Lizy yang menoleh tersebut mendapati seorang gadis belia yang kelihatan sangat cemberut sekali menadanginya. Tangannya menyilang, dan wajahnya penuh curiga memandangi Lizy.
Dengan tergugup Lizy memilih buru-buru mengambil semua barang yang barusan terjatuh dari tangannya tersebut. Ia merasa telah dipergoki melakukan sesuatu yang tidak baik oleh orang lain rasanya.
“A- Ah, tidak. Aku hanya-“
“Kamu mau mencuri, kan?!” tuduh dari gadis itu.
“Apa? Tidak. Tidak, sungguh. Aku tidak berniat mencuri,” Lizy membela diri.
“Jangan bohong! Aku tahu kamu-“
“Alya…,” Suara rintihan itu terdengar cukup berat sekali.
Mereka berdua secara spontan menoleh ke samping, dan mendapati bahwa pria yang pingsan itu sudah bangun. Lizy didorong kasar oleh Gadis tersebut.
“Kak! Kakak tidak apa?! Apa kakak dirampok oleh wanita ini?! atau dibegal?!” Matanya membula terbelalak memandangi pria tersebut.
Lizy merasa degup jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Ia memandangi pria tersebut dengan tatapan memelas meminta bantuan. Ia bukan pencuri.
Pria itu melihatnya dan mengerti maksud kode dari Lizy. Meski dia pasti tidak tahu pasti apa yang terjadi, tetapi dia kelihatan mau membantu Lizy pada kala tersebut.
“Tidak. Alya. Kalau dia pencuri, kenapa dia di sini?” Suaranya yang lirih itu menyakiti hati saat mendengarnya.
Tak lama dari itu, dari pintu masuk sepasang pasangan tua yang kelihatan begitu panik sekali mendatangi mereka. Lizy segera mundur dari posisi, dan membiarkan orang-orang yang merupakan keluarga pria itu mendekat.
Ia merasa iri, melihat bagaimana mereka peduli satu sama lain. Mungkin punya keluarga itu bisa menyenangkan juga, kan?
“Ah, maaf, kami mengabaikanmu,” Wanita paruh baya itu segera bangun dan menghampiri Lizy yang daritadi tidak menghiraukan dirinya tersebut.
“O- Oh, tidak apa. Ini…, ini barang-barang yang tadi diserahkan oleh pihak rumah sakit saat mengevakuasinya,” Lizy menyerahkan semuanya tanpa menyisakan satu pun.
“Terima kasih, Nak. Kalau tidak ada kamu, mungkin tidak ada yang tahu bagaimana kondisi dari anak kami. Kami tidak tahu bagaimana caranya membalas perbuatanmu ini,” Wanita tersebut merasa sangat terharu.
Dengan kesadaran penuh, Lizy akhirnya punya ide yang harus ia sampaikan. Memang terkesan sangat matre sekali. Tetapi, ia perlu untuk modal bertahan hidupnya kedepannya.
“Kalau tidak keberatan…, apa aku boleh meminta uang sebagai imbalannya?”
“HEH! DASAR PENCURI!” Gadis tersebut langsung menyela mereka berdua, dan menunjuk dengan kasar ke arah dari Lizy.
“Kamu pasti sengaja ingin memoroti keluargaku karena sudah menolong kakakku, kan?! Jangan pikir kami bisa memberikanmu dengan mudah semua itu!” Gadis itu berbicara dengan sangat kasar.
“Alya, sudah. Kita dengarkan dulu alasannya,” Pria yang tadi pingsan itu sudah duduk di atas ranjang rumah sakit, dan memandanginya.
“Iya, Nak. Kenapa kamu ingin uang sebagai imbalannya?” tanya dari Wanita itu.
Lizy terdiam sejenak. Ia sebenarnya merasa malu untuk mengatakan alasannya. Terlebih dia baru saja diusir dari rumahnya sendiri. Tapi, kalau tidak dikatakan, Lizy mau kemana?
Ia melihat ke arah para orang-orang yang ada di sana. Kelihatannya mereka menunggu jawaban dari Lizy yang mungkin akan terdengar tidak masuk akal sama sekali.
“Sebenarnya, aku baru saja diusir oleh suamiku- ah, lebih tepatnya mantan suamiku. Dia menceraikanku tiba-tiba. sekarang aku tidak punya tempat tinggal, dan tidak punya pekerjaan. Kalau tidak keberatan, aku ingin meminta uang untuk aku menyewa tempat tinggal sementara, tapi, kalau kalian keberatan pun tidak masalah,” jelas Lizy dengan wajah memerah menahan malu.
“Kamu…, dicerai?” tanya pria tersebut.
Semua memandangi ke arah pria yang bertanya dengan wajah tak percaya tersebut.
“Ada apa, Adrian? Kamu tahu dia?” Wanita tersebut bertanya.
“Ah, aku tahu dia istri dari salah satu perusahaan yang mencoba untuk menawarkan diri mendapatkan kerjasama denganku belakangan,” sahut dari pria bernama Adrian tersebut.
“Ah, bagus, setidaknya kamu tahu dia. Bagaimana kalau kamu tinggal bersama kami? Kamu bisa bekera sebagai asisten pribadiku untuk jadwalku,” Wanita tersebut langsung menerima dengan mudahnya.
“A- Apa?” / “APA?!”
Lizy berbicara bersamaan dengan gadis tersebut, tetapi dengan nada yang berbeda pastinya. Mereka saling menatap satu sama lain. Antara merasa tidak senang dan juga tidak terima sudah menjadi satu di dalam benaknya.
“Ma! Mama gila ya?! Bagaimana mama bisa memperkerjakan seorang pencuri di rumah kita!” Gadis bernama Alya tersebut terus menuduh Lizy yang bukan-bukan.
“Alya. Kamu tidak boleh menuduh yang bukan-bukan,” Tante tersebut memberitahu.
Melihat bagaimana orang-orang tak ada di pihaknya, membuat sosok gadis tersebut merasa sangat frustrasi dan ingin marah sekali. Ia akhirnya hanya bisa menahan amarahnya, serta pergi meninggalkan mereka.
Lizy yang melihat suasana jadi tidak nyaman itu merasa tidak enak hati dengan apa yang dirasakan gadis tersebut. Rasanya berlebihan menerima tawaran tersebut.
“Tid- Tidak usah, Tante. Aku akan mencari tempat lain-“
“Hei, jangan begitu. Kamu nanti tinggalnya terpisah dengan rumah utama kami. Mungkin bantuan ini tidak seberapa, tapi kami harap ini bisa membantumu untuk tetap menyambung hidup,” sela dari wanita tersebut.
Lizy merasa sangat tersentuh setelah mendengar ucapan yang membuatnya merasa luluh. Ia menahan air mata dan tetap merasa bersyukur sekali. Tuhan benar-benar baik mendatangkan orang yang tepat saat dirinya kesulitan seperti ini.
****
“Nanti kamu tinggal di rumah itu, ada para bibi pembantu yang juga tinggal di sana,” sebutnya.
“Ah, baik, Tante,” sahut Lizy.
“Oh, satu lagi. Jangan panggil Tante, ya? Panggil saja Bu Hana.”
Lizy menganggukkan kepala. Ia baru saja mengetahui siapa nama wanita tersebut. Rasanya takjub sekali melihat, bagaimana luasnya tempat yang sedang ia masuki. Bahkan ini lebih besar dari yang dirinya sempat pikirkan.
Dirinya berkeliling sejenak untuk melihat beberapa tempat yang sekiranya menarik. Lizy tak bisa berhenti merasa terpukau setelah beberapa melihat bagaimana tempat tersebut menjadi sangat luar biasa untuk terus dipandangi.
“Lizy?” Panggil seseorang.
Lizy melihat ke arah sumber suara, dan mendapati pria yang ia kemarin tolong datang dengan wajah penuh senyuman. Lizy merasa agak gugup dan tidak ahu harus melakukan apa.
“A- Ah, Pak Adrian.., saya-“
“Hahaha, santai saja. Aku hanya ingin menyapa. Umur kita tidak beda jauh, Lizy. Kamu bisa bicara santai denganku,” ungkap dari Adrian.
Lizy hanya tersenyum tipis sambil sedikit membuang muka. Entah kenapa raut wajah Adrian seperti menunjukkan sesuatu yang berbeda.
“Namaku Adrian. Aku belum sempat berkenalan secara resmi denganmu,” Adrian mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan dirinya tersebut.
Lizy menjabat tangan tersebut untuk membalasnya, “Lizy,” singkatnya.
Tangan mereka langsung lepas dengan segera. Rasanya suasana jadi terasa canggung di dekat Lizy. Adrian masih berdiri di depannya, seolah memang masih ada yang ingin disampaikan.
“Kebetulan aku akan keluar. Katanya barang-barangmu masih ada di penitipan, kan? Aku akan mengantarmu,” ucap dari Adrian.
Agak terkejut Lizy mendengarnya. “Ti- tidak usah. Kamu baru keluar rumah sakit. Pasti kondisimu belum fit,” Lizy menolak.
“Tidak, Lizy. Aku tidak kecelakaan parah. Aku hanya tidak sadarkan diri sebentar. Tidak ada luka. Bahkan kalau bekerja sekarang pun, aku bisa,” Adrian memberitahu dengan sedikit mengutarakan candaan kepadanya.
“Jangan! Nanti makin parah!” Lizy melarang.
Adrian senang mendengarnya. Seperti sebuah ucapan yang sudah diharapan dari awal. “Kalau begitu, kamu temani aku saja, bagaimana? Tenang saja, aku sudah memberitahu mama,” ajak dari Adrian.
Melihat bagaimana Adrian yang kelihatan benar-benar baik-baik saja, membuat Lizy sempat ragu. Tetapi, akhirnya ia mengiyakan ajakan tersebut setelah berbicara dengan Bu Hana.
Mereka pergi ke penitipan barang seperti kata Hito yang akan meletakkan barang-barangnya di sana. Lizy memasukkan satu persatu barang tersebut sendirian, sementara Adrian berkata dia ingin mampir ke minimarket sebentar untuk membeli sesuatu.
Ketika sedang sangat sibuknya menyusun barang agar tidak berantakan, sebuah suara datang membuat Lizy merasa gemetar sampai tidak bisa berkutik selama beberapa saat.
“Wah, Lizy. SugarDaddy mana yang kamu cari sampai dapat mobil?”
Lizy spontan berbalik, dan melihat orang yang barusan berkata demikian. Ia jelas mengenalnya dengan baik. Namun, kedua matanya terbelalak, saat ia melihat seorang wanita lain yang ada di gandengannya tersebut.
Matanya terbelalak, dan bola matanya gemetar mendapati bagaimana mantan suaminya, Hito, sudah bersama wanita lain yang kelihatannya mereka sangat mesra sekali pada saat itu.Hito dengan terang-terangan merangkul Wanita tersebut di depan matanya, dan memberikan kecupan manis pada dahi dari wanita tersebut.Hati Lizy terbakar melihatnya. Ia bisa merakan bagaimana panas perasaan yang tengah ia rasakan tersebut. Pengkhianatan yang selama ini tidak ia ketahui, bahkan tak sadar sama sekali.“Aku penasaran. Bagaimana kamu bisa mendapatkan seorang pria dalam waktu semalah setelah aku usir,” ucap dari Hito, sambil melihat ke arah mobil yang dimana Lizy sedang memasukkan barang.Lizy tak bergeming sedikit pun. Ia merasa mau menangis. Bahkan sambil menelan ludah, ia menahan diri untuk tak menunjukkan bagaimana lemahnya dirinya di depan dari Hito.Hito mendekat, kemudian mendorong dahi Lizy sambil memukul pelan kepala Lizy sambil tersenyum miring, dan memberikan tawa yang sangat licik sekali.“Su
“Tu- Tuan Adrian!” Seru wanita yang ada di depannya itu.Adrian masuk ke dalam dengan langkah yang sangat mengintimidasi sekali. Bahkan wanita yang menunggu di pintu itu sudah menunduk. Lizy bingung dengan keadaan sekarang.“Aku tanya sekali lagi, kenapa kalau dia memanggilku langsung dinamaku?” Adrian mempertegas sekali lagi.“Ma- Maaf Tuan. Ba- bagi saya itu kurang sopan. Apalagi dia orang baru di sini.”“Lalu? Itu bukan urusanmu, Nia. Dia orang yang telah menyelamatkanku saat kecelakaan. Sekali lagi kamu menggangguku, aku akan membuatmu dalam masalah,” ucap Adrian.“Ma- Maaf Tuan,” Perempuan itu sudah tidak dapat bergerak lagi setelah itu.“Apa lagi? Keluar!” Dua perempuan yang tadinya seperti ingin mencari masalah dengan Lizy, langsung keluar dengan segera. Mereka seperti baru saja mendapatkan peringatan besar sekali. Sementara Lizy tidak tahu harus bertindak bagaimana lagi.“Maaf…, Adrian.., sepertinya aku memang tidak sopan langsung memanggil namamu. Apalag
Mia begitu marah mendengar bagaimana cara bicara dari Lizy yang memang terkesan sangat menyebalkan sekali. Tetapi dia kelihatan menahan diri agar tidak meledak dan membuat kekacauan yang tidak terkendali lagi.“Kamu itu sudah bekas, Lizy…, seharusnya kamu tidak mencari pria yang bagus untuk dirimu,” Mia berkata sambil menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya tersebut.Sedikit pun Lizy tidak merasa tersinggung dengan apa yang barusan dikatakan oleh Mia. Wanita ini hanya sedang berusaha memancing emosi agar dirinya bisa melampiaskan saja.“Jadi, menurutmu karena aku sudah pernah menikah, aku tidak boleh mencari pria yang lebih baik dari segala sisi?” Lizy bertanya dengan nada yang menjengkelkan.“Ya. Kamu seharusnya mencari yang selevel denganmu. Bukan malah yang ada di atasmu!” tegas Mia.Lizy diam sejenak. Ia kemudian memperbaiki posisi duduk, dengan bersandar pada kursi, dan menyilangkan kakinya dengan menunjukkan seberapa dirinya tidak mendengarkan ucapannya barusan.“Lalu k
Sampai di rumah, Lizy memberikan belanjaan yang sudah ia beli tersebut. Sementara para asisten rumah tangga yang lain kelihatan memasang wajah runyam dan masam sekali saat melihat Lizy yang baru saja datang bersama dengan Adrian.“Kalian darimana saja? Kenapa pulangnya belakangan?” Bu Hana bertanya kepada dirinya dan Adrian dengan raut wajah khawatir.“Maaf sebelumnya Bu, kami hanya-““Mia datang lagi. Sepertinya dia sekarang akan menargetkat Lizy,” Adrian segera menyela obrolan.Langsung menoleh dengan tatapan tajam Lizy ke arah dari Adrian yang memberikan jawaban sangat santai dan tanpa beban sama sekali. Dia sebenarnya tidak ingin mebeberkan perihal itu, makanya dirinya berusaha menyembunyikan.Namun, respon dari Bu Hana kelihatan kaget dan malah seperti orang yang was-wasnya makin menjadi setelah mendengar jawaban itu. Dia segera menghampiri Lizy dengan raut yang sedih.“Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia melakukan hal buruk? Dia tidak memukulmu, kan?” tanya Bu Hana.“T- Tidak.
Adrian sama sekali tidak bisa berkata-kata setelah membaca apa yang ada di tangannya tersebut. Rasanya mustahil sekali. Lizy adalah orang yang selama ini dicari banyak orang karena ini?!“Mama yakin?” Adrian masih sedikit ragu.“Mama masih mencaritahu. Sengaja mama memasukkannya ke perusahaanmu, untuk melihat seberapa besar dia akan membantumu. Mama rasa, ini alasan mantan suaminya tidak memberikannya bekerja. Karena dia tahu Lizy orangnya berpotensi,” Mama memberitahu.“Tapi ma, ini berlebihan. Aku memang bisa saja langsung menerimanya, aku tidak masalah. Tapi pikirkan bagaimana pandangan orang-orang akan memandangnya? Dia akan dicap aneh-aneh!” Adrian masih mencoba memberikan penolakan.Mama memperhatikan Adrian, kemudian tersenyum miring melihat anak lelakinya yang tampak sangat khawatir sekali. Tetapi, ia lebih memandangi dengan tatapan yang merasa sangat curiga sekali.“Ada apa ini, Adrian? Tidak biasanya kamu seperti ini…, apa kamu ada rasa dengannya?”Adrian tertegun mendengarn
Dengan perasaan yang membara dan juga menggebu, jelas Mia marah sekali. Rasanya masih tidak terima melihat Adrian yang lebih memilih wanita tersebut.“Kenapa kamu sangat membelanya?! Apa aku kurang berharga bagimu?! Aku lebih menarik dan bahkan aku lebih cantik darinya!” tegas dari Mia.Suaranya yang menggelegar tersebut jelas membuat para karyawan yang mendengarnya jadi melihat ke arah mereka. Menjadikan diri mereka sebagai tontonan yang menarik dan bahkan sangat menyenangkan untuk digosipkan.“Memang siapa yang mengatakan dirimu cantik?” Adrian dengan ketusnya bertanya kepada Mia.Seketika Mia tergagap hendak menjawabnya. Ia kembali dibuat tersinggung dengan ucapan dari Adrian yang terbilang cukup membuatnya merasa kesal.“A- Apa?! Apa bagimu aku tidak seperti itu?!”Adrian dengan enteng menjawab, “Kamu bahkan tak kuanggap wanita setelah tahu sifatmu,” balasnya.Ternganga tak percaya Mia mendengarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Lizy yang sedaritadi diam tidak mengatakan apa
Mia terus memperhatikan gerak-gerik dari Hito selama di rumah. Ia menunggu, kapan suaminya akan melakukan apa yang ia katakan kepadanya tersebut.Rasanya tidak sabar pastinya ingin melihat Lizy terpuruk dan mengalami apa yang ia harapkan. Wanita itu harus tahu rasa dulu supaya dia sadar bahwa dia bukan apa-apa.Tetapi, hari ini Mia tak pernah merasa lelah sama sekali untuk mendekati Adrian lagi. Ia ingin sekali mendekati pria itu, dan menjadikannya miliknya.‘Apa yang harus aku lakukan untuk memikatnya?’ batinnya lagi.Mia keluar dan kali ini berada di sebuah café yang cukup fancy untuk dirinya tersebut. Sambil duduk melamun dan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan, Mia memandangi minuman yang ia beli tersebut.Saat memandangi keluar, ia melihat sosok gadis yang jelas ia kenal sekali. Sambil menyeringai licik, Mia memperhatikan kemana perginya gadis itu. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat si gadis itu lagi.Adik Adrian, Alya, jelas Mia mendengarnya. Karena ia pernah menco
Tak puas sampai di sana, Mia memeluk kaki Lizy dan menggigitnya di bagian betis hingga terasa dengan sangat keras sekali.Lizy tak berusaha menendangnya, ia tahu akan terjadi hal lebih buruk kalau ia sampai menendang wajah dari wanita itu. Jadi Lizy lebih memilih menarik secara terpisah rambut Mia sampai ia merasa sakit sendiri.“AGHHH!” teriaknya.“Lepaskan!” Lizy membalas.Mia melepaskan tangannya dari kaki Lizy, dan kini hanya bisa memegangi kepala setelah Lizy melepaskannya. Melihat bahwa Mia tak lagi bisa berkutik, akhirnya Lizy menarik Alya pergi menjauh dari sana.Dengan langkah yang segera, Lizy menghentikan taksi dan juga langsung mengajak Alya masuk ke dalam sana. Alya masih merasa syok setelah melihat pertengkaran di depan matanya.Cepat Lizy melihat ke arah Alya, dan memegang tangannya dengan erat, “Kamu tidak apa?” tanya Lizy, masih tenang.Alya yang daritadi hendak bicara namun tertahan itu hanya bisa tergagap selama beberapa saat, tetapi ia masih gemetar saat dipegang o
Mia dengan kasar hanya menganggukkan kepala meminta Hito untuk melihat yang ada di atas ipad itu saja. Dan ketika Hito membukanya, ia melihat sederet berita yang menyeret nama Lizy.Bahkan tatapan matanya yang melotot itu menunjukkan bahwa dia pun tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat itu. Rasanya tidak mungkin bahwa Lizy ternyata orang yang seperti ini.“Dia anak keluarga kaya HK-Nation?!” kejutnya.Ia bahkan menggulir ke bawah dan melihat apa yang tertulis di sana. Dan malah makin dibuat terkejut dirinya setelah membaca semuanya. Hito tak percaya sama sekali.Dengan masih terpelongo Hito menoleh ke arah Mia dan memasang tatapan yang masih tidak percaya sama sekali. “Aku tidak tahu dia anak orang kaya,” ucap Hito.“Ya kamu bodoh. Kamu tidak mau caritahu silsilah keluarganya, ya mana mungkin kamu bisa tahu sendiri,” kesal Mia yang sudah tidak tertahankan sama sekali.Hito masih dirundung rasa tidak percaya yang amat besar. Ia tidak tahu sama sekali bahwa ternyata Lizy anak ora
Sedikit kaget sebenarnya Adrian dan Bu Hana mendengar niat kedatangan Lizy itu. Karena mereka tidak menduga bahwa Lizy akan datang hanya untuk mengatakan hal itu pada mereka.“Lizy. Jangan terburu-buru. Kamu baru bertemu keluargamu, tidakkah kamu ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan mereka?” tanya Bu Hana kepada Lizy.Sedikit terdiam Lizy mendengarnya. Padahal ia dari awal sebelum datang takut kalau ternyata mereka menunggu Lizy untuk memperjelas hubungan yang masih abu-abu ini.“Iya, Lizy. Aku tak masalah kalau kamu masih ingin mengenal lebih dekat dengan mereka. Aku bisa sabar menunggu sampai kamu benar-benar merasa siap,” ucap Adrian, menimpali ucapan Bu Hana.Nyaris gemetar Lizy mendengarnya. Ia sama sekali tidak menduga bahwa mereka akan berkata demikian kepada Lizy. Padahal, dirinya sudah merasa sangat takut bahwa hubungannya jadi sedikit runyam karena Lizy. Tetapi, justru Adrian sangat mengerti dengan dirinya ini.“Tapi, kalau memang dari pihakmu yang menginginkan perte
Loz yang duduk di sebelahnya sedang menyiku tangan Lizy yang ada di meja. Dan itu membuat Lizy bangun dari lamunan yang ia lakukan sedaritadi. Dia baru menyadari bahwa baru saja dirinya terdiam karena memikirkan hal lain.Dengan suara pelan Loz berbisik kepadanya, “Kalau mau dikatakan, katakan saja,” ucap dari Loz.“Apa? Mana mungkin. Aku takut mereka sedih,” Lizy membalas dengan suara yang sama pelannya.“Tidak akan, aku jamin,” Loz meyakinkannya.Mendengarnya membuat Lizy jadi berpikir beberapa kali sebelum akhirnya dia hendak mengatakannya. Dengan perlahan Lizy mengatur napas dahulu supaya sebelum mengatakannya ia merasa sangat siap sekali.Setelah merasa bahwa kali ini dia sangat yakin, akhirnya Lizy mengatakan apa yang seharusnya memang dikatakan. “Ayah, Ibu, aku ingin bicara sesuatu,” ucap Lizy setelah meletakkan sendok dan garpunya.“Ya? Apa, Nak?” tanya ibu.Mereka berdua kelihatan berbinar menunggu apa yang ingin dikatakan Lizy kepada mereka. Padahal semula dirinya sangat yak
Kamar yang sebelumnya tidak ia ketahui dan juga tak diberikan langsung kepadanya saat datang, ini ia kunjungi bersama saudara kembarnya. Tempatnya cukup jauh dan seperti memang sengaja dipisah dari ruangan-ruangan yang sering dipakai.Loz membukakan pintu tersebut dan memperlihatkan apa yang ada di dalam sana. Terbelalak dirinya melihat bagaimana ruangan tersebut. Sangat rapi, dan bahkan tidak ada debu sama sekali.“Ini…, kamarku dulu?” tanya Lizy.Loz dengan wajah bangganya tersenyum lebar sambil memasukkan tangan di saku, menunjukkan betapa senangnya saat Lizy baru saja masuk ke dalam sana. Seperti akhirnya bisa menunjukkan milik Lizy yang selama ini terbengkalai.“Ya. ada beberapa baju ukuran dewasa juga. Kami tak tahu pasti berapa ukuranmu. Tapi, setiap membeli sesuatu, kami berusaha menyisihkan untukmu juga,” ucap Loz.Lizy berjalan masuk lebih dalam dan memegang ranjang bayi yang ada. Dia juga menoleh pada ranjang biasa yang ada di dekat sana. Selimutnya terlihat baru saja dipak
Lizy terdiam sejenak mendengarnya. Mengingat bahwa dia baru saja bertemu dengan keluarganya. Langsung menikah setelah tahu semua ini rasanya menyedihkan. Lizy masih ingin mengenal keluarga kandungnya lebih banyak lagi.“Entah. Rasanya bimbang sekali,” ucap Lizy.Loz memandanginya dengan tatapan yang paham. Seolah dia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Lizy saat ini. bahkan Lizy secara tidak sadar menunjukkan rasa khawatirnya juga.Loz kini duduk di sebelahnya. Ia melihat Lizy dengan tatapan yang memandangi dalam waktu yang cukup lama. Tak lama Loz memilih mengusap punggung Lizy dan mencoba untuk terlihat paham dan baik-baik saja.“Kamu boleh memikirkan yang ada di sini. Tapi, kalau yang kamu sudah siap dengan pilihanmu, kami yang ada di sini akan mendukungmu secara penuh,” ucap Loz.Seketika Lizy seperti dibuat tak mampu memberikan jawaban lagi. Ia merasa senang berada di sini. Tetapi, ia pun kini sudah bertunangan dengan Adrian. Kalau dirinya mendadak mengundurkan jadwal, ia taku
Bu Silvi memperhatikan lamat-lamat bekas jahitan itu. Kemudian tangannya berpindah mulai mengusap Lizy. Di saat Lizy merasa sangat bingung itu, ia merasakan perasaan nyaman dan juga seperti ada ikatan batin yang terasa sangat jelas di benaknya.Wajahnya perlahan di tarik dan dibuat memandangi Bu Silvi pada saat itu. Lizy terkejut setelah melihat wanita itu kini sudah berlinang air mata memandanginya. Dirinya seketika panik harus melakukan apa.“A- Anda kenapa?” Lizy bingung.Mendadak Bu Silvi langsung memeluknya dengan sangat erat. Awalnya Lizy ragu untuk memeluknya balik. Tetapi, setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Lizy memeluk Bu Silvi dengan sangat erat sekali.Pak Rendy yang melihat hal itu tak hany diam saja. Dia juga bangun dari duduknya dan perlahan menghampiri mereka. Ia ikut memeluk dengan erat sekali. Bisa didengar bahwa ada tangisan yang terdengar lirih di telinga Lizy.“Anakku…, kemana saja kamu selama ini?” Bu Silvi menangis dengan kencang.Tanpa sadar Lizy menangis
Lizy merasa sangat gugup memikirkan bahwa dia akan bertemu anggota keluarga HK-Nation. Entah apa mungkin mereka ini sungguhan keluarga Lizy atau bukan.Secara sadar Lizy selalu merendahkan ekspetasinya, supaya dia tidak merasa kecewa apabila ternyata mereka bukan keluarganya. Jadi ia mencoba untuk mengubur harapannya sedalam yang ia bisa.Ketika melihat rumah keluarga ini, Lizy sedikit merasa kagum. Luar biasa sangat besar. Memang beda kalau orang berada ya. apalagi mereka dari kelas atas. Tidak mungkin tidak mewah sama sekali.Di pintu masuk rumah mereka sudah disambut para pelayan dan juga dibuat nyaman dengan cara mereka menyapa. Sangat ramah dan penuh dengan kehangatan yang Lizy rasakan.Menuju ke ruang tamunya, Lizy melihat sepasang suami istri, dan juga seorang pria yang kelihatan seumuran dan juga seorang gadis muda duduk di sana.“Selamat siang Pak Rendy, dan Bu Silvi,” sapa Bu Hana dengan ramah.“Selamat siang juga Bu Hana. Sudah lama tidak bertemu,” balas Bu Silvi.Lizy yang
Melihat Lizy datang membuat Hito mencari kesempatan untuk menjadi orang yang sudah dilukai oleh Adrian itu. Dengan cepat langsung menghampiri Lizy dan hendak memegang tangannya untuk memohon.Sayangnya Lizy langsung menepis dan menjauh dari Hito. Dia sudah hapal kalau orang ini pasti akan mencoba mencari simpati dari dirinya yang biasanya akan langsung merasa iba kepadanya.“Lizy. Dengarkan aku. Aku hanya datang bicara padanya. Tetapi dia langsung memukulku. Kamu tak boleh menikah dengan pria yang gampang memukul seperti itu,” ucap Hito, berusaha menjatuhkan Adrian.Lizy sempat melirik ke arah Adrian. Pria itu santai saja. Dia seolah memberikan kode dari tatapannya kalau terserah Lizy mau merespon bagaimana ucapannya barusan itu.Karena Adrian sangat percaya bahwa Liy pasti tahu yang mana yang baik dan mana yang bukan. Lizy bukan anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Selama ini Lizy bisa menilai Adrian selama bersamanya.“Kamu jangan berbohong! Adrian tak akan memukul seseorang kalau bu
Hito tersentak mendengarnya. Ia sangat ingin membantahnya, tetapi, entah kenapa badannya dibuat membeku seketika. Seperti bahwa apa yang dikatakan oleh Adrian itu adalah sebuah kebenaran.Adrian melihat bagaimana Hito sangat terkejut mendengar kabar itu. Yah, Adrian tahu jelas bahwa Hito pasti akan datang mencoba mencari banyak masalah. Terlebih, mengingat bagaimana dia sangat mencoba mendekati Lizy lagi.“Kamu harus berhenti, Hito. Aku tahu kamu berusaha mendekati Lizy lagi dengan mengirimkan orang untuk mengikutinya. Dan aku juga tahu kamu beberapa kali berusaha kembali meretas ponsel Lizy. Sayangnya, Lizy sekarang lebih hati-hati, ya,” ucap Adrian.Tergagap Hito hendak menjawabnya. Apa yang dikatakan oleh Adrian semuanya benar sekali. Tetapi, Hito sangat bingung. Darimana dia bisa tahu semua itu? Selama ini Hito selalu melakukannya dengan rapi tanpa ketahuan.“Kamu sudah menikah. Seharusnya kamu fokus saja dengan Mia, dan biarkan Lizy dengan hidupnya,” sambung Adrian.“Tidak! Kenap