"Dasar maniak seks! Sekarang malah nyalahin gue, lo sendiri yang ngga bisa jaga komitmen! Intinya ya Adam, kita putus! Jangan pernah deketin gue lagi mulai dari sekarang! Gue nyesel gue uda ngasih tubuh gue ke lo!" kata Diana dengan geram kepada Adam. Setelah itu Adam benar-benar pergi dari hidup Diana.
Diana menangis tersedu-sedu. Dia tidak tahu sangat menyakitkan untuk mengetahui cowok yang dipacarinya selama ini mendua di belakangnya dengan alasan Diana tidak bisa memenuhin kebutuhan biologisnya. Diana mencoba bertanya kepada Adam baik-baik namun Adam malah menjadi marah dan menyalahkan Diana, "Lo tahu Di kalau gue install applikasi dating itu karena lo ngga bisa muasin gue! Lalu apa salah gue sekarang? Gue kan cumen mau menuhin kebutuhan biologis gue. Tapi gue masih sayang lu."
Diana termenung di kamarnya sendirian. Dia menangis tersedu-sedu. Di tengah kegalauan dan kesedihan yang dirasakannya, Diana mulai mengenang masa-masa lalu. Masa-masa perkenalan dirinya dengan rasa cinta. Cinta adalah gairah dan gairah adalah cinta. Itulah yang Diana rasakan ketika dirinya mulai mengenal cinta. Sebelumnya banyak laki-laki yang melakukan pendekatan terhadap Diana karena Diana adalah wanita yang sangat cantik. Kulit cerah, rambut hitam panjang, hidung mancung, dan bibir tipis adalah definisi kecantikan saat ini dan Diana memiliki itu semuanya. Belum lagi ditambah kakinya yang jenjang dan Diana sangat pandai untuk memanfaatkan kelebihannya itu. Mata-mata lelaki selalu mengikuti langkahnya ketika Diana berjalan maupun melakukan aktivitas lainnya. Akibatnya banyak wanita yang cemburu terhadapnya. Tak jarang Diana tiba-tiba dilabrak oleh wanita tidak dikenal karena pasangannya menyimpan foto Diana di dalam smartphone mereka.
Namun sejak mengenal Adam, hidup Diana memang penuh gairah. Rasanya ingin selalu berdua. Mungkinkah itu cinta?. Walapun sebelumnya Diana sudah sempat beberapa kali berpacaran, namun berbeda rasanya dengan Adam.
Cinta pertama Diana adalah Yonam Tawa, seorang warga negara USA yang bersekolah di SMP yang sama dengan Diana. Awalnya Diana sering memanggilnya dengan Tawa dan mereka berteman dekat. Namun seiring berjalannya waktu, jantung Diana mulai berdegub kencang ketika melihat Tawa dan hal itu membuat Diana sangat ketakutan ketika melihat Tawa. Kata orang itu cinta monyet. Namun tidak bagi Diana. Perasaan itu sangat nyata. Akan tetapi, perasaan Diana pada Tawa ternyata bertepuk sebelah tangan karena Tawa berpacaran dengan wanita lain.
"Tawa tuh suka sama lu, Di. Percaya deh sama gue," kata Liana, sahabat Diana, waktu itu kepada Diana ketika perasaan itu mulai tumbuh.
Sayangnya Diana muda tidak memiliki cukup rasa percaya diri untuk menghadapi perasaannya. Dia selalu berkilah, "Dia terlalu baik buat gue, Liana."
Sepeninggal Tawa, Diana mulai menyukai laki-laki lainnya dan dia juga sudah mulai menerima perasaan cinta yang muncul. Bahkan dirinya juga mencoba berpacaran. Diana berpacaran pertama kali dengan Nico, anak favorit para gurunya di SMA. Mereka berpacaran cukup lama sekitar 1 tahunan. Gaya pacaran mereka pun tergolong standar, makan minum bersama, pergi ke pesta bersama, dan menonton film. Namun akhirnya mereka putus karena hal yang konyol yaitu karena Diana tidak lolos seleksi lomba debat.
Dino, sahabat laki-laki Diana, mengutuk abis-abisan Nico yang memutuskan Diana karena alasan itu. "Sana pacaran sama buku aja!" teriak Dino kepada Nico waktu itu. Sayangnya Nico tidak ambil pusing dengan perkataan Dino.
Selanjutnya Diana kembali menjalin hubungan dengan Ayden, sang bintang basket sekolah. Anak-anak sekolahan menyebut mereka "Power Couple" karena Ayden sangat tampan dan Diana sangat cantik. Sahabat-sahabat Diana pun menyukai Ayden karena dianggap cowok yang sangat pengertian.
"Ayden bener-bener sempurna buat lu, Di!" kata Liana kepada Diana waktu itu. Ayden memang sangat pengertian. Dia sering memberikan surprise pada Diana, dia juga sering mengajak Diana pergi keluar. Namun satu hal yang mengganjal di pikiran Diana yaitu Ayden sekalipun tidak pernah mencium Diana padahal hormon keduanya mungkin sedang dalam puncaknya.
"Liana, Ayden tuh ampe sekarang ngga pernah nyoba nyium gue! Kemarin kita ke bioskop dan dianya diem aja dari awal sampai akhir," kata Diana kepada Liana.
Liana menjawabnya, "Bagus dong Di! Dia bisa ngejaga lo berarti. Positif thinking aja deh!"
"Gue aja uda pengen dicium, masak dia ngga ngrasain sama sekali sih? Sumpah, aneh banget" kata Diana lagi.
Beberapa waktu kemudian, Diana memergoki Ayden berciuman dengan Arif, teman kelasnya. Diana langsung melabrak Ayden waktu itu dan akhirnya Ayden mengakui kalau dirinya gay. Diana merasa frustasi dan hopeless dengan kisah cintanya yang terus gagal. Dino dan Liana tidak percaya dengan cerita Diana sampai mereka sendiri juga memergoki Ayden dan Arif. Hidup Diana berubah setelah Ayden, dia menjadi susah percaya dengan laki-laki. Beberapa laki-laki yang mendekatinya ditolaknya mentah-mentah.
Sampai akhirnya dia bertemu dengan Adam, seorang laki-laki yang ditemuinya sewaktu datang ke acara lomba band bersama Liana, sahabatnya. Adam sangat rupawan dan kharismatik. Dia mendekati Diana ketika Diana sedang jajan es bersama Liana.
“Mba, pesen es serutnya dua ya,” kata Diana kepada penjual es. Dia dan Liana memang sengaja mencari sesuatu yang dingin di tengah terik matahari.
Penjual es itu segera membuatkan es serut dan sesudah menyelesaikannya, dia memberikannya kepada Diana, “Ini mba esnya.”
Liana bertanya kepada penjual es, “Berapa mba?”
Penjual es itu menggeleng dan berkata kepada mereka, “Ngga usah bayar mba. Uda dibayarin sama masnya disana.” Penjual es itu menunjuk ke arah dimana Adam berdiri. Adam tersenyum pada mereka. Kedua sahabat ini segera berjalan menuju ke arah Adam dan berterima kasih kepadanya.
Ternyata kebetulan Adam waktu itu juga sedang memesan es dengan teman-teman bandnya. Melihat Diana dan Liana memesan es juga, Adam sekalian saja membayarnya. Adam adalah laki-laki yang sangat rupawan dan kharismatik. Cara bicara Adam membuat Diana sangat tertarik. Dia adalah bassist band baru yang bernama Galaxy. Adam juga menulis lagunya sendiri yang kemudian dinyanyikan oleh bandnya. Diana menjadi dekat dengan Adam sejak kejadian es serut itu. Lama-kelamaan, perasaan cinta diantara keduanya mulai bersemi. Diana mulai sering menemani Adam untuk ngeband.
Suatu ketika di salah satu acara musik, Adam tiba-tiba maju menggantikan vokalis dan berkata kepada penonton, "Aku mau menyanyikan satu lagu karena aku lagi jatuh cinta sama seorang cewek yang ada disini.” Penonton langsung berteriak histeris. Jantung Diana berdegub kencang. Dia bertanya-tanya siapakah yang dimaksudkan Adam disini.
Adam melepaskan mic di depannya dan berkata, “Hi Diana, semoga kamu suka ya lagunya." Diana yang mendengar hal itu menjadi sangat terkejut. Tak lama kemudian alunan piano pun terdengar.
Matamu menusuk relung hatiku
Senyummu selalu tersimpan dalam kalbuOh Diana...Maukah kau menjadi kekasihku?Diana mematung dan tidak menyangka bahwa Adam akan menembaknya di depan para fans bandnya. Adam lalu turun dari panggung dan menghampiri Diana. Dia berlutut dan bertanya langsung kepada Diana mengutip lirik terakhir dari lagunya. Adam memberikan setangkai bunga mawar yang ternyata disimpannya di salah satu saku jaket bandnya. Diana berkaca-kaca dan hatinya sangat tersentuk. Akhirnya Diana menerima Adam dan Adam langsung mencium kening Diana waktu itu.
Semenjak berpacaran, hubungan Adam dan Diana saat itu bisa terbilang panas. Adam lah yang merenggut ciuman pertama Diana. Mereka banyak menghabiskan waktu berdua di rumah Diana yang sepi, di kamar mandi sekolah, dan di tempat-tempat lainnya. Waktu Diana kebanyakan dihabiskan hanya untuk bersama Adam. Liana dan Dion merasa Diana banyak berubah dan mereka kehilangan sosok sahabatnya. Bahkan ketika Liana putus cinta, Diana tidak hadir di sampingnya karena Adam.
Liana yang kesal sempat berbicara kepada Diana waktu itu, "Adam tuh uda ngubah lo, Di! Lo uda ngga ada waktu buat kita-kita. Doi terlalu ngontrol hidup lo. Sadar Di!"
Diana menjawabnya, "Maaf Li kalo gue ngga bisa ada di samping lo tiap saat. Tapi tolonglah doain gue sama Adam. Dia itu romantis banget, Li!"
"Lo udah diapain aja sama Adam, Di? Lo masih virgin kan?"
"Cumen ciuman ya sama raba-raba dikit sih Liana. Cumen gue pastiin ke lo klo gue masih virgin. Yang boleh ambil keperawanan gue itu cumen suami gue," kata Diana menegaskan.
Liana menggeleng, “Lo itu berubah, Diana!”
Diana terdiam.
Memang beberapa hari terakhir, Adam mulai meminta lebih dari Diana. Adam mulai dengan meraba tubuh bagian atas Diana. Dia menekan-nekan payudara dan memainkan putingnya sampai Diana sampai Diana meminta lebih. Adam pun juga tidak segan memperlihatkan ‘kejantanan'nya kepada Diana.
Diana yang pertama kali melihat 'kejantanan' seorang laki-laki merasa takut namun juga penasaran. Akhirnya Diana pun takluk pada godaan itu. Mereka saling berciuman dan saling meraba satu sama lain. Hingga tiba akhirnya Adam meminta lebih lagi, Diana menolaknya.
"Aku cuman mau diluar Adam," kata Diana kepadanya.
"Ayolah coba masukin ya sayang," rayu Adam kepada Diana. Diana terus menolaknya. Namun, Adam pantang menyerah. Setiap saat ketika mereka mulai bermesraan, maka Adam akan mencoba untuk merayu Diana untuk menyerahkan keperawanannya.
Diana pun tak kuasa menolak Adam. Akhirnya Diana pasrah dan mencoba memejamkan matanya. Adam mencobanya pelan-pelan. Namun naas setiap kali mereka mencobanya, Diana selalu berteriak kesakitan sampai air matanya mengalir deras.
“Stop, Adam! Stop it!” teriak Diana.
"Sayang, kok ngga bisa masuk?" tanya Adam kepadanya.
"Kan uda kubilang, aku ngga mau, ya pasti ngga bisa masuk lah!" seru Diana kepada Adam namun kekasih Diana itu hanya mengernyitkan dahi.
Beberapa kali mereka melakukan hubungan terlarang itu namun tetap saja 'kejantanan' Adam gagal masuk ke dalam sangkar indah yang memang diciptakan untuk hal itu. Diana menganggap hal itu terjadi karena dia tidak mau hubungan yang mereka lakukan sampai menjurus ke hal itu. Adam menjadi frustasi dan sebaliknya Diana menjadi lega karena dia masih virgin. Lambat laun, hal ini menjadikan Adam berubah sikap kepada Diana. Dia tidak lagi memberikan perhatian kepada Diana. Diana mulai curiga dengan perubahan sikap Adam.
Ketika Diana mengecek hp Adam pun, Diana menemukan Adam juga menginstall aplikasi kencan online yang ujung-ujungnya berakhir dengan one night stand. Akhirnya Diana pun meminta wejangan dari para sahabatnya. Dino dan Liana mendukung apapun keputusan Diana.
Diana meminta bertemu dengan Adam di suatu tempat dan dia memutuskan hubungan dengan Adam dengan pertengkaran yang pelik yang menelan habis hatinya saat ini.
Lamunan Diana akan masa lalunya buyar ketika pintu kamarnya diketuk oleh pembantunya. Pembantunya membuka kamarnya dan menemukan Diana melamun di ujung tempat tidur.
“Cah ayu (Anak cantik), makan dulu ya.”
Diana mengangguk.
Liana menepuk pundak Diana dan berbisik, “Adam ke sini!”Diana langsung memegang tangan Liana dan berdiri menjauhinya. Liana melihat Dino dari kejauhan dan memberikan isyarat. Sekolah Diana dan Adam memang berbeda namun berdekatan sehingga murid-murid dari sekolah sebelah bebas keluar masuk sekolah Diana.“Diana!” seru Adam. Diana terus berjalan tanpa menoleh.Dino segera menghadang Adam, “Lo ngapain ganggu temen gue lagi? Kurang jelas apa kemarin?”“No, gue itu masih sayang sama Diana!”“Ngakunya sayang tapi lo ngga bisa jaga Diana! Lo juga main belakang dengan sengaja. Itu bukan sayang! Lo egois! Ini juga bukan sekolah lo. Jadi pergi dari sini!” bentak Dino. Adam terlihat kesal dan pergi meninggalkan sekolah.Beberapa kali Adam berusaha mengajak Diana balikan, namun Diana menolaknya. Untung ada sahabat-sahabatnya, Dino dan Liana. Kedua sahabat Diana adalah anak dari keluarga kuran
Setiap minggu pagi, Diana dan Liana memang selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Sunmor dan mencari barang-barang murah untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Seusai sarapan pagi, Liana segera mengambil dompet di kamar dan Diana memakai sneakers putih andalannya. Letak Sunmor dengan rumah mereka sebenarnya tidak terlalu jauh dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki kira-kira 20 menit.Seusai mereka bersiap dan membawa perlengkapan, Diana dan Liana segera keluar dari rumah dan mengunci rumah mereka. Mereka mulai berjalan ke arah Sunmor dan mereka menemui banyak sekali orang-orang lokal yang berjualan maupun berpapasan dengan mereka di sepanjang jalan."Monggo Mbak-mbak(Mari mbak-mbak)," kata bapak-bapak tua sambil memikul gendongan."Nggih, monggo pak (Iya, mari pak)," jawab Diana kepada bapak tua itu.Bapak tua itu tersenyum dan berlalu begitu saja. Beliau hanya bermaksud menyapa anak-anak muda ini. Anak-anak muda yang menurut mer
"Selamat datang!" sambut seorang pramusaji di muka pintu. Pramusaji itu segera menunjukkan meja kosong yang ada dan mempersilakan Diana dan Liana untuk duduk disitu. Selanjutnya pramusaji itu berkata kepada mereka, "Ini menunya. Kalau mau order, langsung ke kasir saja ya. Bayar duluan. Oh ya ada wifi juga disini. Kalau mau online, passwordnya sama dengan nama cafe ini.""Okay, thank you," jawab Diana.Diana dan Liana segera melihat menu-menu yang ada di dalam cafe tersebut. Lumayan lengkap sebenarnya. Untuk makanan, memang lebih ke makanan western seperti spaghetti, pancake, pizza, dan lain-lainnya. Untuk minuman, juga banyak pilihannya, mulai dari smoothies, jus, kopi, teh, dan lainnya. Diana dan Liana sempat beberapa kali ganti menu pilihan, namun akhirnya mereka berhasil menetapkan pilihannya masing-masing. Liana menuliskannya di kertas yang ada di meja makan mereka.1 American Pancake Original1 Chesese Spaghetti1 Chocolate Juice1 A
“Richard, mau ki sopo? kok iso ketemu wedok ayu? (tadi itu siapa? Kok bisa ketemu wanita cantik)” tanya Bono kepada Richard. Richard tersenyum dan hanya menaikkan alisnya. Bono menjadi kesal.“Aku kie wes konconan karo kowe ket SD. Terus kowe kenalan mbek cah ayu tapi rak mbok kenalke mbek aku? Rak konco tenan! (Aku sudah berteeman denganmu sejak SD. Lalu kamu kenalan dengan wanita cantik tapi kamu ngga ngenalin dia ke aku? Benar-benar tidak setia kawan!)”Richard menjawab sambil memotong-motong sosis di depannya, “Cewe yang mana dulu? Tadi ada dua.”Bono menuang adonan ke dalam panci sambil menjawab Richard,”Yang duduk di sampingmu! Yang cantik. Wes tenan, bejo tenan kowe nemu wong ayunge koyok ngono (Beneran, beruntung sekali kamu ketemu orang cantiknya seperti itu)”. Richard tertawa dan menjawabnya, “Makanya aku tadi langsung datengin dia. Dia agak malu-malu gitu tapi dia b
Keesokan harinya, pagi-pagi benar, Diana terbangun. Dia melihat ke arah jam dindingnya. Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Diana menarik nafas panjang. Tidur malamnya terganggung karena dia benar-benar gugup dengan acara nanti malam. Walaupun Richard bukan siapa-siapanya namun Diana sangat pusing memikirkan pertemuan kedua orang tuanya dengan Richard.Diana segera beranjak dari tempat tidurnya. Dia membuka laptopnya dan mencari kira-kira menu apa yang akan dimasaknya nanti malam. Ada orang tuanya dan ada Richard juga. Dia membutuhkan menu yang sederhana namun dicintai banyak orang. Diana mengingat-ingat berbagai macam masakan yang pernah dicobanya. Namun pikirannya buntu."Ahhhhhhh!" Teriaknya gelisah.Sambil merenung, Diana membuka-buka galeri laptopnya. Dia menemukan foto-foto lama sejak dirinya masih kecil. Ada foto ketika dia memakai baju adat, ada foto ketika dia menjadi dokter kecil, dan lain sebagainya. Dia tertawa melihat foto-foto itu. Ada foto bi Inah
Diana dan Liana tersenyum puas. Mereka melihat makanan dan minuman sudah tertata rapi di atas meja makan. Snack pun dalam toples-toples juga sudah terisi penuh."Akhirnya kelar juga, Di," kata Liana padanya. Liana segera membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol coca-cola. Liana lalu mengambil gelas di kabinet bawah."Minta sini," kata Diana padanya."Okay." Liana segera menuangkan coca-cola di dua gelas dan menyerahkan satunya kepada Diana. Mereka meminumnya dalam satu kali tegukan. Diana berkata pada Liana, "Li, menurut lo, Richard nanti beneran dateng ngga?""Iya beneran lah Di. Dia udahconfirm kan waktu lo kirim kabar?""Iya sih, cumen gue takut aja kalau dia nggashow up,"kata Diana dengan nada cemas. Liana mendekati Diana dan memeluk bahu sahabatnya, "Kalau dia nggashow up berarti lo harus jauhin dia. Anggap aja diastranger kemarin sore."Diana mengangguk. Hatinya sed
Makan malam kali ini berbeda. Diana merasa sangat bahagia karena orang-orang yang disayanginya semuanya berkumpul bersama, tidak terkecuali Richard. Pria yang baru ditemuinya kemarin namun menarik hatinya secara instan.Setelah Dino datang, Diana langsung mengajak untuk segera berkumpul di meja makan. Mereka segera menempati tempat duduk di meja oval yang terletak di ruang makan. Pak Wisnu, Bu Wisnu, dan Diana berhadap hadapan dengan Richard, Dino, dan Liana. Richard terlihat gugup makan langsung berhadapan dengan Pak Wisnu.Setelah duduk, Bu Wisnu berbisik kepada Diana, "Mama seneng lihat Richard. Orangnya baik. Dia juga ganteng.""Ih apaan sih ma," balas Diana. Mama terkekeh. Diana melirik Richard di ujung sana yang masih terdiam.Pak Wisnu berdeham dan berkata, "Ini siapa ya yang punya acara?" Liana pun menendang kaki Diana. Diana memandannya dan Liana memberikan isyarat supaya Diana yang berbicara.Diana menarik nafas panjang dan membuka
Dino dan Liana segera memaksa Diana dan Richard masuk ke dalam kamar Diana. Liana mematikan lampunya dan berpesan kalau Diana dan Richard menyalakan lampunya, maka mereka akan dipaksa berciuman depan orang tua Diana."Sungguh kejam! Emang kita anak-anak," batin Diana. Tapi mereka ngga punya pilihan lain. Dino dan Liana bisa menjadi sangat keras kepala kalau sudah ambil keputusan.Richard memilih duduk di ujung tempat tidur dan Diana juga duduk di ujung satunya lagi. Mereka berdua duduk dalam keheningan. Ketertarikan seksual diantara keduanya hampir memuncak. Dengan adanya sedikit cahaya dari arah luar kamar yang menembus ke jendela, Richard sesekali melihat bibir Diana dan menelan ludahnya. Dia melihat sosok Diana yang sangat menarik di matanya. Sayangnya, Diana tidak bergeming. Richard pun menahan dirinya."Hmm, Diana?"Diana menjawab, "Iya Richard.""Agak aneh sih kalau kita diem-dieman gini. Tujuh menit lumayan lama lho. Gimana kalau kita tanya
Diana menarik nafas panjang. Dirinya melihat ke arah Pak Putu yang sedang sibuk menandatangani dokumen di meja kerjanya."Diana, ada apa?"Diana hanya tersenyum dan menggeleng. Pak Putu heran melihat sikap Diana yang tak biasanya."Kenapa Diana? Kelihatannya kamu ada sesuatu?"Diana menggeleng dan menjawab, "Maaf, belum pak. Saya ngga ada masalah apa-apa kok. Saya hanya kagum sama bapak, itu dokumennya banyak sekali," kata Diana sambil menunjuk dokumen-dokumen di atas meja Pak Putu. Pak Putu tertawa mendengarnya.Diana berkata lagi, "Richard sudah pulang ke Jogja karena ada masalah dengan bisnisnya."Pak Putu mengernyitkan dahinya, "Masalah apa Diana?"Diana menggeleng, "Saya juga kurang tahu pak. Dia begitu mendadak dan setiap saya tanya dia hanya bilang semua akan baik-baik saja. Katanya dia bisa menangani semuanya.""Bapak percaya kok pacarmu bisa mengatur semua masalahnya. Yang penting kamu tetap ada di sisinya baik dalam s
Baru saja Diana mau menceritakan permasalahannya, tiba-tiba pintu kamar Diana digedor. Richard dan Diana langsung menoleh ke arah pintu. Hati Diana berdegub kencang. Richard memegang tangan Diana dan mencoba menenangkannya."Sebentar baby. Aku buka dulu pintunya," kata Richard kepada Diana.Diana mengangguk. Richard segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di depan Richard terlihat Dino berdiri dengan nafas tersengal-sengal. Bajunya basah keringat dan rambutnya terlihat sangat berantakan. Richard mengernyitkan dahinya."Dino, abis ngapain?"Dino memegang gagang pintu kamar dan mencoba mengatur nafasnya, "Gue lari dari Club. Takutnya ngga keburu kalau naik taksi. Gimana Diana?" tanya Dino lagi tanpa basa-basi.Richard tersenyum dan berkata kepada Dino, " Dia udah baikan kok. Aku juga uda ngomong baik-baik sama dia. Dia ngerti kok.""Syukurlah. Gue ngga mau Diana kenapa-kenapa. Richard, wanita itu gila. Masak dia bilang dia masih cinta sa
"Di, lo ngga coba ke dokter aja?" Tanya Liana kepada sahabatnya yang masih bercucuran air mata."Ngga mungkin dong Li kalau gue ke dokter dan bilang kalau gue ngga bisa berhubungan seks. Kita hidup di timur. Pasti tuh dokter mikir macem-macem tentang gue," sahut Diana.Liana menghela nafas panjang. Dia berkata pelan dan sejelas mungkin,"Di, sekarang seks bukan hal yang tabu lagi. Lo berhak tau apa yang terjadi sama tubuh lo."Diana menatap mata Liana tajam kemudian menggeleng, "Ngga Li. Tetep aja pasti dokter bakalan mikir macem-macem. Sekarang tenang aja. Kemungkinan karena gue ngga relaks. Gue pasti akan nemu jalannya nanti. Mungkin sama Richard akan beda ceritanya. Mungkin dia bisa bikin gue nyaman yang bikin gue bisa berhubungan sama dia."Liana tersenyum dan mengangguk, "Moga-moga aja ya Di karena itu. Gue harap Richard beneran bisa bikin lo bahagia."Setelah berkata demikian, Liana menarik nafas panjang dan berharap di kemudian hari benar-ben
Diana, Richard, Liana, dan Dino menikmati malam mereka di salah satu kelab malam atau yang sering disebut club. Mereka menengguk alkohol ringan dan menari bersama di lantai dansa. Diana menari berpasangan dengan Richard sedangkan Liana berpasangan dengan Dino.Richard berbisik di telinga Diana,"Baby, aku sampe sekarang masih belum percaya lho kamu jadi pacarku."Diana tertawa mendengarnya. Dia lalu mendekati Richard dan mencium bibirnya. Richard pun membalas ciuman Diana sambil memeluk Diana lebih erat. Mereka berciuman dengan intens sampai Liana dan Dino menolehkan pandangan ke mereka dan Liana berdeham sambil terbatuk yang disengaja.Diana pun melepaskan ciumannya dan menoleh ke arah Liana dan Dino sambil tersenyum. Liana mencoba berkata kepadanya namun Diana tidak dapat menangkapnya karena hingar bingar musik di sekelilingnya. Diana hanya memberi kode kepada Liana dan Liana pun segera menutup mulutnya.Diana dan Richard pun menari sambil menatap mata s
Dino dan Liana menunggu Richard di luar kamar Diana. Mereka berharap sekali Diana tidak lagi marah kepada mereka. Liana sesekali melamun mengingat momen-momen persahabatan mereka. Liana betul-betul tidak mau hubungan romantisnya dengan Dino menganggu persahabatan mereka bertiga yang sudah terjalin lama sekali.Begitu Richard keluar dari kamar Diana, mereka langsung menghampiri Richard. Tanpa basa basi, Dino bertanya kepadanya, "Bagaimana Diana? Apa dia mau maafin kita?"Richard tersenyum dan berkata kepada mereka berdua, "Dia butuh waktu. Biarkan dia menenangkan dirinya. Kalau dia sudah siap, dia pasti keluar."Liana tampak kecewa namun dia bisa menerimanya. Richard menepuk bahu Liana dan berusaha memberikannya semangat, "Sabar ya Liana. Diana pasti sebentar lagi keluar kok ketemu sama kalian. Dia tadi sudah tenang, hanya butuh waktu sebentar saja."Liana mengangguk. Hatinya sesak namun dia paham dengan perasaan Diana juga.Richard berusaha mengali
"Kowe ki jadian karo Diana ora kondo-kondo karo aku? Parah kowe Ric! (Kamu itu jadian dengan Diana tidak bilang-bilang ke saya? Parah kamu Ric!)" teriak Bono dari ujung telepon. Richard tertawa dan hanya meminta maaf kepada sahabat dekatnya itu."Sorry Bon. Lagian itu kejadian kemarin. Oh ya, thanks ya tipsnya."Bono tertawa di ujung sana, "Tuh kan beneran nasihat master Bono itu tokcer. Oh ya Ric, kasih tahu keluargamu juga, atau harus aku yang bilang ke Boni sama Sharon? Kamu beneran serius sama Diana kan? Bukan cumen main-main?"Richard terdiam sejenak lalu berkata ke Bono, "Serius lah! Aku ngga mau main-main sama dia. Dapetin dia aja uda susah. Nanti aku aja yang kasih tahu keluargaku dan aku mau bilang ke mereka kalau aku emang serius sama Diana.""Baru kali ini kamu kedengeran yakin banget sama cewek. Kamu kan baru pacaran Ric!""Ngga tau kenapa ya Bon. Tapi begitu ketemu Diana sejak pertama kali, aku tahu dia itu memang ada
"Diana, kok senyum-senyum sendiri?"Diana terkejut mendengarnya. Dia langsung meletakkan hp di mejanya dan melihat Pak Putu dengan wajah yang memerah. Pak Putu, supervisor Diana di tempat penelitiannya menyaksikan wanita cantik di depannya itu senyum-senyum sendiri sambil menatap layar hapenya tadi."Oh, maaf Pak Putu. Saya barusan dapet pesen dari pacar saya," jawab Diana tersipu malu, lalu dia melanjutkan, "Saya selesaikan dulu input data murid pak.""Iya gapapa Diana. Santai saja. Deadlinenya masih minggu depan."Pak Putu meletakkan tas yang dibawanya ke atas bawah meja kerjanya. Mejanya sendiri berhadapan dengan meja Diana sehingga Pak Putu bisa mengetahui semua gerak-gerik Diana. Awal penelitian, Diana merasa sangat canggung, namun lama-kelamaan, dirinya terbiasa dengan kehadiran Pak Putu di depannya.Pak Putu memandang Diana lagi dan berkata kepada Diana, "Lihat kamu, bapak jadi inget anak temen bapak kemarin di upacara pawiwahan."Dia
Wajah Richard menjadi sumringah. Garis senyum seringkali terlihat dengan jelas di wajahnya. Dia sangat senang dengan jawaban Diana. Diana tersenyum juga. Namun, dia menunduk sebentar dan berkata lagi kepada Richard, "Tapi Richard, aku punya satu syarat."Richard segera mengernyitkan dahi dan bertanya kepada wanita asal Jakarta, "Syarat apa?""Hmm, gimana ya ngomongnya? Jadi gini, kamu boleh cium aku tapi jangan sentuh tubuhku sampai ke pernikahan. Kalau kamu bisa, aku mau pacaran sama kamu."Mendengar hal itu, Richard terdiam sejenak. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah dirinya tahan untuk tidak menyentuh Diana. Richard sendiri pun dibesarkan dalam campuran budaya barat yang menjunjung tinggi kebebasan termasuk kebebasan dalam berpacaran. Namun, kalau dia tidak memenuhi persyaratan Diana, maka dia akan kehilangan wanita yang selama ini menghiasi mimpinya. "Kehilangan Diana akan jauh lebih menyakitkan," pikir Richard.Richard mengangguk. Dia mengajukan pe
Hari demi hari berlalu dan Diana mulai sibuk dengan penelitiannya. Namun, tetap ada kekosongan di hatinya karena Richard pergi dan sama sekali tidak menghubunginya. Diana berpikiran dengan terputusnya komunikasi dengan Richard maka dia dapat move on. Namun ternyata tidak. Diana malah semakin merindukan lelaki itu.Beberapa kali Diana melihat Richard di sekitar kantornya sedang memotret, namun Diana urung menegurnya. Selain itu, Richard selalu pergi sebelum Diana berhasil mendekatinya. Hal itu membuat hatinya kecewa. Diana terus mencoba mengabaikan perasaannya namun wajah Richard selalu masuk ke pikiran Diana. Kemanapun Diana pergi, bayangan Richard selalu ada di pelupuk matanya. Diana sampai berpikiran mungkin dia sudah gila.Saat malam pun, Diana sering memandang foto dalam akun sosial medianya ketika dirinya dan Richard jalan bersama di Jogja beberapa waktu lalu. Dia masih ingat betul perasaannya kala itu. Perasaan dimana seolah kesedihan sirna dari muka bumi. Memori