Adrian sama sekali tidak bisa berkata-kata setelah membaca apa yang ada di tangannya tersebut. Rasanya mustahil sekali. Lizy adalah orang yang selama ini dicari banyak orang karena ini?!
“Mama yakin?” Adrian masih sedikit ragu. “Mama masih mencaritahu. Sengaja mama memasukkannya ke perusahaanmu, untuk melihat seberapa besar dia akan membantumu. Mama rasa, ini alasan mantan suaminya tidak memberikannya bekerja. Karena dia tahu Lizy orangnya berpotensi,” Mama memberitahu. “Tapi ma, ini berlebihan. Aku memang bisa saja langsung menerimanya, aku tidak masalah. Tapi pikirkan bagaimana pandangan orang-orang akan memandangnya? Dia akan dicap aneh-aneh!” Adrian masih mencoba memberikan penolakan. Mama memperhatikan Adrian, kemudian tersenyum miring melihat anak lelakinya yang tampak sangat khawatir sekali. Tetapi, ia lebih memandangi dengan tatapan yang merasa sangat curiga sekali. “Ada apa ini, Adrian? Tidak biasanya kamu seperti ini…, apa kamu ada rasa dengannya?” Adrian tertegun mendengarnya, wajahnya seketika memerah dan bahkan kelihatan ingin membuang muka di depan mamanya. Namun, sang ibu sudah membaca bagaimana raut wajahnya itu. “Bu- Bukan begitu, ma! Aku hanya takut belum terbiasa!” Masih dengan teguh Adrian menolak mengakuinya. Mamanya tidak mencari maslaah lebih lanjut, ia hanya tersenyum terkekeh mendengar ucapan sang anak yang membuatnya merasa tergelitik dengan caranya menjawab barusan itu. “Ya, ya,” Mamanya menyibak rambutnya yang pendek ke samping, “tapi tetaplah ajak dia. Beberapa orang pasti akan mengenalinya kalau kamu membawanya ke pertemuan besar. Tapi, jangan beritahu dia dulu…, ada yang perlu mama caritahu dulu,” ucap Mama kepadanya. Adrian masih ingin menolaknya karena merasa tidak tega. Tetapi mamanya kelihatan sekarang sedang serius ingin menjalankan apa yang diinginkan, dia merasa tidak bisa mengganggunya. Dengan berat hati, Adrian menghela napas dengan cukup panjang kepada sang mama. “Huhh, baiklah. Tapi, apa pun yang terjadi pada Lizy nantinya, aku akan melindunginya meski reputasiku dipertaruhkan,” Adrian meminta dengan nada suara yang sangat tegas. Mama memandangi Adrian yang tampak bersungguh-sungguh sekali. Dia tak melarang anaknya melakukan apa yang dia mau. Tetapi, jelas ada risiko yang pastinya akan diterima oleh Adrian saat ia telah memutuskan hal tersebut. “Adrian, mama takkan melarang kamu melakukan apa yang kamu mau, asalkan kamu bisa menjamin, Lizy selamat,” ucap Mamanya kembali. “Tentu.” Pembicaraan yang tidak menunjukkan sisi terangnya lebih jauh tersebut jelas membuat Adrian sebenarnya masih merasa tidak mengerti. Lizy hanya anak yatim piatu yang ditinggalkan di panti asuhan, siapa yang akan mengenalinya apabila Adrian membawanya? Adrian merasa pasti ada yang mengincar Lizy selain Hito si mantan suami Lizy itu sendiri. Adrian yang tengah bekerja itu terus memikirkan bagaimana dia akan mengajak Lizy bersamanya. Bukan karena perkataan mamanya, melainkan hatinya yang sebenarnya belakangan terasa sulit dikendalikan saat bersama dengan Lizy. ‘Sial, kenapa aku begini?!’ kesal Adrian di dalam hatinya. Tok.. Tok… Tok… Pintu diketuk dari luar, dan membuat Adrian sempat kaget. Ia segera bersikap selayaknya ia biasanya dan juga mencoba untuk tidak kelihatan panik sama sekali. “Masuk,” ucap Adrian. Pintu tersebut terbuka perlahan. Adrian memperhatikan untuk melihat siapa yang masuk. Betapa terkejutnya Adrian saat melihat sosok Lizy yang muncul dari belakang pintu dengan senyumannya yang sangat manis. Mata Adrian terbelalak, dan dia nyaris melotot karena kaget melihat Lizy yang datang. Jantungnya sudah tidak bisa diajak bekerja sama saat melihat kedatangan dari Lizy. Wanita tersebut masuk ke dalam sana dan membawa sebuah tas makanan pada tangannya serta sebuah jus di tangan satunya lagi. “Hai. Maaf menggangu. Bu Hana memintaku membawakan ini padamu. Katanya kamu biasanya di hari rabu selalu dikirimkan makanan rumah, jadi aku membawakannya atas perintah Bu Hana,” ujar Lizy. Wanita itu meletakkannya di atas meja dan memandangi Adrian dengan tulus, sebagai bentuk sopannya kepada orang yang telah menolongnya. Namun, setelah Lizy berkata barusan pun, Adrian tidak memberikan respon apa pun kepada dirinya. Lizy memandangi Adrian sejenak dengan wajah bingung, lalu melambaikan tangannya di depan wajah Adrian. Tidak ada respon sedikit pun. “Adrian?” panggil Lizy. Kemudian dirinya menjentikkan jari. Adrian langsung tersadar seketika. Ia kelabakan merespon Lizy yang sekarang ini wajahnya berada cukup dekat dengan dirinya tersebut. “Ah, terima kasih,” celetuknya. Lizy kembali tersenyum. “Sepertinya pekerjaanmu berat, aku akan pergi kalau begitu,” ucapnya. “Tu- Tunggu!” Adrian langsung menghentikan Lizy yang baru saja balik badan tersebut. Dirinya berhenti melangkah, dan kembali memutar badan ke arah Adrian, “Ada apa?” “Ba- Bagaimana kalau kita makan bersama? Ini sudah jam makan siang, kamu pasti belum makan,” ajak Adrian, sedikit merasa ragu. Lizy memandangi ke wajah Adrian, lalu ke arah bawaan yang tadi dia bawa tersebut. Sebenarnya Lizy ingin menerima ajakan tersebut. Tetapi ia ragu. Bekal itu pasti hanya cukup untuk satu orang saja. “Kita bisa ke kantin karyawan. Hari ini menunya cukup enak,” Adrian yang peka langsung mengajak Lizy. Mendengar Adrian yang langasung inisiatif tersebut membuat Lizy merasa tersentuh selama beberapa saat. Ia bahkan belum memberikan jawaban kepada dia, tetapi dengan segera Adrian menawarkan setelah menyadari raut wajah Lizy. Akhirnya mereka pergi ke kantin karyawan seperti tawaran dari Adrian itu. Di sana, Lizy merasakan berbagai tatapan mata memandanginya dengan tatapan sinis dan juga tidak enak untuk dirasakan. Rasanya risih sekali. “Aku akan mengambilkannya untukmu,” ucap Adrian saat mereka sudah tiba di sebuah meja kosong. “Ah, terima kasih,” Lizy langsung berkata dengan perasaan sedikit campur aduk. Dirinya sekarang duduk sendirian. Ia mengamati sekitar, dan menyadari bahwa beberapa karyawan memandanginya dengan tatapan tidak menyenangkan. Bahkan seperti terus mencibir Lizy yang baru saja duduk. Menunggu selama beberapa saat, Adrian akhirnya datang dengan membawakan makan siang yang disediakan di sana. Lizy merasa tidak enak hati, karena orang penting di perusahaan ini membawakan Lizy makanan. Kemudian Adrian duduk di depannya dan membuka semua makanan yang sudah ada di atas meja. Lizy merasa agak kaget melihat menu yang sangat banyak yang keluar dari tas bekal tersebut. “Kamu makan sebanyak ini?” tanya Lizy terkejut. “Hanya hari ini. Biasanya aku hanya makan salad,” sahutnya. “Kenapa?” Adrian diam sejenak sambil mengaduk daging, “Yah…, ada alasan tertentu,” ucapnya. Lizy melihat bagaimana Adrian yang menghindari tatapan matanya, dan itu jelas menunjukkan ada sesuatu yang disembunyikan. Perasaan curiganya jadi makin menggebu dan juga makin tidak karuan sama sekali. Tetapi, mereka tetap makan, tanpa Lizy mengacaukan perasaan dari Adrian yang kelihatan lapar sekali. Di tengah-tengah mereka makan, terdengar suara sepatu hak yang melangkah dengan kencang dan makin dekat ke arah mereka. Lizy menoleh ke arah sumber suara dengan mulut yang masih mengunyah, dan melihat kedatangan sosok wanita yang ia kenal dengan memakai kacamata hitam dan juga jaket berbulu tebal yang kelihatan garang sekali. “Adrian,” ucapnya Mia dengan suara yang genit. Suasana hati Adrian yang semula sedang senang tersebut langsung berubah saat mendengar Mia yang memanggil namanya. Wajahnya jadi beku dan juga auranya terasa mencekam sekali. “Pergi, atau aku akan memanggil petugas keamanan untuk menyeretmu,” ancam dari Adrian yang masih terdengar sabar sekali. Mia dengan wajahnya yang licik itu melepas kacamata dengan cara yang elegan. Dia melirik sebentar ke arah Lizy, kemudian tersenyum remeh sambil tertawa kecil dengan mulutnya yang tertutup. “Seleramu rendah sekali. Bekasan orang kok mau. Dia pasti mengguna-gunamu, ya?” Lizy tak merasa tersinggung sama sekali. Ia malah merasa heran dengan kenapa orang ini seperti sengaja terus mencari masalah terhadap dirinya tersebut. Adrian yang memang dari awal tidak menerima keberadaan dari Mia itu kini jadi makin meledak secara tiba-tiba. Rantang bulat yang berisikian sop tersebut ia lemparkan ke arah Mia yang berdiri di dekat mereka sampai membuat Mia tersebut kaget. “AAA!! ADRIAN! Apa yang kamu lakukan!” kejutnya, tak percaya melihat apa yang barusan dilakukan Adrian, ditambah dengan pakaiannya kini basah dan bau sop. Adrian berdiri dan memandangi Mia. Kini tempat mereka duduk menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana. Bahkan kelihatan beberapa orang seperti bersemangat melihat akan ada pertengkaran hebat. “Kalau kamu memang mau cari masalah denganku, cari saja! Katakan! Tapi jangan pernah kamu membawa-bawa Lizy!” Mia agak syok. Dia masih belum percaya meski sudah sekian kali melihat Adrian terus membela Lizy.Dengan perasaan yang membara dan juga menggebu, jelas Mia marah sekali. Rasanya masih tidak terima melihat Adrian yang lebih memilih wanita tersebut.“Kenapa kamu sangat membelanya?! Apa aku kurang berharga bagimu?! Aku lebih menarik dan bahkan aku lebih cantik darinya!” tegas dari Mia.Suaranya yang menggelegar tersebut jelas membuat para karyawan yang mendengarnya jadi melihat ke arah mereka. Menjadikan diri mereka sebagai tontonan yang menarik dan bahkan sangat menyenangkan untuk digosipkan.“Memang siapa yang mengatakan dirimu cantik?” Adrian dengan ketusnya bertanya kepada Mia.Seketika Mia tergagap hendak menjawabnya. Ia kembali dibuat tersinggung dengan ucapan dari Adrian yang terbilang cukup membuatnya merasa kesal.“A- Apa?! Apa bagimu aku tidak seperti itu?!”Adrian dengan enteng menjawab, “Kamu bahkan tak kuanggap wanita setelah tahu sifatmu,” balasnya.Ternganga tak percaya Mia mendengarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Lizy yang sedaritadi diam tidak mengatakan apa
Mia terus memperhatikan gerak-gerik dari Hito selama di rumah. Ia menunggu, kapan suaminya akan melakukan apa yang ia katakan kepadanya tersebut.Rasanya tidak sabar pastinya ingin melihat Lizy terpuruk dan mengalami apa yang ia harapkan. Wanita itu harus tahu rasa dulu supaya dia sadar bahwa dia bukan apa-apa.Tetapi, hari ini Mia tak pernah merasa lelah sama sekali untuk mendekati Adrian lagi. Ia ingin sekali mendekati pria itu, dan menjadikannya miliknya.‘Apa yang harus aku lakukan untuk memikatnya?’ batinnya lagi.Mia keluar dan kali ini berada di sebuah café yang cukup fancy untuk dirinya tersebut. Sambil duduk melamun dan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan, Mia memandangi minuman yang ia beli tersebut.Saat memandangi keluar, ia melihat sosok gadis yang jelas ia kenal sekali. Sambil menyeringai licik, Mia memperhatikan kemana perginya gadis itu. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat si gadis itu lagi.Adik Adrian, Alya, jelas Mia mendengarnya. Karena ia pernah menco
Tak puas sampai di sana, Mia memeluk kaki Lizy dan menggigitnya di bagian betis hingga terasa dengan sangat keras sekali.Lizy tak berusaha menendangnya, ia tahu akan terjadi hal lebih buruk kalau ia sampai menendang wajah dari wanita itu. Jadi Lizy lebih memilih menarik secara terpisah rambut Mia sampai ia merasa sakit sendiri.“AGHHH!” teriaknya.“Lepaskan!” Lizy membalas.Mia melepaskan tangannya dari kaki Lizy, dan kini hanya bisa memegangi kepala setelah Lizy melepaskannya. Melihat bahwa Mia tak lagi bisa berkutik, akhirnya Lizy menarik Alya pergi menjauh dari sana.Dengan langkah yang segera, Lizy menghentikan taksi dan juga langsung mengajak Alya masuk ke dalam sana. Alya masih merasa syok setelah melihat pertengkaran di depan matanya.Cepat Lizy melihat ke arah Alya, dan memegang tangannya dengan erat, “Kamu tidak apa?” tanya Lizy, masih tenang.Alya yang daritadi hendak bicara namun tertahan itu hanya bisa tergagap selama beberapa saat, tetapi ia masih gemetar saat dipegang o
Mereka tampak terdiam sebentar mendengar pertanyaan dari Lizy. Jelas pastinya aneh. Selama ini Lizy tidak bekerja, jadi pengalamannya pun tidak banyak. Kalau langsung masuk, jelas orang-orang akan curiga.“Apa kamu keberatan mendengar orang-orang membicarakanmu?” tanya Bu Hana.Kali ini malah Lizy yang dibuat terdiam oleh pertanyaan itu. Ditatap orang-orang saja Lizy merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi. Kalau digosipkan nantinya, rasanya Lizy tidak mungkin bisa membuat dirinya berpikir bahwa ia tidak mendengarnya sama sekali.“Bagaimana, Lizy?” tanya Bu Hana kembali.“Mmm, sebenarnya aku keberatan mendengarnya. Tapi, kalau semisal kalian berjanji bisa melindungiku, aku mungkin bisa menahannya,” sahut dari Lizy.Bu Hana tersenyum lebar mendengar jawaban Lizy. Dia menangkap jawaban itu sebagai jawaban bahwa dia bersedia menerima tawarannya dan siap menerima risikonya.“Baiklah. Setelah ini kamu mungkin akan banyak bertemu dengan mantan suamimu, kamu keberatan?” Bu Hana menanyakan
Hari pertama Lizy ikut dengan Adrian terasa begitu mendebarkan. Lizy sudah lama sekali tidak mendatangi sebuah perusahaan sebagai karyawan. Terakhir ia datang sudah lebih dari setahun lalu. Rasanya masih terasa asing sekali pastinya.Di dalam mobil Adrian, Lizy merasa bahwa dadanya berdebar sangat kencang sekali. Tetapi di sisi lain dia merasa sangat senang sekali, bahwa dia akan datang ke perusahaan dengan perasaan yang pastinya bahagia sekali.“Kamu kelihatan bersemangat,” ucap dari Adrian.“Tentu saja. Sudah lama aku tidak bekerja. Kalau aku bisa segera menghasilkan uang, aku pasti akan bisa balas budi dari kalian,” sahutnya.Adrian yang tengah menyetir itu merasa agak bingung dengan ucapan dari Lizy, jadi dia bertanya lebih banyak kepada Lizy atas ucapannya barusan kepada Lizy.“Balas budi? Kamu tak perlu melakukannya,” ucap Adrian.“Tidak. Aku perlu. Kalian memberikanku tempat tinggal Cuma-Cuma, dan bahkan kalian menyediakan makan untukku. Setelah aku bisa menghasilkan uang lebih
Melihat bagaimana Lizy yang malah makin dekat dengan Adrian jelas membuat Mia merasa tidak terima. Seharusnya dirinya lah yang paling dekat dengan Adrian, dan juga menjadi orang yang selalu diutamakan.Tetapi, melihat bagaimana Lizy seperti baik-baik saja membuat emosi dari Mia meledak. Akhirnya dia mengambil gambar dari kejauhan yang menunjukkan bahwa Lizy baik-baik saja, kemudian mengirimkannya kepada orang yang tepat.Sambil tersenyum dan penuh semangat, Mia mengirim foto tersebut kepada Hito sambil memberikan kata-kata yang bisa mengompori Lizy.(Lihat, dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah jahat padaku.) Isi pesannya.Dan Hito juga langsung membalasnya dengan cepat, (Kirimkan alamatnya.”Dengan bahagia dan bersemangat Mia langsung mengirimkan lokasinya. Segera ia memasukkan ponsel dan melihat ke arah dua orang itu lagi. Dia tidak sabar menunggu adanya pertunjukkan yang menyenangkan.Di tengah café sana, Lizy yang sedang makan dengan perlahan sambil menikmati obrola
Lizy merasa kepalanya sangat pusing sekali selama beberapa saat, seperti baru saja mendapat hantaman yang besar. Saat membuka mata, ia melihat bagaimana langit-langut ruangan yang putih bersih. Bau obat yang menyengat membuat sadar bahwa dia berada di rumah sakit.Tanpa berpikir Lizy berusaha duduk dari tempatnya berbaring tersebut. Tampak Adrian yang menungguinya memandanginya dengan wajah yang terkejut.“Lizy!” serunya.“Aku dimana-“Adrian spontan langsung memeluknya dengan sangat erat, hingga membuat kedua mata Lizy terbelalak seketika. Ia terkejut karena Adrian mendadak memeluknya itu.Jantungnya jadi berdebar dengan sangat kencang sekali, dan bahkan kini Lizy merasa bahwa wajahnya seperti terbakar dengan begitu dasyat.Perlahan Lizy mengangkat tangan dengan gemetar, kemudian membalas pelukan tersebut. Ada rasa yang berbeda saat ia membalas pelukan tersebut. Lizy merasa dipedulikan dan bahkan diakui keberadaannya.“Syukurlah kamu tidak apa,” Adrian melepaskan pelukannya dan meman
Mobil kembali berjalan, dan kini entah kemana lagi. Lizy merasa jantungnya tidak bisa tenang pada saat itu. Bahkan hanya sekedar menoleh ke arah Adrian saja, membuat perasaan Lizy tidak karuan.Padahal respon dari Adrian biasa saja. Rasanya agak aneh. Kenapa Adrian memperlakukannya seperti ini? Lizy bukan saudara atau seseorang yang berharga baginya, lalu apa tujuannya melakukan ini semua?Pandangan Lizy kini tertuju pada sebuah restoran saat mobil yang sedang dinaiki berbelok ke sana. Matanya terbelalak dan tambah bingung.“Kita kemana lagi?!” Lizy agak panik.“Makan. Sudah hampir malam, dan kamu belum makan dari siang. Jadi kita isi perut dulu,” ucap dari Adrian.Adrian langsung turun setelah melepaskan sabuk pengamannya. Sementara Lizy yang berusaha menolak itu hanya sempat tergugup selama beberapa saat, tanpa sempat berhasil mengeluarkan apa yang hendak dia katakan kepadanya.Mau tidak mau akhirnya Lizy turun dari dalam mobil dan segera mengejar Adrian yang sudah terlanjur masuk k
Lizy merasa sangat senang. Meski sering kali ditinggalkan oleh Adrian untuk urusan pekerjaan, Adrian tak pernah melewatkan satu haripun untuk bisa memasak dan menemani Lizy.Sampai beberapa bulan berlalu. Dimana anak Loz dan Nana sudah lahir, dan kehamilan Lizy juga sudah mulai membesar. Ia tak menyangka bahwa membawa perut sebesar ini akan membuatnya sedikit kewalahan. Jujur saja, Lizy bisa merasakan bahwa sekarang ia tak mampu melakukan apapun.Kakinya membengkak dan juga sekarang Lizy merasa sangat cepat kepanasan. Badannya juga terus berkeringat dan membuat Lizy merasa tak nyaman karena saking lengketnya. Tak sekali dua kali Lizy mandi dalam sehari.“Sayang, apa kamu akan mandi lagi?” tanya Adrian yang baru saja selesai mencuci piring di hari liburnya.Lizy yang sudah membawa handuk itu hanya bisa tertawa kecil mendapati dirinya sudah terpergok oleh suaminya yang mengenakan pakaian cukup tebal tersebut.“Haha. Panas sekali, Adrian. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak mandi,” bal
“Sudah, sudah. Jangan membicarakan hal seperti itu. Tidak baik,” Lizy segera menyela agar nantinya tidak terjadi pertengkaran di antara Adrian dan juga Loz.Mereka berbincang dengan topik yang lain setelah Lizy mengalihkan. Memang agak aneh karena ternyata mereka berdua masih memiliki sedikit dendam yang bisa disadari dengan mudah.“Kapan kamu akan melahirkan, Nana?” tanya Lizy.“Sebentar lagi. Yah, paling lambat sebulan lagi. Tapi kemungkinan lebih cepat juga mungkin. Jadi aku harus tetap siap sedia,” jawab Nana.“Kamu sudah menyiapkan peralatan bayinya?” tanya Lizy, lagi.Nana menganggukkan kepala. “Tinggal beberapa yang bisa dibeli belakangan. Untuk nanti baru lahirnya aku sudah ada,” jawab Nana.Lizy menyiku Adrian yang ada di sampingnya, kemudian berbisik pelan. Ia meminta izin kepada suaminya untuk memberikan sesuatu yang dari awal sudah salah debeli, jadi tidak ada salahnya kalau ditawarkan ke orang lain.“Apa kamu perlu alat pengayun bayi otomatis, Nana?” Adrian menawarkan.“M
Lizy menganggukkan kepala membenarkan berita tersebut kepada Adrian. Adrian yang mendengarnya pun tak percaya awalnya. Tetapi, melihat bahwa Lizy sampai menangis membuat Adrian juga tak bisa menyangkal sama sekali. Semakin jelas bahwa memang Lizy sekarang sedang hamil.Segera Adrian memeluk Lizy dengan sangat erat dan memberikan kecupan yang begitu manis pada Lizy. Lizy membalas pelukan tersebut untuk memberikan selamat kepada Adrian atas apa yang sudah mereka dapatkan.“Terima kasih…, terima kasih, Lizy,” ucap Adrian dengan amat suka cita.Orang-orang yang ada di sekitar mereka juga merasa sangat senang dengan berita bahagia tersebut. Bahkan beberapa orang bertepuk tangan membuat Lizy makin merasa terharu.“Lizy!” Suara itu menggema dan membuat Lizy langsung menolah ke arah Loz yang baru saja memanggilnya.Loz melotot memandangi Lizy. Ia sepertinya juga sudah mendengar berita tersebut dari Nana. Kelihatan bahwa Loz menyambut kehamilan Lizy yang sangat ditunggu tersebut. Loz langsung
Kali ini Lizy mulai punya lingkup keluarga yang lebih besar lagi. Ibu juga sudah mulai bicara dengan keluarga Nana, mendengarkan lebih banyak dan mencaritahu lebih detail. Ibu juga meminta maaf atas sikapnya selama ini.Jadi, sekarang bisa dikatakan bahwa keluarga Lizy, Adrian, dan juga Nana bisa menjadi satu setelah semua kesalahapahaman yang tidak diperlukan selesai. Mereka kini bisa menerima satu sama lain dengan baik tanpa rasa curiga sama sekali. Lizy merasa senang sekali.Kehamilan Nana yang kini sudah makin membesar jelas disambut dengan hangat sekali. Ayah memfasilitasi Nana di rumah. Dan ibu juga memanjakan Nana dengan segala perawatan dan juga latihan bagi ibu hamil pastinya.Lizy merasa senang, tetapi juga merasa sangat iri sekali. Ia juga ingin berada di posisi tersebut. Meski pastinya akan sangat sulit sekali untuk bisa benar-benar berada di posisi Nana. Lizy perlu perjuangan yang besar sekali.“Lizy!” seru Nana yang memanggilnya.“Ya?” Lizy membalasnya saat ia sedang mem
Nana mau makan dengan lahap setelah Lizy menyuapinya dan takkan berhenti apabila makanannya belum habis. Nana memang sakit, tapi Lizy tidak mau sakitnya malah merambat pada anak dalam kandungannya, dan akan membuat sakit Nana lebih besar nantinya.“Kamu sangat baik, Lizy. Bahkan suamimu juga baik,” ucap Nana.“Haha, terima kasih. Aku akan tetap baik kalau orang lain juga memperlakukanku dengan cara yang sama,” balas Lizy.Tampak Nana memandangi Lizy dengan tatapan yang membulat dan juga seperti hendak mengatakan sesuatu kepada Lizy. Lizy menyadarinya, jadi ia langsung melihat ke arah Nana dengan tatapan yang bertanya.“Ada apa? Apa masih ada yang mengganjal dalam hatimu?” tanya Lizy sambil merapikan semua wadah yang ia bawa.“Aku penasaran…, bagaimana caranya diterima di keluargamu. Suamimu juga tampaknya sangat diterima baik sekali,” tanya Nana yang merasa sangat iri dan juga bisa dilihat bahwa dia seperti merasa tak tega sama sekali.Lizy terdiam sejenak sambil hendak menyiapkan jaw
Lizy yang mendengar ibunya mengeluh itu sebenarnya merasa sangat jengkel sekali. Dia juga seorang ibu dan sama-sama seorang wanita juga. Tapi bisa-bisanya sang ibu malah berkata begitu.Di depan ruangan igd sang ibu mengomeli Loz berkali-kali meski sudah sangat diabaikan. Sayangnya suara ibu itu seperti menusuk ke dalam telinga. Karena Lizy juga merasa sangat kesal meski hanya dengan mendengarkannya.“Ibu tidak mengerti, padahal ini hari pentingnya, kenapa dia bisa-bisanya-““Bu!” Lizy menggertak karena merasa kesal sekali.Orang-orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah Lizy dengan Ibu yang langsung terdiam dari omongannya yang tidak berarti sama sekali saat ini. Lizy merasa kesal meski hanya dengan mendengarkan saja.“Aku mengerti ibu kesal sekarang ini. Tapi, ibu tak pantas berkata begitu. Nana juga tidak mau hari pentingnya berada di rumah sakit. Apa ibu memikirkan bagaimana perasaannya kalau mendengar ibu mengatakan hal itu padanya?” Lizy mulai mengoceh karena tak bisa mena
Setelah perjalanan panjang karena adanya pertentangan dari keluarga pihak perempuan, akhirnya Loz bisa melangsungkan pernikahan meski secara tertutup atas permintaan keluarga perempuan.Meski sebenarnya terlihat beberapa pihak keluarga Lizy yang tidak senang, Lizy lebih melihat bahwasannya kakaknya tampak sangat menyukai pernikahan tersebut. Tampaknya tidak ada permasalahan bagi Loz saat itu.“Kamu merasa gugup?” tanya Lizy pada Nana, calon istri Loz.“Sedikit. Aku hanya merasa tidak enak hati pada Loz. Keluargaku sangat banyak menntut darinya. Pasti rasanya berat sekali menurutinya,” ucap Nana yang merasa sangat bersalah memberikan jawaban Lizy.“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Loz ada dipihakmu, dan itu jelas jauh lebih dari cukup untuk kamu bisa berhadapan kedepannya,” ucap Lizy.Nana yang sedang mengenakan gaun pengantin dan duduk di depan cermin itu tersenyum menatapinya lewat pantulan cermin. Lizy membalas senyuman itu dan menepuk bahunya dengan pelan.“Jangan terlalu stres
Tetapi, sayang sekali lelucon Adrian sama sekali tidak masuk ke dalam humor Loz yang sangat tidak garing tersebut. Jadi Lizy memilih menyiku sedikit Adrian agar tidak tertawa. Karena leluconnya tak mampu mencairkan suasana.“Tapi, kenapa kamu ke sini? Tak mungkin kamu datang hanya untuk menanyakan perihal tersebut, kan?” singgung Lizy.Loz yang tadinya khawatir tersebut kini mendadak berubah menjadi tegang dan tidak bisa bicara selama beberapa saat. Dia terpaku di tempatnya tak bisa mengatakan sepatah kata apapun selama beberapa saat.Lizy yang melihat keanehan itu jelas langsung merasa curiga sekali. Tak biasanya Loz akan berubah seperti ini dengan begitu cepatnya. Ini persis seperti bagaimana dia sebelumnya pernah datang dengan membawa perasaan bersalah kemari.“Ada apa?” Lizy mulai bertanya dengan suara yang halus kepadanya.Loz tampak merasa ragu hendak memberikan jawaban kepada Lizy. Kalau sepert ini, Lizy jadi makin yakin memang sengaja ada yang coba disembunyikan dan juga ditut
Luna yang sempat tak mampu menjawab itu ingin marah setelah mendengar jawaban Adrian. Ia tak puas sama sekali. Luna terlalu berlebihan dalam mengejar orang yang sudah dimiliki orang lain.Baru saja Adrian menarik Lizy dan hendak berjalan meninggalkan tempat. Mendadak saja Luna kembali mengejar dan kembali menghadang mereka berdua yang kini berdiri lagi.Wajahnya tersengal dengan emosi yang memuncak besar sekali. Sampai-sampai Lizy bisa melihat tatapan kebenciannya yang menyatu dengan rasa iri hati yang terlalu besar memandangi Lizy.“Aku tidak peduli, Adrian! Kamu harus jadi milikku! Dan itu mutlak! Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!” tegas Luna sambil memukul diri berkali-kali menegaskannya.Orang-orang yang ada di sana sudah memandangi mereka dan bahkan menyodorkan layar ponsel merekam kegilaan dari Luna. Keanggunan Luna yang tadi Lizy lihat sudah sirna. Kini ia berubah menjadi dirinya yang sebenarnya.‘Wow, dia kalau dipasangkan dengan Hito pasti sangat cocok sekali,’ bati