Share

Bab 5 : Di Luar Dugaanku

Aku menatapnya malas.

Hari pernikahanku jelas lebih horor.

Jadi, aku tidak akan takut dengan cerita konyol itu.

“Tolong keluarlah!” pintaku sekali lagi pada pria ini.

“Baiklah. Jangan lama-lama. Setelah ini kita keluar.  Aku sudah lapar!” ujarnya kemudian tidak lagi mengangguku.

Saat kutatap bayanganku di cermin, Ed pasti melihat wajah sembab ini. Karenanya dia tampak kasihan tadi. 

Aku malah tidak jadi berganti baju. Duduk kembali dan tercenung beberapa saat namun tidak tahu apa yang sedang kupikirkan. Hanya kehampaan hati yang kembali kurasa.

Tiba-tiba sekelebat bayangan entah hanya tirai yang tertiup angin atau apa tadi tertangkap sekilas namun dengan cepat menghilang.

Suasana kamar yang nampak biasa herannya kini membuatku begidik. Bahkan cerita Ed yang tadi, saat ini terngiang di benakku hingga berhasil mempengaruhiku.

Sial!

Aku lupa bahwa sebenarnya aku juga penakut.

Segera, diriku bangkit untuk mengganti bajuku, namun tanpa sadar tanganku menyenggol sesuatu di meja hingga...

Pyarr!

“AAAH, TOLOONG!” teriakku kencang yang seketika membuat Ed langsung masuk untuk memeriksaku.

Aku bahkan tidak sadar handuk yang kukenakan sudah kulepas karena ingin berganti baju tadi.

Sementara tatapan pria itu tak ubahnya seperti serigala lapar sedang menatap domba yang akan dimangsanya. “Kamila…”

“Ed , jangan...!” teriakku sudah kelimpungan tidak karuan menggapai handuk yang tadi kulempar di atas ranjang.

Tapi, Ed yang sinting itu malah semakin membuat takut dengan menunjuk satu arah. “Awas ada sesuatu di belakangmu!” tukasnya.

Spontan, aku melompat.

Aaargh, sial sekali! Mengapa aku justru melompat ke gendongannya?

“Kenapa setakut itu? Aku tadi mau bilang ada pecahan kaca di belakangmu agar kau tidak mundur ke belakang!” Ed baru menjelaskan maksudnya sambil terkekeh.

“Lepasin aku, tidak?! Jangan kurang ajar, ya?”

Kujambak rambut pria mesum itu dengan kedua tanganku karena saking geramnya.

Namun, pria itu hanya sedikit nyengir dan menatapku datar, “Kau yang naik kegendonganku, kau juga   yang minta dilepasin? Astaga, perempuan memang suka sekali playing victim!”

Ed menurunkanku di tempat tidur, mengambilkan bajuku yang terserak di lantai untuk menutupi tubuh polosku. Sambil mengacak rambutku dia malah berkata, “Cepat pakai bajumu lalu keluar, ada-ada saja trikmu untuk menggodaku.”

Eh, apa katanya?

Aku yang menggodanya?

Astaga, ketemu berapa perkara aku sampai menggoda pria sepertinya?

Sembari menggerutu sebal, kesal dan malu akupun segera memakai pakaianku.

Ah, sudahlah. Mengapa juga aku masih menanggapi ucapannya? Dia memang sejak dulu suka menggodaku!

***

Kriet!

Aku membuka pintu kamar lebar-lebar setelah memakai pakaianku dengan benar dan lengkap untuk membersihkan pecahan botol parfum yang tadi tidak sengaja kusenggol.

Ternyata cerita tentang teman pria itu yang bunuh diri di kamar ini sudah sukses membuat alam bawah sadarku terpengaruh untuk takut.

“Sudah biarkan saja, ini sudah siang!” Ed menghampiriku yang berjongkok memunguti pecahan itu.

“Maaf ya, parfummu jadi pecah,” ujarku menyelesaikan sedikit lagi pecahan botol itu. Walau gimana aku tidak bisa seenaknya di rumah orang lain.

“Parfum bisa beli lagi, Nona. Bagaimana nanti kalau tanganmu yang lembut itu terkena pecahan kacanya. Hatiku bisa ikut terluka.” Si mulut penuh bualan itu kembali membuat telingaku gatal.

Kulirik sekilas pria yang masih berdiri itu sambil hanya menatapku. Harusnya kalau tidak mau aku bersusah-susah, etikanya dia ikut jongkok kek bantuin. Malah lihatin saja.

“Auw!” teriakku karena tanganku terasa perih sesaat melirik Ed tadi. Hanya sebentar saja mengalihkan pandang bagaimana bisa malah terkena pecahan kaca ini? Darahnya mengucur segar, lagi.

“Sudah kubilang ‘kan? Tambeng amat jadi orang kalau dikasih tahu, ya?” Ed menarik lenganku dan menyeretnya keluar kamar menuju wastafel dan membersihkan lukaku. Setelahnya dengan cekatan dia mengambil plester untuk membalut luka agar berhenti berdarah.

Sesekali kutatap pria ini, ternyata dia perhatian juga.

“Aku tahu aku  ini tampan, jangan menatapku begitu nanti aku semakin jatuh cinta padamu!”

Tiba-tiba dia menangkapku yang menatapnya dengan balik menatapku. Baru kali ini aku serius menatapnya. Mata coklat Ed ternyata menarik juga. Kesan urakan yang biasanya kusematkan entah sedang pindah kemana? Yang kulihat memang pria ini tidak setengil kiraku. Dia juga—tampan.

Terhanyut sejenak saja sudah membuat pria ini kembali memanfaatkan keadaan dengan mencium bibirku.

“Uhmmm!” Aku yang terkejut berusaha melepaskan diri tapi Ed mengunci tubuhku dengan satu lengannya. Sementra lengan lainnya menekan tengkukku agar tidak bisa menghindari ciumannya.

Sialan!

Dia bahkan tidak mau melepaskan begitu saja sebelum aku benar-benar tampak lemas karena kehabisan napas.

“Ed!” omelku setelah terlepas dari ciuman pria ini.

“Ini gara-gara kau membiarkan aku menciummu kemarin, jadinya aku ketagihan ingin menciummu terus!” tukas Ed seenaknya, seolah kemarin aku memang sengaja membiarkannya menciumku. 

“Kapan aku membiarkanmu menciumku?”

Namun, Ed tidak menggubrisku. Dia malah menyambar kunci mobil dan memintaku mengikutinya keluar apartemen.

Langkah kaki panjangnya itu membuatku harus setengah berlari mengejarnya.

Aku belum tahu tempat ini.

Kalau harus terpisah dengannya takutnya malah tersesat seperti orang bodoh.

Dan begitu lift turun ke lantai dasar, aku baru melihat tempat ini bukanlah apartemen sembarangan. Ini adalah salah satu apartemen elit di kawasan kota besar ini! 

Walaupun Ed mengaku hanya menempati apartemen temannya, bukankah biaya operasional harian atau bulanannya akan mahal? Apakah seorang sopir truk seperti Ed bisa membayar biaya-biaya itu?

“Ed, apa benar kau hanya sopir truk?” keluhku menatap makanan-makanan mewah yang sudah tersaji di depanku. Harga makanan itu pastilah mahal mengingat pria ini mengajakku ke restoran bintang 5 yang elit.

“Apa yang kau pikirkan? Apa kau pikir aku sebenarnya adalah seorang CEO seperti di drakor-drakor itu lalu menyamar menjadi pria miskin?”

Ed seperti menerka apa yang ada di otakku.

Meski aneh, tapi hal seperti itu bisa saja terjadi ‘kan?    

Kutatap wajahnya penuh selidik, hingga pria itu menghela napas.

“Ya. Aku memang anak seorang pengusaha kaya raya dan sedang menyamar menjadi pemuda miskin untuk tahu, siapa wanita yang mau menerimaku apa adanya?”

Next

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status