"Sialan dia malah senang-senang dengan lelaki lain!" Kedua mata Reval menatap tajam Marsya dan Galih.
Marsya mencari mobil Pak Jaya. Namun, yang terlihat oleh Marsya adalah Reval. Sang suami sedang berjalan ke arahnya sambil menatap tajam Marsya."Reval!" Marsya langsung menghentikan langkahnya sambil melihat Reval yang sedang berjalan ke arah dia."Kamu kenapa, Sya." Galih memegang tangan Marsya lalu melihat ke depan.Reval semakin panas dibuatnya karena Galih malah memegang tangan Marsya. "Ayo, pulang! Bisa-bisanya kamu jalan sama dia!" Reval menarik tangan Marsya setelah berada di hadapan mereka."Hei, Bung jangan kasar begitu, dong." Galih menarik tangan Reval."Galih sudah aku tidak apa-apa," ucap Marsya."Tapi dia kasar sama kamu, Sya."Tambah panas dada Reval di saat Galih menyebut nama Marsya hanya nama belakangnya saja. Seolah Marsya begitu spesial di mata Galih. Reval dan Galih saling menatap satuReval mengajak Marsya untuk makan malam terlebih dahulu di restoran. Perut Reval begitu lapar. Apalagi cuaca dingin alam pegunungan membuat perut mereka semakin lapar.Reval dan Marsya sudah berada di restoran dan sudah memesan makanan. Reval menikmati makanannya. Begitu pula dengan Marsya. "Kamu kenapa bisa menjemputku? Bukannya kamu lagi sama Angel?" tanya Marsya setelah selesai mengunyah makanan. "Kenapa memangnya? Kamu tidak suka aku jemput?" tanya Reval, " atau jangan-jangan aku ganggu kamu karena kamu lagi berduaan sama lelaki berengsek itu.""Kamu bicara apa, sih? Dia temanku, Reval.""Yakin? Terus kenapa dia begitu peduli sama kamu? Ingat ya, Marsya kamu sudah menikah. Tidak baik wanita yang sudah menikah jalan dengan lelaki lain selain dengan suaminya.""Terus kamu boleh jalan sama wanita lain? Dasar curang!""Aku ini lelaki. Kenapa malah nyamain aku sama kamu. Terus Kenapa memangnya? kamu bermasalah kalau aku
Marsya mengatakan hal yang selama ini dia pendam. hatinya tiba-tiba lega setelah kata-kata tersebut keluar dari mulutnya. Jantungnya tiba-tiba berdetak sangat kencang sambil menatap wajah tampan Reval. Reval mengerutkan keningnya dan masih mencerna ucapan sang istri. Reval mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Marsya lalu berbaring di samping sang istri."Maksud kamu apa? Coba ulangi lagi perkataanmu!" pinta Reval."Aku tidak mau!" Marsya membalikkan badan membelakangi Reval.Reval malah tersenyum mendengar ucapan sang istri. Dia menatap punggung Marsya lalu mengusap rambut sang istri. Reval mendekatkan badannya ke punggung Marsya. Kini tidak ada jarak diantara mereka.Tangan Reval langsung memeluk tubuh Marsya dari belakang. Pucuk kepala sang istri dikecup oleh Reval. Marsya bingung ada apa dengan Reval, kenapa sang suami malah berbuat hal demikian?"Kamu pikir cintamu bertepuk sebelah tangan? Kamu lebih memilih memendam perasaan
Marsya dan Reval akan makan siang. Namun, mereka tidak mengetahui bahwa ada Angel sedang berdebat dengan Sekretaris Karin. Angel memaksa masuk ke ruangan Reval. Sebelumnya Reval menyuruh Sekretaris Karin jika ada Angel jangan dibiarkan masuk. Akan tetapi, Angel malah memaksa dan marah-marah. Angel tidak terima karena biasanya Angel tidak pernah dilarang."Sejak kapan aku tidak boleh masuk, hah?" bentak Angel pada Sekretaris Karin."Maaf, Non, ini perintah dari Tuan Reval.""Ck, ck kamu tidak tahu siapa aku? Minggir!" Angel mendorong Sekretaris Karin."Non ...."Angel tidak mau mendengarkan ucapan Sekretaris Karin. Dia langsung membuka pintu ruangan Reval. Namun, di saat Angel membuka pintu, Reval pun sedang membuka pintu. Di saat pintu sudah terbuka keduanya saling membelalakkan mata.Angel langsung melirik ke arah Marsya yang sedang dirangkul oleh Reval. Dia menatap sinis Marsya dengan dada kembang kempis. Marsya langsung menunduk, ada rasa tidak enak melihat Angel seperti itu. Dia m
Marsya dan Bu Tasya tidak berpikir akan ada Pak Bowo di dalam rumah. Mereka dengan santainya berjalan sambil bercanda. Namun, betapa kagetnya mereka ternyata Pak Bowo sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Marsya dan Bu Tasya langsung diam mematung sambil menatap ke arah Pak Bowo. Masih tidak percaya kalau sang suami ada di rumah. Mengatakan akan pergi dua hari, tetapi kenapa belum satu hari sudah pulang kembali. "Enak ya, kalian bisa jalan-jalan. Kamu sekarang sudah berani berbohong sama aku, Tasya! Dan kamu Marsya, kamu anak yang tidak tahu diri! Harus berapa kali Bapak tegaskan, kamu bisa menjadi orang kaya karena Bapak! Tapi kamu lupa sama Bapak, kamu lebih memilih Ibumu untuk diajak jalan-jalan, padahal Ibumu tidak ikut andil sedikit pun." Pak Bowo bangun dari duduknya lalu menatap tajam wajah Bu Tasya dan Marsya secara bergantian. "Pak bukan begitu, tadinya Marysa mau ngajak Bapak jalan-jalan, cuma, 'kan, Bapak lagi ada perlu. Jadi Mars
Reval memang sedang menunggu Marsya. DIa khawatir kepada sang istri. Reval takut kalau Pak Bowo mengganggu Marsya. Reval pun melihat perubahan wajah Marsya. Dia merasakan kalau sang istri sedang memikirkan sesuatu. Reval tidak ingin sang istri kenapa-kenapa atau pun menyembunyikan sesuatu dari dirinya. "Tidak, aku tidak apa-apa." Marsya buang muka lalu melepas pelukan sang suami."Jangan bohong kamu!" Reval menarik Marsya kembali lalu melingkarkan kedua tangan di pinggang Marsya.Wajah Marsya diperhatikan oleh sang suami. Marsya malah tengok kanan kiri, dia paling tidak mau dilihat seperti itu oleh Reval. Tatapan sang suami seakan bertanya dan ingin mengetahui keadaan sang istri yang sebenarnya. "Kamu bertemu Bapakmu?" Reval menatap tajam wajah sang istri. "Tidak." Marsya menoleh ke sebelah kiri. "Jangan bohong kamu! Aku tidak bisa dibohongi, Marsya. Wajah kamu tuh, kelihatan kalau kamu sedang memikirkan sesuatu." R
Ketika Reval akan melancarkan aksinya. Sang istri malah menolaknya. Hanya karena alasan capek saja. "Tidak ada alasan lain selain capek? Jadi kamu tidak mau bercinta denganku?" Reval menatap tajam wajah sang istri. Marsya diam saja sambil menatap wajah sang suami yang sedang menatapnya tajam. Sepertinya Marysa salah berbicara. Bisa-bisanya dia menolak keinginan Reval untuk bercinta dengannya."Kamu marah karena aku tidak mau?" Marysa bertanya dengan suara memelas. "kalau aku marah apa kamu mau melakukannya?" tanya Reval. "Emm, ...." Marsya bingung harus menjawab apa."Reval menunggu jawaban Marsya. Untuk beberapa detik Marsya hanya terdiam. Reval kemudian menyunggingkan senyumnya sambil menatap tajam wajah sang istri."Kamu tidak ada jawabannya. Berarti aku harus bercinta denganmu. Kamu jangan menolak. Tenang saja, Sayang. Aku akan membuatmu keenakan dan kamu tidak akan capek lagi kalau kamu sudah kusentuh sampai tit
Farhan tersenyum senang karena Reval bisa mengambil keputusan. Sang asisten pun merasa lega, kini seorang Reval bisa mendapatkan wanita yang tulus mencintainya. Bukan hanya karena harta semata. ***"Malam, Sayang." Reval mencium kening sang istri. "Malam juga, Sayang. Kamu mau langsung mandi?" Marsya memegang dasi Reval sambil menatap wajah Reval. "Iya, aku langsung mandi." Reval langsung merangkul Marsya lalu berjalan menuju kamar. ***Marsya dan Reval sudah berbaring di atas kasur. Setiap tidur sang suami selalu ingin memeluk sang istri. Tak henti-hentinya sang suami mencium pucuk kepala Marsya. "Sayang, nanti kamu ikut ke acara konferensi pers, ya," pinta Reval. "Apa konferensi pers? Buat apa aku ikut?" Marsya bingung karena Reval malah mengajaknya. "pokoknya kamu harus ikut! Farhan sedang mengatur jadwalnya.""Iya, tapi untuk apa aku ikut? Masa konferensi pers perusahaan kamu, aku ha
"Masih belum puas mengatai istriku! Walaupun tidak ada yang tahu dia istriku yang terpenting ada lelaki yang tulus mencintainya dan lelaki itu adalah aku. Lihat saja tanggal mainnya aku akan mengumumkan pada seluruh dunia kalau Marsya adalah istriku." Reval menatap tajam wajah Angel lalu merangkul pundak Marsya. Angel tertawa sinis. "Oh, ya. Yakin? Seorang pembantu tetaplah pembantu. Mata kamu lagi buta. Aku yakin di balik wajah polosnya, dia sedang mengincar hartamu!" "Bukannya kamu yang mengincar hartaku? Biasanya orang yang mengatakan hal itu, justru dia sendiri yang seperti itu. Sudah sana pulang tidak capek-capeknya mendatangi rumahku terus," usir Reval, "ayo, Sayang kita masuk kamu abaikan omongan dia tadi. Anggap saja angin lalu." Reval meninggalkan Angel begitu saja sambil menggenggam tangan sang istri.Angel tidak mengejarnya dia hanya tertawa sinis. ***Acara konferensi pers dimulai. Acara diadakan di hotel X. Semua wart