Sampai di rumah, Lizy memberikan belanjaan yang sudah ia beli tersebut. Sementara para asisten rumah tangga yang lain kelihatan memasang wajah runyam dan masam sekali saat melihat Lizy yang baru saja datang bersama dengan Adrian.
“Kalian darimana saja? Kenapa pulangnya belakangan?” Bu Hana bertanya kepada dirinya dan Adrian dengan raut wajah khawatir. “Maaf sebelumnya Bu, kami hanya-“ “Mia datang lagi. Sepertinya dia sekarang akan menargetkat Lizy,” Adrian segera menyela obrolan. Langsung menoleh dengan tatapan tajam Lizy ke arah dari Adrian yang memberikan jawaban sangat santai dan tanpa beban sama sekali. Dia sebenarnya tidak ingin mebeberkan perihal itu, makanya dirinya berusaha menyembunyikan. Namun, respon dari Bu Hana kelihatan kaget dan malah seperti orang yang was-wasnya makin menjadi setelah mendengar jawaban itu. Dia segera menghampiri Lizy dengan raut yang sedih. “Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia melakukan hal buruk? Dia tidak memukulmu, kan?” tanya Bu Hana. “T- Tidak. Dia hanya mengajakku bicara sebentar,” Lizy memberikan sanggahan padanya. “Tidak, tidak mungkin. Dia pasti sudah melukaimu, kan? Terakhir wanita itu bertemu Alya, dia malah menyerang dan membuat Alya masuk rumah sakit,” Bu Hana memberitahukan informasi secara tiba-tiba. Kali ini Lizy yang dibuat terkejut dengan pernyataan dari Bu Hana yang terkesan tiba-tiba tersebut. Tapi, dalam hati Lizy ia merasa tersentak, kenapa Mia menyerang Alya? Memang ada masalah apa. Lizy hendak bertanya lebih lanjut mengenai apa alasan dari Mia yang menyerang Alya. Namun bibirnya terasa kaku saat hendak berucap, jadi ia mengurungkan niatnya dan tidak jadi bertanya. Rasanya tak sopan ia menanyakan yang bukan ranahnya. “Ternyata dia istri dari mantan suami Lizy, Ma. Sepertinya sekarang dia sudah berbuat hal makin gila,” Adrian mengeluh dengan perasaan berat hati. Bu Hana memandangi putranya dan memegangi dadanya karena merasa jantungnya tidak tenang selama beberapa saat. “Dia benar-benar,” Bu Hana tidak habis pikir. “Memangnya, ada apa dengan-“ “HENTIKAN!” teriak suara gadis yang tengah mereka bicarakan dari pintu masuk. Seketika semua perhatian tertuju kepada gadis yang baru datang tersebut. Wajahnya marah dan kesal, langkahnya yang bersuara mendatangi mereka yang sedang berkerumun di sana. “Sudah kubilang jangan bahas soal wanita itu lagi!” teriaknya kepada orang tuanya, serta Adrian yang ada di sana. Tatapannya berubah pandang kemudian melihat ke arah dari Lizy dengan tatapan yang sangat tajam sekali. Dia kelihatan begitu kesal dan ingin meledakkan amarah kepada Lizy. “Kamu tak usah ikut campur! Kamu itu hanya orang lain di sini!” tegas Alya kepadanya. Ia kemudian melengos pergi emosi yang masih ada pada dirinya. Bu Hana yang kelihatan panik segera mengejar Alya dan mencoba memanggil namanya, meski tidak dihiraukan sama sekali. Lizy kebingungan. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Alya begitu sensitif sekali? Terlebih lagi kepada Lizy, dia seperti orang kerasukan setiap kali melihat Lizy yang ikut dalam pembicaraan keluarganya. “Jangan dihiraukan, dia sering sensitif seperti ini,” ujar Adrian yang meminta kepada Lizy. Meski sudah dibilangi begitu, bukan berarti Lizy bisa langsung menurut. Jelas ada yang mengganjal jadinya di dalam hatinya, dan ia tidak bisa membiarkan begitu saja apa yang terjadi kepada Alya. Setelah beberapa jam sejak tadi, Lizy yang sudah menyelesaikan jadwal mingguan dari Bu Hana yang diminta itu mencoba mencari-cari dimana keberadaan Alya. Dia ingin bicara dengannya meski sebentar. Lizy berkeliling mencari keberadaannya, namun sulit sekali menemukan Alya. Tidak mungkin sekali gadis itu akan tetap berada di dalam kamarnya berdiam diri. Dia pasti akan mencari tempat yang sepi untuk dirinya sendiri. “Kamu sedang cari apa?” “WAKH!” Lizy terkejut mendengar suara yang mendadak berbunyi di samping telinganya tersebut. Ia menoleh dan melihat ada Adrian yang memperhatikannya sedaritadi. Lizy langsung mengatur napas setelahnya. Jantungnya terasa mau copot gara-gara orang ini. “Kamu cari apa? Sepertinya penting sekali,” singgung dari Adrian, kembali. “Haha. Tidak…, aku…, hanya mencoba mencari Alya,” Lizy tidak menyembunyikan lagi niatnya, tetapi ia malu-malu hendak mengatakan hal barusan kepadanya. “Oh, Alya. Dia biasanya kalo jam segini di ruang lukisnya. Mau aku antar?” tawar dari Adrian. “Ruang lukis?” Adrian mengangguk. “Dia cukup sering di sana,” tambahnya. Lizy mengiyakan ajakan tersebut. Semuanya jadi makin banyak tanda tanya setelah mendengar ucapan dari Adrian tersebut. Melihat bagaimana sifat dari Alya dan bagaimana tempramentalnya, membuat Lizy jelas tak gampang bisa dekat dengannya. “Sebenarnya dia sudah menutup diri sejak kejadian diserang Mia. Entah apa yang sebenarnya dimbunyikannya sampai ia jadi seperti ini,” Adrian berbicara ketika mereka sedang berjalan menuju ruang yang dimaksud. “Apa tidak ada yang pernah menanyainya?” “Dia selalu bilang baik-baik saja. Sebelumnya dia tidak begini, tapi, entah kenapa semenjak ada kamu, dia seperti orang hilang akan dan meledak setiap bertemu denganmu,” sahutnya. “Benarkah? Kenapa aku tidak menyadarinya?” Lizy bertanya-tanya. “Sebenarnya mama yang pertama sadar dan memberitahuku. Dan itu juga alasan kenapa dia menawarimu pekerjaan,” ucap Adrian. Makin tidak paham Lizy mendengarnya. Itu alasannya? Bukannya itu hanya akan mengundang peperangan dan juga membuat Alya selalu naik pitam setiap melihat Lizy jadinya? Langkah Adrian berhenti di salah satu pintu, warna pintunya yang hitam dan adanya bercak cat putih di sana membuat auranya jadi sangat menyeramkan sekali. Adrian kemudian mengetuk perlahan pintu tersebut, dan pintu dibuka dengan ruang yang sangat sedikit sekali. Muncul Alya dengan penampilan yang kacau dan tatapannya yang sangat dingin sekali. “Kenapa kamu mengajak wanita itu kemari, Kakak?” tanya Alya dengan nada dingin. “Dia bilang ingin bertemu denganmu. Kamu mau?” Adrian pun tampak sangat hati-hati. “Tidak. Aku tak mau bicara dengan wanita biadap sepertinya!” BRAKHHHH. Suara pintu langsung dibanting setelah menjawab demikian. Lizy sampai menutup mata mendengar bagaimana pintu itu dibanting. ‘Sudah kuduga, ada yang salah dengannya,’ batin Lizy yang sudah sadar. “Maaf ya, Alya-“ “Tidak apa. Mungkin lain kali saat suasana hatinya sedang baik, aku akan mencoba bicara dengannya,” Lizy menyela dan memasang senyuman baik-baik saja. Mereka kembali ke ruang tamu dari rumah itu, dan melihat bahwa suasananya berbeda sekali dengan saat mereka ada di depan pintu ruang lukis Alya. “Ah, Lizy, ke sini sebentar,” Bu Hana memanggilnya. “Ya?” Lizy segera mendekat dengan langkah yang lebih cepat menghampirinya. “Sebenarnya melihat kinerjamu barusan membuat aku cukup terkesan. Meski baru sebentar, apa kamu mau merangkap sebagai asisten pribadi Adrian? Kamu bisa sambil jalan-jalan dengannya,” tawar dari Bu Hana. “Ha? Maksudku…, Anda baru sekali melihat bagaimana kinerja yang aku buat. Tapi kalau tawaran di perusahaan Adrian, aku rasa-“ “Tidak, Lizy. Kamu itu punya peluang besar! Selama ini kamu pasti diam-diam sering memperhatikan pekerjaan mantan suamimu. Jadi kamu bisa handal sekali,” Bu Hana menolak mendengar lebih banyak. Lizy sebenarnya merasa tidak enak mendengarnya. Rasanya tidak etis sekali saat mendengar bahwa Bu Hana langsung menawarinya pekerjaan tambahan lainnya. Seperti ada yang dilihat dari dalam dirinya. “Aku percaya padamu. Kalau ada kesulitan, datang padaku, dan tanyakan?” Bu Hana menepuk pelan bahunya, kemudian meninggalkan mereka. Lizy belum sempat memberikan alasan penolakannya, sudah ditinggalkan begitu saja. Rasanya jadi makin aneh. Keluarga yang bahkan sebelumnya tidak pernah mengenalnya ini mendadak menerimanya dengan mudah tanpa mencurigai apa pun. Terlebih, Bu Hana sendiri. Dia seperti membuat Lizy terlibat di semua urusan keluarganya, bahkan dalam pekerjaan. Pasti ada yang aneh, Lizy meyakini hal tersebut. *** “Ma. Sebenarnya apa yang Mama mau darinya? Setidaknya biarkan dia bekerja dengan mama dua atau tiga bulan. Kalau langsung denganku, dia pasti akan kesulitan,” ucap Adrian, ketika ia sedang berdua dengan sang ibu. “Mama melihat ada potensi besar dalam dirinya. Lihat ini,” Mamanya memberikan selebaran kertas. Adrian menerimanya, dan membaca sejenak. Bola matanya membesar dan membulat saat melihat apa yang ada di sana. “I- Ini-“Adrian sama sekali tidak bisa berkata-kata setelah membaca apa yang ada di tangannya tersebut. Rasanya mustahil sekali. Lizy adalah orang yang selama ini dicari banyak orang karena ini?!“Mama yakin?” Adrian masih sedikit ragu.“Mama masih mencaritahu. Sengaja mama memasukkannya ke perusahaanmu, untuk melihat seberapa besar dia akan membantumu. Mama rasa, ini alasan mantan suaminya tidak memberikannya bekerja. Karena dia tahu Lizy orangnya berpotensi,” Mama memberitahu.“Tapi ma, ini berlebihan. Aku memang bisa saja langsung menerimanya, aku tidak masalah. Tapi pikirkan bagaimana pandangan orang-orang akan memandangnya? Dia akan dicap aneh-aneh!” Adrian masih mencoba memberikan penolakan.Mama memperhatikan Adrian, kemudian tersenyum miring melihat anak lelakinya yang tampak sangat khawatir sekali. Tetapi, ia lebih memandangi dengan tatapan yang merasa sangat curiga sekali.“Ada apa ini, Adrian? Tidak biasanya kamu seperti ini…, apa kamu ada rasa dengannya?”Adrian tertegun mendengarn
Dengan perasaan yang membara dan juga menggebu, jelas Mia marah sekali. Rasanya masih tidak terima melihat Adrian yang lebih memilih wanita tersebut.“Kenapa kamu sangat membelanya?! Apa aku kurang berharga bagimu?! Aku lebih menarik dan bahkan aku lebih cantik darinya!” tegas dari Mia.Suaranya yang menggelegar tersebut jelas membuat para karyawan yang mendengarnya jadi melihat ke arah mereka. Menjadikan diri mereka sebagai tontonan yang menarik dan bahkan sangat menyenangkan untuk digosipkan.“Memang siapa yang mengatakan dirimu cantik?” Adrian dengan ketusnya bertanya kepada Mia.Seketika Mia tergagap hendak menjawabnya. Ia kembali dibuat tersinggung dengan ucapan dari Adrian yang terbilang cukup membuatnya merasa kesal.“A- Apa?! Apa bagimu aku tidak seperti itu?!”Adrian dengan enteng menjawab, “Kamu bahkan tak kuanggap wanita setelah tahu sifatmu,” balasnya.Ternganga tak percaya Mia mendengarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Lizy yang sedaritadi diam tidak mengatakan apa
Mia terus memperhatikan gerak-gerik dari Hito selama di rumah. Ia menunggu, kapan suaminya akan melakukan apa yang ia katakan kepadanya tersebut.Rasanya tidak sabar pastinya ingin melihat Lizy terpuruk dan mengalami apa yang ia harapkan. Wanita itu harus tahu rasa dulu supaya dia sadar bahwa dia bukan apa-apa.Tetapi, hari ini Mia tak pernah merasa lelah sama sekali untuk mendekati Adrian lagi. Ia ingin sekali mendekati pria itu, dan menjadikannya miliknya.‘Apa yang harus aku lakukan untuk memikatnya?’ batinnya lagi.Mia keluar dan kali ini berada di sebuah café yang cukup fancy untuk dirinya tersebut. Sambil duduk melamun dan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan, Mia memandangi minuman yang ia beli tersebut.Saat memandangi keluar, ia melihat sosok gadis yang jelas ia kenal sekali. Sambil menyeringai licik, Mia memperhatikan kemana perginya gadis itu. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat si gadis itu lagi.Adik Adrian, Alya, jelas Mia mendengarnya. Karena ia pernah menco
Tak puas sampai di sana, Mia memeluk kaki Lizy dan menggigitnya di bagian betis hingga terasa dengan sangat keras sekali.Lizy tak berusaha menendangnya, ia tahu akan terjadi hal lebih buruk kalau ia sampai menendang wajah dari wanita itu. Jadi Lizy lebih memilih menarik secara terpisah rambut Mia sampai ia merasa sakit sendiri.“AGHHH!” teriaknya.“Lepaskan!” Lizy membalas.Mia melepaskan tangannya dari kaki Lizy, dan kini hanya bisa memegangi kepala setelah Lizy melepaskannya. Melihat bahwa Mia tak lagi bisa berkutik, akhirnya Lizy menarik Alya pergi menjauh dari sana.Dengan langkah yang segera, Lizy menghentikan taksi dan juga langsung mengajak Alya masuk ke dalam sana. Alya masih merasa syok setelah melihat pertengkaran di depan matanya.Cepat Lizy melihat ke arah Alya, dan memegang tangannya dengan erat, “Kamu tidak apa?” tanya Lizy, masih tenang.Alya yang daritadi hendak bicara namun tertahan itu hanya bisa tergagap selama beberapa saat, tetapi ia masih gemetar saat dipegang o
Mereka tampak terdiam sebentar mendengar pertanyaan dari Lizy. Jelas pastinya aneh. Selama ini Lizy tidak bekerja, jadi pengalamannya pun tidak banyak. Kalau langsung masuk, jelas orang-orang akan curiga.“Apa kamu keberatan mendengar orang-orang membicarakanmu?” tanya Bu Hana.Kali ini malah Lizy yang dibuat terdiam oleh pertanyaan itu. Ditatap orang-orang saja Lizy merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi. Kalau digosipkan nantinya, rasanya Lizy tidak mungkin bisa membuat dirinya berpikir bahwa ia tidak mendengarnya sama sekali.“Bagaimana, Lizy?” tanya Bu Hana kembali.“Mmm, sebenarnya aku keberatan mendengarnya. Tapi, kalau semisal kalian berjanji bisa melindungiku, aku mungkin bisa menahannya,” sahut dari Lizy.Bu Hana tersenyum lebar mendengar jawaban Lizy. Dia menangkap jawaban itu sebagai jawaban bahwa dia bersedia menerima tawarannya dan siap menerima risikonya.“Baiklah. Setelah ini kamu mungkin akan banyak bertemu dengan mantan suamimu, kamu keberatan?” Bu Hana menanyakan
Hari pertama Lizy ikut dengan Adrian terasa begitu mendebarkan. Lizy sudah lama sekali tidak mendatangi sebuah perusahaan sebagai karyawan. Terakhir ia datang sudah lebih dari setahun lalu. Rasanya masih terasa asing sekali pastinya.Di dalam mobil Adrian, Lizy merasa bahwa dadanya berdebar sangat kencang sekali. Tetapi di sisi lain dia merasa sangat senang sekali, bahwa dia akan datang ke perusahaan dengan perasaan yang pastinya bahagia sekali.“Kamu kelihatan bersemangat,” ucap dari Adrian.“Tentu saja. Sudah lama aku tidak bekerja. Kalau aku bisa segera menghasilkan uang, aku pasti akan bisa balas budi dari kalian,” sahutnya.Adrian yang tengah menyetir itu merasa agak bingung dengan ucapan dari Lizy, jadi dia bertanya lebih banyak kepada Lizy atas ucapannya barusan kepada Lizy.“Balas budi? Kamu tak perlu melakukannya,” ucap Adrian.“Tidak. Aku perlu. Kalian memberikanku tempat tinggal Cuma-Cuma, dan bahkan kalian menyediakan makan untukku. Setelah aku bisa menghasilkan uang lebih
Melihat bagaimana Lizy yang malah makin dekat dengan Adrian jelas membuat Mia merasa tidak terima. Seharusnya dirinya lah yang paling dekat dengan Adrian, dan juga menjadi orang yang selalu diutamakan.Tetapi, melihat bagaimana Lizy seperti baik-baik saja membuat emosi dari Mia meledak. Akhirnya dia mengambil gambar dari kejauhan yang menunjukkan bahwa Lizy baik-baik saja, kemudian mengirimkannya kepada orang yang tepat.Sambil tersenyum dan penuh semangat, Mia mengirim foto tersebut kepada Hito sambil memberikan kata-kata yang bisa mengompori Lizy.(Lihat, dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah jahat padaku.) Isi pesannya.Dan Hito juga langsung membalasnya dengan cepat, (Kirimkan alamatnya.”Dengan bahagia dan bersemangat Mia langsung mengirimkan lokasinya. Segera ia memasukkan ponsel dan melihat ke arah dua orang itu lagi. Dia tidak sabar menunggu adanya pertunjukkan yang menyenangkan.Di tengah café sana, Lizy yang sedang makan dengan perlahan sambil menikmati obrola
Lizy merasa kepalanya sangat pusing sekali selama beberapa saat, seperti baru saja mendapat hantaman yang besar. Saat membuka mata, ia melihat bagaimana langit-langut ruangan yang putih bersih. Bau obat yang menyengat membuat sadar bahwa dia berada di rumah sakit.Tanpa berpikir Lizy berusaha duduk dari tempatnya berbaring tersebut. Tampak Adrian yang menungguinya memandanginya dengan wajah yang terkejut.“Lizy!” serunya.“Aku dimana-“Adrian spontan langsung memeluknya dengan sangat erat, hingga membuat kedua mata Lizy terbelalak seketika. Ia terkejut karena Adrian mendadak memeluknya itu.Jantungnya jadi berdebar dengan sangat kencang sekali, dan bahkan kini Lizy merasa bahwa wajahnya seperti terbakar dengan begitu dasyat.Perlahan Lizy mengangkat tangan dengan gemetar, kemudian membalas pelukan tersebut. Ada rasa yang berbeda saat ia membalas pelukan tersebut. Lizy merasa dipedulikan dan bahkan diakui keberadaannya.“Syukurlah kamu tidak apa,” Adrian melepaskan pelukannya dan meman
Setelah naik taksi, dan juga turun di sebuah pinggir jalan, Adrian mengajak Lizy berjalan kembali. Lama-lama Lizy merasa sangat capek karena merasa bahwa tempatnya tak kunjung sampai. Yang ada malah mereka seperti terus mencari tempat yang bahkan Lizy tidak tahu.Tak jauh dari sana, Adrian mendadak masuk ke sebuah toko yang hendak mereka lewati. Adrian memintanya menunggu di luar sebentar. Saat mendongak melihat nama tokonya, Lizy melihat ada gambar sebuah sepatu yang dibawahnya ada besi.‘Apa itu?’ batin Lizy.Tak lama dari itu Adrian keluar sambil membawa dua pasang sepatu yang persis seperti apa yang dia lihat tadi di atas sana. Dengan wajah kebingungan Lizy bertanya kepada Adrian mengenai apa yang hendak dilakukan sebenarnya.“Apa ini? kita mau kemana sebenarnya?” tanya Lizy yang sudah benar-benar tidak paham.“Kita main seluncur es. Karena sekarang sudah musim salju, jelas ada banyak tempat yang dibuka untu melakukannya,” ajak Adrian dengan bersemangat.“Ha- Ha? Kamu bisa main se
Seperti bagaimana mereka merencanakan hari-hari sebelumnya, dan kini sudah tiba jadwal bulan madu mereka yang sudah didamba-dambakan sejak lama. Adrian sudah menjanjikan bahwa dia akan membawa Lizy pergi ke negara bersalju untuk melihat betapa indahnya gumpalan-gumpalan bola putih itu.Ketika sampai di negara yang dituju, Lizy sudah bisa dibuat takjub ketika melihat bahwa mereka benar-benar bisa menyaksikan salju pertama yang baru saja turun. Lizy tak pernah membayangkan cantiknya ini.“Indah sekali,” pujinya dengan tatapan berbinar yang memandang ke atas langit saat berada di balkon kamar hotelnya tersebut.Adrian memeluknya dari belakang dan juga ikut menyaksikan bagaimana salju pertama yang turun itu. Malam itu menjadi dingin yang berbeda, namun juga terasa hangat dalam waktu yang bersamaan.“Ya, ini juga kali pertama aku melihat salju turun,” balas Adrian.“Andai saja kita punya anggota keluarga tambahan untuk bisa menikmati keindahan ini, pasti rasanya menyenangkan sekali,” celet
“Kamu tidak keberatan?” Dokter Maya sedikit kaget.Lizy menggelengkan kepala menjawabnya, “Aku bisa mengatasinya. Apalagi sekarang kita sudah suami istri, jadi ini bukan perihal yang sulit,” ucap Lizy.“Baguslah. Kalau semisal ada apa-apa, kamu bisa datang padaku dan membicarakannya. Siapa tahu kamu membutuhkan bantuan untuk sedikit meringankan tugasmu. Misalnya saran-saranku,” Dokter merasa lega.Lizy menganggukkan kepala. Setelah banyak perbincangan akhirnya Dokter Maya pergi dari rumah. Kini hanya mereka berdua yang ada di rumah yang sudah mereka beli dan juga segala isinya sudah sangat lengkap sekali.Badan Lizy terasa capek sekali sekarang ini. ia sudah hendak berada di atas kasur dan juga hendak segera tidur untuk mengistirahatkan diri. Tetapi, Adrian menyentuhnya dari belakang sampai membuat Lizy berbalik badan melihat ke arahnya.“Ada apa?” tanya Lizy.“Ini malam pertama kita sebagai pasangan sah. Aku ingin merayakannya,” pintanya.Lizy segera memutar badan dan duduk melihat k
Ada banyak sekali tamu yang datang selama pernikahan mereka berlangsung. Dan seperti bagaimana kesepakatan dari dua keluarga, yang dimana para tamu dilarang untuk membahas perihal apa yang sudah terjadi pada Lizy.Melihat bahwa mereka yang datang benar-benar mengucapkan selamat itu dan turut berbahagia untuk dirinya membuat Lizy merasa senang. Ini adalah pernikahan yang sangat ia senangi dan juga begitu membuatnya bahagia.Sesi foto juga berjalan dengan baik. Lizy merasa senang berpose depan kamera, dan memperlihatkan dirinya yang tertawa merasa sangat senang dan juga bahagia atas apa yang sudah ia dapatkan sekarang ini.“Kamu bahagia?” tanya Adrian kepada dirinya.“Tentu saja. Ada kamu, dan orang-orang uang aku sayangi di sini. Mana mungkin aku tidak bahagia?” Lizy menjawab dengan tatapan yang berbinar merasa senang.Dengan pelan Adrian memeluk pinggang Lizy dan memberikan kecupan manis di pipinya. Ia menunjukkan perasaannya yang penuh dengan turut kesukacitaan atas apa yang sudah ia
Loz sudah frustrasi sampai mengacak rambutnya dan sudah tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Seperti memang ada sesuatu yang tidak Lizyketahui sama sekali.Lizy mencoba untuk mempertanyakannya kepada Loz. Dan memintanya menjelaskan lebih detail supaya tidak membuat Lizy penasaran. Karena rasanya kesal sekali Loz seperti merasa kesal sendirian.“Apa kamu tidak pernah menanyakan perihal medisnya? Atau paling tidak masa lalunya?” Loz bertanya dengan penuh rasa kesal.Lizy menggelengkan kepala. “Dulu selama aku tinggal di sana, dia tidak pernah kelihatan keluar ke dokter. Memangnya kenapa?” Lizy berbalik bertanya kepada Loz setelah memberikan sedikit jawaban.“Temanku di salah satu rumah sakit ternyata dokter yang menangani Adrian sejak beberapa tahun lalu!” tegas Loz.Lizy mengerutkan dahi. Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Loz kepada dirinya ini. mengingat bahwa selama ini memang Adrian tidak ada apa-apanya sama sekali. Bahkan tidak kelihatan sakit sedikitpun.“Memang apa k
Entah seharusnya Lizy bersyukur atau bagaimana dengan semua ini, tetapi ia cukup terkejut dengan sifat asli dari Adrian yang sedikit di luar dari bayangannya tersebut. Meski sebenarnya memang wajar para pria seperti ini. Tetapi, ini terlalu kelewatan untuk mengatakan hanya sekedar saja.Mereka berdua sedang berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari perusahaan Adrian. Dalam keadaan tanpa busana dan sedang saling berpelukan. Adrian tengah lelap tertidur dan kelihatan kelelahan sekali setelah hari ini.Lizy memandangi wajah Adrian yang rupawan dan juga begitu tampan di hadapannya. Lizy ditelepon terburu-buru oleh Adrian tadi pagi. Ia pikir ada apa. Ternyata, hanya ini saja.“Sayang…,” panggil Adrian dengan suara yang berat“Ya?” Lizy menjawab dengan tenang.“Apa kamu marah?” tanya Adrian.“Apa? Marah? Marah kenapa?” Lizy membalikkan pertanyaan kepada Adrian.Adrian segera melihat ke arahnya dan membuka mata. Ia memandangi Lizy dengan tatapan yang berbinar dan kelihatan sedikit merasa b
Dengan pelan Adrian mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Lizy. Tangan Adrian kini menyentuh kedua milik Lizy dan merasakan jelas bagaimana dua buntalan itu sangat pas di dalam tangannya.Lizy merasa bahwa hasratnya dibawa naik oleh Adrian. Kecupan itu perlahan turun dan kini berada di leher Lizy. Adrian menikmati setiap jengkal tubuh Lizy dan tak membiarkan sedikitpun lepas dari dirinya pada kala itu.Kamar yang sunyi dan pintu kamar yang sudah terkunci membuat mereka berdua bisa melakukan apa yang mereka mau dengan sangat mudan dan juga leluasa.“A- Adrian…,” desah Lizy dengan suara pelan.Mendadak Adrian menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah Lizy dengan perasaan terkejut. Lizy yang melihat Adrian demikian justru malah merasa kebingungan sekali.“A- Ah…, sudah cukup?” tanya Adrian dengan sedikit gugup.Melihat Adrian yang merespon demikian malah membuat Lizy menyeringai kecil. Pria ini benar-benar manis saat dia seperti ini. dan Lizy tak bisa bohong bahwa dia suka sek
Sebenarnya permintaan Adrian ini terdengar sedikit tidak mungkin dan dirasa sedikit terlalu tak nyata. Bahkan untuk sekedar dianggap sebuah pernyataan saja sulit. Tetapi, melihat bagaimana Adrian yang mengatakannya dengan begitu bersikukuh, membuat mereka yang ada di sana tak bisa menolak.Bahkan, Lizy yang melihat Adrian sedemikian saja sudah membuat Lizy merasa tidak enak hati. Lizy sudah sampai di titik tidak bisa diharapkan sama sekali. Jalan hidupnya ini sudah hancur. Tapi kenapa Adrian masih tetap menerimanya.“Adrian. Aku tak memaksamu untuk menerima Lizy terus. Kamu bisa menolak, kalau semisal kamu tak bisa menerima kondisi Lizy," Loz ”khirnya bicara.Loz dengan perasaan berat hati mengatakan ini. Meski mungkin saja akan menyakiti perasaan Lizy, Loz tak masalah. Ia lebih tidak ingin kalau adiknya tersiksa setelah dinikahi. Tidak ada yang pernah menduga apa yang mungkin terjadi.Kegigihan Adrian itu terasa diremehkan. Adrian memandangi Loz dengan tatapan yang sangat tajam sekal
Setelah beberapa saat Lizy menangis tanpa adanya henti, akhirnya dia berhenti dan kini memandangi Adrian yang ada di depannya. Terlihat pakaian Adrian basah karena air mata Lizy yang daritadi mengalir dengan deras.“Maaf…, belakangan aku takut menemuimu, Adrian. Aku yang melarangmu untuk masuk ke sini dengan meminta Loz melakukannya,” Lizy langsung mengakui perbuatannya tersebut.Adrian tak bisa marah sama sekali setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy barusan. Jelas Adrian berpikir bahwa Lizy pasti punya alasan untuk melakukan apa yang sudah ia lakukan kepada dirinya ini.Dengan pelan Adrian menyentuh pipi Lizy dan memandanginya dengan perasaan sedih, “Kenapa, Lizy? Apa yang sebenarnya terjadi? Loz bilang kamu keguguran. Lalu kenapa? Apa kamu tidak mau membuatku menjadi bagian yang tahu segalanya tentangmu? Meski itu kesedihan sekalipun?” Adrian mempertanyakan apa yang telah menjadi pertanyaan di dalam kepalanya tersebut.