Share

Mantan Suami

Matanya terbelalak, dan bola matanya gemetar mendapati bagaimana mantan suaminya, Hito, sudah bersama wanita lain yang kelihatannya mereka sangat mesra sekali pada saat itu.

Hito dengan terang-terangan merangkul Wanita tersebut di depan matanya, dan memberikan kecupan manis pada dahi dari wanita tersebut.

Hati Lizy terbakar melihatnya. Ia bisa merakan bagaimana panas perasaan yang tengah ia rasakan tersebut. Pengkhianatan yang selama ini tidak ia ketahui, bahkan tak sadar sama sekali.

“Aku penasaran. Bagaimana kamu bisa mendapatkan seorang pria dalam waktu semalah setelah aku usir,” ucap dari Hito, sambil melihat ke arah mobil yang dimana Lizy sedang memasukkan barang.

Lizy tak bergeming sedikit pun. Ia merasa mau menangis. Bahkan sambil menelan ludah, ia menahan diri untuk tak menunjukkan bagaimana lemahnya dirinya di depan dari Hito.

Hito mendekat, kemudian mendorong dahi Lizy sambil memukul pelan kepala Lizy sambil tersenyum miring, dan memberikan tawa yang sangat licik sekali.

“Sudah kuduga bahwa kamu adalah wanita yang tidak mau tidak didampingi pria lain. Berapa kamu jual dirimu demi bisa bersama orang itu, ha?”

“Hahaha, sayang. Untuk apa kamu bertanya? Wanita ini pasti menjual dirinya tak lebih mahal dari seharga sebuah tas bermerk sekali pun,” Wanita tersebut menimpali sambil memeluk lengan Hito.

Tangan Lizy terkepal kuat. Ia hanya bisa menunduk sembari menggigit bibir. Ia makin gemetar hebat mendengar komentas tak pantas dari mereka.

Dengan kasar Hito menarik dagu Lizy sampai dirinya melihat ke arahnya. Senyumnya makin licik dan membuat merinding sekali.

“Lizy. Nikmati hidupmu yang tidak berarti di jalanan. Mungkin kamu akan dipungut seseorang untuk menjadi seorang pelacur? Hahaha,” tawa Hito dengan keras setelah menepiskan tangannya sampai Lizy menoleh ke samping.

Di depan mata kepalanya sendiri, Lizy baru pertama kali melihat bagaiman sikap mantan suaminya yang berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain. Ia juga baru menyadari, seberapa jahatnya Hito selama ini.

Wanita di samping Hito mendekat ke arah Lizy. Dia tersenyum manis, namun maksud dibalik senyuman itu sangat buruk sekali.

“Aku Mia. Terima kasih ya, sudah menemani Hito dulu. Tapi, sayang sekali kamu mandul. Jadi Hito tidak mau mempertahankanmu,” ucap dari Wanita tersebut.

“Tidak! Siapa yang bilang aku mandul?!” Lizy tidak terima sama sekali.

Makin tersenyum puas Mia mendengar Lizy yang membalas. Tujuannya memang untuk memanasi Lizy agar dia makin terbakar cemburu dengan mudahnya.

“Sudahlah, akui saja. Kamu itu bukan wanita sempurna, Lizy. Wanita sempurna itu harus bisa menjadi seorang ibu.”

“Jaga ucapanmu! Apa hakmu untuk menilai bagaimana wanita yang sempurna?! Seperti kamu yang menjadi pelakor?”

PLAKHHH. Api tersebut berbalik arah menyerah Mia, yang akhirnya tersulut dengan mudahnya.

“Jangan asal bicara! Aku tidak menjadi pelakor!”

Tamparan itu tak terasa sama sekali. Lizy menatap tajam ke arahnya. “Lalu? Apa kamu menjadi sampah dengan menggoda suami orang lain?”

PLAKHHHH. Kali ini pukulannya lebih keras, dengan Hito yang maju menjaga istrinya tersebut. Lizy sampai tersungkur mendapatkan tamparan yang sangat kuat tersebut.

“Jangan asal bicara kepada istriku! Dia jauh lebih baik daripada kamu!” teriak Hito.

Lizy tak bisa menahan air matanya lagi. Ia menangis dengan pandangan melihat ke bawah. Hatinya sakit sekali. Ia tak bisa menahan rasa sakit yang sudah terus menusuknya dari tadi itu.

“Kamu wanita rendahan yang selama ini menghalangiku! Dan beraninya kamu bicara begitu pada seseorang yang akhirnya kupilih?!”

Lizy mendongakkan kepala dengan wajah yang penuh air mata. “Tapi aku yang menemanimu selama ini! Tidak ingatkah kamu bagaimana aku selalu bersamamu bahkan saat kamu hendak bangkrut!” Lizy mencari pembelaan.

“Jangan bahas masa lalu! Kamu itu hanya masa laluku!” tegas Hito.

Makin sakit hati Lizy mendengar bagaimna Hito berkata dengan mudahnya. Bertahun-tahun hubungan mereka, dari mulai PDKT sampai akhirnya menikah, bagi Hito itu hanya masa lalu yang tak pantas dikenang sama sekali.

“Kamu tidak akan pernah bisa menyamaiku, Lizy. Kamu hanya sampah yang bahkan tidak pantas di daur ulang,” ucap Hito.

Air mata Lizy makin berlinang, tanpa suara sedikit pun Lizy tak mau menunjukkan kesedihannya. Ia menghapus air matanya dengan segera. Ia sudah malu sekarang ini.

“Kamu itu tak bisa mengalahkanku. Kamu bahkan tak lebih berharga daripada pelacur sekali pun,” ucap Mia, sambil meledek.

“Lizy!”

Suara tersebut membuat suasana seketika berubah. Lizy melihat dari tempatnya tersugkur, tak jauh dari belakang Hito, pria yang ia ajak kemari tersebut datang dengan terburu-buru sambil memasang wajah khawatir.

Hito serta Mia melihat ke sumber suara, dan terkejut dengan siapa yang datang. Mereka seperti melihat seorang yang ditakuti sekali.

“P- Pak Adrian?! Selamat Pagi-“

“Lizy! Kamu tidak apa?!” Adrian melewati begitu saja, dan langsung membantu Lizy berdiri dari jatuhnya.

Dengan sedikit sesengukan dan berkali-kali menghapus air mata, dirinya menganggukkan kepala meski itu kelihatan jelas bahwa kebohongannya terlalu jelas sekali pun.

“Pa- Pak Adrian, saya dari Perusahaan Dee-“

“Ayo kita masuk, sudah semua, kan?” Adrian lebih memilih bertanya kepada Lizy daripada menghiraukan Hito.

Dirinya langsung dituntun masuk ke dalam mobil, bahkan Adrian membukakan pintu untuk dirinya. Lizy merasa makin hancur saat melihat Hito barusan. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya tersebut.

Selama menyetir, Adrian bahkan tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Ia hanya bisa melirik ke arah Lizy sesaat, yang tiap waktu masih sempat meneteskan air mata dalam diamnya tersebut.

Lizy hanya bisa memandang keluar mobil, dengan tatapan kosong dan hati yang terus terasa sakit. Ia berkali-kali menghela napas, berusaha untuk bisa lebih mengendalikan dirinya tersebut.

“Sepertinya aku tahu wanita yang diajak oleh Hito itu,” ujar dari Adrian.

Lizy menoleh pelan, “Benarkah? Kamu pernah bertemu dengannya?” Suara Lizy agak serak kedengarannya.

“Iya,” Adrian menganggukkan kepalanya, “kalau tidak salah dia itu putri salah satu kolegaku. Sepertinya mereka bertemu di pertemuan para pemegang saham,” jelas Adrian.

“Kamu tahu…, tapi kenapa kamu tak bisa memberitahuku lebih awal? Apalagi kamu bilang mengenalku,” Lizy mencoba mencaritahu.

“Aku hanya mengenalnya, Lizy. Aku tidak tahu kalau mereka pada akhirnya berhubungan sampai seperti ini,” Adrian memberikan pembelaan pada dirinya tersebut.

Lizy bisa mengerti. Ia kembali terdiam dan memandangi jalanan. Rasanya masih seperti mimpi bagaimana semuanya berjalan begitu cepat, sampai dirinya sendiri tidak bisa tahu sudah sampai dimana perjalanan kehidupannya tersebut.

Sampai di lingkungan rumah Adrian, Lizy menurunkan semua barangnya dengan dibantu oleh Adrian. Dia sudah mendapatkan dimana kamarnya, yang masih berada di satu bangunan dengan para pembantu dari rumah tersebut.

Berkali-kali Lizy mencoba menghela napas, ia mengeluarkan satu persatu barangnya, dengan isi pikiran yang selalu teringat dengan Hito. Banyak barang pemberian darinya, rasanya mustahil melupakannya begitu saja.

Di dalam kamar, Lizy sedang melipat pakaian dan juga sedang merapikan beberapa barangnya lagi untuk bisa dilihat lebih rapi kembali.

“Wah.., dia wanita yang lancang dekat dengan Tuan Adrian? Benar-benar wanita licik.”

Lizy mendengarnya dengan jelas. Ketika ia melihat ke arah pintu, ia melihat dua orang perempuan sedang berdiri di sana bersandar pada pintu sambil menyilangkan tangannya.

‘Masalah apalagi sekarang ini?’ batin dari Lizy.

“Aku tidak mengerti dengan apa yang kalian katakan. Kalau kalian sedang ingin mengganggu, jangan sekarang, aku lelah sekali,” Lizy membalas sambil membuang muka, dengan tetap beres-beres.

Dua perempuan itu tidak terima sama sekali dengan cara Lizy bicara barusan. Salah satu dari mereka mendekat, dan dengan kasar menendang pakaian yang sudah Lizy lipat barusan. Terkejut Lizy melihatnya. Ia mendongakkan kepala dan melihat perempuan barusan.

“Hei!”

“Apa? Kamu sudah terang-terangan menggoda Tuan Adrian! Seharusnya kamu tahu diri kalau kamu tidak selevel dengannya!”

Dengan segera Lizy bangun dan langsung melawan bagaimana perempuan itu berkata, “Aku tahu! Siapa juga yang tidak sadar kalau aku lebih rendah dari Adrian!” kesalnya.

“Apa?! Kamu memanggil langsung namanya?! Itu tidak sopan!”

“Memangnya kenapa kalau dia memanggilku langsung di namaku?” Suara tersebut membuat mereka berdua menoleh.

Adrian memandangi dengan tatapan dingin ke arah mereka berdua. Habis sudah riwayat ini.

                                                               

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status