Adrian sama sekali tidak bisa berkata-kata setelah membaca apa yang ada di tangannya tersebut. Rasanya mustahil sekali. Lizy adalah orang yang selama ini dicari banyak orang karena ini?!
“Mama yakin?” Adrian masih sedikit ragu. “Mama masih mencaritahu. Sengaja mama memasukkannya ke perusahaanmu, untuk melihat seberapa besar dia akan membantumu. Mama rasa, ini alasan mantan suaminya tidak memberikannya bekerja. Karena dia tahu Lizy orangnya berpotensi,” Mama memberitahu. “Tapi ma, ini berlebihan. Aku memang bisa saja langsung menerimanya, aku tidak masalah. Tapi pikirkan bagaimana pandangan orang-orang akan memandangnya? Dia akan dicap aneh-aneh!” Adrian masih mencoba memberikan penolakan. Mama memperhatikan Adrian, kemudian tersenyum miring melihat anak lelakinya yang tampak sangat khawatir sekali. Tetapi, ia lebih memandangi dengan tatapan yang merasa sangat curiga sekali. “Ada apa ini, Adrian? Tidak biasanya kamu seperti ini…, apa kamu ada rasa dengannya?” Adrian tertegun mendengarnya, wajahnya seketika memerah dan bahkan kelihatan ingin membuang muka di depan mamanya. Namun, sang ibu sudah membaca bagaimana raut wajahnya itu. “Bu- Bukan begitu, ma! Aku hanya takut belum terbiasa!” Masih dengan teguh Adrian menolak mengakuinya. Mamanya tidak mencari maslaah lebih lanjut, ia hanya tersenyum terkekeh mendengar ucapan sang anak yang membuatnya merasa tergelitik dengan caranya menjawab barusan itu. “Ya, ya,” Mamanya menyibak rambutnya yang pendek ke samping, “tapi tetaplah ajak dia. Beberapa orang pasti akan mengenalinya kalau kamu membawanya ke pertemuan besar. Tapi, jangan beritahu dia dulu…, ada yang perlu mama caritahu dulu,” ucap Mama kepadanya. Adrian masih ingin menolaknya karena merasa tidak tega. Tetapi mamanya kelihatan sekarang sedang serius ingin menjalankan apa yang diinginkan, dia merasa tidak bisa mengganggunya. Dengan berat hati, Adrian menghela napas dengan cukup panjang kepada sang mama. “Huhh, baiklah. Tapi, apa pun yang terjadi pada Lizy nantinya, aku akan melindunginya meski reputasiku dipertaruhkan,” Adrian meminta dengan nada suara yang sangat tegas. Mama memandangi Adrian yang tampak bersungguh-sungguh sekali. Dia tak melarang anaknya melakukan apa yang dia mau. Tetapi, jelas ada risiko yang pastinya akan diterima oleh Adrian saat ia telah memutuskan hal tersebut. “Adrian, mama takkan melarang kamu melakukan apa yang kamu mau, asalkan kamu bisa menjamin, Lizy selamat,” ucap Mamanya kembali. “Tentu.” Pembicaraan yang tidak menunjukkan sisi terangnya lebih jauh tersebut jelas membuat Adrian sebenarnya masih merasa tidak mengerti. Lizy hanya anak yatim piatu yang ditinggalkan di panti asuhan, siapa yang akan mengenalinya apabila Adrian membawanya? Adrian merasa pasti ada yang mengincar Lizy selain Hito si mantan suami Lizy itu sendiri. Adrian yang tengah bekerja itu terus memikirkan bagaimana dia akan mengajak Lizy bersamanya. Bukan karena perkataan mamanya, melainkan hatinya yang sebenarnya belakangan terasa sulit dikendalikan saat bersama dengan Lizy. ‘Sial, kenapa aku begini?!’ kesal Adrian di dalam hatinya. Tok.. Tok… Tok… Pintu diketuk dari luar, dan membuat Adrian sempat kaget. Ia segera bersikap selayaknya ia biasanya dan juga mencoba untuk tidak kelihatan panik sama sekali. “Masuk,” ucap Adrian. Pintu tersebut terbuka perlahan. Adrian memperhatikan untuk melihat siapa yang masuk. Betapa terkejutnya Adrian saat melihat sosok Lizy yang muncul dari belakang pintu dengan senyumannya yang sangat manis. Mata Adrian terbelalak, dan dia nyaris melotot karena kaget melihat Lizy yang datang. Jantungnya sudah tidak bisa diajak bekerja sama saat melihat kedatangan dari Lizy. Wanita tersebut masuk ke dalam sana dan membawa sebuah tas makanan pada tangannya serta sebuah jus di tangan satunya lagi. “Hai. Maaf menggangu. Bu Hana memintaku membawakan ini padamu. Katanya kamu biasanya di hari rabu selalu dikirimkan makanan rumah, jadi aku membawakannya atas perintah Bu Hana,” ujar Lizy. Wanita itu meletakkannya di atas meja dan memandangi Adrian dengan tulus, sebagai bentuk sopannya kepada orang yang telah menolongnya. Namun, setelah Lizy berkata barusan pun, Adrian tidak memberikan respon apa pun kepada dirinya. Lizy memandangi Adrian sejenak dengan wajah bingung, lalu melambaikan tangannya di depan wajah Adrian. Tidak ada respon sedikit pun. “Adrian?” panggil Lizy. Kemudian dirinya menjentikkan jari. Adrian langsung tersadar seketika. Ia kelabakan merespon Lizy yang sekarang ini wajahnya berada cukup dekat dengan dirinya tersebut. “Ah, terima kasih,” celetuknya. Lizy kembali tersenyum. “Sepertinya pekerjaanmu berat, aku akan pergi kalau begitu,” ucapnya. “Tu- Tunggu!” Adrian langsung menghentikan Lizy yang baru saja balik badan tersebut. Dirinya berhenti melangkah, dan kembali memutar badan ke arah Adrian, “Ada apa?” “Ba- Bagaimana kalau kita makan bersama? Ini sudah jam makan siang, kamu pasti belum makan,” ajak Adrian, sedikit merasa ragu. Lizy memandangi ke wajah Adrian, lalu ke arah bawaan yang tadi dia bawa tersebut. Sebenarnya Lizy ingin menerima ajakan tersebut. Tetapi ia ragu. Bekal itu pasti hanya cukup untuk satu orang saja. “Kita bisa ke kantin karyawan. Hari ini menunya cukup enak,” Adrian yang peka langsung mengajak Lizy. Mendengar Adrian yang langasung inisiatif tersebut membuat Lizy merasa tersentuh selama beberapa saat. Ia bahkan belum memberikan jawaban kepada dia, tetapi dengan segera Adrian menawarkan setelah menyadari raut wajah Lizy. Akhirnya mereka pergi ke kantin karyawan seperti tawaran dari Adrian itu. Di sana, Lizy merasakan berbagai tatapan mata memandanginya dengan tatapan sinis dan juga tidak enak untuk dirasakan. Rasanya risih sekali. “Aku akan mengambilkannya untukmu,” ucap Adrian saat mereka sudah tiba di sebuah meja kosong. “Ah, terima kasih,” Lizy langsung berkata dengan perasaan sedikit campur aduk. Dirinya sekarang duduk sendirian. Ia mengamati sekitar, dan menyadari bahwa beberapa karyawan memandanginya dengan tatapan tidak menyenangkan. Bahkan seperti terus mencibir Lizy yang baru saja duduk. Menunggu selama beberapa saat, Adrian akhirnya datang dengan membawakan makan siang yang disediakan di sana. Lizy merasa tidak enak hati, karena orang penting di perusahaan ini membawakan Lizy makanan. Kemudian Adrian duduk di depannya dan membuka semua makanan yang sudah ada di atas meja. Lizy merasa agak kaget melihat menu yang sangat banyak yang keluar dari tas bekal tersebut. “Kamu makan sebanyak ini?” tanya Lizy terkejut. “Hanya hari ini. Biasanya aku hanya makan salad,” sahutnya. “Kenapa?” Adrian diam sejenak sambil mengaduk daging, “Yah…, ada alasan tertentu,” ucapnya. Lizy melihat bagaimana Adrian yang menghindari tatapan matanya, dan itu jelas menunjukkan ada sesuatu yang disembunyikan. Perasaan curiganya jadi makin menggebu dan juga makin tidak karuan sama sekali. Tetapi, mereka tetap makan, tanpa Lizy mengacaukan perasaan dari Adrian yang kelihatan lapar sekali. Di tengah-tengah mereka makan, terdengar suara sepatu hak yang melangkah dengan kencang dan makin dekat ke arah mereka. Lizy menoleh ke arah sumber suara dengan mulut yang masih mengunyah, dan melihat kedatangan sosok wanita yang ia kenal dengan memakai kacamata hitam dan juga jaket berbulu tebal yang kelihatan garang sekali. “Adrian,” ucapnya Mia dengan suara yang genit. Suasana hati Adrian yang semula sedang senang tersebut langsung berubah saat mendengar Mia yang memanggil namanya. Wajahnya jadi beku dan juga auranya terasa mencekam sekali. “Pergi, atau aku akan memanggil petugas keamanan untuk menyeretmu,” ancam dari Adrian yang masih terdengar sabar sekali. Mia dengan wajahnya yang licik itu melepas kacamata dengan cara yang elegan. Dia melirik sebentar ke arah Lizy, kemudian tersenyum remeh sambil tertawa kecil dengan mulutnya yang tertutup. “Seleramu rendah sekali. Bekasan orang kok mau. Dia pasti mengguna-gunamu, ya?” Lizy tak merasa tersinggung sama sekali. Ia malah merasa heran dengan kenapa orang ini seperti sengaja terus mencari masalah terhadap dirinya tersebut. Adrian yang memang dari awal tidak menerima keberadaan dari Mia itu kini jadi makin meledak secara tiba-tiba. Rantang bulat yang berisikian sop tersebut ia lemparkan ke arah Mia yang berdiri di dekat mereka sampai membuat Mia tersebut kaget. “AAA!! ADRIAN! Apa yang kamu lakukan!” kejutnya, tak percaya melihat apa yang barusan dilakukan Adrian, ditambah dengan pakaiannya kini basah dan bau sop. Adrian berdiri dan memandangi Mia. Kini tempat mereka duduk menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana. Bahkan kelihatan beberapa orang seperti bersemangat melihat akan ada pertengkaran hebat. “Kalau kamu memang mau cari masalah denganku, cari saja! Katakan! Tapi jangan pernah kamu membawa-bawa Lizy!” Mia agak syok. Dia masih belum percaya meski sudah sekian kali melihat Adrian terus membela Lizy.Dengan perasaan yang membara dan juga menggebu, jelas Mia marah sekali. Rasanya masih tidak terima melihat Adrian yang lebih memilih wanita tersebut.“Kenapa kamu sangat membelanya?! Apa aku kurang berharga bagimu?! Aku lebih menarik dan bahkan aku lebih cantik darinya!” tegas dari Mia.Suaranya yang menggelegar tersebut jelas membuat para karyawan yang mendengarnya jadi melihat ke arah mereka. Menjadikan diri mereka sebagai tontonan yang menarik dan bahkan sangat menyenangkan untuk digosipkan.“Memang siapa yang mengatakan dirimu cantik?” Adrian dengan ketusnya bertanya kepada Mia.Seketika Mia tergagap hendak menjawabnya. Ia kembali dibuat tersinggung dengan ucapan dari Adrian yang terbilang cukup membuatnya merasa kesal.“A- Apa?! Apa bagimu aku tidak seperti itu?!”Adrian dengan enteng menjawab, “Kamu bahkan tak kuanggap wanita setelah tahu sifatmu,” balasnya.Ternganga tak percaya Mia mendengarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Lizy yang sedaritadi diam tidak mengatakan apa
Mia terus memperhatikan gerak-gerik dari Hito selama di rumah. Ia menunggu, kapan suaminya akan melakukan apa yang ia katakan kepadanya tersebut.Rasanya tidak sabar pastinya ingin melihat Lizy terpuruk dan mengalami apa yang ia harapkan. Wanita itu harus tahu rasa dulu supaya dia sadar bahwa dia bukan apa-apa.Tetapi, hari ini Mia tak pernah merasa lelah sama sekali untuk mendekati Adrian lagi. Ia ingin sekali mendekati pria itu, dan menjadikannya miliknya.‘Apa yang harus aku lakukan untuk memikatnya?’ batinnya lagi.Mia keluar dan kali ini berada di sebuah café yang cukup fancy untuk dirinya tersebut. Sambil duduk melamun dan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan, Mia memandangi minuman yang ia beli tersebut.Saat memandangi keluar, ia melihat sosok gadis yang jelas ia kenal sekali. Sambil menyeringai licik, Mia memperhatikan kemana perginya gadis itu. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat si gadis itu lagi.Adik Adrian, Alya, jelas Mia mendengarnya. Karena ia pernah menco
Tak puas sampai di sana, Mia memeluk kaki Lizy dan menggigitnya di bagian betis hingga terasa dengan sangat keras sekali.Lizy tak berusaha menendangnya, ia tahu akan terjadi hal lebih buruk kalau ia sampai menendang wajah dari wanita itu. Jadi Lizy lebih memilih menarik secara terpisah rambut Mia sampai ia merasa sakit sendiri.“AGHHH!” teriaknya.“Lepaskan!” Lizy membalas.Mia melepaskan tangannya dari kaki Lizy, dan kini hanya bisa memegangi kepala setelah Lizy melepaskannya. Melihat bahwa Mia tak lagi bisa berkutik, akhirnya Lizy menarik Alya pergi menjauh dari sana.Dengan langkah yang segera, Lizy menghentikan taksi dan juga langsung mengajak Alya masuk ke dalam sana. Alya masih merasa syok setelah melihat pertengkaran di depan matanya.Cepat Lizy melihat ke arah Alya, dan memegang tangannya dengan erat, “Kamu tidak apa?” tanya Lizy, masih tenang.Alya yang daritadi hendak bicara namun tertahan itu hanya bisa tergagap selama beberapa saat, tetapi ia masih gemetar saat dipegang o
Mereka tampak terdiam sebentar mendengar pertanyaan dari Lizy. Jelas pastinya aneh. Selama ini Lizy tidak bekerja, jadi pengalamannya pun tidak banyak. Kalau langsung masuk, jelas orang-orang akan curiga.“Apa kamu keberatan mendengar orang-orang membicarakanmu?” tanya Bu Hana.Kali ini malah Lizy yang dibuat terdiam oleh pertanyaan itu. Ditatap orang-orang saja Lizy merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi. Kalau digosipkan nantinya, rasanya Lizy tidak mungkin bisa membuat dirinya berpikir bahwa ia tidak mendengarnya sama sekali.“Bagaimana, Lizy?” tanya Bu Hana kembali.“Mmm, sebenarnya aku keberatan mendengarnya. Tapi, kalau semisal kalian berjanji bisa melindungiku, aku mungkin bisa menahannya,” sahut dari Lizy.Bu Hana tersenyum lebar mendengar jawaban Lizy. Dia menangkap jawaban itu sebagai jawaban bahwa dia bersedia menerima tawarannya dan siap menerima risikonya.“Baiklah. Setelah ini kamu mungkin akan banyak bertemu dengan mantan suamimu, kamu keberatan?” Bu Hana menanyakan
Hari pertama Lizy ikut dengan Adrian terasa begitu mendebarkan. Lizy sudah lama sekali tidak mendatangi sebuah perusahaan sebagai karyawan. Terakhir ia datang sudah lebih dari setahun lalu. Rasanya masih terasa asing sekali pastinya.Di dalam mobil Adrian, Lizy merasa bahwa dadanya berdebar sangat kencang sekali. Tetapi di sisi lain dia merasa sangat senang sekali, bahwa dia akan datang ke perusahaan dengan perasaan yang pastinya bahagia sekali.“Kamu kelihatan bersemangat,” ucap dari Adrian.“Tentu saja. Sudah lama aku tidak bekerja. Kalau aku bisa segera menghasilkan uang, aku pasti akan bisa balas budi dari kalian,” sahutnya.Adrian yang tengah menyetir itu merasa agak bingung dengan ucapan dari Lizy, jadi dia bertanya lebih banyak kepada Lizy atas ucapannya barusan kepada Lizy.“Balas budi? Kamu tak perlu melakukannya,” ucap Adrian.“Tidak. Aku perlu. Kalian memberikanku tempat tinggal Cuma-Cuma, dan bahkan kalian menyediakan makan untukku. Setelah aku bisa menghasilkan uang lebih
Melihat bagaimana Lizy yang malah makin dekat dengan Adrian jelas membuat Mia merasa tidak terima. Seharusnya dirinya lah yang paling dekat dengan Adrian, dan juga menjadi orang yang selalu diutamakan.Tetapi, melihat bagaimana Lizy seperti baik-baik saja membuat emosi dari Mia meledak. Akhirnya dia mengambil gambar dari kejauhan yang menunjukkan bahwa Lizy baik-baik saja, kemudian mengirimkannya kepada orang yang tepat.Sambil tersenyum dan penuh semangat, Mia mengirim foto tersebut kepada Hito sambil memberikan kata-kata yang bisa mengompori Lizy.(Lihat, dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah jahat padaku.) Isi pesannya.Dan Hito juga langsung membalasnya dengan cepat, (Kirimkan alamatnya.”Dengan bahagia dan bersemangat Mia langsung mengirimkan lokasinya. Segera ia memasukkan ponsel dan melihat ke arah dua orang itu lagi. Dia tidak sabar menunggu adanya pertunjukkan yang menyenangkan.Di tengah café sana, Lizy yang sedang makan dengan perlahan sambil menikmati obrola
Lizy merasa kepalanya sangat pusing sekali selama beberapa saat, seperti baru saja mendapat hantaman yang besar. Saat membuka mata, ia melihat bagaimana langit-langut ruangan yang putih bersih. Bau obat yang menyengat membuat sadar bahwa dia berada di rumah sakit.Tanpa berpikir Lizy berusaha duduk dari tempatnya berbaring tersebut. Tampak Adrian yang menungguinya memandanginya dengan wajah yang terkejut.“Lizy!” serunya.“Aku dimana-“Adrian spontan langsung memeluknya dengan sangat erat, hingga membuat kedua mata Lizy terbelalak seketika. Ia terkejut karena Adrian mendadak memeluknya itu.Jantungnya jadi berdebar dengan sangat kencang sekali, dan bahkan kini Lizy merasa bahwa wajahnya seperti terbakar dengan begitu dasyat.Perlahan Lizy mengangkat tangan dengan gemetar, kemudian membalas pelukan tersebut. Ada rasa yang berbeda saat ia membalas pelukan tersebut. Lizy merasa dipedulikan dan bahkan diakui keberadaannya.“Syukurlah kamu tidak apa,” Adrian melepaskan pelukannya dan meman
Mobil kembali berjalan, dan kini entah kemana lagi. Lizy merasa jantungnya tidak bisa tenang pada saat itu. Bahkan hanya sekedar menoleh ke arah Adrian saja, membuat perasaan Lizy tidak karuan.Padahal respon dari Adrian biasa saja. Rasanya agak aneh. Kenapa Adrian memperlakukannya seperti ini? Lizy bukan saudara atau seseorang yang berharga baginya, lalu apa tujuannya melakukan ini semua?Pandangan Lizy kini tertuju pada sebuah restoran saat mobil yang sedang dinaiki berbelok ke sana. Matanya terbelalak dan tambah bingung.“Kita kemana lagi?!” Lizy agak panik.“Makan. Sudah hampir malam, dan kamu belum makan dari siang. Jadi kita isi perut dulu,” ucap dari Adrian.Adrian langsung turun setelah melepaskan sabuk pengamannya. Sementara Lizy yang berusaha menolak itu hanya sempat tergugup selama beberapa saat, tanpa sempat berhasil mengeluarkan apa yang hendak dia katakan kepadanya.Mau tidak mau akhirnya Lizy turun dari dalam mobil dan segera mengejar Adrian yang sudah terlanjur masuk k
“Kamu tidak keberatan?” Dokter Maya sedikit kaget.Lizy menggelengkan kepala menjawabnya, “Aku bisa mengatasinya. Apalagi sekarang kita sudah suami istri, jadi ini bukan perihal yang sulit,” ucap Lizy.“Baguslah. Kalau semisal ada apa-apa, kamu bisa datang padaku dan membicarakannya. Siapa tahu kamu membutuhkan bantuan untuk sedikit meringankan tugasmu. Misalnya saran-saranku,” Dokter merasa lega.Lizy menganggukkan kepala. Setelah banyak perbincangan akhirnya Dokter Maya pergi dari rumah. Kini hanya mereka berdua yang ada di rumah yang sudah mereka beli dan juga segala isinya sudah sangat lengkap sekali.Badan Lizy terasa capek sekali sekarang ini. ia sudah hendak berada di atas kasur dan juga hendak segera tidur untuk mengistirahatkan diri. Tetapi, Adrian menyentuhnya dari belakang sampai membuat Lizy berbalik badan melihat ke arahnya.“Ada apa?” tanya Lizy.“Ini malam pertama kita sebagai pasangan sah. Aku ingin merayakannya,” pintanya.Lizy segera memutar badan dan duduk melihat k
Ada banyak sekali tamu yang datang selama pernikahan mereka berlangsung. Dan seperti bagaimana kesepakatan dari dua keluarga, yang dimana para tamu dilarang untuk membahas perihal apa yang sudah terjadi pada Lizy.Melihat bahwa mereka yang datang benar-benar mengucapkan selamat itu dan turut berbahagia untuk dirinya membuat Lizy merasa senang. Ini adalah pernikahan yang sangat ia senangi dan juga begitu membuatnya bahagia.Sesi foto juga berjalan dengan baik. Lizy merasa senang berpose depan kamera, dan memperlihatkan dirinya yang tertawa merasa sangat senang dan juga bahagia atas apa yang sudah ia dapatkan sekarang ini.“Kamu bahagia?” tanya Adrian kepada dirinya.“Tentu saja. Ada kamu, dan orang-orang uang aku sayangi di sini. Mana mungkin aku tidak bahagia?” Lizy menjawab dengan tatapan yang berbinar merasa senang.Dengan pelan Adrian memeluk pinggang Lizy dan memberikan kecupan manis di pipinya. Ia menunjukkan perasaannya yang penuh dengan turut kesukacitaan atas apa yang sudah ia
Loz sudah frustrasi sampai mengacak rambutnya dan sudah tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Seperti memang ada sesuatu yang tidak Lizyketahui sama sekali.Lizy mencoba untuk mempertanyakannya kepada Loz. Dan memintanya menjelaskan lebih detail supaya tidak membuat Lizy penasaran. Karena rasanya kesal sekali Loz seperti merasa kesal sendirian.“Apa kamu tidak pernah menanyakan perihal medisnya? Atau paling tidak masa lalunya?” Loz bertanya dengan penuh rasa kesal.Lizy menggelengkan kepala. “Dulu selama aku tinggal di sana, dia tidak pernah kelihatan keluar ke dokter. Memangnya kenapa?” Lizy berbalik bertanya kepada Loz setelah memberikan sedikit jawaban.“Temanku di salah satu rumah sakit ternyata dokter yang menangani Adrian sejak beberapa tahun lalu!” tegas Loz.Lizy mengerutkan dahi. Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Loz kepada dirinya ini. mengingat bahwa selama ini memang Adrian tidak ada apa-apanya sama sekali. Bahkan tidak kelihatan sakit sedikitpun.“Memang apa k
Entah seharusnya Lizy bersyukur atau bagaimana dengan semua ini, tetapi ia cukup terkejut dengan sifat asli dari Adrian yang sedikit di luar dari bayangannya tersebut. Meski sebenarnya memang wajar para pria seperti ini. Tetapi, ini terlalu kelewatan untuk mengatakan hanya sekedar saja.Mereka berdua sedang berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari perusahaan Adrian. Dalam keadaan tanpa busana dan sedang saling berpelukan. Adrian tengah lelap tertidur dan kelihatan kelelahan sekali setelah hari ini.Lizy memandangi wajah Adrian yang rupawan dan juga begitu tampan di hadapannya. Lizy ditelepon terburu-buru oleh Adrian tadi pagi. Ia pikir ada apa. Ternyata, hanya ini saja.“Sayang…,” panggil Adrian dengan suara yang berat“Ya?” Lizy menjawab dengan tenang.“Apa kamu marah?” tanya Adrian.“Apa? Marah? Marah kenapa?” Lizy membalikkan pertanyaan kepada Adrian.Adrian segera melihat ke arahnya dan membuka mata. Ia memandangi Lizy dengan tatapan yang berbinar dan kelihatan sedikit merasa b
Dengan pelan Adrian mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Lizy. Tangan Adrian kini menyentuh kedua milik Lizy dan merasakan jelas bagaimana dua buntalan itu sangat pas di dalam tangannya.Lizy merasa bahwa hasratnya dibawa naik oleh Adrian. Kecupan itu perlahan turun dan kini berada di leher Lizy. Adrian menikmati setiap jengkal tubuh Lizy dan tak membiarkan sedikitpun lepas dari dirinya pada kala itu.Kamar yang sunyi dan pintu kamar yang sudah terkunci membuat mereka berdua bisa melakukan apa yang mereka mau dengan sangat mudan dan juga leluasa.“A- Adrian…,” desah Lizy dengan suara pelan.Mendadak Adrian menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah Lizy dengan perasaan terkejut. Lizy yang melihat Adrian demikian justru malah merasa kebingungan sekali.“A- Ah…, sudah cukup?” tanya Adrian dengan sedikit gugup.Melihat Adrian yang merespon demikian malah membuat Lizy menyeringai kecil. Pria ini benar-benar manis saat dia seperti ini. dan Lizy tak bisa bohong bahwa dia suka sek
Sebenarnya permintaan Adrian ini terdengar sedikit tidak mungkin dan dirasa sedikit terlalu tak nyata. Bahkan untuk sekedar dianggap sebuah pernyataan saja sulit. Tetapi, melihat bagaimana Adrian yang mengatakannya dengan begitu bersikukuh, membuat mereka yang ada di sana tak bisa menolak.Bahkan, Lizy yang melihat Adrian sedemikian saja sudah membuat Lizy merasa tidak enak hati. Lizy sudah sampai di titik tidak bisa diharapkan sama sekali. Jalan hidupnya ini sudah hancur. Tapi kenapa Adrian masih tetap menerimanya.“Adrian. Aku tak memaksamu untuk menerima Lizy terus. Kamu bisa menolak, kalau semisal kamu tak bisa menerima kondisi Lizy," Loz ”khirnya bicara.Loz dengan perasaan berat hati mengatakan ini. Meski mungkin saja akan menyakiti perasaan Lizy, Loz tak masalah. Ia lebih tidak ingin kalau adiknya tersiksa setelah dinikahi. Tidak ada yang pernah menduga apa yang mungkin terjadi.Kegigihan Adrian itu terasa diremehkan. Adrian memandangi Loz dengan tatapan yang sangat tajam sekal
Setelah beberapa saat Lizy menangis tanpa adanya henti, akhirnya dia berhenti dan kini memandangi Adrian yang ada di depannya. Terlihat pakaian Adrian basah karena air mata Lizy yang daritadi mengalir dengan deras.“Maaf…, belakangan aku takut menemuimu, Adrian. Aku yang melarangmu untuk masuk ke sini dengan meminta Loz melakukannya,” Lizy langsung mengakui perbuatannya tersebut.Adrian tak bisa marah sama sekali setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy barusan. Jelas Adrian berpikir bahwa Lizy pasti punya alasan untuk melakukan apa yang sudah ia lakukan kepada dirinya ini.Dengan pelan Adrian menyentuh pipi Lizy dan memandanginya dengan perasaan sedih, “Kenapa, Lizy? Apa yang sebenarnya terjadi? Loz bilang kamu keguguran. Lalu kenapa? Apa kamu tidak mau membuatku menjadi bagian yang tahu segalanya tentangmu? Meski itu kesedihan sekalipun?” Adrian mempertanyakan apa yang telah menjadi pertanyaan di dalam kepalanya tersebut.
Adrian selama beberapa hari kesulitan menemui Lizy. Loz mengatakan kalau kondisi Lizy sekarang sedang sedikit tidak memungkinkan untuk ditemui. Bahkan untuk keluarganya sendiri saja kesulitan untuk bisa menemui Lizy.Tetapi, Adrian selalu tetap nekat datang. Ia selalu berharap bahwa Lizy akan menyambutnya dengan hangat dan akan menyapanya dengan senyuman yang gembira. Adrian juga berkali-kali ingin tahu bagaimana Lizy saat ini. Tetapi, semuanya seperti sengaja bungkam akan apa yang sedang terjadi sebenarnya.“Ayolah Loz, kenapa aku tidak boleh menengok Lizy? Bukankah aku harsus tahu kondisinya? Setidaknya beritahu saja aku bagaiman dia sekarang agar aku bisa merasa sedikit tenang,” pinta Adrian dengan perasaan yang frustrasi.Loz yang daritadi tengah menghalangi pintu kamar Lizy itu mendadak terperanjat. Karena makin jelas kalau memang ada yang disembunyikan, dan Adrian tidak boleh tahu sama sekali.Sedikit menyerah sebenarnya Adrian hendak me
Adrian benar-benar menemuji Hito. Mereka kini duduk saling berpandang dengan dibatasi menggunakan kaca penghalang. Padahal kalau tidak ada itu, Adrian berharap bisa memukul Hito agar dia berhenti mengganggu Lizy.Raut wajah Hito yang muram dan juga tatapannya yang tajam menunjukkan bagaimana dia sedang berusaha menahan kekesalannya atas perbuatan yang sudah direncanakan Hito selama ini.“Ada apa, Adrian?” tanya Hito dengan wajah yang dingin.Sebenarya rasa marah Hito sedikit terobati, saat melihat bagaimana tampak Hito yang sudah tidak karuan. Rambutnya yang pitak dan juga wajahnya yang sudah tirus kelihatan babak belur. Dia pasti mendapatkan ganjaran yang setimpal.“Hentikan semua rencanamu. Jangan ganggu Lizy lagi. Apa kamu tidak puas setelah apa yang kamu lakukan kepadanya?” tanya Adrian yang berusaha menahan emosi.Mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian membuat Hito merasa terkekeh. Dan respon Hito jelas membuat Adrian