Share

Berada di Pihakku

“Tu- Tuan Adrian!” Seru wanita yang ada di depannya itu.

Adrian masuk ke dalam dengan langkah yang sangat mengintimidasi sekali. Bahkan wanita yang menunggu di pintu itu sudah menunduk. Lizy bingung dengan keadaan sekarang.

“Aku tanya sekali lagi, kenapa kalau dia memanggilku langsung dinamaku?” Adrian mempertegas sekali lagi.

“Ma- Maaf Tuan. Ba- bagi saya itu kurang sopan. Apalagi dia orang baru di sini.”

“Lalu? Itu bukan urusanmu, Nia. Dia orang yang telah menyelamatkanku saat kecelakaan. Sekali lagi kamu menggangguku, aku akan membuatmu dalam masalah,” ucap Adrian.

“Ma- Maaf Tuan,” Perempuan itu sudah tidak dapat bergerak lagi setelah itu.

“Apa lagi? Keluar!”                      

Dua perempuan yang tadinya seperti ingin mencari masalah dengan Lizy, langsung keluar dengan segera. Mereka seperti baru saja mendapatkan peringatan besar sekali. Sementara Lizy tidak tahu harus bertindak bagaimana lagi.

“Maaf…, Adrian.., sepertinya aku memang tidak sopan langsung memanggil namamu. Apalagi aku orang baru di sini. Seharusnya aku lebih menjaga sikap,” Lizy merenungkan diri.

“Tak usah, Lizy. Aku lebih senang kamu memanggilku langsungn dengan namaku. Jangan sungkan, kamu orang berjasa di sini,” Adrian tidak marah sama sekali.

Berbeda dengan sebelumnya, Adrian bahkan tersenyum lebar saat bicara dengannya. Padahal tadi dia kelihatan sangat marah seperti akan siap menerjang siapa pun yang berani menjawabnya.

“Kamu sudah selesai? Aku ingin mengajakmu bicara di luar,” beritahu dari Adrian.

“Ah, iya. Barangku tinggal sedikit lagi selesai. Tapi kalau memang penting, aku bisa sekarang,” balas Lizy.

Mereka keluar dari bangunan tersebut. Lizy masih bisa merasakan bagaimana tatapan sirik dari orang-orang yang ada di dalam tersebut.

Sampai di taman belakang rumah utama Adrian, Lizy merasa terkesan melihat bagaimana tempat itu memiliki pohon apel yang buahnya sangat lebat sekali. Baru pertama kali ia melihat buah apel langsung dari pohonnya tersebut.

“Ada apa?” tanya Lizy saat duduk tidak jauh dari Adrian.

Dia menjaga jarak untuk tidak menimbulkan hal buruk bagi pria tersebut.

“Kamu…, sakit hati dengan Hito?” tanya Adrian.

DEGHH. Rasanya sebuah dentuman yang begitu keras seperti sedang menghantam Lizy pada saat itu. Padahal dia baru saja berusaha menenangkan diri dan melupakan hal tersebut. Tetapi, dengan Adrian membalasnya, rasanya hati Lizy terasa sakit kembali.

“Aku tahu ini terkesan ikut campur. Tapi, sebaiknya kamu tidak melemah seperti tadi, Lizy. Kamu lihat kan? Makin kamu diam, atau kamu melawan pun, kamu tetap diinjak-injak olehnya,” singgung Adrian.

Lizy memainkan ibu jarinya dan sedikit tertegun dengan ucapan Adrian tersebut. Di sisi lain, ia memang tidag mengerti maksud dari Adrian barusan.

“Lalu? Aku sudah serba salah mau maju atau pun mundur, Adrian…., aku lebih memilih menghindar saja,” Lizy merasa benar-benar pasrah sekali.

“Kamu akan membuat mereka makin tertawa senang kalau kamu sampai melakukan itu.”

Dirinya melirik ke samping, dan memandangi bagaimana Adrian yang menganggap serius obrolan mereka pada kala tersebut.

“Seperti yang kamu lakukan tadi, kamu harus melawan mereka,” sambungnya.

“Kamu ingin aku berteriak dan membentak?” Lizy bertanya sambil mengerutkan dahinya tersebut.

“Tidak. Kamu harus membalas mereka dengan cara yang berkelas,” saran dari Adrian.

Lizy menghela napas mendengarnya. Ia lebih merasa sudah lelah batin dan fisik untuk bisa menghadapi ini semua. Tetapi, mendengar bagaimana Adrian yang bicara tanpa merendahkannya, rasanya ia seperti menemukan sesuatu.

“Aku akan berada di pihakmu. Aku tidak suka melihat mereka yang semena-mena padamu,” Adrian terus terang mengatakan hal barusan.

Mata Lizy membulat sempurna mendengarnya. Selama ini ia tidak pernah mendengar bahwa akan ada orang yang mendukungnya dengan berkata terang-terangan begini. Namun, mengingat bagaimana Hito dulu, Lizy langsung menepis harapan tersebut.

Ia tak seharusnya boleh berharap dengan seseorang yang bahkan baru ia temui. Meski kelihatan baik, kedepannya tidak ada yang tahu bagaimana mereka mungkin akan memperlakukannya.

“Jangan berpura-pura baik begitu padaku. Aku tahu aku wanita rendahan, tapi aku tidak semurah yang kamu pikirkan,” sahut LIzy.

Adrian merasa tak paham dengan jawaban tersebut. Apa yang dia sampaikan berbeda dengan bagaimana Lizy menangkap maksud dari ucapannya yang memang baik dari awal.

Adrian bahkan sampai memperbaiki posisi duduk agar menghadapnya, dan menatap dengan tatapan serius terhadap ucapannya barusan.

“Aku serius! Lizy! Aku bersumpah akan ada dipihakmu! Kalau aku berbohong, pergilah dan anggap aku tidak pernah menolongmu!” Adrian berbicara dengan sangat serius sekali.

Lizy sudah sangat skeptis sekali dengan apa yang barusan didengar. Antara dia tidak bisa percaya dan juga tidak mampu memegang omongan itu sudah seimbang sekali dari dalam dirinya tersebut.

“Sudahlah, Adrian. Aku lebih berharap kamu bersikap bagaimana dirimu biasanya. Aku lebih bisa menilaimu kalau kamu menunjukkan bagaimana sosokmu yang asli di depanku,” Lizy masih menolak.

“Oke. Tapi, kalau kamu perlu bantuanku, katakan padaku! Aku ingin kamu setidaknya menjadikanku harapn terakhir saat kamu putus asa,” Adrian masih tidak menyerah.

“Ya, ya,” balas Lizy.

Bukan Lizy tidak mau menghargai bagaimana Adrian kelihatan sangat bisa diharapkan. Melainkan Lizy masih merasa trauma setelah perceraiannya yang bahkan ia tidak tahu bagaimana jalannya sidangnya.

Ia tak bisa lagi mempercayai pria dengan mudah sepenuhnya. Tipu muslihatnya benar-benar bisa menenggelamkan siapa pun dengan mudah.

Obrolan itu jadi berakhir begitu saja, dengan Lizy yang terkesan tidak menghargai bagaimana tawaran dari Adrian yang sangat tulus dari dalam hatinya tersebut.

Esok harinya….

Lizy mendapatkan tugas untuk belanja sedikit keperluan bulanan yang sudah di list oleh Bu Hana. Meski sudah dibagi dengan beberapa pembantunya yang ikut, mereka tetap berpisah dan pulang juga secara terpisah.

Masih sibuk dirinya memilih bumbu dapur yang sudah dicatatkan tersebut. Ketika sedang mendorong troli, Lizy tanpa sengaja menabrak troli lain di depannya karena pandangannya hanya tertuju pada rak di sebelahnya.

“Ah, Maaf. Aku tidak sengaja, aku tak fokus karena-“

Ucapannya terputus begitu saja setelah melihat siapa orang di depannya. Yap, dia Mia, istri baru Hito yang entah kapan dinikahi oleh Hito itu sendiri.

“Hai, Lizy. Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ujarnya.

Awalnya Lizy hendak menolak langsung ajakan tersebut. Tetapi, seketika ia mengingat bahwa Adrian memintanya untuk melawan mereka. Dan bukan menghindar seperti apa yang dirinya pikirkan tersebut.

Setelah mencari tempat dan meletakkan barang belanjaan mereka pada tempat penitipan. Kini mereka dududk di sebuah Café di dekat sana. Mia membelikannya sebuah minuman, tetapi Lizy tidak akan meminumnya sedikit pun.

“Minum saja. Aku tidak akan meracunimu,” Terus terang sekali Mia berkata.

Justru dengan dia berkata demikian membuat Lizy yakin kalau di dalam minumannya sudah diletakkan sesuatu yang mungkin Lizy tidak tahu sama sekali.

“Apa yang mau kamu bicarakan?”

Mia memandanginya sambil tersenyum dengan lebar. Tangannya yang semula memegang cangkir, kini ia letakkan di atas meja. Lihatlah dia yang angkuh. Sampai-sampai kakinya naik dan senyumnya jadi miring sekali.

“Kalau begitu maumu, baiklah.”

Sepertinya memang ada tujuan dari datangnya Mia menemuinya. Pasti ada sesuatu yang dia inginkan dari dirinya sampai mengajaknya bicara.

“Serahkan Adrian kepadaku, dan aku akan mengembalikan Hito padamu. Bagaimana?” tawarnya.

Lizy terkaget mendengarnya. Bahkan pikirannya seperti sempat berhenti setelah mendengarkan tawaran yang agak di luar akal sehat, dan bahkan tidak bisa dibilang sebagai akal yang masuk akal lagi.

Mia menyadari bahwa Lizy tidak menangkap sepenuhnya apa yang ia maksud barusan. Jadi Mia maju sedikit lebih dekat untuk memperjelas ucapannya barusan kepada Lizy.

“Aku ingin Adrian bersamaku. Aku akan memberikan Hito sebagai gantinya. Bagaimana? Jadi sama-sama menguntungkan, kan?” ujarnya.

Wahhh, gila. Padahal kelihatannya Mia sangat mencintai Hito saat ada di depan Lizy. Tetapi, ternyata niatnya di belakang Hito jauh lebih buruk dari yang ia pikirkan.

“Bagaimana? Kamu sangat mencintai Hito, dan aku bisa memberikannya padamu. Asal kamu memberikan apa yang aku mau,” Kembali Mia menekankan.

“Kamu ini sebenarnya piala yang bergilir atau ingin digilir?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status