Share

17. Serpihan Cinta yang Ambyar

Sebelum berangkat, aku memang sudah memperkirakan kemungkinan kenyataan terburuk yang mungkin aku hadapi. Bayangan itu terus mengganggu pikiranku sepanjang perjalanan, seolah mempersiapkan hatiku untuk sesuatu yang menyakitkan. Namun, aku tidak pernah menduga, rasanya akan sesakit ini.

Setelah berjam-jam menunggu dalam ketidakpastian dan dicekam kegelisahan yang menjengkelkan, apa yang kutunggu akhirnya muncul juga. Jantungku berpacu begitu kerasnya ketika penumpang dari mobil taksi yang berhenti di depan vila menunjukkan jati dirinya.

Bulu kudukku meremang seketika. Dia tidak sendiri. Seorang wanita berdiri di sebelahnya. Meski sosok itu berusaha menyembunyikan diri dengan jaket ber-hoodie, masker, dan kacamata hitam, aku sangat mengenali postur tubuh dan gaya berjalannya. Sosok itu... adalah dia. Pria yang selama ini menemaniku dalam suka dan duka.

Dan wanita yang dia bukakan pintu lalu digenggam tangannya adalah...

"Sinta," gumamku lemah, suaraku nyaris tak terdengar. Aku y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status