“Apa? Kamu bilang apa barusan?” tanya Lizy yang saat itu sedang memasukkan semua piring dan gelas ke tempatnya.
Hito, suaminya yang mendadak pulang cepat itu memandanginya dengan tatapan yang setengah datar dan setengah mengancam ke arahnya.
Lizy menghentikan tangannya dan langsung menoleh ke arah suaminya. Ia tak bisa membaca situasi dengan baik setelah mendengar ucapan dari Hito. Rasanya hati Lizy menolak untuk mendengarnya.
“Aku sudah menemukan wanita yang bisa menjamin memberikan aku keturunan. Jadi aku mau kita bercerai,” ungkap dari Hito.
Mulut Lizy terasa begitu berat dan tak dapat mengeluarkan sebuah kata selama beberapa saat. Rasanya ia tidak bisa mempercayai apa yang barusan didengar dari suaminya tersebut. Seperti candaan, namun sangat serius.
“Ha.., hahaha, kamu pasti bercanda, kan?” Lizy berusaha menyangkalnya.
“Tidak. Aku serius.”
Tatapan Hito berubah menjadi kelihatan sangat serius dan juga seperti orang yang sedang mengancam Lizy pada kala itu. Lizy melihat ke depan kembali dengan kedua tangan berpegangan di atas meja. Sambil menelan ludahnya, ia menahan air mata yang hendak terjatuh.
“Orang tuaku sudah sangat menginginkan anak. Dan sepertinya kamu tidak bisa memberikannya. Jadi aku putuskan segera mencari wanita lain yang lebih subur daripada dirimu,” sambung dari Hito tanpa belas kasih.
Dada Lizy terasa sangat sesak dan tidak bisa ia kendalikan dengan baik. Semuanya seperti menghantam kepalanya setelah apa yang barusan dia dengar dari sang suami.
Lizy berbalik badan melihat ke arah Hito, dan berjalan dengan langkah putus-putus karena kakinya lemas mendengar ucapan dari Hito yang mendadak barusan.
“Hi- Hito. Dengarkan aku dulu. Kita masih bisa berusaha. Aku.., aku akan coba konsultasi dan-“
Tangannya yang hendak menyentuh sang suami ditepis dengan sangat kasar oleh Hito. Dia seperti menunjukkan bahwa sekarang dia jijik dengan istrinya sendiri.
“Sudahlah, Lizy. Selama ini aku selalu bersabar dan memberikanmu semua uang yang kamu butuhkan untuk itu! Tapi apa?! Tidak ada hasil!” gertak dari Hito yang marah.
“Tapi pernikahan kita bahkan belum setahun.., bagaimana kamu bisa menyerah begitu saja? Tidak ingatkah kamu aku menemanimu selama ini?” Lizy berusaha memohon dengan terus menahan air matanya.
Tampak jelas bagaimana Hito yang kelihatan muak dan tidak mau mendengarkan kata itu kembali. Lizy tak bisa memberikan kata kembali setelah melihat Hito yang bahkan membuang muka dari dirinya tersebut.
“Oke. Aku berterima kasih padamu atas bagaimana perngorbananmu selama ini. Tapi, aku juga manusia yang ingin berkembang biak! Aku ingin punya anak, dan kamu tidak bisa memberikan itu padaku!”
Tersambar petir kepala Lizy mendengar ucapan itu. Ia tak bisa membendung air matanya kembali, dan segera membasahi kedua pipinya yang putih bersih karena perasaannya yang sudah tidak karuan tersebut.
Lizy perlahan dengan badan yang sudah tak kuasa berdiri itu mencari kursi yang ada di dekatnya. Ia duduk dengan tubuh gemetar tak percaya dengan ucapan suaminya. Sementara itu Hito sama sekali tidak mengasihani Lizy yang sedemikian rupa.
Di saat seperti itu, Hito mengeluarkan lembaran surat dan juga sebuah kertas yang cukup tebal di atas meja tepat Lizy sedang duduk tersebut. Lizy membacanya perlahan, dan mendapati bagaimana isinya membuatnya sangat terkejut.
“A- Apa ini?!” kejut dari Lizy.
“Itu surat cerai yang sudah sah dari pengadilan. Aku menceraikanmu lebih dulu dan tidak membuatmu datang agar urusannya tidak panjang,” sahutnya.
Tidak terima dirinya atas keputusan dari sang suami yang sangat seenaknya tersebut. Secara tidak langsung, ini merendahkan Lizy yang tidak dilibatkan dalam pemisahan tersebut.
Berdiri Lizy dari duduknya. Ia mengajukan protes atas keputusan dan tindakan Hito yang terlalu seenaknya pada dirinya tersebut.
“Kamu tidak bisa seperti ini! kemarin saja kamu masih minta jatah padaku! Bagaimana bisa kamu begitu dengan mudahnya!” kesal Lizy.
Hito yang sudah menjalankan rencana dengan baik itu tidak senang mendengar bagaimana Lizy yang merengek seperti anak kecil itu. Sikapnya membuat Hito jadi makin muak pastinya.
“Sudahlah! Sekarang keluar dari rumahku! Barang-barangmu akan diangkut besok! Dan ambil di tempat penitipan barang! Istriku akan datang, dan kamu harus keluar sekarang!”
Makin bergetar sekujut tubuh dari Lizy. Dengan mudahnya Hito mencari penggantinya tanpa memberikan jeda pada hubungan mereka yang padahal selama ini kelihatan baik-baik saja.
Tiada respon dari Lizy atas ucapan Hito barusan. Dan Hito tidak menyukainya. Jadi ia menarik Lizy dengan kasar dan menyeretnya sampai keluar dari rumah.
“Cepat pergi! Aku tidak mau istriku sampai melihatmu masih ada di sini!”
“Ti- Tidak! Aku harus bertemu wanita mana yang kamu nikahi!” tegas dari Lizy.
Makin dirinya melawan dari Hito, Hito makin menarik dan bahkan membuat Lizy beberapa kali terjatuh. Setelah keluar dari pintu, Hito seperti mengayunkannya bak sampah keluar dari sana. Lizy tersungkur dengan kaki yang tanpa sengaja tergesek dengan lantai.
“Pergi! Terserah kamu tinggal dimana atau dengan siapa! Intinya sekarang kamu sudah bukan tanggungjawabku!” tegas Hito.
Pria itu langsung membanting pintu dan membuat Lizy jadi super duper terkejut sekali. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat itu.
BRAKHHH. Suaranya bergeming di kepala Lizy. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat tersebut. Lizy hanya bisa menangis tersedu. Semuanya berakhir dalam hitungan detik saja.
Perlahan Lizy bangun sambil menahan kakinya yang terasa sakit tersebut. Langkahnya tertatih tak punya tujuan kemana. Tak ada rumah yang bisa ia singgahi. Ia yatim piatu, dan sekarang kemana tempat ia harus berlindung?
Jalanan kota saat malam sangat dingin, ia merasa tak bisa melihat sesiapa yang lewat. Bahkan mobil pun sudah mulai sepi. Ketika Lizy mengambil ponsel, ia melihat sudah pukul 1 pagi. Sudah lama ia berjalan.
Tak jauh dari sana, Lizy seperti melihat ada mobil yang terparkir dengan sembarangan sekali. Sambil mengerutkan dahi Lizy mendekat ke arah mobil tersebut.
Segera Lizy mempercepat langkahnya, dan melihat bahwa mobil tersebut telah menabrak pohon yang ada di pinggir jalan. Bagian depannya berasap, dan membuat degup jantung Lizy jadi makin cepat.
‘Kecelakaan?!’ batinnya.
Ketika ia sampai, ia terkejut setelah melihat ke dalam sana bahwa ada seorang pria yang tergeletak dan sepertinya terhantam pada setir mobilnya sendiri.
“Astaga! Pak! Pak! Bangun!” Lizy berusaha menyadarkannya.
Seketika Lizy merogoh kembali ponselnya, dan segera menghubungi nomor darurat yang sudah umum ada. Ia segera menelepon rumah sakit yang ia ketahui saja nomornya.
Menunggu dengan perasaan panik dan khawatir, Lizy merasa takut akan terjadi sesuatu pada pria yang tidak sadarkan diri itu.
“Halo! AH, iya, ada kecelakaan di dekat Mall Rose. Iya, korbannya tidak sadarkan diri. Ya, baiklah.”
Lizy merasa lega bahwa bantuan akan segera datang. Ambulan yang tiba segera mengevakuasi sang korban yang ada di dalam sana. Lizy ikut karena dirinya yang pertama kali melihat sang korban tersebut.
Di dalam UGD tersebut, Lizy tidak ikut masuk dahulu. Dia diserahkan beberapa barang milik pria tadi untuk ia pegang karena saat ini hanya ia perwakilan dari sang pria yang pingsan.
Ketika sedang duduk di depan ruangan itu, Lizy mendapati bahwa ponsel milik pria itu berdering. Tertulis ‘Mamaku’ pada kontak tersebut. Lizy segera menjawabnya.
(“Halo? Adrian, kamu dimana? Apa kamu lembur?”) Suara dari seberang terdengar jelas.
Lizy terdiam sejenak. Jadi nama pria itu Adrian? Dia agak merasa takut menjawab panggilan dari wanita yang pasti adalah ibu dari pria tersebut.
(“Adrian?”)
“Mmm, maaf, Tante. Pemilik ponsel ini sedang di dalam UGD untuk pemeriksaan. Aku menemukannya tadi, kecelakaan.”
(“APA?”) Suara itu bergema sangat keras sekali.
Mereka berdua sama-sama hening sejenak. Mungkin yang diseberang saat ini sedang kaget, dan Lizy tidak tahu harus bicara apa lagi.
(“Se- Sekarang dimana anakku?”)
“Ah, di Rumah Sakit JayaRaga.”
Jawaban singkat dari Lizy itu langsung membuat panggilan dari ponsel milik pria itu mati. Lizy sebenarnya agak tidak paham atas apa yang harus ia lakukan. Tetapi, untuk saat ini, setidaknya sampai orang tua pria itu datang, Lizy akan menunggu.
“Kamu wali dari pasien di dalam?” tanya Dokter yang baru saja keluar.
“A- Bu- Bukan, saya-“
“Saya minta tolong untuk didampingi sebentar, ya? Lukanya tidak parah, tetapi dia belum sadarkan diri sampai sekarang,” ucap Dokter.
Lizy tak bisa menolak. Akhirnya dia menunggu di samping pria tersebut, dengan membawa ponsel, jas, kunci mobil, dan dompet dari pria tersebut. Mata Lizy terus memandangi bagaimana pria itu belum sadar.
Ketika ia melihat dompet tersebut, Lizy membuka sedikit sekali. Ia terbelalak saat mendapati ada banyak sekali uang dalam dompet itu. Tidak pernah ia lihat sebelumnya uang sebanyak itu!
‘Gila! Ini uang?!’ batinnya yang merasa terkejut dengan mulut menganga tidak percaya.
“Apa yang kamu lakukan?” Sebuah suara menegurnya dari samping.
Hal itu mengejutkan Lizy sampai ia tidak sengaja menjatuhkan barang yang ia bawa. Siapa?
Lizy yang menoleh tersebut mendapati seorang gadis belia yang kelihatan sangat cemberut sekali menadanginya. Tangannya menyilang, dan wajahnya penuh curiga memandangi Lizy.Dengan tergugup Lizy memilih buru-buru mengambil semua barang yang barusan terjatuh dari tangannya tersebut. Ia merasa telah dipergoki melakukan sesuatu yang tidak baik oleh orang lain rasanya.“A- Ah, tidak. Aku hanya-““Kamu mau mencuri, kan?!” tuduh dari gadis itu.“Apa? Tidak. Tidak, sungguh. Aku tidak berniat mencuri,” Lizy membela diri.“Jangan bohong! Aku tahu kamu-““Alya…,” Suara rintihan itu terdengar cukup berat sekali.Mereka berdua secara spontan menoleh ke samping, dan mendapati bahwa pria yang pingsan itu sudah bangun. Lizy didorong kasar oleh Gadis tersebut.“Kak! Kakak tidak apa?! Apa kakak dirampok oleh wanita ini?! atau dibegal?!” Matanya membula terbelalak memandangi pria tersebut.Lizy merasa degup jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Ia memandangi pria tersebut dengan tatapan memelas memint
Matanya terbelalak, dan bola matanya gemetar mendapati bagaimana mantan suaminya, Hito, sudah bersama wanita lain yang kelihatannya mereka sangat mesra sekali pada saat itu.Hito dengan terang-terangan merangkul Wanita tersebut di depan matanya, dan memberikan kecupan manis pada dahi dari wanita tersebut.Hati Lizy terbakar melihatnya. Ia bisa merakan bagaimana panas perasaan yang tengah ia rasakan tersebut. Pengkhianatan yang selama ini tidak ia ketahui, bahkan tak sadar sama sekali.“Aku penasaran. Bagaimana kamu bisa mendapatkan seorang pria dalam waktu semalah setelah aku usir,” ucap dari Hito, sambil melihat ke arah mobil yang dimana Lizy sedang memasukkan barang.Lizy tak bergeming sedikit pun. Ia merasa mau menangis. Bahkan sambil menelan ludah, ia menahan diri untuk tak menunjukkan bagaimana lemahnya dirinya di depan dari Hito.Hito mendekat, kemudian mendorong dahi Lizy sambil memukul pelan kepala Lizy sambil tersenyum miring, dan memberikan tawa yang sangat licik sekali.“Su
“Tu- Tuan Adrian!” Seru wanita yang ada di depannya itu.Adrian masuk ke dalam dengan langkah yang sangat mengintimidasi sekali. Bahkan wanita yang menunggu di pintu itu sudah menunduk. Lizy bingung dengan keadaan sekarang.“Aku tanya sekali lagi, kenapa kalau dia memanggilku langsung dinamaku?” Adrian mempertegas sekali lagi.“Ma- Maaf Tuan. Ba- bagi saya itu kurang sopan. Apalagi dia orang baru di sini.”“Lalu? Itu bukan urusanmu, Nia. Dia orang yang telah menyelamatkanku saat kecelakaan. Sekali lagi kamu menggangguku, aku akan membuatmu dalam masalah,” ucap Adrian.“Ma- Maaf Tuan,” Perempuan itu sudah tidak dapat bergerak lagi setelah itu.“Apa lagi? Keluar!” Dua perempuan yang tadinya seperti ingin mencari masalah dengan Lizy, langsung keluar dengan segera. Mereka seperti baru saja mendapatkan peringatan besar sekali. Sementara Lizy tidak tahu harus bertindak bagaimana lagi.“Maaf…, Adrian.., sepertinya aku memang tidak sopan langsung memanggil namamu. Apalag
Mia begitu marah mendengar bagaimana cara bicara dari Lizy yang memang terkesan sangat menyebalkan sekali. Tetapi dia kelihatan menahan diri agar tidak meledak dan membuat kekacauan yang tidak terkendali lagi.“Kamu itu sudah bekas, Lizy…, seharusnya kamu tidak mencari pria yang bagus untuk dirimu,” Mia berkata sambil menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya tersebut.Sedikit pun Lizy tidak merasa tersinggung dengan apa yang barusan dikatakan oleh Mia. Wanita ini hanya sedang berusaha memancing emosi agar dirinya bisa melampiaskan saja.“Jadi, menurutmu karena aku sudah pernah menikah, aku tidak boleh mencari pria yang lebih baik dari segala sisi?” Lizy bertanya dengan nada yang menjengkelkan.“Ya. Kamu seharusnya mencari yang selevel denganmu. Bukan malah yang ada di atasmu!” tegas Mia.Lizy diam sejenak. Ia kemudian memperbaiki posisi duduk, dengan bersandar pada kursi, dan menyilangkan kakinya dengan menunjukkan seberapa dirinya tidak mendengarkan ucapannya barusan.“Lalu k
Sampai di rumah, Lizy memberikan belanjaan yang sudah ia beli tersebut. Sementara para asisten rumah tangga yang lain kelihatan memasang wajah runyam dan masam sekali saat melihat Lizy yang baru saja datang bersama dengan Adrian.“Kalian darimana saja? Kenapa pulangnya belakangan?” Bu Hana bertanya kepada dirinya dan Adrian dengan raut wajah khawatir.“Maaf sebelumnya Bu, kami hanya-““Mia datang lagi. Sepertinya dia sekarang akan menargetkat Lizy,” Adrian segera menyela obrolan.Langsung menoleh dengan tatapan tajam Lizy ke arah dari Adrian yang memberikan jawaban sangat santai dan tanpa beban sama sekali. Dia sebenarnya tidak ingin mebeberkan perihal itu, makanya dirinya berusaha menyembunyikan.Namun, respon dari Bu Hana kelihatan kaget dan malah seperti orang yang was-wasnya makin menjadi setelah mendengar jawaban itu. Dia segera menghampiri Lizy dengan raut yang sedih.“Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia melakukan hal buruk? Dia tidak memukulmu, kan?” tanya Bu Hana.“T- Tidak.
Adrian sama sekali tidak bisa berkata-kata setelah membaca apa yang ada di tangannya tersebut. Rasanya mustahil sekali. Lizy adalah orang yang selama ini dicari banyak orang karena ini?!“Mama yakin?” Adrian masih sedikit ragu.“Mama masih mencaritahu. Sengaja mama memasukkannya ke perusahaanmu, untuk melihat seberapa besar dia akan membantumu. Mama rasa, ini alasan mantan suaminya tidak memberikannya bekerja. Karena dia tahu Lizy orangnya berpotensi,” Mama memberitahu.“Tapi ma, ini berlebihan. Aku memang bisa saja langsung menerimanya, aku tidak masalah. Tapi pikirkan bagaimana pandangan orang-orang akan memandangnya? Dia akan dicap aneh-aneh!” Adrian masih mencoba memberikan penolakan.Mama memperhatikan Adrian, kemudian tersenyum miring melihat anak lelakinya yang tampak sangat khawatir sekali. Tetapi, ia lebih memandangi dengan tatapan yang merasa sangat curiga sekali.“Ada apa ini, Adrian? Tidak biasanya kamu seperti ini…, apa kamu ada rasa dengannya?”Adrian tertegun mendengarn
Dengan perasaan yang membara dan juga menggebu, jelas Mia marah sekali. Rasanya masih tidak terima melihat Adrian yang lebih memilih wanita tersebut.“Kenapa kamu sangat membelanya?! Apa aku kurang berharga bagimu?! Aku lebih menarik dan bahkan aku lebih cantik darinya!” tegas dari Mia.Suaranya yang menggelegar tersebut jelas membuat para karyawan yang mendengarnya jadi melihat ke arah mereka. Menjadikan diri mereka sebagai tontonan yang menarik dan bahkan sangat menyenangkan untuk digosipkan.“Memang siapa yang mengatakan dirimu cantik?” Adrian dengan ketusnya bertanya kepada Mia.Seketika Mia tergagap hendak menjawabnya. Ia kembali dibuat tersinggung dengan ucapan dari Adrian yang terbilang cukup membuatnya merasa kesal.“A- Apa?! Apa bagimu aku tidak seperti itu?!”Adrian dengan enteng menjawab, “Kamu bahkan tak kuanggap wanita setelah tahu sifatmu,” balasnya.Ternganga tak percaya Mia mendengarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Lizy yang sedaritadi diam tidak mengatakan apa
Mia terus memperhatikan gerak-gerik dari Hito selama di rumah. Ia menunggu, kapan suaminya akan melakukan apa yang ia katakan kepadanya tersebut.Rasanya tidak sabar pastinya ingin melihat Lizy terpuruk dan mengalami apa yang ia harapkan. Wanita itu harus tahu rasa dulu supaya dia sadar bahwa dia bukan apa-apa.Tetapi, hari ini Mia tak pernah merasa lelah sama sekali untuk mendekati Adrian lagi. Ia ingin sekali mendekati pria itu, dan menjadikannya miliknya.‘Apa yang harus aku lakukan untuk memikatnya?’ batinnya lagi.Mia keluar dan kali ini berada di sebuah café yang cukup fancy untuk dirinya tersebut. Sambil duduk melamun dan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan, Mia memandangi minuman yang ia beli tersebut.Saat memandangi keluar, ia melihat sosok gadis yang jelas ia kenal sekali. Sambil menyeringai licik, Mia memperhatikan kemana perginya gadis itu. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat si gadis itu lagi.Adik Adrian, Alya, jelas Mia mendengarnya. Karena ia pernah menco
Lizy merasa sangat senang. Meski sering kali ditinggalkan oleh Adrian untuk urusan pekerjaan, Adrian tak pernah melewatkan satu haripun untuk bisa memasak dan menemani Lizy.Sampai beberapa bulan berlalu. Dimana anak Loz dan Nana sudah lahir, dan kehamilan Lizy juga sudah mulai membesar. Ia tak menyangka bahwa membawa perut sebesar ini akan membuatnya sedikit kewalahan. Jujur saja, Lizy bisa merasakan bahwa sekarang ia tak mampu melakukan apapun.Kakinya membengkak dan juga sekarang Lizy merasa sangat cepat kepanasan. Badannya juga terus berkeringat dan membuat Lizy merasa tak nyaman karena saking lengketnya. Tak sekali dua kali Lizy mandi dalam sehari.“Sayang, apa kamu akan mandi lagi?” tanya Adrian yang baru saja selesai mencuci piring di hari liburnya.Lizy yang sudah membawa handuk itu hanya bisa tertawa kecil mendapati dirinya sudah terpergok oleh suaminya yang mengenakan pakaian cukup tebal tersebut.“Haha. Panas sekali, Adrian. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak mandi,” bal
“Sudah, sudah. Jangan membicarakan hal seperti itu. Tidak baik,” Lizy segera menyela agar nantinya tidak terjadi pertengkaran di antara Adrian dan juga Loz.Mereka berbincang dengan topik yang lain setelah Lizy mengalihkan. Memang agak aneh karena ternyata mereka berdua masih memiliki sedikit dendam yang bisa disadari dengan mudah.“Kapan kamu akan melahirkan, Nana?” tanya Lizy.“Sebentar lagi. Yah, paling lambat sebulan lagi. Tapi kemungkinan lebih cepat juga mungkin. Jadi aku harus tetap siap sedia,” jawab Nana.“Kamu sudah menyiapkan peralatan bayinya?” tanya Lizy, lagi.Nana menganggukkan kepala. “Tinggal beberapa yang bisa dibeli belakangan. Untuk nanti baru lahirnya aku sudah ada,” jawab Nana.Lizy menyiku Adrian yang ada di sampingnya, kemudian berbisik pelan. Ia meminta izin kepada suaminya untuk memberikan sesuatu yang dari awal sudah salah debeli, jadi tidak ada salahnya kalau ditawarkan ke orang lain.“Apa kamu perlu alat pengayun bayi otomatis, Nana?” Adrian menawarkan.“M
Lizy menganggukkan kepala membenarkan berita tersebut kepada Adrian. Adrian yang mendengarnya pun tak percaya awalnya. Tetapi, melihat bahwa Lizy sampai menangis membuat Adrian juga tak bisa menyangkal sama sekali. Semakin jelas bahwa memang Lizy sekarang sedang hamil.Segera Adrian memeluk Lizy dengan sangat erat dan memberikan kecupan yang begitu manis pada Lizy. Lizy membalas pelukan tersebut untuk memberikan selamat kepada Adrian atas apa yang sudah mereka dapatkan.“Terima kasih…, terima kasih, Lizy,” ucap Adrian dengan amat suka cita.Orang-orang yang ada di sekitar mereka juga merasa sangat senang dengan berita bahagia tersebut. Bahkan beberapa orang bertepuk tangan membuat Lizy makin merasa terharu.“Lizy!” Suara itu menggema dan membuat Lizy langsung menolah ke arah Loz yang baru saja memanggilnya.Loz melotot memandangi Lizy. Ia sepertinya juga sudah mendengar berita tersebut dari Nana. Kelihatan bahwa Loz menyambut kehamilan Lizy yang sangat ditunggu tersebut. Loz langsung
Kali ini Lizy mulai punya lingkup keluarga yang lebih besar lagi. Ibu juga sudah mulai bicara dengan keluarga Nana, mendengarkan lebih banyak dan mencaritahu lebih detail. Ibu juga meminta maaf atas sikapnya selama ini.Jadi, sekarang bisa dikatakan bahwa keluarga Lizy, Adrian, dan juga Nana bisa menjadi satu setelah semua kesalahapahaman yang tidak diperlukan selesai. Mereka kini bisa menerima satu sama lain dengan baik tanpa rasa curiga sama sekali. Lizy merasa senang sekali.Kehamilan Nana yang kini sudah makin membesar jelas disambut dengan hangat sekali. Ayah memfasilitasi Nana di rumah. Dan ibu juga memanjakan Nana dengan segala perawatan dan juga latihan bagi ibu hamil pastinya.Lizy merasa senang, tetapi juga merasa sangat iri sekali. Ia juga ingin berada di posisi tersebut. Meski pastinya akan sangat sulit sekali untuk bisa benar-benar berada di posisi Nana. Lizy perlu perjuangan yang besar sekali.“Lizy!” seru Nana yang memanggilnya.“Ya?” Lizy membalasnya saat ia sedang mem
Nana mau makan dengan lahap setelah Lizy menyuapinya dan takkan berhenti apabila makanannya belum habis. Nana memang sakit, tapi Lizy tidak mau sakitnya malah merambat pada anak dalam kandungannya, dan akan membuat sakit Nana lebih besar nantinya.“Kamu sangat baik, Lizy. Bahkan suamimu juga baik,” ucap Nana.“Haha, terima kasih. Aku akan tetap baik kalau orang lain juga memperlakukanku dengan cara yang sama,” balas Lizy.Tampak Nana memandangi Lizy dengan tatapan yang membulat dan juga seperti hendak mengatakan sesuatu kepada Lizy. Lizy menyadarinya, jadi ia langsung melihat ke arah Nana dengan tatapan yang bertanya.“Ada apa? Apa masih ada yang mengganjal dalam hatimu?” tanya Lizy sambil merapikan semua wadah yang ia bawa.“Aku penasaran…, bagaimana caranya diterima di keluargamu. Suamimu juga tampaknya sangat diterima baik sekali,” tanya Nana yang merasa sangat iri dan juga bisa dilihat bahwa dia seperti merasa tak tega sama sekali.Lizy terdiam sejenak sambil hendak menyiapkan jaw
Lizy yang mendengar ibunya mengeluh itu sebenarnya merasa sangat jengkel sekali. Dia juga seorang ibu dan sama-sama seorang wanita juga. Tapi bisa-bisanya sang ibu malah berkata begitu.Di depan ruangan igd sang ibu mengomeli Loz berkali-kali meski sudah sangat diabaikan. Sayangnya suara ibu itu seperti menusuk ke dalam telinga. Karena Lizy juga merasa sangat kesal meski hanya dengan mendengarkannya.“Ibu tidak mengerti, padahal ini hari pentingnya, kenapa dia bisa-bisanya-““Bu!” Lizy menggertak karena merasa kesal sekali.Orang-orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah Lizy dengan Ibu yang langsung terdiam dari omongannya yang tidak berarti sama sekali saat ini. Lizy merasa kesal meski hanya dengan mendengarkan saja.“Aku mengerti ibu kesal sekarang ini. Tapi, ibu tak pantas berkata begitu. Nana juga tidak mau hari pentingnya berada di rumah sakit. Apa ibu memikirkan bagaimana perasaannya kalau mendengar ibu mengatakan hal itu padanya?” Lizy mulai mengoceh karena tak bisa mena
Setelah perjalanan panjang karena adanya pertentangan dari keluarga pihak perempuan, akhirnya Loz bisa melangsungkan pernikahan meski secara tertutup atas permintaan keluarga perempuan.Meski sebenarnya terlihat beberapa pihak keluarga Lizy yang tidak senang, Lizy lebih melihat bahwasannya kakaknya tampak sangat menyukai pernikahan tersebut. Tampaknya tidak ada permasalahan bagi Loz saat itu.“Kamu merasa gugup?” tanya Lizy pada Nana, calon istri Loz.“Sedikit. Aku hanya merasa tidak enak hati pada Loz. Keluargaku sangat banyak menntut darinya. Pasti rasanya berat sekali menurutinya,” ucap Nana yang merasa sangat bersalah memberikan jawaban Lizy.“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Loz ada dipihakmu, dan itu jelas jauh lebih dari cukup untuk kamu bisa berhadapan kedepannya,” ucap Lizy.Nana yang sedang mengenakan gaun pengantin dan duduk di depan cermin itu tersenyum menatapinya lewat pantulan cermin. Lizy membalas senyuman itu dan menepuk bahunya dengan pelan.“Jangan terlalu stres
Tetapi, sayang sekali lelucon Adrian sama sekali tidak masuk ke dalam humor Loz yang sangat tidak garing tersebut. Jadi Lizy memilih menyiku sedikit Adrian agar tidak tertawa. Karena leluconnya tak mampu mencairkan suasana.“Tapi, kenapa kamu ke sini? Tak mungkin kamu datang hanya untuk menanyakan perihal tersebut, kan?” singgung Lizy.Loz yang tadinya khawatir tersebut kini mendadak berubah menjadi tegang dan tidak bisa bicara selama beberapa saat. Dia terpaku di tempatnya tak bisa mengatakan sepatah kata apapun selama beberapa saat.Lizy yang melihat keanehan itu jelas langsung merasa curiga sekali. Tak biasanya Loz akan berubah seperti ini dengan begitu cepatnya. Ini persis seperti bagaimana dia sebelumnya pernah datang dengan membawa perasaan bersalah kemari.“Ada apa?” Lizy mulai bertanya dengan suara yang halus kepadanya.Loz tampak merasa ragu hendak memberikan jawaban kepada Lizy. Kalau sepert ini, Lizy jadi makin yakin memang sengaja ada yang coba disembunyikan dan juga ditut
Luna yang sempat tak mampu menjawab itu ingin marah setelah mendengar jawaban Adrian. Ia tak puas sama sekali. Luna terlalu berlebihan dalam mengejar orang yang sudah dimiliki orang lain.Baru saja Adrian menarik Lizy dan hendak berjalan meninggalkan tempat. Mendadak saja Luna kembali mengejar dan kembali menghadang mereka berdua yang kini berdiri lagi.Wajahnya tersengal dengan emosi yang memuncak besar sekali. Sampai-sampai Lizy bisa melihat tatapan kebenciannya yang menyatu dengan rasa iri hati yang terlalu besar memandangi Lizy.“Aku tidak peduli, Adrian! Kamu harus jadi milikku! Dan itu mutlak! Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!” tegas Luna sambil memukul diri berkali-kali menegaskannya.Orang-orang yang ada di sana sudah memandangi mereka dan bahkan menyodorkan layar ponsel merekam kegilaan dari Luna. Keanggunan Luna yang tadi Lizy lihat sudah sirna. Kini ia berubah menjadi dirinya yang sebenarnya.‘Wow, dia kalau dipasangkan dengan Hito pasti sangat cocok sekali,’ bati