“Tu- Tuan Adrian!” Seru wanita yang ada di depannya itu.
Adrian masuk ke dalam dengan langkah yang sangat mengintimidasi sekali. Bahkan wanita yang menunggu di pintu itu sudah menunduk. Lizy bingung dengan keadaan sekarang.
“Aku tanya sekali lagi, kenapa kalau dia memanggilku langsung dinamaku?” Adrian mempertegas sekali lagi.
“Ma- Maaf Tuan. Ba- bagi saya itu kurang sopan. Apalagi dia orang baru di sini.”
“Lalu? Itu bukan urusanmu, Nia. Dia orang yang telah menyelamatkanku saat kecelakaan. Sekali lagi kamu menggangguku, aku akan membuatmu dalam masalah,” ucap Adrian.
“Ma- Maaf Tuan,” Perempuan itu sudah tidak dapat bergerak lagi setelah itu.
“Apa lagi? Keluar!”
Dua perempuan yang tadinya seperti ingin mencari masalah dengan Lizy, langsung keluar dengan segera. Mereka seperti baru saja mendapatkan peringatan besar sekali. Sementara Lizy tidak tahu harus bertindak bagaimana lagi.
“Maaf…, Adrian.., sepertinya aku memang tidak sopan langsung memanggil namamu. Apalagi aku orang baru di sini. Seharusnya aku lebih menjaga sikap,” Lizy merenungkan diri.
“Tak usah, Lizy. Aku lebih senang kamu memanggilku langsungn dengan namaku. Jangan sungkan, kamu orang berjasa di sini,” Adrian tidak marah sama sekali.
Berbeda dengan sebelumnya, Adrian bahkan tersenyum lebar saat bicara dengannya. Padahal tadi dia kelihatan sangat marah seperti akan siap menerjang siapa pun yang berani menjawabnya.
“Kamu sudah selesai? Aku ingin mengajakmu bicara di luar,” beritahu dari Adrian.
“Ah, iya. Barangku tinggal sedikit lagi selesai. Tapi kalau memang penting, aku bisa sekarang,” balas Lizy.
Mereka keluar dari bangunan tersebut. Lizy masih bisa merasakan bagaimana tatapan sirik dari orang-orang yang ada di dalam tersebut.
Sampai di taman belakang rumah utama Adrian, Lizy merasa terkesan melihat bagaimana tempat itu memiliki pohon apel yang buahnya sangat lebat sekali. Baru pertama kali ia melihat buah apel langsung dari pohonnya tersebut.
“Ada apa?” tanya Lizy saat duduk tidak jauh dari Adrian.
Dia menjaga jarak untuk tidak menimbulkan hal buruk bagi pria tersebut.
“Kamu…, sakit hati dengan Hito?” tanya Adrian.
DEGHH. Rasanya sebuah dentuman yang begitu keras seperti sedang menghantam Lizy pada saat itu. Padahal dia baru saja berusaha menenangkan diri dan melupakan hal tersebut. Tetapi, dengan Adrian membalasnya, rasanya hati Lizy terasa sakit kembali.
“Aku tahu ini terkesan ikut campur. Tapi, sebaiknya kamu tidak melemah seperti tadi, Lizy. Kamu lihat kan? Makin kamu diam, atau kamu melawan pun, kamu tetap diinjak-injak olehnya,” singgung Adrian.
Lizy memainkan ibu jarinya dan sedikit tertegun dengan ucapan Adrian tersebut. Di sisi lain, ia memang tidag mengerti maksud dari Adrian barusan.
“Lalu? Aku sudah serba salah mau maju atau pun mundur, Adrian…., aku lebih memilih menghindar saja,” Lizy merasa benar-benar pasrah sekali.
“Kamu akan membuat mereka makin tertawa senang kalau kamu sampai melakukan itu.”
Dirinya melirik ke samping, dan memandangi bagaimana Adrian yang menganggap serius obrolan mereka pada kala tersebut.
“Seperti yang kamu lakukan tadi, kamu harus melawan mereka,” sambungnya.
“Kamu ingin aku berteriak dan membentak?” Lizy bertanya sambil mengerutkan dahinya tersebut.
“Tidak. Kamu harus membalas mereka dengan cara yang berkelas,” saran dari Adrian.
Lizy menghela napas mendengarnya. Ia lebih merasa sudah lelah batin dan fisik untuk bisa menghadapi ini semua. Tetapi, mendengar bagaimana Adrian yang bicara tanpa merendahkannya, rasanya ia seperti menemukan sesuatu.
“Aku akan berada di pihakmu. Aku tidak suka melihat mereka yang semena-mena padamu,” Adrian terus terang mengatakan hal barusan.
Mata Lizy membulat sempurna mendengarnya. Selama ini ia tidak pernah mendengar bahwa akan ada orang yang mendukungnya dengan berkata terang-terangan begini. Namun, mengingat bagaimana Hito dulu, Lizy langsung menepis harapan tersebut.
Ia tak seharusnya boleh berharap dengan seseorang yang bahkan baru ia temui. Meski kelihatan baik, kedepannya tidak ada yang tahu bagaimana mereka mungkin akan memperlakukannya.
“Jangan berpura-pura baik begitu padaku. Aku tahu aku wanita rendahan, tapi aku tidak semurah yang kamu pikirkan,” sahut LIzy.
Adrian merasa tak paham dengan jawaban tersebut. Apa yang dia sampaikan berbeda dengan bagaimana Lizy menangkap maksud dari ucapannya yang memang baik dari awal.
Adrian bahkan sampai memperbaiki posisi duduk agar menghadapnya, dan menatap dengan tatapan serius terhadap ucapannya barusan.
“Aku serius! Lizy! Aku bersumpah akan ada dipihakmu! Kalau aku berbohong, pergilah dan anggap aku tidak pernah menolongmu!” Adrian berbicara dengan sangat serius sekali.
Lizy sudah sangat skeptis sekali dengan apa yang barusan didengar. Antara dia tidak bisa percaya dan juga tidak mampu memegang omongan itu sudah seimbang sekali dari dalam dirinya tersebut.
“Sudahlah, Adrian. Aku lebih berharap kamu bersikap bagaimana dirimu biasanya. Aku lebih bisa menilaimu kalau kamu menunjukkan bagaimana sosokmu yang asli di depanku,” Lizy masih menolak.
“Oke. Tapi, kalau kamu perlu bantuanku, katakan padaku! Aku ingin kamu setidaknya menjadikanku harapn terakhir saat kamu putus asa,” Adrian masih tidak menyerah.
“Ya, ya,” balas Lizy.
Bukan Lizy tidak mau menghargai bagaimana Adrian kelihatan sangat bisa diharapkan. Melainkan Lizy masih merasa trauma setelah perceraiannya yang bahkan ia tidak tahu bagaimana jalannya sidangnya.
Ia tak bisa lagi mempercayai pria dengan mudah sepenuhnya. Tipu muslihatnya benar-benar bisa menenggelamkan siapa pun dengan mudah.
Obrolan itu jadi berakhir begitu saja, dengan Lizy yang terkesan tidak menghargai bagaimana tawaran dari Adrian yang sangat tulus dari dalam hatinya tersebut.
Esok harinya….
Lizy mendapatkan tugas untuk belanja sedikit keperluan bulanan yang sudah di list oleh Bu Hana. Meski sudah dibagi dengan beberapa pembantunya yang ikut, mereka tetap berpisah dan pulang juga secara terpisah.
Masih sibuk dirinya memilih bumbu dapur yang sudah dicatatkan tersebut. Ketika sedang mendorong troli, Lizy tanpa sengaja menabrak troli lain di depannya karena pandangannya hanya tertuju pada rak di sebelahnya.
“Ah, Maaf. Aku tidak sengaja, aku tak fokus karena-“
Ucapannya terputus begitu saja setelah melihat siapa orang di depannya. Yap, dia Mia, istri baru Hito yang entah kapan dinikahi oleh Hito itu sendiri.
“Hai, Lizy. Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ujarnya.
Awalnya Lizy hendak menolak langsung ajakan tersebut. Tetapi, seketika ia mengingat bahwa Adrian memintanya untuk melawan mereka. Dan bukan menghindar seperti apa yang dirinya pikirkan tersebut.
Setelah mencari tempat dan meletakkan barang belanjaan mereka pada tempat penitipan. Kini mereka dududk di sebuah Café di dekat sana. Mia membelikannya sebuah minuman, tetapi Lizy tidak akan meminumnya sedikit pun.
“Minum saja. Aku tidak akan meracunimu,” Terus terang sekali Mia berkata.
Justru dengan dia berkata demikian membuat Lizy yakin kalau di dalam minumannya sudah diletakkan sesuatu yang mungkin Lizy tidak tahu sama sekali.
“Apa yang mau kamu bicarakan?”
Mia memandanginya sambil tersenyum dengan lebar. Tangannya yang semula memegang cangkir, kini ia letakkan di atas meja. Lihatlah dia yang angkuh. Sampai-sampai kakinya naik dan senyumnya jadi miring sekali.
“Kalau begitu maumu, baiklah.”
Sepertinya memang ada tujuan dari datangnya Mia menemuinya. Pasti ada sesuatu yang dia inginkan dari dirinya sampai mengajaknya bicara.
“Serahkan Adrian kepadaku, dan aku akan mengembalikan Hito padamu. Bagaimana?” tawarnya.
Lizy terkaget mendengarnya. Bahkan pikirannya seperti sempat berhenti setelah mendengarkan tawaran yang agak di luar akal sehat, dan bahkan tidak bisa dibilang sebagai akal yang masuk akal lagi.
Mia menyadari bahwa Lizy tidak menangkap sepenuhnya apa yang ia maksud barusan. Jadi Mia maju sedikit lebih dekat untuk memperjelas ucapannya barusan kepada Lizy.
“Aku ingin Adrian bersamaku. Aku akan memberikan Hito sebagai gantinya. Bagaimana? Jadi sama-sama menguntungkan, kan?” ujarnya.
Wahhh, gila. Padahal kelihatannya Mia sangat mencintai Hito saat ada di depan Lizy. Tetapi, ternyata niatnya di belakang Hito jauh lebih buruk dari yang ia pikirkan.
“Bagaimana? Kamu sangat mencintai Hito, dan aku bisa memberikannya padamu. Asal kamu memberikan apa yang aku mau,” Kembali Mia menekankan.
“Kamu ini sebenarnya piala yang bergilir atau ingin digilir?”
Mia begitu marah mendengar bagaimana cara bicara dari Lizy yang memang terkesan sangat menyebalkan sekali. Tetapi dia kelihatan menahan diri agar tidak meledak dan membuat kekacauan yang tidak terkendali lagi.“Kamu itu sudah bekas, Lizy…, seharusnya kamu tidak mencari pria yang bagus untuk dirimu,” Mia berkata sambil menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya tersebut.Sedikit pun Lizy tidak merasa tersinggung dengan apa yang barusan dikatakan oleh Mia. Wanita ini hanya sedang berusaha memancing emosi agar dirinya bisa melampiaskan saja.“Jadi, menurutmu karena aku sudah pernah menikah, aku tidak boleh mencari pria yang lebih baik dari segala sisi?” Lizy bertanya dengan nada yang menjengkelkan.“Ya. Kamu seharusnya mencari yang selevel denganmu. Bukan malah yang ada di atasmu!” tegas Mia.Lizy diam sejenak. Ia kemudian memperbaiki posisi duduk, dengan bersandar pada kursi, dan menyilangkan kakinya dengan menunjukkan seberapa dirinya tidak mendengarkan ucapannya barusan.“Lalu k
Sampai di rumah, Lizy memberikan belanjaan yang sudah ia beli tersebut. Sementara para asisten rumah tangga yang lain kelihatan memasang wajah runyam dan masam sekali saat melihat Lizy yang baru saja datang bersama dengan Adrian.“Kalian darimana saja? Kenapa pulangnya belakangan?” Bu Hana bertanya kepada dirinya dan Adrian dengan raut wajah khawatir.“Maaf sebelumnya Bu, kami hanya-““Mia datang lagi. Sepertinya dia sekarang akan menargetkat Lizy,” Adrian segera menyela obrolan.Langsung menoleh dengan tatapan tajam Lizy ke arah dari Adrian yang memberikan jawaban sangat santai dan tanpa beban sama sekali. Dia sebenarnya tidak ingin mebeberkan perihal itu, makanya dirinya berusaha menyembunyikan.Namun, respon dari Bu Hana kelihatan kaget dan malah seperti orang yang was-wasnya makin menjadi setelah mendengar jawaban itu. Dia segera menghampiri Lizy dengan raut yang sedih.“Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia melakukan hal buruk? Dia tidak memukulmu, kan?” tanya Bu Hana.“T- Tidak.
Adrian sama sekali tidak bisa berkata-kata setelah membaca apa yang ada di tangannya tersebut. Rasanya mustahil sekali. Lizy adalah orang yang selama ini dicari banyak orang karena ini?!“Mama yakin?” Adrian masih sedikit ragu.“Mama masih mencaritahu. Sengaja mama memasukkannya ke perusahaanmu, untuk melihat seberapa besar dia akan membantumu. Mama rasa, ini alasan mantan suaminya tidak memberikannya bekerja. Karena dia tahu Lizy orangnya berpotensi,” Mama memberitahu.“Tapi ma, ini berlebihan. Aku memang bisa saja langsung menerimanya, aku tidak masalah. Tapi pikirkan bagaimana pandangan orang-orang akan memandangnya? Dia akan dicap aneh-aneh!” Adrian masih mencoba memberikan penolakan.Mama memperhatikan Adrian, kemudian tersenyum miring melihat anak lelakinya yang tampak sangat khawatir sekali. Tetapi, ia lebih memandangi dengan tatapan yang merasa sangat curiga sekali.“Ada apa ini, Adrian? Tidak biasanya kamu seperti ini…, apa kamu ada rasa dengannya?”Adrian tertegun mendengarn
Dengan perasaan yang membara dan juga menggebu, jelas Mia marah sekali. Rasanya masih tidak terima melihat Adrian yang lebih memilih wanita tersebut.“Kenapa kamu sangat membelanya?! Apa aku kurang berharga bagimu?! Aku lebih menarik dan bahkan aku lebih cantik darinya!” tegas dari Mia.Suaranya yang menggelegar tersebut jelas membuat para karyawan yang mendengarnya jadi melihat ke arah mereka. Menjadikan diri mereka sebagai tontonan yang menarik dan bahkan sangat menyenangkan untuk digosipkan.“Memang siapa yang mengatakan dirimu cantik?” Adrian dengan ketusnya bertanya kepada Mia.Seketika Mia tergagap hendak menjawabnya. Ia kembali dibuat tersinggung dengan ucapan dari Adrian yang terbilang cukup membuatnya merasa kesal.“A- Apa?! Apa bagimu aku tidak seperti itu?!”Adrian dengan enteng menjawab, “Kamu bahkan tak kuanggap wanita setelah tahu sifatmu,” balasnya.Ternganga tak percaya Mia mendengarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Lizy yang sedaritadi diam tidak mengatakan apa
Mia terus memperhatikan gerak-gerik dari Hito selama di rumah. Ia menunggu, kapan suaminya akan melakukan apa yang ia katakan kepadanya tersebut.Rasanya tidak sabar pastinya ingin melihat Lizy terpuruk dan mengalami apa yang ia harapkan. Wanita itu harus tahu rasa dulu supaya dia sadar bahwa dia bukan apa-apa.Tetapi, hari ini Mia tak pernah merasa lelah sama sekali untuk mendekati Adrian lagi. Ia ingin sekali mendekati pria itu, dan menjadikannya miliknya.‘Apa yang harus aku lakukan untuk memikatnya?’ batinnya lagi.Mia keluar dan kali ini berada di sebuah café yang cukup fancy untuk dirinya tersebut. Sambil duduk melamun dan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan, Mia memandangi minuman yang ia beli tersebut.Saat memandangi keluar, ia melihat sosok gadis yang jelas ia kenal sekali. Sambil menyeringai licik, Mia memperhatikan kemana perginya gadis itu. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat si gadis itu lagi.Adik Adrian, Alya, jelas Mia mendengarnya. Karena ia pernah menco
Tak puas sampai di sana, Mia memeluk kaki Lizy dan menggigitnya di bagian betis hingga terasa dengan sangat keras sekali.Lizy tak berusaha menendangnya, ia tahu akan terjadi hal lebih buruk kalau ia sampai menendang wajah dari wanita itu. Jadi Lizy lebih memilih menarik secara terpisah rambut Mia sampai ia merasa sakit sendiri.“AGHHH!” teriaknya.“Lepaskan!” Lizy membalas.Mia melepaskan tangannya dari kaki Lizy, dan kini hanya bisa memegangi kepala setelah Lizy melepaskannya. Melihat bahwa Mia tak lagi bisa berkutik, akhirnya Lizy menarik Alya pergi menjauh dari sana.Dengan langkah yang segera, Lizy menghentikan taksi dan juga langsung mengajak Alya masuk ke dalam sana. Alya masih merasa syok setelah melihat pertengkaran di depan matanya.Cepat Lizy melihat ke arah Alya, dan memegang tangannya dengan erat, “Kamu tidak apa?” tanya Lizy, masih tenang.Alya yang daritadi hendak bicara namun tertahan itu hanya bisa tergagap selama beberapa saat, tetapi ia masih gemetar saat dipegang o
Mereka tampak terdiam sebentar mendengar pertanyaan dari Lizy. Jelas pastinya aneh. Selama ini Lizy tidak bekerja, jadi pengalamannya pun tidak banyak. Kalau langsung masuk, jelas orang-orang akan curiga.“Apa kamu keberatan mendengar orang-orang membicarakanmu?” tanya Bu Hana.Kali ini malah Lizy yang dibuat terdiam oleh pertanyaan itu. Ditatap orang-orang saja Lizy merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi. Kalau digosipkan nantinya, rasanya Lizy tidak mungkin bisa membuat dirinya berpikir bahwa ia tidak mendengarnya sama sekali.“Bagaimana, Lizy?” tanya Bu Hana kembali.“Mmm, sebenarnya aku keberatan mendengarnya. Tapi, kalau semisal kalian berjanji bisa melindungiku, aku mungkin bisa menahannya,” sahut dari Lizy.Bu Hana tersenyum lebar mendengar jawaban Lizy. Dia menangkap jawaban itu sebagai jawaban bahwa dia bersedia menerima tawarannya dan siap menerima risikonya.“Baiklah. Setelah ini kamu mungkin akan banyak bertemu dengan mantan suamimu, kamu keberatan?” Bu Hana menanyakan
Hari pertama Lizy ikut dengan Adrian terasa begitu mendebarkan. Lizy sudah lama sekali tidak mendatangi sebuah perusahaan sebagai karyawan. Terakhir ia datang sudah lebih dari setahun lalu. Rasanya masih terasa asing sekali pastinya.Di dalam mobil Adrian, Lizy merasa bahwa dadanya berdebar sangat kencang sekali. Tetapi di sisi lain dia merasa sangat senang sekali, bahwa dia akan datang ke perusahaan dengan perasaan yang pastinya bahagia sekali.“Kamu kelihatan bersemangat,” ucap dari Adrian.“Tentu saja. Sudah lama aku tidak bekerja. Kalau aku bisa segera menghasilkan uang, aku pasti akan bisa balas budi dari kalian,” sahutnya.Adrian yang tengah menyetir itu merasa agak bingung dengan ucapan dari Lizy, jadi dia bertanya lebih banyak kepada Lizy atas ucapannya barusan kepada Lizy.“Balas budi? Kamu tak perlu melakukannya,” ucap Adrian.“Tidak. Aku perlu. Kalian memberikanku tempat tinggal Cuma-Cuma, dan bahkan kalian menyediakan makan untukku. Setelah aku bisa menghasilkan uang lebih
Lizy tak bisa berkata apa-apa. Ini bisa dikatakan jelas sebagai salahnya karena jelas ialah yang secara tak langsung tak mau diberitahukan mengenai berita itu.Air mata Lizy tak bisa tertahankan sama sekali. Ia menyesalkan dirinya yang dulu sangat menurut dan mau-mau saja diminta oleh Hito untuk melakukannya. Rasanya bodoh, padahal mungkin bisa saja ia bisa bertemu segera dengan keluargamu.Bu Hana Iba melihat Lizy yang seperti itu. Jelas rasanya sangat kasihan sekali. Bagaimana mungkin ia akan menjelaskan perihal ini dengan mudah? Seorang gadis yang ditinggalkan sejak kecil kini mendengar kabar keluarganya.“Lalu…, apa Ibu tahu, di mana keluargaku?” tanya Lizy.Bu Hana memberikan ekspresi wajah yang lesu dan seperti orang yang tak bisa berkata-kata lagi. Dia seolah dibuat tak mampu untuk memberitahukan yang sebenarnya kepada Lizy. Ia merasa berat hati menjelaskan hal ini kepadanya.“Kalau kamu mendengar ini, jangan marah, ya? Kami masih berusaha mencari celah untuk bisa bertemu denga
Lizy hanya bisa tertawa kecil menjawab pertanyaan dari Adrian. Sejujurnya ia merasa tidak enak hati kepada Bu Hana. Lizy sudah menumpang di sini, belum lagi dirinya malah berpacaran dengan Adrian. Mungkin orang-orang akan berpikir dirinya aji mumpung karena itu.Adrian memegang tangannya dengan erat, sambil memasang wajah sedih setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy. Dia cemberut, sedikit mau ngambek tapi ingat kalau ia tak bisa tanpa Lizy.“Maaf ya. Aku masih belum terbiasa. Hubungan kita masih tunangan, rasanya kalau seperti tadi, tidak etis,” ucap Lizy.Adrian memandangi Lizy dengan lamat-lamat. Lizy tidak berusaha menghindar demi mencari alasan untuk membuat Adrian tak mendekatinya. Melainkan Lizy berkata begitu karena memang seperti itu yang sedang ia rasakan.Kemudian Adrian tersenyum memandangi Lizy, dan megecup punggung tangan Lizy dengan manis, “Tentu. Maaf, seharusnya aku tahu kamu pasti kadang merasa tak nyaman.”Tak lama dari itu, mereka berdua keluar dari ruangan
Dan sekarang lebih parah lagi daripada biasanya. Orang-orang yang mereka temui selalu memberikan selamat. Bahkan saat Lizy sedang sendirian pun dia selalu mendapatkan ucapan dari orang-orang yang tidak ia kenal.Saat tahu beritanya benar-benar tersebar, dan ada foto mereka saat Adrian sedang melamarnya, membuat Lizy jadi merasa tidak nyaman. Karena itu berarti ada orang yang mengikuti mereka kemana pun.“Aku tidak paham. Siapa yang mengikuti kita sampai seperti ini? Saat kita pergi, tidak ada orang yang mencurigakan sama sekali. Bagaimana mungkin ada yang bisa mengambil gambar kita dengan cepat,” gerutu Lizy saat ia dan Adrian sedang berada di ruangan kerja Lizy yang ditinggalkan oleh Bu Hana.“Yah, memang jurnalis kadang seperti ini. Demi bisa membuat berita yang wah dan juga bisa mendapatkan perhatian publik, ini adalah salah satu cara yang pas untuk bisa mendapatkannya,” ucap Adrian yang tetap santai duduk di sofa.Lizy yang daritadi mondar-mandirtidak karuan itu langsung duduk di
Adrian tak berkutik setelah Lizy berkata begitu. Jantungnya yang berdegup kencang membuatnya tak bisa berkata lebih banyak lagi. Ia sekarang dibuat bungkam oleh Lizy.Mereka yang saling bertatapan itu membuat suasana jadi makin terasa dingin. Lizy memilih menunggu sampai paling tidak Adrian bisa bicara mengenai apa yang ingin Lizy tahu. Sementara Adrian berusaha untuk menghindar tapi tak menemukan celah sama sekali.Melihat Adrian yang tak kunjung bicara sempat membuat Lizy merasa heran. Dia yang paling frontal mengatakan niatnya, tetapi dia juga yang paling berusaha menghindar.Padahal juga dia sendiri tak kuat kalau didiami oleh Lizy. Tetapi, dia juga yang tak bisa berhadapan dengan Lizy setelah hari itu.“Hei.” Lizy memanggil sambil berusaha hendak memegang tangan Adrian.Adrian yang terkejut langsung menarik tangannya sebelum akhirnya Lizy mendekat kepadanya. Itu membuat Lizy malah makin bingung dengan responnya. Bagi Lizy itu terlalu berlebihan dan sangat-sangat tidak bagus bagi
Adrian tak berkutik setelah Lizy berkata begitu. Jantungnya yang berdegup kencang membuatnya tak bisa berkata lebih banyak lagi. Ia sekarang dibuat bungkam oleh Lizy.Mereka yang saling bertatapan itu membuat suasana jadi makin terasa dingin. Lizy memilih menunggu sampai paling tidak Adrian bisa bicara mengenai apa yang ingin Lizy tahu. Sementara Adrian berusaha untuk menghindar tapi tak menemukan celah sama sekali.Melihat Adrian yang tak kunjung bicara sempat membuat Lizy merasa heran. Dia yang paling frontal mengatakan niatnya, tetapi dia juga yang paling berusaha menghindar.Padahal juga dia sendiri tak kuat kalau didiami oleh Lizy. Tetapi, dia juga yang tak bisa berhadapan dengan Lizy setelah hari itu.“Hei.” Lizy memanggil sambil berusaha hendak memegang tangan Adrian.Adrian yang terkejut langsung menarik tangannya sebelum akhirnya Lizy mendekat kepadanya. Itu membuat Lizy malah makin bingung dengan responnya. Bagi Lizy itu terlalu berlebihan dan sangat-sangat tidak bagus bagi
Bu Hana menganggukkan kepala. Mereka sedang duduk berhadapan itu terasa sangat menegangka sekali. Karena Lizy terasa seperti sedang disidang dengan perkaran yang tidak ia lakukan sama sekali.Lizy mulai menceritakan bagaimana saat mereka pergi ke pantai, dan juga memberitahukan bagaimana bisa akhirnya Adrian berkata begitu di depan Mia sampai membuat Mia menangis histeris.Bu Hana yang mendengarkan berkali-kali hanya bisa menganggukkan kepala mendengarnya. Dia seperti keheranan dan juga merasa masuk akal kenapa Adrian akhirnya mengatakan niatnya dahulu kepada sang ibu.“Tapi, apa Adrian setelahnya membicarakan ini denganmu?” tanya Bu Hana.“Tidak ada, Bu. Dia malah selalu menghindar setiap kali aku membahasnya. Aku pikir dia merasa tidak enak hati dan asal ucap saja saat itu. Jadi aku tidak memperpanjangnya untuk mencaritahu,” Lizy menjawab.Bu Hana kembali terdiam. Dia hanya menganggukkan kepala lagi. Semua jelas terasa sangat aneh jalannya. Tetapi, tak bisa dipungkiri bahwa sekarang
Seketika Mia menunjukkan ekspresi dimana dia sama kesal dan juga marah kepada Lizy. Itu pasti karena dia merasa sangat tertipu selama ini. Terlebih Lizy yang kelihatan baik-baik saja dan bahagia membuatnya makin merasa tak terima.“Tapi selama ini kamu kelihatan baik-baik saja!” kesalnya.“Ya kamu melihatku saat aku memang baik-baik saja. Waktu Hito mulai marah kamu tidak pernah tahu, kan? Apalagi kalau keinginannya tak dituruti,” balas Lizy.Dari matanya kelihatan jelas dia marah. Tetapi, kesedihannya juga tidak terbendung sama sekali. Karena apa yang selama ini ia lihat dan rasakan tak selamanya terasa demikian. Jadi Mia benar-benar terasa dibohongi.Karena sudah dilalap oleh api kemarahan dan juga rasa cemburu yang berlebihan, Mia mendadak hendak menyerang Lizy yang sedang bersama dengan Adrian.Adrian yang tak tinggal diam langsung menghadang tanpa membiarkan Mia memiliki kesempatan untuk bisa menyerang Lizy dengan leluasa.Adrian langsung menggunakan tubuhnya untuk melindungi Li
Di luar sana, Adrian sebenarnya sangat kesal sekali ditemukan oleh wanita yang tidak pernah ada habisnya mengganggunya ini. Padahal sudah menikah, bukannya makin lebih baik malah makin bertingkah saja.“Adrian. Apa kamu sungguh tak mau aku temani?” tanyanya.Mia dengan sengaja memakai bikini paling seksi setelah mendapatkan informasi kalau Adrian ada di pantai. Dia tidak akan menyerah untuk menggoda Adrian kalau belum bisa ia milik.“Tidak. Sudah kukatakan daritadi aku tidak mau,” ucap Adrian dengan sangat ketus.“Ah, tapi kan tidak menyenangkan kalau di pantai sendiri. Bagaimana kalau aku temani? Malam-malam begini pasti enak kalau sambil minum, ya?” Ajak Mia dengan suaranya yang sangat centil sekali.“Tidak. Aku datang bersama Lizy. Kebetulan kami ada kencan,” sahut Adrian yang menegaskan.Mia tersentak mendengarnya. Rasanya kesal mendengar nama Lizy disebut. Mia berusaha mendekati Adrian mati-matian. Tetapi malah Lizy yang tak pernah melakukan pergerakan yang mendapatkannya.Tak me
“Ya. Kamu seperti orang yang akan melahap siapapun kalau ada di depanmu, haha,” Lizy sedikit bergurau mengatakannya.“Begitu kah? Tapi memang banyak yang bilang kalau aku terlalu kaku. Padahal aku rasa aku biasa saja,” sahut Adrian.Lizy memandangi Adrian yang dimana dia sendiri tidak percaya kalau dia seperti itu. Mungkin karena selama ini dia merasa bahwa perilakunya biasa saja dan santai. Tetapi, sayangnya orang lain tak memandang seperti itu.“Aku jadi penasaran. Kalau semisal kedepannya aku terlibat masalah lagi, apa kamu akan membantuku?” tanya Lizy yang mulai mengandai-andai.“Tentu saja. Bahkan kalau harus mengorbankan nyawa, aku akan lakukan kalau itu demi dirimu,” Adrian menjawab dengan penuh semangat yang sangat menggebu sekali.“Ah, itu terlalu berlebihan Adrian. Kalau masalahnya sampai seperti itu, malah aku yang tidak akan memberitahumu sama sekali,” Lizy langsung merasa tidak enak hati.“Tidak boleh. Aku ingin melindungimu. Meski harus mati sekalipun, aku tidak masalah