Sampai di rumah, Lizy memberikan belanjaan yang sudah ia beli tersebut. Sementara para asisten rumah tangga yang lain kelihatan memasang wajah runyam dan masam sekali saat melihat Lizy yang baru saja datang bersama dengan Adrian.
“Kalian darimana saja? Kenapa pulangnya belakangan?” Bu Hana bertanya kepada dirinya dan Adrian dengan raut wajah khawatir. “Maaf sebelumnya Bu, kami hanya-“ “Mia datang lagi. Sepertinya dia sekarang akan menargetkat Lizy,” Adrian segera menyela obrolan. Langsung menoleh dengan tatapan tajam Lizy ke arah dari Adrian yang memberikan jawaban sangat santai dan tanpa beban sama sekali. Dia sebenarnya tidak ingin mebeberkan perihal itu, makanya dirinya berusaha menyembunyikan. Namun, respon dari Bu Hana kelihatan kaget dan malah seperti orang yang was-wasnya makin menjadi setelah mendengar jawaban itu. Dia segera menghampiri Lizy dengan raut yang sedih. “Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia melakukan hal buruk? Dia tidak memukulmu, kan?” tanya Bu Hana. “T- Tidak. Dia hanya mengajakku bicara sebentar,” Lizy memberikan sanggahan padanya. “Tidak, tidak mungkin. Dia pasti sudah melukaimu, kan? Terakhir wanita itu bertemu Alya, dia malah menyerang dan membuat Alya masuk rumah sakit,” Bu Hana memberitahukan informasi secara tiba-tiba. Kali ini Lizy yang dibuat terkejut dengan pernyataan dari Bu Hana yang terkesan tiba-tiba tersebut. Tapi, dalam hati Lizy ia merasa tersentak, kenapa Mia menyerang Alya? Memang ada masalah apa. Lizy hendak bertanya lebih lanjut mengenai apa alasan dari Mia yang menyerang Alya. Namun bibirnya terasa kaku saat hendak berucap, jadi ia mengurungkan niatnya dan tidak jadi bertanya. Rasanya tak sopan ia menanyakan yang bukan ranahnya. “Ternyata dia istri dari mantan suami Lizy, Ma. Sepertinya sekarang dia sudah berbuat hal makin gila,” Adrian mengeluh dengan perasaan berat hati. Bu Hana memandangi putranya dan memegangi dadanya karena merasa jantungnya tidak tenang selama beberapa saat. “Dia benar-benar,” Bu Hana tidak habis pikir. “Memangnya, ada apa dengan-“ “HENTIKAN!” teriak suara gadis yang tengah mereka bicarakan dari pintu masuk. Seketika semua perhatian tertuju kepada gadis yang baru datang tersebut. Wajahnya marah dan kesal, langkahnya yang bersuara mendatangi mereka yang sedang berkerumun di sana. “Sudah kubilang jangan bahas soal wanita itu lagi!” teriaknya kepada orang tuanya, serta Adrian yang ada di sana. Tatapannya berubah pandang kemudian melihat ke arah dari Lizy dengan tatapan yang sangat tajam sekali. Dia kelihatan begitu kesal dan ingin meledakkan amarah kepada Lizy. “Kamu tak usah ikut campur! Kamu itu hanya orang lain di sini!” tegas Alya kepadanya. Ia kemudian melengos pergi emosi yang masih ada pada dirinya. Bu Hana yang kelihatan panik segera mengejar Alya dan mencoba memanggil namanya, meski tidak dihiraukan sama sekali. Lizy kebingungan. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Alya begitu sensitif sekali? Terlebih lagi kepada Lizy, dia seperti orang kerasukan setiap kali melihat Lizy yang ikut dalam pembicaraan keluarganya. “Jangan dihiraukan, dia sering sensitif seperti ini,” ujar Adrian yang meminta kepada Lizy. Meski sudah dibilangi begitu, bukan berarti Lizy bisa langsung menurut. Jelas ada yang mengganjal jadinya di dalam hatinya, dan ia tidak bisa membiarkan begitu saja apa yang terjadi kepada Alya. Setelah beberapa jam sejak tadi, Lizy yang sudah menyelesaikan jadwal mingguan dari Bu Hana yang diminta itu mencoba mencari-cari dimana keberadaan Alya. Dia ingin bicara dengannya meski sebentar. Lizy berkeliling mencari keberadaannya, namun sulit sekali menemukan Alya. Tidak mungkin sekali gadis itu akan tetap berada di dalam kamarnya berdiam diri. Dia pasti akan mencari tempat yang sepi untuk dirinya sendiri. “Kamu sedang cari apa?” “WAKH!” Lizy terkejut mendengar suara yang mendadak berbunyi di samping telinganya tersebut. Ia menoleh dan melihat ada Adrian yang memperhatikannya sedaritadi. Lizy langsung mengatur napas setelahnya. Jantungnya terasa mau copot gara-gara orang ini. “Kamu cari apa? Sepertinya penting sekali,” singgung dari Adrian, kembali. “Haha. Tidak…, aku…, hanya mencoba mencari Alya,” Lizy tidak menyembunyikan lagi niatnya, tetapi ia malu-malu hendak mengatakan hal barusan kepadanya. “Oh, Alya. Dia biasanya kalo jam segini di ruang lukisnya. Mau aku antar?” tawar dari Adrian. “Ruang lukis?” Adrian mengangguk. “Dia cukup sering di sana,” tambahnya. Lizy mengiyakan ajakan tersebut. Semuanya jadi makin banyak tanda tanya setelah mendengar ucapan dari Adrian tersebut. Melihat bagaimana sifat dari Alya dan bagaimana tempramentalnya, membuat Lizy jelas tak gampang bisa dekat dengannya. “Sebenarnya dia sudah menutup diri sejak kejadian diserang Mia. Entah apa yang sebenarnya dimbunyikannya sampai ia jadi seperti ini,” Adrian berbicara ketika mereka sedang berjalan menuju ruang yang dimaksud. “Apa tidak ada yang pernah menanyainya?” “Dia selalu bilang baik-baik saja. Sebelumnya dia tidak begini, tapi, entah kenapa semenjak ada kamu, dia seperti orang hilang akan dan meledak setiap bertemu denganmu,” sahutnya. “Benarkah? Kenapa aku tidak menyadarinya?” Lizy bertanya-tanya. “Sebenarnya mama yang pertama sadar dan memberitahuku. Dan itu juga alasan kenapa dia menawarimu pekerjaan,” ucap Adrian. Makin tidak paham Lizy mendengarnya. Itu alasannya? Bukannya itu hanya akan mengundang peperangan dan juga membuat Alya selalu naik pitam setiap melihat Lizy jadinya? Langkah Adrian berhenti di salah satu pintu, warna pintunya yang hitam dan adanya bercak cat putih di sana membuat auranya jadi sangat menyeramkan sekali. Adrian kemudian mengetuk perlahan pintu tersebut, dan pintu dibuka dengan ruang yang sangat sedikit sekali. Muncul Alya dengan penampilan yang kacau dan tatapannya yang sangat dingin sekali. “Kenapa kamu mengajak wanita itu kemari, Kakak?” tanya Alya dengan nada dingin. “Dia bilang ingin bertemu denganmu. Kamu mau?” Adrian pun tampak sangat hati-hati. “Tidak. Aku tak mau bicara dengan wanita biadap sepertinya!” BRAKHHHH. Suara pintu langsung dibanting setelah menjawab demikian. Lizy sampai menutup mata mendengar bagaimana pintu itu dibanting. ‘Sudah kuduga, ada yang salah dengannya,’ batin Lizy yang sudah sadar. “Maaf ya, Alya-“ “Tidak apa. Mungkin lain kali saat suasana hatinya sedang baik, aku akan mencoba bicara dengannya,” Lizy menyela dan memasang senyuman baik-baik saja. Mereka kembali ke ruang tamu dari rumah itu, dan melihat bahwa suasananya berbeda sekali dengan saat mereka ada di depan pintu ruang lukis Alya. “Ah, Lizy, ke sini sebentar,” Bu Hana memanggilnya. “Ya?” Lizy segera mendekat dengan langkah yang lebih cepat menghampirinya. “Sebenarnya melihat kinerjamu barusan membuat aku cukup terkesan. Meski baru sebentar, apa kamu mau merangkap sebagai asisten pribadi Adrian? Kamu bisa sambil jalan-jalan dengannya,” tawar dari Bu Hana. “Ha? Maksudku…, Anda baru sekali melihat bagaimana kinerja yang aku buat. Tapi kalau tawaran di perusahaan Adrian, aku rasa-“ “Tidak, Lizy. Kamu itu punya peluang besar! Selama ini kamu pasti diam-diam sering memperhatikan pekerjaan mantan suamimu. Jadi kamu bisa handal sekali,” Bu Hana menolak mendengar lebih banyak. Lizy sebenarnya merasa tidak enak mendengarnya. Rasanya tidak etis sekali saat mendengar bahwa Bu Hana langsung menawarinya pekerjaan tambahan lainnya. Seperti ada yang dilihat dari dalam dirinya. “Aku percaya padamu. Kalau ada kesulitan, datang padaku, dan tanyakan?” Bu Hana menepuk pelan bahunya, kemudian meninggalkan mereka. Lizy belum sempat memberikan alasan penolakannya, sudah ditinggalkan begitu saja. Rasanya jadi makin aneh. Keluarga yang bahkan sebelumnya tidak pernah mengenalnya ini mendadak menerimanya dengan mudah tanpa mencurigai apa pun. Terlebih, Bu Hana sendiri. Dia seperti membuat Lizy terlibat di semua urusan keluarganya, bahkan dalam pekerjaan. Pasti ada yang aneh, Lizy meyakini hal tersebut. *** “Ma. Sebenarnya apa yang Mama mau darinya? Setidaknya biarkan dia bekerja dengan mama dua atau tiga bulan. Kalau langsung denganku, dia pasti akan kesulitan,” ucap Adrian, ketika ia sedang berdua dengan sang ibu. “Mama melihat ada potensi besar dalam dirinya. Lihat ini,” Mamanya memberikan selebaran kertas. Adrian menerimanya, dan membaca sejenak. Bola matanya membesar dan membulat saat melihat apa yang ada di sana. “I- Ini-“Adrian sama sekali tidak bisa berkata-kata setelah membaca apa yang ada di tangannya tersebut. Rasanya mustahil sekali. Lizy adalah orang yang selama ini dicari banyak orang karena ini?!“Mama yakin?” Adrian masih sedikit ragu.“Mama masih mencaritahu. Sengaja mama memasukkannya ke perusahaanmu, untuk melihat seberapa besar dia akan membantumu. Mama rasa, ini alasan mantan suaminya tidak memberikannya bekerja. Karena dia tahu Lizy orangnya berpotensi,” Mama memberitahu.“Tapi ma, ini berlebihan. Aku memang bisa saja langsung menerimanya, aku tidak masalah. Tapi pikirkan bagaimana pandangan orang-orang akan memandangnya? Dia akan dicap aneh-aneh!” Adrian masih mencoba memberikan penolakan.Mama memperhatikan Adrian, kemudian tersenyum miring melihat anak lelakinya yang tampak sangat khawatir sekali. Tetapi, ia lebih memandangi dengan tatapan yang merasa sangat curiga sekali.“Ada apa ini, Adrian? Tidak biasanya kamu seperti ini…, apa kamu ada rasa dengannya?”Adrian tertegun mendengarn
Dengan perasaan yang membara dan juga menggebu, jelas Mia marah sekali. Rasanya masih tidak terima melihat Adrian yang lebih memilih wanita tersebut.“Kenapa kamu sangat membelanya?! Apa aku kurang berharga bagimu?! Aku lebih menarik dan bahkan aku lebih cantik darinya!” tegas dari Mia.Suaranya yang menggelegar tersebut jelas membuat para karyawan yang mendengarnya jadi melihat ke arah mereka. Menjadikan diri mereka sebagai tontonan yang menarik dan bahkan sangat menyenangkan untuk digosipkan.“Memang siapa yang mengatakan dirimu cantik?” Adrian dengan ketusnya bertanya kepada Mia.Seketika Mia tergagap hendak menjawabnya. Ia kembali dibuat tersinggung dengan ucapan dari Adrian yang terbilang cukup membuatnya merasa kesal.“A- Apa?! Apa bagimu aku tidak seperti itu?!”Adrian dengan enteng menjawab, “Kamu bahkan tak kuanggap wanita setelah tahu sifatmu,” balasnya.Ternganga tak percaya Mia mendengarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Lizy yang sedaritadi diam tidak mengatakan apa
Mia terus memperhatikan gerak-gerik dari Hito selama di rumah. Ia menunggu, kapan suaminya akan melakukan apa yang ia katakan kepadanya tersebut.Rasanya tidak sabar pastinya ingin melihat Lizy terpuruk dan mengalami apa yang ia harapkan. Wanita itu harus tahu rasa dulu supaya dia sadar bahwa dia bukan apa-apa.Tetapi, hari ini Mia tak pernah merasa lelah sama sekali untuk mendekati Adrian lagi. Ia ingin sekali mendekati pria itu, dan menjadikannya miliknya.‘Apa yang harus aku lakukan untuk memikatnya?’ batinnya lagi.Mia keluar dan kali ini berada di sebuah café yang cukup fancy untuk dirinya tersebut. Sambil duduk melamun dan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan, Mia memandangi minuman yang ia beli tersebut.Saat memandangi keluar, ia melihat sosok gadis yang jelas ia kenal sekali. Sambil menyeringai licik, Mia memperhatikan kemana perginya gadis itu. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat si gadis itu lagi.Adik Adrian, Alya, jelas Mia mendengarnya. Karena ia pernah menco
Tak puas sampai di sana, Mia memeluk kaki Lizy dan menggigitnya di bagian betis hingga terasa dengan sangat keras sekali.Lizy tak berusaha menendangnya, ia tahu akan terjadi hal lebih buruk kalau ia sampai menendang wajah dari wanita itu. Jadi Lizy lebih memilih menarik secara terpisah rambut Mia sampai ia merasa sakit sendiri.“AGHHH!” teriaknya.“Lepaskan!” Lizy membalas.Mia melepaskan tangannya dari kaki Lizy, dan kini hanya bisa memegangi kepala setelah Lizy melepaskannya. Melihat bahwa Mia tak lagi bisa berkutik, akhirnya Lizy menarik Alya pergi menjauh dari sana.Dengan langkah yang segera, Lizy menghentikan taksi dan juga langsung mengajak Alya masuk ke dalam sana. Alya masih merasa syok setelah melihat pertengkaran di depan matanya.Cepat Lizy melihat ke arah Alya, dan memegang tangannya dengan erat, “Kamu tidak apa?” tanya Lizy, masih tenang.Alya yang daritadi hendak bicara namun tertahan itu hanya bisa tergagap selama beberapa saat, tetapi ia masih gemetar saat dipegang o
Mereka tampak terdiam sebentar mendengar pertanyaan dari Lizy. Jelas pastinya aneh. Selama ini Lizy tidak bekerja, jadi pengalamannya pun tidak banyak. Kalau langsung masuk, jelas orang-orang akan curiga.“Apa kamu keberatan mendengar orang-orang membicarakanmu?” tanya Bu Hana.Kali ini malah Lizy yang dibuat terdiam oleh pertanyaan itu. Ditatap orang-orang saja Lizy merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi. Kalau digosipkan nantinya, rasanya Lizy tidak mungkin bisa membuat dirinya berpikir bahwa ia tidak mendengarnya sama sekali.“Bagaimana, Lizy?” tanya Bu Hana kembali.“Mmm, sebenarnya aku keberatan mendengarnya. Tapi, kalau semisal kalian berjanji bisa melindungiku, aku mungkin bisa menahannya,” sahut dari Lizy.Bu Hana tersenyum lebar mendengar jawaban Lizy. Dia menangkap jawaban itu sebagai jawaban bahwa dia bersedia menerima tawarannya dan siap menerima risikonya.“Baiklah. Setelah ini kamu mungkin akan banyak bertemu dengan mantan suamimu, kamu keberatan?” Bu Hana menanyakan
Hari pertama Lizy ikut dengan Adrian terasa begitu mendebarkan. Lizy sudah lama sekali tidak mendatangi sebuah perusahaan sebagai karyawan. Terakhir ia datang sudah lebih dari setahun lalu. Rasanya masih terasa asing sekali pastinya.Di dalam mobil Adrian, Lizy merasa bahwa dadanya berdebar sangat kencang sekali. Tetapi di sisi lain dia merasa sangat senang sekali, bahwa dia akan datang ke perusahaan dengan perasaan yang pastinya bahagia sekali.“Kamu kelihatan bersemangat,” ucap dari Adrian.“Tentu saja. Sudah lama aku tidak bekerja. Kalau aku bisa segera menghasilkan uang, aku pasti akan bisa balas budi dari kalian,” sahutnya.Adrian yang tengah menyetir itu merasa agak bingung dengan ucapan dari Lizy, jadi dia bertanya lebih banyak kepada Lizy atas ucapannya barusan kepada Lizy.“Balas budi? Kamu tak perlu melakukannya,” ucap Adrian.“Tidak. Aku perlu. Kalian memberikanku tempat tinggal Cuma-Cuma, dan bahkan kalian menyediakan makan untukku. Setelah aku bisa menghasilkan uang lebih
Melihat bagaimana Lizy yang malah makin dekat dengan Adrian jelas membuat Mia merasa tidak terima. Seharusnya dirinya lah yang paling dekat dengan Adrian, dan juga menjadi orang yang selalu diutamakan.Tetapi, melihat bagaimana Lizy seperti baik-baik saja membuat emosi dari Mia meledak. Akhirnya dia mengambil gambar dari kejauhan yang menunjukkan bahwa Lizy baik-baik saja, kemudian mengirimkannya kepada orang yang tepat.Sambil tersenyum dan penuh semangat, Mia mengirim foto tersebut kepada Hito sambil memberikan kata-kata yang bisa mengompori Lizy.(Lihat, dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah jahat padaku.) Isi pesannya.Dan Hito juga langsung membalasnya dengan cepat, (Kirimkan alamatnya.”Dengan bahagia dan bersemangat Mia langsung mengirimkan lokasinya. Segera ia memasukkan ponsel dan melihat ke arah dua orang itu lagi. Dia tidak sabar menunggu adanya pertunjukkan yang menyenangkan.Di tengah café sana, Lizy yang sedang makan dengan perlahan sambil menikmati obrola
Lizy merasa kepalanya sangat pusing sekali selama beberapa saat, seperti baru saja mendapat hantaman yang besar. Saat membuka mata, ia melihat bagaimana langit-langut ruangan yang putih bersih. Bau obat yang menyengat membuat sadar bahwa dia berada di rumah sakit.Tanpa berpikir Lizy berusaha duduk dari tempatnya berbaring tersebut. Tampak Adrian yang menungguinya memandanginya dengan wajah yang terkejut.“Lizy!” serunya.“Aku dimana-“Adrian spontan langsung memeluknya dengan sangat erat, hingga membuat kedua mata Lizy terbelalak seketika. Ia terkejut karena Adrian mendadak memeluknya itu.Jantungnya jadi berdebar dengan sangat kencang sekali, dan bahkan kini Lizy merasa bahwa wajahnya seperti terbakar dengan begitu dasyat.Perlahan Lizy mengangkat tangan dengan gemetar, kemudian membalas pelukan tersebut. Ada rasa yang berbeda saat ia membalas pelukan tersebut. Lizy merasa dipedulikan dan bahkan diakui keberadaannya.“Syukurlah kamu tidak apa,” Adrian melepaskan pelukannya dan meman
Mia dengan kasar hanya menganggukkan kepala meminta Hito untuk melihat yang ada di atas ipad itu saja. Dan ketika Hito membukanya, ia melihat sederet berita yang menyeret nama Lizy.Bahkan tatapan matanya yang melotot itu menunjukkan bahwa dia pun tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat itu. Rasanya tidak mungkin bahwa Lizy ternyata orang yang seperti ini.“Dia anak keluarga kaya HK-Nation?!” kejutnya.Ia bahkan menggulir ke bawah dan melihat apa yang tertulis di sana. Dan malah makin dibuat terkejut dirinya setelah membaca semuanya. Hito tak percaya sama sekali.Dengan masih terpelongo Hito menoleh ke arah Mia dan memasang tatapan yang masih tidak percaya sama sekali. “Aku tidak tahu dia anak orang kaya,” ucap Hito.“Ya kamu bodoh. Kamu tidak mau caritahu silsilah keluarganya, ya mana mungkin kamu bisa tahu sendiri,” kesal Mia yang sudah tidak tertahankan sama sekali.Hito masih dirundung rasa tidak percaya yang amat besar. Ia tidak tahu sama sekali bahwa ternyata Lizy anak ora
Sedikit kaget sebenarnya Adrian dan Bu Hana mendengar niat kedatangan Lizy itu. Karena mereka tidak menduga bahwa Lizy akan datang hanya untuk mengatakan hal itu pada mereka.“Lizy. Jangan terburu-buru. Kamu baru bertemu keluargamu, tidakkah kamu ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan mereka?” tanya Bu Hana kepada Lizy.Sedikit terdiam Lizy mendengarnya. Padahal ia dari awal sebelum datang takut kalau ternyata mereka menunggu Lizy untuk memperjelas hubungan yang masih abu-abu ini.“Iya, Lizy. Aku tak masalah kalau kamu masih ingin mengenal lebih dekat dengan mereka. Aku bisa sabar menunggu sampai kamu benar-benar merasa siap,” ucap Adrian, menimpali ucapan Bu Hana.Nyaris gemetar Lizy mendengarnya. Ia sama sekali tidak menduga bahwa mereka akan berkata demikian kepada Lizy. Padahal, dirinya sudah merasa sangat takut bahwa hubungannya jadi sedikit runyam karena Lizy. Tetapi, justru Adrian sangat mengerti dengan dirinya ini.“Tapi, kalau memang dari pihakmu yang menginginkan perte
Loz yang duduk di sebelahnya sedang menyiku tangan Lizy yang ada di meja. Dan itu membuat Lizy bangun dari lamunan yang ia lakukan sedaritadi. Dia baru menyadari bahwa baru saja dirinya terdiam karena memikirkan hal lain.Dengan suara pelan Loz berbisik kepadanya, “Kalau mau dikatakan, katakan saja,” ucap dari Loz.“Apa? Mana mungkin. Aku takut mereka sedih,” Lizy membalas dengan suara yang sama pelannya.“Tidak akan, aku jamin,” Loz meyakinkannya.Mendengarnya membuat Lizy jadi berpikir beberapa kali sebelum akhirnya dia hendak mengatakannya. Dengan perlahan Lizy mengatur napas dahulu supaya sebelum mengatakannya ia merasa sangat siap sekali.Setelah merasa bahwa kali ini dia sangat yakin, akhirnya Lizy mengatakan apa yang seharusnya memang dikatakan. “Ayah, Ibu, aku ingin bicara sesuatu,” ucap Lizy setelah meletakkan sendok dan garpunya.“Ya? Apa, Nak?” tanya ibu.Mereka berdua kelihatan berbinar menunggu apa yang ingin dikatakan Lizy kepada mereka. Padahal semula dirinya sangat yak
Kamar yang sebelumnya tidak ia ketahui dan juga tak diberikan langsung kepadanya saat datang, ini ia kunjungi bersama saudara kembarnya. Tempatnya cukup jauh dan seperti memang sengaja dipisah dari ruangan-ruangan yang sering dipakai.Loz membukakan pintu tersebut dan memperlihatkan apa yang ada di dalam sana. Terbelalak dirinya melihat bagaimana ruangan tersebut. Sangat rapi, dan bahkan tidak ada debu sama sekali.“Ini…, kamarku dulu?” tanya Lizy.Loz dengan wajah bangganya tersenyum lebar sambil memasukkan tangan di saku, menunjukkan betapa senangnya saat Lizy baru saja masuk ke dalam sana. Seperti akhirnya bisa menunjukkan milik Lizy yang selama ini terbengkalai.“Ya. ada beberapa baju ukuran dewasa juga. Kami tak tahu pasti berapa ukuranmu. Tapi, setiap membeli sesuatu, kami berusaha menyisihkan untukmu juga,” ucap Loz.Lizy berjalan masuk lebih dalam dan memegang ranjang bayi yang ada. Dia juga menoleh pada ranjang biasa yang ada di dekat sana. Selimutnya terlihat baru saja dipak
Lizy terdiam sejenak mendengarnya. Mengingat bahwa dia baru saja bertemu dengan keluarganya. Langsung menikah setelah tahu semua ini rasanya menyedihkan. Lizy masih ingin mengenal keluarga kandungnya lebih banyak lagi.“Entah. Rasanya bimbang sekali,” ucap Lizy.Loz memandanginya dengan tatapan yang paham. Seolah dia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Lizy saat ini. bahkan Lizy secara tidak sadar menunjukkan rasa khawatirnya juga.Loz kini duduk di sebelahnya. Ia melihat Lizy dengan tatapan yang memandangi dalam waktu yang cukup lama. Tak lama Loz memilih mengusap punggung Lizy dan mencoba untuk terlihat paham dan baik-baik saja.“Kamu boleh memikirkan yang ada di sini. Tapi, kalau yang kamu sudah siap dengan pilihanmu, kami yang ada di sini akan mendukungmu secara penuh,” ucap Loz.Seketika Lizy seperti dibuat tak mampu memberikan jawaban lagi. Ia merasa senang berada di sini. Tetapi, ia pun kini sudah bertunangan dengan Adrian. Kalau dirinya mendadak mengundurkan jadwal, ia taku
Bu Silvi memperhatikan lamat-lamat bekas jahitan itu. Kemudian tangannya berpindah mulai mengusap Lizy. Di saat Lizy merasa sangat bingung itu, ia merasakan perasaan nyaman dan juga seperti ada ikatan batin yang terasa sangat jelas di benaknya.Wajahnya perlahan di tarik dan dibuat memandangi Bu Silvi pada saat itu. Lizy terkejut setelah melihat wanita itu kini sudah berlinang air mata memandanginya. Dirinya seketika panik harus melakukan apa.“A- Anda kenapa?” Lizy bingung.Mendadak Bu Silvi langsung memeluknya dengan sangat erat. Awalnya Lizy ragu untuk memeluknya balik. Tetapi, setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Lizy memeluk Bu Silvi dengan sangat erat sekali.Pak Rendy yang melihat hal itu tak hany diam saja. Dia juga bangun dari duduknya dan perlahan menghampiri mereka. Ia ikut memeluk dengan erat sekali. Bisa didengar bahwa ada tangisan yang terdengar lirih di telinga Lizy.“Anakku…, kemana saja kamu selama ini?” Bu Silvi menangis dengan kencang.Tanpa sadar Lizy menangis
Lizy merasa sangat gugup memikirkan bahwa dia akan bertemu anggota keluarga HK-Nation. Entah apa mungkin mereka ini sungguhan keluarga Lizy atau bukan.Secara sadar Lizy selalu merendahkan ekspetasinya, supaya dia tidak merasa kecewa apabila ternyata mereka bukan keluarganya. Jadi ia mencoba untuk mengubur harapannya sedalam yang ia bisa.Ketika melihat rumah keluarga ini, Lizy sedikit merasa kagum. Luar biasa sangat besar. Memang beda kalau orang berada ya. apalagi mereka dari kelas atas. Tidak mungkin tidak mewah sama sekali.Di pintu masuk rumah mereka sudah disambut para pelayan dan juga dibuat nyaman dengan cara mereka menyapa. Sangat ramah dan penuh dengan kehangatan yang Lizy rasakan.Menuju ke ruang tamunya, Lizy melihat sepasang suami istri, dan juga seorang pria yang kelihatan seumuran dan juga seorang gadis muda duduk di sana.“Selamat siang Pak Rendy, dan Bu Silvi,” sapa Bu Hana dengan ramah.“Selamat siang juga Bu Hana. Sudah lama tidak bertemu,” balas Bu Silvi.Lizy yang
Melihat Lizy datang membuat Hito mencari kesempatan untuk menjadi orang yang sudah dilukai oleh Adrian itu. Dengan cepat langsung menghampiri Lizy dan hendak memegang tangannya untuk memohon.Sayangnya Lizy langsung menepis dan menjauh dari Hito. Dia sudah hapal kalau orang ini pasti akan mencoba mencari simpati dari dirinya yang biasanya akan langsung merasa iba kepadanya.“Lizy. Dengarkan aku. Aku hanya datang bicara padanya. Tetapi dia langsung memukulku. Kamu tak boleh menikah dengan pria yang gampang memukul seperti itu,” ucap Hito, berusaha menjatuhkan Adrian.Lizy sempat melirik ke arah Adrian. Pria itu santai saja. Dia seolah memberikan kode dari tatapannya kalau terserah Lizy mau merespon bagaimana ucapannya barusan itu.Karena Adrian sangat percaya bahwa Liy pasti tahu yang mana yang baik dan mana yang bukan. Lizy bukan anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Selama ini Lizy bisa menilai Adrian selama bersamanya.“Kamu jangan berbohong! Adrian tak akan memukul seseorang kalau bu
Hito tersentak mendengarnya. Ia sangat ingin membantahnya, tetapi, entah kenapa badannya dibuat membeku seketika. Seperti bahwa apa yang dikatakan oleh Adrian itu adalah sebuah kebenaran.Adrian melihat bagaimana Hito sangat terkejut mendengar kabar itu. Yah, Adrian tahu jelas bahwa Hito pasti akan datang mencoba mencari banyak masalah. Terlebih, mengingat bagaimana dia sangat mencoba mendekati Lizy lagi.“Kamu harus berhenti, Hito. Aku tahu kamu berusaha mendekati Lizy lagi dengan mengirimkan orang untuk mengikutinya. Dan aku juga tahu kamu beberapa kali berusaha kembali meretas ponsel Lizy. Sayangnya, Lizy sekarang lebih hati-hati, ya,” ucap Adrian.Tergagap Hito hendak menjawabnya. Apa yang dikatakan oleh Adrian semuanya benar sekali. Tetapi, Hito sangat bingung. Darimana dia bisa tahu semua itu? Selama ini Hito selalu melakukannya dengan rapi tanpa ketahuan.“Kamu sudah menikah. Seharusnya kamu fokus saja dengan Mia, dan biarkan Lizy dengan hidupnya,” sambung Adrian.“Tidak! Kenap