit. Setelah mematikan gadis itu pergi, beliau mendekti telfon rumah dengan perlahan.Dan melihat buku te
Pagi itu seperti biasa Kalea membuat sarapan untuk dirinya dan suaminya yang akan berangkat kerja ke kantor, ia sudah menyajikan menu favorit suaminya seperti biasanya. Key datang dengan wajah datar, seakan ia bosan dengan suasana rumahnya. "Apa kamu akan pulang terlambat lagi?" tanya Kalea dengan nada lembutnya. "Hem." Singkatnya.Kalea tak heran dengan sikap suaminya yang cuek dan berubah padanya, tapi Kalea sungguh menghindari perdebatannya karena tak mau rumah tangganya hancur atas sikap keegoisannya. Saat akan memulai sarapan tiba-tiba bell rumah mereka berbunyi, segera tanpa menunggu Kalea menuju ke pintu untuk membukakan pintu rumahnya. Plaaaaak! Baru saja membuka pintu rumah sebuah tamparan melayang ke wajahnya, wanita itu menatap Kalea dengan penuh kemarahan. Bukan pemandangan baru bagi Kalea, ia sudah terbiasa di perlakukan oleh Ibu mertuanya seperti ini. "Aku sudah sangat muak memiliki menantu sepertimu! Sudah empat tahun menikah kenapa belum memiliki anak, atau kamu
Kalea sudah turun dari apartemen tempat dia tinggal bersama suaminya, saat ini tengah mengunggu taxi yang sudah di pesan secara online. Masih pukul delapan pagi dimana jalanan sibuk dan ramai orang akan melakukan aktifitasnya, seperti bekerja, sekolah, dan lain-lain. Tak lama ada sebuah mobil berhenti di komplek apartemen, dan ternyata itu taxi yang Kalea pesan. Segera berjalan menuju ke arah mobil itu, supir turun membantu memasukkan koper kedalam bagasi. Setelah selesai segera Kalea naik kedalam mobil di ikuti sang supir, mereka segera meninggalkan area apartemen tersebut, namun tatapan Kalea menuju kesebuah lantai dimana rumah yang sudah dia tinggali selama empat tahun bersama Kay. 'Selamat tinggal, dan terimakasih atas segala kenangan buruk. Hidup yang buruk, aku kira bisa menua bersama. Tapi kenyataannya kau tak seperti janjimu, itu hanya pemanis. Andai dulu aku mendengarkan Ibu, pasti tak akan terluka dan pahit seperti ini,' batin Kalea, hingga gedung apartemen itu tak lagi
Tak terasa sudah satu bulan berlalu, Kalea sudah resmi bercerai dari Kay yang kemarin berstatus menjadi suaminya. Kini dia harus bisa bangkit dari rasa sakitnya, karena masih ada orang yang harus dia perjuangkan yaitu Ayahnya yang masih terbaring di rumah sakit. "Astaga, aku lupa belum belanja. Lebih baik aku ke swalayan di depan sana." Menutup pintu kulkasnya yang hanya berisikan buah dan air mineral saja. Kalea segera memakai hodie nya, walaupun dia memakai baju tidur lengan panjang tapi cuaca di luar sedang begitu dingin karena angin. Setelah mengambil dompetnya, segera keluar dari rumah menuju swalayan yang tak jauh dari apartemennya. Dengan berjalan kaki akhirnya sampai di swalayan, segera dia memilih bahan sayuran dan daging. Namun tiba-tiba matanya menuju ke arah mie instant, lalu dia melihat jam tangan ternyata sudah waktunya makan malam. "Lebih baik aku memakan ini saja, masaknya besok pagi saja. Lebih cepat dan praktis." Mengambil beberapa mie instant berbagai jenis dan
Kalea tengah menunggu seseorang, mereka sudah mengirim pesan jika akan datang kerumahnya. Dengan cekatan membuatkan beberapa cemilan, karena akan ada anak kecil diantara tamunya. Saat tengah menyelesaikan pekerjaannya, bel pintu rumahnya berbunyi. Dia segera bangkit dan menghampiri pintu untuk mengetahui siapa yang datang dari layar monitornya, ternyata mereka adalah orang yang tengah di tunggu sedari tadi. "Selamat datang, masuklah," ucap Kalea saat membuka pintu, untuk menyambut kedatangan mereka dengan senyuman. Ketiga orang itu langsung masuk karena sudah di persilahkan oleh pemiliknya, mereka adalah Leo beserta anaknya. Teman Kalea tersebut menepati janjinya ingin datang kerumah, karena lama sekali mereka tak saling bersua. "Apakah kau sendiri? Dimana suamimu?" tanya Clara istri dari Leo, bukan orang lain juga karena Clara sahabat dekat Kalea seperti Leo. "Duduk saja dulu, hei tampan. Apa kau merindukanku?" tanya Kalea pada jagoan kecil temannya. "Tentu." "Hem, bisakah kau
Dua minggu berlalu, Ayah Kalea kini sudah ada dirumah. Sementara Kalea tetap bekerja seperti biasa, dan Clara yang mengurus keperluan sang Ayah. Namun beliau merasakan ada sesuatu yang ganjal, jika beliau membahas atau menanyakan soal menantunya Kay, pasti putrinya mengalihkan pembicaraan. Begitupun dengan Clara, dia bungkam tak bisa memberikan penjelasan atau jawaban seperti yang di harapkan."Sepertinya aku harus menghubungi Kay langsung." Menatap ke arah telfon rumah, beliau mencari kesempatan untuk menggunakannya tanpa sepengetahuan Clara."Clara, bisa belikan Paman susu kurma di supermarket depan." Beliau meminta Clara membelikan susu kurma, dan karena stok habis akhirnya Claraa menuruti semua keinginan Pamannya."Baiklah Paman, aku akan pergi membelikannya sebentar.""Baiklah, hati-hati."Clara langsung pergi, ya karena susu kurma itu baik untuk pemulihan orang yang tengah sakit. Setelah mematikan gadis itu pergi, beliau mendekti telfon rumah dengan perlahan.Dan melihat buku te
Kalevin menuju ke rumah sakit, dia membawakan tas milik Kalea bagaimana Kalea meminta tolong lewat pesan. Karena tak mungkin kembali lagi menuju kantor, jaraknya lumayan dengan rumah sakit tempat Ayahnya dirawat."Tuan, ini tas Kalea dan ini kursi rodanya.""Baiklah, aku akan membawkan ini. Terimakasih, dan tetap tunggu disini."Kelvin hanya mengangguk, Rigel langsung menuju keruang rawat inap Ayah Kalea. Beliau belum kembali memejamkan matanya, mungkin karena rindu pada putri semata wayangnya hingga ingin menatap Kalea terus menerus."Kalea, ini tasmu." Memberikan tas milik Kalea pada sang puan.Netra Ayah Kalea memandang Rigel, pria yang mungkin setengah asing dan tidak baginya. Karena Kalea belum menjelaskan atau membritahu tentang perceraiannya dengan Kay, mungkin beliau pikir Kaya tengah sibuk dikantor."Siapa dia?" tanya beliau."Dia ..." Sedikit bingung untuk memberitahunya."Saya Rigel Daviandra, CEO perusahaan CL sekaligus atasan dari Kalea Tuan. Turut senang karena Anda suda
Saat sampai dirumah sakit mereka langsung menuju ruang rawat inap Ayah Kalea berada, beberapa perawat dan dokter berada disana tengah memeriksa keadaan Ayah Kalea."Bagaimana keadaan beliau dok?"Rigel yang baru saja masuk langsung bertanya pada dokter yang memeriksa, sedangkan Kalea langsung memeluk erat sang Ayah dengan air mata bahagianya."A-ayah.""Ka-le ..a."Tangan Ayah Kalea menggenggam erat tangan putrinya, dengan suara masih lemah beliau berusaha berusaha memanggil nama putrinya. Sedangkan Rigel bicara dengan dokter tentang bagaimana kondisi Ayah Kalea, dia ingin dokternya berusaha dengan pengobatan terbaik."Beliau akan lumpuh seumur hidupnya, jadi mungkin akan menggunakan kursi roda setiap hari untuk beraktifitas. Kondisi yang lain stabil, dan mungkin dalam waktu satu pekan akan bisa kembali kerumah. Kita lakukan rawat jalan saja.""Syukurlah, setidaknya beliau membuka mata dan masih mengenali putrinya. Terimakasih dok, mohon bantuannya."Menjabat tangan dokter, dia meliha
Minggu berganti bulan, sudah satu bulan Rigel mendekati Kalea. Tapi dia belum menyatakan perasaanya kembali. Karena takut Kalea belum siap, walaupun sudah diberitahu jika dia memberi kesempatan pada Rigel. Tapi untuk hari ini tepat dua bulan Kalea berstatus janda, dimana dia adalah mantan istri dari pria bernama Kay akan dilamar oleh Rigel. Walaupun beberapa moment mereka dipertemukan, tapi Kalea seolah tak mengenalnya karena dia tak mau mengingat luka hatinya.Kini tim kerja Kalea yang terdiri dari tiga orang tengah berbincang, dan mereka terlihat serius membahasnya."Apa kamu tahu, perusahaan yang hubungannya sedang tidak baik-baik saja dengan perusahaan tempat kita bekerja ini?" "Apa itu perusahaan yang kini dipegang oleh Tuan Kay? Mereka sepertinya sedang berusaha untuk mendapatkan industri kecil yang akan dibeli oleh Tuan Rigel, tapi entahlah itu betul atau tidak."Kedua orang itu berbicara serius, tapi Kalea hanya menjadi pendengar saja karena dia fokus dengan interior banguna
Rigel mengambilkan daging kerang dari cangkanya, memisahkan udang dari kulitnya. Mereka makan malam diwaktu yang tepat, dengan pemandangan yang begitu indah ditepi pantai."Kenapa kamu begini padaku, aku bisa mengupasnya sendiri.""Dulu ibumu yang selalu mengupayakan udang untukmu, dan Ayahmu mengambilkan daging kerangnya. Jadi tugas itu berpindah padaku.""Itukan dulu, aku belajar mengupasnya ketika aku menikah. Agar tak merepotkan orang.""Tenang saja, aku akan selalu mengupaskannya untukmu.""Terimakasih."Rigel tersenyum di balas senyuman oleh Kalea, mereka menghabiskan makanan yang mereka pesan. Sangat sayang jika tidak dihabiskan, untungnya Rigel tidak memesan terlalu banyak. Dia hanya memesan apa yang wanitanya sukai, jadi tak ada yang terbuang sia-sia, karena dia paham sifat Kalea yang tak mau menyia-nyiakan makanan atau hal apapun."Kalea, bolehkah aku bertanya. Bagaimana kamu bisa menikah dengan Kay, mantan suamimu itu. Maaf jika tidak berkenan tak apa, aku hanya ingin tahu.
"Jangan terlalu berlebihan mencintai seseorang, ingat luka itu bukan diawal tapi bisa terjadi saat perjalanan atau diakhir. Seperti diriku, yang terluka di tengah hingga akhir. Jadi ...." Tangan Rigel menggenggam tangan Kalea, dia tak mau wanitanya mengatakan tentang hal yang menyakitkan hatinya. Menghentikannya adalah hal terbaik, daripada hal-hal masa kemarin yang dia lalui sendiri, yang penuh luka harus di ungkit lagi. "Jangan teruskan, kamu jangan mengingat hal yang menyakitkan. Aku berjanji akan membuatmu bahagia, bukan janji padamu tapi pada mendiang Ibumu. Dan akan menjadi menantu yang dia inginkan sedari dulu." Menoleh ke arah Kalea sejenak dengan mengurai senyum, lagi-lagi kata-kata Rigel mebungkamnya. Dan entah mengapa genggaman tangan Rigel menghangatkan hatinya, menangkan semua gejolak kemarahan yang dia rasakan jika mengingat betapa sakitnya dia dalam pernikahan yang sudah berusia empat tahun harus berakhir penuh luka. "Terimakasih." "Aku akan berusaha membuka ha
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, jam kerja telah usai dan kini waktunya pulang. Kalea agak terlambat, karena dia sengaja memperlambat kepulangannya agar saat dia pulang dengan Rigel tidak diketahui oleh rekan kerjanya."Kalea, kami pulang dulu. Jangan pulang terlambat, kamu sudah bekerja keras hari ini." Salah satu rekan kerja mengingatkannya, karena tak mau Kalea sampai terlalu lelah bekerja. Perusahaan mengutamakan kesehatan, bukan mengutamakan proyek mereka. Karena tanpa karyawan yang sehat, maka sebuah proyek tak akan selesai dikerjakan."Ah iya, terimakasih sudah mengingatkan. Sebentar lagi aku akan pulang, duluan saja.""Baiklah, kami duluan ya."Mereka melambaikan tangan, semua karyawan yang bekerja berhamburan keluar untuk pulang. Kalea lalu membereskan pekrjaanya, Rigel tengah berjalan dan mengobrol dengan Kelvin asistennya. Dan keduanya berhenti tepat didepan ruang kerja Kalea, Kelvin yang mengerti situasi lalu berpamitan lebih dulu pada Rigel."Tuan, saya pamit dulua
Kalea memutuskan untuk mencari tahu pria yang sudah membuatkan hari perayaan ulang tahun Ayahnya begitu istimewa, dia segera kembali ke kantor karena sebentar lagi masuk jam kerja. Namun saat tiba di meja kerjanya dia lagi-lagi dikejutkan dengan sebuah buket bunga, menaruh tas dan melihat siapa pengirim bunga tersebut. Saat melihat nama Rigel, Kalea terssenyum karena merasa di perhatikan oleh seseorang. "Astaga, dia kekanakan. Tapi terimakasih." Meletakkan bunga tersebut di vas yang ada dimeja kerjanya. Dia segera membagikan beberapa makanan yang sama seperti tadi dirumah sakit pada rekan kerjanya dikantor, dia juga mendekati ruang kerja Kelvin asisten Rigel. "Kelvin, ini untukmu." Memberikan satu kotak makanan. "Dalam rangka apa ini? Apa kamu ulang tahun?" Kelvin bertanya, padahal dia tahu alasan Kelea membagikan makanan pada rekan kerja dan orang dirumah sakit. Karena dia yang disuruh untuk memesan semua yang dikirim kerumah sakit, dan juga pengobatan gratis dibagian s
Kalea terdiam, dia tengah bingung dengan keputusan yang diberikan pada Rigel. Entah salah atau benar dia tak tahu, entah berakhir manis atau pahit juga dia tak tahu. Padahal lukanya masih menganga, tapi kenapa seolah dia harus membuka perasaannya untuk orang yang pernah dia sukai."Sebaiknya aku menarik kata-kataku kembali, bukankah itu keputusan yang tepat Clara?" Menatap ke temannya, dia benar-benar bingung dengan keputusan yang diambilnya."Emm, begini. Bukankah itu akan membuat seolah kamu menjilat ludahmu sendiri, maksudnya kamu tidak sesuai dengan kata-katamu. Dan itu akan membuat orang tak memprcayaimu lagi, jadi jangan tarik kata-katamu kembali. Percaya padaku, mungkin dia seperti obat bagimu kelak.""Dia malah ingin membuat Kay dan keluarganya menyesal, dia inginnmebalaskan rasa sakitku Clara. Dia seperti ... Entahlah, aku bingung harus bicara tentangnya bagaimana.""Berarti dia cemburu, karena dia merasakan luka yang kamu rasakan."Kalea terdiam, apa yang dikatakan Clara s