Reval memang sedang menunggu Marsya. DIa khawatir kepada sang istri. Reval takut kalau Pak Bowo mengganggu Marsya.
Reval pun melihat perubahan wajah Marsya. Dia merasakan kalau sang istri sedang memikirkan sesuatu. Reval tidak ingin sang istri kenapa-kenapa atau pun menyembunyikan sesuatu dari dirinya."Tidak, aku tidak apa-apa." Marsya buang muka lalu melepas pelukan sang suami."Jangan bohong kamu!" Reval menarik Marsya kembali lalu melingkarkan kedua tangan di pinggang Marsya.Wajah Marsya diperhatikan oleh sang suami. Marsya malah tengok kanan kiri, dia paling tidak mau dilihat seperti itu oleh Reval. Tatapan sang suami seakan bertanya dan ingin mengetahui keadaan sang istri yang sebenarnya."Kamu bertemu Bapakmu?" Reval menatap tajam wajah sang istri."Tidak." Marsya menoleh ke sebelah kiri."Jangan bohong kamu! Aku tidak bisa dibohongi, Marsya. Wajah kamu tuh, kelihatan kalau kamu sedang memikirkan sesuatu." RKetika Reval akan melancarkan aksinya. Sang istri malah menolaknya. Hanya karena alasan capek saja. "Tidak ada alasan lain selain capek? Jadi kamu tidak mau bercinta denganku?" Reval menatap tajam wajah sang istri. Marsya diam saja sambil menatap wajah sang suami yang sedang menatapnya tajam. Sepertinya Marysa salah berbicara. Bisa-bisanya dia menolak keinginan Reval untuk bercinta dengannya."Kamu marah karena aku tidak mau?" Marysa bertanya dengan suara memelas. "kalau aku marah apa kamu mau melakukannya?" tanya Reval. "Emm, ...." Marsya bingung harus menjawab apa."Reval menunggu jawaban Marsya. Untuk beberapa detik Marsya hanya terdiam. Reval kemudian menyunggingkan senyumnya sambil menatap tajam wajah sang istri."Kamu tidak ada jawabannya. Berarti aku harus bercinta denganmu. Kamu jangan menolak. Tenang saja, Sayang. Aku akan membuatmu keenakan dan kamu tidak akan capek lagi kalau kamu sudah kusentuh sampai tit
Farhan tersenyum senang karena Reval bisa mengambil keputusan. Sang asisten pun merasa lega, kini seorang Reval bisa mendapatkan wanita yang tulus mencintainya. Bukan hanya karena harta semata. ***"Malam, Sayang." Reval mencium kening sang istri. "Malam juga, Sayang. Kamu mau langsung mandi?" Marsya memegang dasi Reval sambil menatap wajah Reval. "Iya, aku langsung mandi." Reval langsung merangkul Marsya lalu berjalan menuju kamar. ***Marsya dan Reval sudah berbaring di atas kasur. Setiap tidur sang suami selalu ingin memeluk sang istri. Tak henti-hentinya sang suami mencium pucuk kepala Marsya. "Sayang, nanti kamu ikut ke acara konferensi pers, ya," pinta Reval. "Apa konferensi pers? Buat apa aku ikut?" Marsya bingung karena Reval malah mengajaknya. "pokoknya kamu harus ikut! Farhan sedang mengatur jadwalnya.""Iya, tapi untuk apa aku ikut? Masa konferensi pers perusahaan kamu, aku ha
"Masih belum puas mengatai istriku! Walaupun tidak ada yang tahu dia istriku yang terpenting ada lelaki yang tulus mencintainya dan lelaki itu adalah aku. Lihat saja tanggal mainnya aku akan mengumumkan pada seluruh dunia kalau Marsya adalah istriku." Reval menatap tajam wajah Angel lalu merangkul pundak Marsya. Angel tertawa sinis. "Oh, ya. Yakin? Seorang pembantu tetaplah pembantu. Mata kamu lagi buta. Aku yakin di balik wajah polosnya, dia sedang mengincar hartamu!" "Bukannya kamu yang mengincar hartaku? Biasanya orang yang mengatakan hal itu, justru dia sendiri yang seperti itu. Sudah sana pulang tidak capek-capeknya mendatangi rumahku terus," usir Reval, "ayo, Sayang kita masuk kamu abaikan omongan dia tadi. Anggap saja angin lalu." Reval meninggalkan Angel begitu saja sambil menggenggam tangan sang istri.Angel tidak mengejarnya dia hanya tertawa sinis. ***Acara konferensi pers dimulai. Acara diadakan di hotel X. Semua wart
Marsya membelalakkan matanya ketika membaca dm tersebut. Dia langsung melihat profil. Namun, yang mengirim pesan tidak memasang foto profil. Pertemanan pun belum ada dan benar-benar pegguna baru. "Siapa orang ini? Sampai sengaja buat akun baru. Benar-benar pengaruh banget suamiku." Marsya menghela napas. "Sudahlah diamkan saja yang terpenting Reval benar-benar mencintaiku." Marsya bermonolog sendiri.***"Aku berangkat ya, Sayang." Reval mencium kening Marsya. "Iya, Sayang. Hati-hati, ya. Nanti agak siang aku jadi ya, pergi sama temanku." Marsya berjalan di samping Reval. "Iya, Sayang. Ya, sudah aku berangkat," ucap Reval lalu bergegas menuju kendaraannya. ***Marsya dan Cindy sudah bertemu. Mereka sudah berada di gedung bioskop. Cindy mengajak Marsya ingin menonton bioskop saja. Waktu untuk menonton tinggal sepuluh menit lagi. "Aku mendingan nonton sama kamu. Nonton sama suami sama saja kaya nonton di rumah. Masa dia sewa satu studio.""Hah, masa sih, Sya? Gila kalau sultan beda,
Sudah habis kesabaran Marsya. Dirinya terus menerus dihina oleh Angel. Dia merasa puas karena sudah menyiramkan air minum ke wajah Angel. "Kamu! Berengsek! Dasar pembantu sialan! Tidak tahu diri!" Angel menjambak rambut Marsya. "Aaahhh ...." Marsya menahan tangan Angel yang sedang menjambak rambutnya. "Dasar model sialan! Lepaskan tanganmu dari rambut temanku." Tangan Cindy menjambak rambut Angel. "Aaahhh ... berengsek kalian." Angel melepaskan tangannya dari rambut Marsya. Security pun datang bersama manajer restoran. "Non sudah, Non hentikan." Security memisahkan mereka."Maaf untuk kalian sebaiknya jangan membuat keributan di restoran ini," ucap manajer restoran."Kamu tidak tahu siapa aku, hah?" marah Angel kepada manajer. "Saya tahu, Non. Tapi saya mohon pengertiannya jangan ribut di sini.""Salahkan dia, dia yang mulai duluan! Lihat aku basah gara-gara dia." Angel menunjuk wajah Marsya. "Dasar pembantu Kampungan!" desis Angel lalu berjalan meninggalkan restoran. Marsya men
"Apa! Bunga krisan? Bunga apaan itu? Kenapa selera kamu berbeda dengan wanita lain? Semua wanita sukanya sama bunga mawar, kenapa kamu malah suka sama bunga krisan?" Reval geleng-geleng kepala lalu duduk di samping Marsya. "Ya, sudah kalau kamu tidak suka buang saja bunganya. Kenapa penjual bunga itu berbohong?""Apaan sih, Sayang. Jangan dibuang ini bagus, kok. Terus kenapa kamu mau memarahi penjual bunga? Aneh kamu ini." Marsya mencium bunga mawar tersebut."Kata kamu tidak suka sama bunga mawar. Kenapa tidak dibuang saja? Terus Kata penjual bunga kebanyakan wanita suka sama bunga mawar." Reval cemberut sambil memperhatikan sang istri. "Iya, tapi bukan berarti harus dibuang bunganya. Kamu ini, ya."Reval lalu tersenyum. "Oh, iya, ini aku bawa sesuatu lagi buat kamu. Jangan bilang kamu tidak suka lagi." Reval merogoh kotak berbentuk hati di dalam papper bag. "Ini buat kamu." Reval menyerahkan kotak tersebut kepada Marsya. Marsya meny
Reval mengumpat dalam hati bisa-bisanya Farhan memberikan klarifikasi tentang dia. "Pantas saja kamu tidak melapor tentang gosip ini. Dasar kamu Farhan." Reval kembali mengumpat dalam hati sambil menatap layar ponsel. "Sayang kamu kenapa? Kok, malah diam begitu?" Marsya mengambil ponsel dari tangan Reval. "Kamu tidak senang membaca gosip tentang kita?""Kenapa aku tidak senang? Aku senang, Sayang. Akhirnya, mereka tahu kebenarannya." Reval tersenyum kepada Marsya. "Tapi kenapa kamu diam begitu? Seperti ada yang mengganjal di hatimu?""Sudah itu perasaanmu saja." Reval mencium pipi Marsya. "Ya, sudah aku mau mandi. Sayang sudah lama kamu tidak memandikanku. Ayo, bantu aku mandi." Reval menarik tangan Marsya sambil menatap mesum. "Kamu tuh, ya." Marsya bangun dari duduknya.Reval kemudian tersenyum lalu merangkul Marsya sambil berjalan. ***"Sialan! Padahal aku sudah senang dengan gosip ini. Kenapa malah jadi begini?" Angel melempar ponselnya. "Kamu beruntung sekali Marsya. Reval ora
Reval membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Mbok Lasmi. "Kenapa istriku minum pil ini? Sampai sebegitunya istriku tidak menginginkan anak dariku!" Kemarahan Reval sudah di ubun-ubun, tidak percaya sang istri nekad minum pil KB tanpa sepengtahuan dia. "Mungkin non Marsya takut. Takut, Tuan tidak menginginkan anak dari non Marsya," kata Mbok Lasmi lalu menundukkan wajahnya. "Apa? Mbok bilang apa barusan? Tahu apa, Mbok tentang diriku! Pantas saja di saat aku membahas masalah anak, istriku seperti itu." Reval tersenyum sungging. "Dia istriku, Mbok mana mungkin aku tidak mengingingkan anak dari Marsya!" Dada Reval kembang kempis masih tidak percaya dengan kelakuan sang istri. "Iya, Tuan mungkin non ....""Sudahlah aku mau menunggu istriku," ucap Reval, "pantas saja istriku tidak hamil-hamil, tahunya minum obat ini. Berengsek!" Reval meninggalkan kamar Mbok Lasmi sambil mengumpat.Mbok Lasmi menatap punggung Reval yang sedang berjalan meninggalkannya sambil mengelus dada. "Mudahan-