“Apa? Kamu bilang apa barusan?” tanya Lizy yang saat itu sedang memasukkan semua piring dan gelas ke tempatnya.
Hito, suaminya yang mendadak pulang cepat itu memandanginya dengan tatapan yang setengah datar dan setengah mengancam ke arahnya.
Lizy menghentikan tangannya dan langsung menoleh ke arah suaminya. Ia tak bisa membaca situasi dengan baik setelah mendengar ucapan dari Hito. Rasanya hati Lizy menolak untuk mendengarnya.
“Aku sudah menemukan wanita yang bisa menjamin memberikan aku keturunan. Jadi aku mau kita bercerai,” ungkap dari Hito.
Mulut Lizy terasa begitu berat dan tak dapat mengeluarkan sebuah kata selama beberapa saat. Rasanya ia tidak bisa mempercayai apa yang barusan didengar dari suaminya tersebut. Seperti candaan, namun sangat serius.
“Ha.., hahaha, kamu pasti bercanda, kan?” Lizy berusaha menyangkalnya.
“Tidak. Aku serius.”
Tatapan Hito berubah menjadi kelihatan sangat serius dan juga seperti orang yang sedang mengancam Lizy pada kala itu. Lizy melihat ke depan kembali dengan kedua tangan berpegangan di atas meja. Sambil menelan ludahnya, ia menahan air mata yang hendak terjatuh.
“Orang tuaku sudah sangat menginginkan anak. Dan sepertinya kamu tidak bisa memberikannya. Jadi aku putuskan segera mencari wanita lain yang lebih subur daripada dirimu,” sambung dari Hito tanpa belas kasih.
Dada Lizy terasa sangat sesak dan tidak bisa ia kendalikan dengan baik. Semuanya seperti menghantam kepalanya setelah apa yang barusan dia dengar dari sang suami.
Lizy berbalik badan melihat ke arah Hito, dan berjalan dengan langkah putus-putus karena kakinya lemas mendengar ucapan dari Hito yang mendadak barusan.
“Hi- Hito. Dengarkan aku dulu. Kita masih bisa berusaha. Aku.., aku akan coba konsultasi dan-“
Tangannya yang hendak menyentuh sang suami ditepis dengan sangat kasar oleh Hito. Dia seperti menunjukkan bahwa sekarang dia jijik dengan istrinya sendiri.
“Sudahlah, Lizy. Selama ini aku selalu bersabar dan memberikanmu semua uang yang kamu butuhkan untuk itu! Tapi apa?! Tidak ada hasil!” gertak dari Hito yang marah.
“Tapi pernikahan kita bahkan belum setahun.., bagaimana kamu bisa menyerah begitu saja? Tidak ingatkah kamu aku menemanimu selama ini?” Lizy berusaha memohon dengan terus menahan air matanya.
Tampak jelas bagaimana Hito yang kelihatan muak dan tidak mau mendengarkan kata itu kembali. Lizy tak bisa memberikan kata kembali setelah melihat Hito yang bahkan membuang muka dari dirinya tersebut.
“Oke. Aku berterima kasih padamu atas bagaimana perngorbananmu selama ini. Tapi, aku juga manusia yang ingin berkembang biak! Aku ingin punya anak, dan kamu tidak bisa memberikan itu padaku!”
Tersambar petir kepala Lizy mendengar ucapan itu. Ia tak bisa membendung air matanya kembali, dan segera membasahi kedua pipinya yang putih bersih karena perasaannya yang sudah tidak karuan tersebut.
Lizy perlahan dengan badan yang sudah tak kuasa berdiri itu mencari kursi yang ada di dekatnya. Ia duduk dengan tubuh gemetar tak percaya dengan ucapan suaminya. Sementara itu Hito sama sekali tidak mengasihani Lizy yang sedemikian rupa.
Di saat seperti itu, Hito mengeluarkan lembaran surat dan juga sebuah kertas yang cukup tebal di atas meja tepat Lizy sedang duduk tersebut. Lizy membacanya perlahan, dan mendapati bagaimana isinya membuatnya sangat terkejut.
“A- Apa ini?!” kejut dari Lizy.
“Itu surat cerai yang sudah sah dari pengadilan. Aku menceraikanmu lebih dulu dan tidak membuatmu datang agar urusannya tidak panjang,” sahutnya.
Tidak terima dirinya atas keputusan dari sang suami yang sangat seenaknya tersebut. Secara tidak langsung, ini merendahkan Lizy yang tidak dilibatkan dalam pemisahan tersebut.
Berdiri Lizy dari duduknya. Ia mengajukan protes atas keputusan dan tindakan Hito yang terlalu seenaknya pada dirinya tersebut.
“Kamu tidak bisa seperti ini! kemarin saja kamu masih minta jatah padaku! Bagaimana bisa kamu begitu dengan mudahnya!” kesal Lizy.
Hito yang sudah menjalankan rencana dengan baik itu tidak senang mendengar bagaimana Lizy yang merengek seperti anak kecil itu. Sikapnya membuat Hito jadi makin muak pastinya.
“Sudahlah! Sekarang keluar dari rumahku! Barang-barangmu akan diangkut besok! Dan ambil di tempat penitipan barang! Istriku akan datang, dan kamu harus keluar sekarang!”
Makin bergetar sekujut tubuh dari Lizy. Dengan mudahnya Hito mencari penggantinya tanpa memberikan jeda pada hubungan mereka yang padahal selama ini kelihatan baik-baik saja.
Tiada respon dari Lizy atas ucapan Hito barusan. Dan Hito tidak menyukainya. Jadi ia menarik Lizy dengan kasar dan menyeretnya sampai keluar dari rumah.
“Cepat pergi! Aku tidak mau istriku sampai melihatmu masih ada di sini!”
“Ti- Tidak! Aku harus bertemu wanita mana yang kamu nikahi!” tegas dari Lizy.
Makin dirinya melawan dari Hito, Hito makin menarik dan bahkan membuat Lizy beberapa kali terjatuh. Setelah keluar dari pintu, Hito seperti mengayunkannya bak sampah keluar dari sana. Lizy tersungkur dengan kaki yang tanpa sengaja tergesek dengan lantai.
“Pergi! Terserah kamu tinggal dimana atau dengan siapa! Intinya sekarang kamu sudah bukan tanggungjawabku!” tegas Hito.
Pria itu langsung membanting pintu dan membuat Lizy jadi super duper terkejut sekali. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat itu.
BRAKHHH. Suaranya bergeming di kepala Lizy. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat tersebut. Lizy hanya bisa menangis tersedu. Semuanya berakhir dalam hitungan detik saja.
Perlahan Lizy bangun sambil menahan kakinya yang terasa sakit tersebut. Langkahnya tertatih tak punya tujuan kemana. Tak ada rumah yang bisa ia singgahi. Ia yatim piatu, dan sekarang kemana tempat ia harus berlindung?
Jalanan kota saat malam sangat dingin, ia merasa tak bisa melihat sesiapa yang lewat. Bahkan mobil pun sudah mulai sepi. Ketika Lizy mengambil ponsel, ia melihat sudah pukul 1 pagi. Sudah lama ia berjalan.
Tak jauh dari sana, Lizy seperti melihat ada mobil yang terparkir dengan sembarangan sekali. Sambil mengerutkan dahi Lizy mendekat ke arah mobil tersebut.
Segera Lizy mempercepat langkahnya, dan melihat bahwa mobil tersebut telah menabrak pohon yang ada di pinggir jalan. Bagian depannya berasap, dan membuat degup jantung Lizy jadi makin cepat.
‘Kecelakaan?!’ batinnya.
Ketika ia sampai, ia terkejut setelah melihat ke dalam sana bahwa ada seorang pria yang tergeletak dan sepertinya terhantam pada setir mobilnya sendiri.
“Astaga! Pak! Pak! Bangun!” Lizy berusaha menyadarkannya.
Seketika Lizy merogoh kembali ponselnya, dan segera menghubungi nomor darurat yang sudah umum ada. Ia segera menelepon rumah sakit yang ia ketahui saja nomornya.
Menunggu dengan perasaan panik dan khawatir, Lizy merasa takut akan terjadi sesuatu pada pria yang tidak sadarkan diri itu.
“Halo! AH, iya, ada kecelakaan di dekat Mall Rose. Iya, korbannya tidak sadarkan diri. Ya, baiklah.”
Lizy merasa lega bahwa bantuan akan segera datang. Ambulan yang tiba segera mengevakuasi sang korban yang ada di dalam sana. Lizy ikut karena dirinya yang pertama kali melihat sang korban tersebut.
Di dalam UGD tersebut, Lizy tidak ikut masuk dahulu. Dia diserahkan beberapa barang milik pria tadi untuk ia pegang karena saat ini hanya ia perwakilan dari sang pria yang pingsan.
Ketika sedang duduk di depan ruangan itu, Lizy mendapati bahwa ponsel milik pria itu berdering. Tertulis ‘Mamaku’ pada kontak tersebut. Lizy segera menjawabnya.
(“Halo? Adrian, kamu dimana? Apa kamu lembur?”) Suara dari seberang terdengar jelas.
Lizy terdiam sejenak. Jadi nama pria itu Adrian? Dia agak merasa takut menjawab panggilan dari wanita yang pasti adalah ibu dari pria tersebut.
(“Adrian?”)
“Mmm, maaf, Tante. Pemilik ponsel ini sedang di dalam UGD untuk pemeriksaan. Aku menemukannya tadi, kecelakaan.”
(“APA?”) Suara itu bergema sangat keras sekali.
Mereka berdua sama-sama hening sejenak. Mungkin yang diseberang saat ini sedang kaget, dan Lizy tidak tahu harus bicara apa lagi.
(“Se- Sekarang dimana anakku?”)
“Ah, di Rumah Sakit JayaRaga.”
Jawaban singkat dari Lizy itu langsung membuat panggilan dari ponsel milik pria itu mati. Lizy sebenarnya agak tidak paham atas apa yang harus ia lakukan. Tetapi, untuk saat ini, setidaknya sampai orang tua pria itu datang, Lizy akan menunggu.
“Kamu wali dari pasien di dalam?” tanya Dokter yang baru saja keluar.
“A- Bu- Bukan, saya-“
“Saya minta tolong untuk didampingi sebentar, ya? Lukanya tidak parah, tetapi dia belum sadarkan diri sampai sekarang,” ucap Dokter.
Lizy tak bisa menolak. Akhirnya dia menunggu di samping pria tersebut, dengan membawa ponsel, jas, kunci mobil, dan dompet dari pria tersebut. Mata Lizy terus memandangi bagaimana pria itu belum sadar.
Ketika ia melihat dompet tersebut, Lizy membuka sedikit sekali. Ia terbelalak saat mendapati ada banyak sekali uang dalam dompet itu. Tidak pernah ia lihat sebelumnya uang sebanyak itu!
‘Gila! Ini uang?!’ batinnya yang merasa terkejut dengan mulut menganga tidak percaya.
“Apa yang kamu lakukan?” Sebuah suara menegurnya dari samping.
Hal itu mengejutkan Lizy sampai ia tidak sengaja menjatuhkan barang yang ia bawa. Siapa?
Lizy yang menoleh tersebut mendapati seorang gadis belia yang kelihatan sangat cemberut sekali menadanginya. Tangannya menyilang, dan wajahnya penuh curiga memandangi Lizy.Dengan tergugup Lizy memilih buru-buru mengambil semua barang yang barusan terjatuh dari tangannya tersebut. Ia merasa telah dipergoki melakukan sesuatu yang tidak baik oleh orang lain rasanya.“A- Ah, tidak. Aku hanya-““Kamu mau mencuri, kan?!” tuduh dari gadis itu.“Apa? Tidak. Tidak, sungguh. Aku tidak berniat mencuri,” Lizy membela diri.“Jangan bohong! Aku tahu kamu-““Alya…,” Suara rintihan itu terdengar cukup berat sekali.Mereka berdua secara spontan menoleh ke samping, dan mendapati bahwa pria yang pingsan itu sudah bangun. Lizy didorong kasar oleh Gadis tersebut.“Kak! Kakak tidak apa?! Apa kakak dirampok oleh wanita ini?! atau dibegal?!” Matanya membula terbelalak memandangi pria tersebut.Lizy merasa degup jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Ia memandangi pria tersebut dengan tatapan memelas memint
Matanya terbelalak, dan bola matanya gemetar mendapati bagaimana mantan suaminya, Hito, sudah bersama wanita lain yang kelihatannya mereka sangat mesra sekali pada saat itu.Hito dengan terang-terangan merangkul Wanita tersebut di depan matanya, dan memberikan kecupan manis pada dahi dari wanita tersebut.Hati Lizy terbakar melihatnya. Ia bisa merakan bagaimana panas perasaan yang tengah ia rasakan tersebut. Pengkhianatan yang selama ini tidak ia ketahui, bahkan tak sadar sama sekali.“Aku penasaran. Bagaimana kamu bisa mendapatkan seorang pria dalam waktu semalah setelah aku usir,” ucap dari Hito, sambil melihat ke arah mobil yang dimana Lizy sedang memasukkan barang.Lizy tak bergeming sedikit pun. Ia merasa mau menangis. Bahkan sambil menelan ludah, ia menahan diri untuk tak menunjukkan bagaimana lemahnya dirinya di depan dari Hito.Hito mendekat, kemudian mendorong dahi Lizy sambil memukul pelan kepala Lizy sambil tersenyum miring, dan memberikan tawa yang sangat licik sekali.“Su
“Tu- Tuan Adrian!” Seru wanita yang ada di depannya itu.Adrian masuk ke dalam dengan langkah yang sangat mengintimidasi sekali. Bahkan wanita yang menunggu di pintu itu sudah menunduk. Lizy bingung dengan keadaan sekarang.“Aku tanya sekali lagi, kenapa kalau dia memanggilku langsung dinamaku?” Adrian mempertegas sekali lagi.“Ma- Maaf Tuan. Ba- bagi saya itu kurang sopan. Apalagi dia orang baru di sini.”“Lalu? Itu bukan urusanmu, Nia. Dia orang yang telah menyelamatkanku saat kecelakaan. Sekali lagi kamu menggangguku, aku akan membuatmu dalam masalah,” ucap Adrian.“Ma- Maaf Tuan,” Perempuan itu sudah tidak dapat bergerak lagi setelah itu.“Apa lagi? Keluar!” Dua perempuan yang tadinya seperti ingin mencari masalah dengan Lizy, langsung keluar dengan segera. Mereka seperti baru saja mendapatkan peringatan besar sekali. Sementara Lizy tidak tahu harus bertindak bagaimana lagi.“Maaf…, Adrian.., sepertinya aku memang tidak sopan langsung memanggil namamu. Apalag
Mia begitu marah mendengar bagaimana cara bicara dari Lizy yang memang terkesan sangat menyebalkan sekali. Tetapi dia kelihatan menahan diri agar tidak meledak dan membuat kekacauan yang tidak terkendali lagi.“Kamu itu sudah bekas, Lizy…, seharusnya kamu tidak mencari pria yang bagus untuk dirimu,” Mia berkata sambil menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya tersebut.Sedikit pun Lizy tidak merasa tersinggung dengan apa yang barusan dikatakan oleh Mia. Wanita ini hanya sedang berusaha memancing emosi agar dirinya bisa melampiaskan saja.“Jadi, menurutmu karena aku sudah pernah menikah, aku tidak boleh mencari pria yang lebih baik dari segala sisi?” Lizy bertanya dengan nada yang menjengkelkan.“Ya. Kamu seharusnya mencari yang selevel denganmu. Bukan malah yang ada di atasmu!” tegas Mia.Lizy diam sejenak. Ia kemudian memperbaiki posisi duduk, dengan bersandar pada kursi, dan menyilangkan kakinya dengan menunjukkan seberapa dirinya tidak mendengarkan ucapannya barusan.“Lalu k
Sampai di rumah, Lizy memberikan belanjaan yang sudah ia beli tersebut. Sementara para asisten rumah tangga yang lain kelihatan memasang wajah runyam dan masam sekali saat melihat Lizy yang baru saja datang bersama dengan Adrian.“Kalian darimana saja? Kenapa pulangnya belakangan?” Bu Hana bertanya kepada dirinya dan Adrian dengan raut wajah khawatir.“Maaf sebelumnya Bu, kami hanya-““Mia datang lagi. Sepertinya dia sekarang akan menargetkat Lizy,” Adrian segera menyela obrolan.Langsung menoleh dengan tatapan tajam Lizy ke arah dari Adrian yang memberikan jawaban sangat santai dan tanpa beban sama sekali. Dia sebenarnya tidak ingin mebeberkan perihal itu, makanya dirinya berusaha menyembunyikan.Namun, respon dari Bu Hana kelihatan kaget dan malah seperti orang yang was-wasnya makin menjadi setelah mendengar jawaban itu. Dia segera menghampiri Lizy dengan raut yang sedih.“Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia melakukan hal buruk? Dia tidak memukulmu, kan?” tanya Bu Hana.“T- Tidak.