Beranda / Romansa / Diana, The Virgin Wife / Bab 9. 7/20 Minutes in Heaven

Share

Bab 9. 7/20 Minutes in Heaven

Penulis: Jessie White
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-21 12:59:06

Dino dan Liana segera memaksa Diana dan Richard masuk ke dalam kamar Diana. Liana mematikan lampunya dan berpesan kalau Diana dan Richard menyalakan lampunya, maka mereka akan dipaksa berciuman depan orang tua Diana.

"Sungguh kejam! Emang kita anak-anak," batin Diana. Tapi mereka ngga punya pilihan lain. Dino dan Liana bisa menjadi sangat keras kepala kalau sudah ambil keputusan.

Richard memilih duduk di ujung tempat tidur dan Diana juga duduk di ujung satunya lagi. Mereka berdua duduk dalam keheningan. Ketertarikan seksual diantara keduanya hampir memuncak. Dengan adanya sedikit cahaya dari arah luar kamar yang menembus ke jendela, Richard sesekali melihat bibir Diana dan menelan ludahnya. Dia melihat sosok Diana yang sangat menarik di matanya. Sayangnya, Diana tidak bergeming. Richard pun menahan dirinya.

"Hmm, Diana?"

Diana menjawab, "Iya Richard."

"Agak aneh sih kalau kita diem-dieman gini. Tujuh menit lumayan lama lho. Gimana kalau kita tanya jawab biar kita juga lebih saling mengenal?"

"Okay boleh, Richard. Aku juga ngrasa aneh sih kalau diem-dieman kayak gini," jawab Diana sambil tersenyum. Hati Richard terasa meleleh melihat senyuman indah itu.

Richard memulainya, "Hmm okay, aku duluan ya..., Kamu suka warna apa Diana?"

"Merah. Kalau kamu?"

"Aku suka hitam. Oh ya, kalau boleh tahu merahnya seperti mawar?"

"Iya. Kok tahu?"

"Di ruang tamu kan ada lukisan bunga mawar. Tadi aku berpikir pasti salah satu diantara kalian menyukai bunga mawar merah."

Diana tersenyum mendengarnya. Pengamatan Richard ternyata detail juga. Richard membalasnya dengan senyuman juga. 

"Kenapa kamu suka warna hitam? Aku kira putih. Kan Luscious Foods dicat putih," tanya Diana.

"Almarhum ayahku paling suka melukis menggunakan dengan dasar cat warna hitam. Beliau berkata warna hitam adalah warna netral yang melekat dan bekerja dengan baik apabila dikombinasikan dengan warna lain. Kombinasi hitam dengan warna lainnya menimbulkan harmoni visual yang kuat. Contoh gampangnya logo Blackpink, mereka pakai warna pink yang feminin dicampur warna hitam yang kuat. Orang-orang jadi tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Selain itu, hitam juga berarti berani, kuat, dan sedikit misterius."

Diana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku ngga tahu pandanganmu tentang warna sampai sedetail itu. Tapi memang bener sih, logo Channel yang hanya hitam dan putih malah memenangkan persaingan industri fashion dibandingkan dengan logo yang beraneka warna."

Richard tersenyum dan berkata kepada Diana, "Iya betul. Walaupun warna ada yang hitam dan yang putih, tapi hidup manusia ngga ada yang benar-benar hitam maupun putih. Makanya, manusia tertarik pada warna-warna yang kuat dan berdefinisi tersebut. Mereka berharap kalau mereka akan kuat dan punya karakter tegas seperti warna itu. Termasuk aku."

Diana tertawa. Dia menoleh ke arah Richard, "Lalu kenapa Luscious Foods kamu cat putih?"

Richard segera berdiri. Diana menatapnya tanpa berkedip. Richard melangkan dan duduk kembali tepat di samping Diana, "Sorry Diana, tadi aku ngrasa kita jauh-jauhan. Akan lebih nyaman kalau aku duduk disini. Is it okay?"

Jantung Diana berdegub kencang. Dia mengangguk pelan dan menjawab, "It's okay."

Richard menoleh ke arah Diana dan melemparkan senyum kepadanya, "Okay, waktunya jawab pertanyaanmu. Kalau masalah restoran, ngga mungkin dong aku cat hitam semua. Apalagi pangsa pasarku anak-anak mahasiswa yang suka foto. Jadi konsepnya harus instagrammable dan ceria. Kalau hitam semua, bisa-bisa resto dikira studio foto atau parahnya tempat perkumpulan sekte sesat."

Diana tertawa keras. Dia mengangguk-anggukan kepalanya sambil tertawa. Richard tersenyum. Wajahnya memerah melihat Diana tertawa. Untungnya gelap, jadi tidak terlalu kentara.

Diana segera bertanya kepadanya, "Oh ya Richard, aku keinget pas tadi makan malam, Tadi kamu bilang, kalau gundul jadi ngga bisa godain cewek ya? Emang mantan kamu berapa?"

Richard terkejut Diana menanyakan mengenai mantan. Apa itu berarti Diana mulai menaruh rasa kepadanya?

Richard tersenyum lebar lalu menjawabnya,"Mantanku ada dua. Yang satunya teman sekolahku SMA dan satunya temen jurusanku di kuliah. Aku tipe orang yang bisa dibilang setia ya karena minimal pacaran itu dua tahunan. Pacar pertamaku 2 tahun dan pacar keduaku 3 tahun. Abis itu putus dan jomblo sampai sekarang."

Diana ikut tertawa dan berkata kepadanya, "Sorry Richard. Awalnya aku kira kamu playboy. Terus kalian putus kenapa?"

Richard berbisik di telinga Diana, "Karena aku ganteng ya makanya kamu sebut playboy?" Diana langsung menunduk. Wajahnya memerah. Richard menyenggolnya, "Aku cumen bercanda, Diana."

Diana tersenyum tipis. Richard menatap lurus ke depan dan menjawab pertanyaan Diana sebelumnya, "Karena mereka selingkuh dan selain itu juga mereka beda agama denganku."

"Oh, aku kira kamu atheis," kata Diana sambil tertawa.

Richard terlihat kesal. "Tuh kan pemikiranmu tentang aku salah semua. Untung kan ada kita ikutan truth or dare, jadi kita bisa saling kenalan lebih jauh. Gantian ah, kalau kamu gimana Diana?"

"Mantanku itu ada yg anak olimpiade, anak basket, sama anak band. Komplit lah. Penyebab putusnya pun beda-beda. Yang anak olimpiade putus karena aku gagal masuk lomba debat, yang anak basket putus karena dia gay, dan yang anak band," Diana berhenti bicara mendadak. Dia teringat masa-masa itu ketika dirinya putus dengan Adam.

"Ada apa Diana?" tanya Richard pelan. Diana menarik nafas panjang. Jangan sampai ingatannya tentang Adam merusak situasi sekarang.

"Sorry, tadi cumen keinget sesuatu. Jadi yang anak band, kami putus karena selingkuh di belakangku."

Diana sengaja tidak menginformasikan mengenai hubungan terlarangnya dengan Adam kala itu. "Memalukan!" pikir Diana.

Richard menangguk dan berkata lagi, "Lucu banget sih mantan-mantamu Di, tapi itu beneran ada yang gay? Kok bisa ketahuan?"

"Mereka berciuman dan kepergok olehku. Akhirnya aku interogasi dia dan dianya ngaku."

Richard tertawa lepas. Diana pun tertawa mengingat Ayden juga. Richard bertanya lagi kepada Diana, "Terakhir kamu kan pacaran waktu SMA. Pernah ada kepikiran buat buka hati lagi jalin hubungan baru?"

Suasanya menjadi hening. Diana belum menjawab apapun. Richard berkata dalam hati, "Kalau Diana bilang dia ngga mau buka hati, berarti riwayatku cumen sampe sini. Sekian dan terima kasih."

Richard menunggu jawaban Diana dengan sabar. Diana akhrinya menjawabnya, "Iya. Aku juga pengen pacar, tapi belum ketemu yang cocok."

"Emang kamu suka cowok yang seperti apa Diana?"

"Baaaaaaaa!!!!!!!" tiba-tiba pintu kamar terbuka. Liana dan Dino segera menyalakan lampunya. Diana bernafas lega karena dia tidak sanggup menjawab pertanyaan Richard tadi.

Dino bertanya kepada mereka, "Jadi dari tadi kalian ngapain? Kok masih pake baju?"

Diana segera mengambil bantal dan melemparkannya ke muka Dino, " Dasar mesum!" Dino tertawa terpingkal-pingkal.

Liana berkata, "Kalian tau ngga kalian di dalem itu uda dua puluh menitan dan kita diem aja karena takut ganggu kalian."

Richard terkejut dan segera melihat jam tangannya. Dia berkata kepada ketiga sahabat karib itu, "Aku pulang duluan ya. Masih harus ke resto ini karena besok ada pesenan. Kasian temen-temen yang nglembur disana."

Diana kecewa. Dia berharap bisa bersama Richard lebih lama lagi. Diana berkata kepada Richard, "Ya udah, aku anterin kamu ke depan ya."

Richard mengangguk. Dino akhinya juga berkata, "Kalau gitu gue pamit sekalian aja ya. Uda malem."

Liana menjawab, "Ih ngga seru, malah pada pulang cepet."

"Lain kali kita main lagi. Gue juga masih kudu cari jurnal online nih. Dosen gue minta lusa dikasih referensi-referensinya."

"Ya uda deh. Gue anterin juga ke depan," kata Liana. 

Mereka pun sampe ke depan rumah. Richard berkata pada Dino, "Kosanmu mana, No? Mau aku sekalian anterin?"

Dino menggeleng dan menunjukkan rumah kosannya, "Ngga perlu. Itu kosanku. Deket kan?"

Richard pun berkata kepada Diana, "Tolong pamitin ke om tante ya."

Diana mengangguk.

"Aku pulang dulu ya semuanya." Richard melambaikan tangan dan segera masuk ke mobil sedannya.

"Hati-hati ya Richard," kata Diana sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. Richard melemparkan senyum kepada Diana dari dalam mobil.

Begitu mobil Richard pergi, Liana langsung menyenggol Diana, "Misi kita sukses malam ini Diana. Tos dulu!". Liana menaikkan tangannya.

"Tos!" kata Diana sambil menepuk telapak tangan Liana.

Dino melihat mereka sambil geleng-geleng, "Temen-temen gue kayak anak TK."

"Bodo amat," jawab Liana sewot.

"Udah ya gue pulang duluan. Selamat beberes rumah, para wanita!" Dino melambaikan tangan dan berjalan ke arah kosannya.

"Ati-ati ya No," teriak Liana. Dino hanya mengacungkan ibu jarinya ke atas kepalanya.

Diana dan Liana segera masuk kembali ke dalam rumah untuk beres-beres rumah. Diana bagian membereskan dan mengelap meja sedangkan Liana bagian cuci piring. Karena mereka terbiasa bekerja sama untuk membersihkan rumah, jadi mereka sudah tahu tugas masing-masing. Mereka juga menyimpan snack-snack yang masih tersisa dan sisa-sisa minuman yang masih ada. 

Setelah semuanya selesai, Diana dan Liana segera masuk kamar masing-masing untuk beristirahat. Diana ganti baju dan merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dirinya terbayang-bayang Richard. Penilaiannya tentang Richard salah besar. Dibalik ketampanannya, ternyata dia adalah pria yang sangat cerdas dan punya filosofi kehidupan yang dalam. Jarang ada pria yang demikian.

Diana segera melirik hpnya dan terlihat ada notifikasi. Jantungnya berdebar-debar.

RICHARD : Hi Diana. Aku sudah sampai resto. Masih harus nglembur nih. Kamu istirahat aja ya. Sweet dream!

Diana tersenyum-senyum sendiri membaca pesan Richard. Dia mulai mengetik.

DIANA: Semangat ya lemburnya. Jaga kesehatan disana. Besok aku mampir restomu buat bicarain menu tadi. See you Richard!

RICHARD: Okay Diana. Tak enteni tekamu sesuk (saya tunggu kedatanganmu besok)

Diana tertawa membaca pesan Richard. Dia geli sendiri kalau ingat Richard. Wajah kebule-bulean tapi ngomong bahasa jawa. Mungkin Richard memang lebih mirip almarhum ayahnya. Kalau ibunya sama kakaknya kayak gimana ya? Diana juga bertanya-tanya mengenai hal itu.

"Ah Diana, baru juga ketemu Richard kemarin uda berharap ditemuin sama keluarganya!", kata Diana dalam hati.

Diana berusaha memejamkan matanya dan akhirnya dia tertidur pulas.

Tanpa diketahui Diana, nun jauh disana, di Resto Luscious Foods, Richard sedang merayakan keberhasilannya menaklukkan hati orang tua Diana bersama Bono.

Bab terkait

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 10. Teman

    "Andani tho! Tipsku kuwi ampuh. Rak percoyoan kok kowe!(Dibilangin! Tipsku itu ampuh. Ngga percayaan sih kamu!)" kata Bono kepada Richard. Mereka berdua duduk berhadap-hadapan di dalam dapur di resto mereka.Richard telah menceritakan semua kejadian kepada Bono. Bono mendengarnya dengan senang dan sesekali meledek Richard. Mereka segera mengeluarkanred wine dan minum bersama. Kebetulan udara malam kali ini juga sangat dingin sehingga anggur bisa jadi solusi untuk membuat badan mereka lebih hangat."Kok kamu ngga ngomong ke aku kalau kerjaan anak-anak uda selesai? Terus besok yang nganterin makanan ke MIPA siapa?" tanya Richard kepada Bono."Aku tuh ngga mau gangguin acaramu sama Diana, Ric! Lagian anak-anak juga uda pinter-pinter kok. Kerjanya pada cepet. Besok yang nganterin aku sama Yano.Wes, rak sah dipikir! (Sudah tidak usah dipikir)."Richard tersenyum dan berkata, "Maturnuwun yo Bon."Bono m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 11. Lebih Dekat

    Richard segera mengantarkan ibunya ke luar resto dan Diana menunggunya dalam diam di dalam. Tak lama kemudian, Richard kembali ke dalam Resto."Sorry ya nunggu lama, kamu uda makan?" tanya Richard."Udah kok tenang aja." Diana segera membuka tasnya dan mengeluarkan menu yang sudah disiapkannya. Dia menyerahkan kepada Richard. Richard menerimanya dan memeriksanya sekilas. Dia tersenyum memandang Diana."Thank you, Di. Ayo masuk ke dapur," ajak Richard sambil melangkahkan kakinya menuju dapur. Diana mengikutinya. Dapurnya cukup luas, bersih, dan peralatannya juga memadai. Kira-kira ada 10 orang pegawai di dapur dan mereka sedang bekerja masing-masing. Ada yang bertugas menyiapkan bahan, memasak, sampai dengan memeriksa pesanan."Masih kecil kan, Di?" tanya Richard."Ngga kok. Lumayan banyak menurutku. Kulihat kerjanya juga cekatan."Diana cukup takjub dengan anak buah Richard yang cekatan dalam bekerja. Mereka benar-benar sibuk namun

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 12. Masak di Dapur

    Richard dan Diana akhirnya kembali ke Resto. Hati Diana berbunga-bunga, begitu pula Richard. Diana segera turun dari motor sementara Richard menyimpan kembali motornya di dalam toko. Sambil menunggu Richard, Diana memutuskan untuk segera memasuki resto terlebih dahulu. Situasi Resto sudah ramai. Beberapa orang menikmati makanan dan minuman sambil bercanda tawa, ada pula yang hanya membuka laptopnya sambil memakan cemilan, ada pula dudk sendirian yang sendirian menatap keluar jendela.Diana segera duduk di salah satu kursi makan sambil menunggu Richard."Ciyeee. Akhirnya posting foto mas Richard di IG," kata Aryo tiba-tiba di belakang Diana. Diana terkejut setengah mati dan segera menoleh ke belakang, "Astaga Aryo! Sejak kapan kamu disini?"Aryo langsung duduk di depan Diana."Baru aja mbak. Tadi dengerin suara motornya mas Richard. Jadi aku tahu kalian uda balik. Mba Diana jadi masak bareng kan? Tadi aku uda beliin bahan-bahannya rawon surabaya."D

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 13. Bayangan Masa Lalu

    Sudah dua jam lebih Diana, Aryo, dan Heru memasak sekaligus merekam videonya. Aryo merasa sangat senang bisa memasak bersama Diana. dia merasa mendapatkan banyak ilmu dari Diana. Perasaan Diana pun juga sama dengan Aryo. Aryo sangat welcome dengan dirinya dan juga sangat cepat belajar. Tak heran Richard menjadikannya kepala chef disini. Penghargaan yang cocok untuknya.Mereka bertiga mengecek video rekaman bersama-sama. Berharap videonya dapat dimengerti banyak orang."Mba Diana emang cakep banget. Coba ini masukin ke youtube, pasti langsung viral," kata Aryo sambil melihat rekaman.Diana mengelak, "Justru kamu yang viral. Masih muda tapi jago masak kayak masterchef. Langsung tuh direkrut sama hotel-hotek terkenal.""Aku dulu juga diajarin mas Richard sama mas Bono kok mbak. Kalau ngga ada mereka, mungkin aku uda kerja di pabrik."Heru menimpali," Iya bener yang disampein Aryo mba. Baik bener merka mau kita yang kerja. Biasanya kan kayak resto nyar

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 14. Richard vs Adam

    Mata Liana terbelalak,"Jadi besok Richard bakalan ketemuan sama Adam? Demi apa?!""Demikian dan terima kasih," jawab Diana datar. Liana menggerakkan bola matanya kesal."Ih, lo ah malah bercanda. Serius dikit napa? Masalah penting nih! Gini loh maksud gue, Di. Lo harus ngomong sama Dino deh biar dia mau nemenin Richard. Jadi kalau Adam mau ngomong yang aneh-aneh, Dino bisa langsung nutup mulutnya si kecoa bassist itu. Soalnya kalau gue liat nih, Richard itu seratus persen suka sama lo dan berhubung dia emang cakep banget, jadi sayang aja kalau dilepasin gitu aja."Diana menatap Liana dengan tatapan nanar. Hatinya sangat bimbang saat ini. Dino dan Liana sampai sekarang belum mengetahui rahasia Diana. Bagaimana kalau Dino beneran besok ikut dan akhirnya rahasia Diana terbongkar di publik? Bakalan tambah malu!Liana terlihat ingin memakannya saat ini. Diana menarik nafas panjang. Dia memberikan pengertian dan alasan," Bukan gitu, Li. Gue paham ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 15. Rencana Tempat Penelitian

    Diana baru mengerjakan literatur skripsinya ketika hpnya berdering. Matanya sibuk memilah-milah judul jurnal yang sesuai dengan penelitiannya. Tiba-tiba hpnya berdering. Diana melihat hpnya dan mengernyitkan dahinya. Diliatnya nomor tidak dikenalnya. "Mungkin dari kampus," pikir Diana. Diana memutuskan untuk mengangkatnya."Halo, betul ini dengan mba Diana?" Tanya suara wanita di sebrang sana."Iya betul. Maaf dengan siapa?""Dengan Elsa dari Media Selebriti. Maaf saya mau bertanya mba."Diana mendengarnya kesal. Hidupnya selama ini sudah tenang dan sekarang tiba-tiba media menganggunya lagi."Maaf ya mba Elsa. Lain kali saja ya."Diana memutuskan mengakhiri telponnya namun reporter bernama Elsa itu menyelanya, "Apa mba Diana tahu mengenai Richard?"Mendengar nama Richard, Diana urung mengakhirinya. Diana berkata dengan suara tegas, "Mba, saya memang dekat dengan Richard tapi tolong jangan ganggu dia!"Diana langsung menutup te

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 16. Cinta dan Penolakan

    Sesampainya di resto, Diana segera masuk dan mencari Richard. Matanya melihat kesana kemari dan mengecek bangku demi bangku, siapa tahu Richard masih ada di depan. Sosok laki-laki yang membuat pikirannya melayang-layang akhir-akhir ini ternyata sedang duduk berhadapan dengan seorang perempuan. Diana langsung menundukkan kepalanya, kecewa. Diana diam-diam keluar dari gedung dengan muka menunduk sampai dirinya bertabrakan dengan Adam."Diana," sapa Adam lembut.Diana terkejut melihat pria yang ada di depan matanya sekarang. Dia langsung membelalakkan matanya, "Buat apa kamu kesini lagi?""Aku cumen mau ngasih undangan konser ke Richard sama kamu. Kalau kamu mau dateng."Adam menyerahkan poster konsernya. Kenangan ketika Adam menembaknya sewaktu konser memenuhi benaknya lagi. Namun, itu masa lalu. Diana sudah berhasil move on.Tiba-tiba terdengar suara Richard di belakang Diana. Richard memegang tangan Diana. Diana menoleh ke arah Richa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 17. Dia sudah pergi

    Bono menggedor-gedor kamar Richard. "Ric, kowe neng njero tho? (Ric, kamu di dalam kan?)" Namun tidak ada jawaban. Bono menggedor-gedor kamar Richard lagi beberapa kali. Dia juga menelepon Richard. Terdengar suara ringtone di dalam kamar. "Asemik! Ora dibuka-buka (Sial! Tidak dibuka-buka)," gumam Bono kesal. Bono berteriak lagi, "Isih urip ora kowe? Jan gondes tenan!. Pokmen aku wegah balek nek kowe ora metu seko kamar! (Masih hidup ngga kamu? Kampungan! Pokoknya saya ngga mau pulang kalau kamu ngga keluar dari kamar!)" Namun suasana masih hening. Richard tidak membuka pintu kamarnya. Mendengar keributan yang ditimbulkan oleh Bono, ibunya Richard segera menemui Bono dan membawa segelas minuman. "Ono opo tho le?(Ada apa nak?)" "Ini tante. Richard ngga mau buka pintunya dari tadi. Saya sampai capek gedor-gedor pintunya." Bu Brown terlihat sedih, namun beliau be

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01

Bab terbaru

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 30. Keputusan Richard

    Diana menarik nafas panjang. Dirinya melihat ke arah Pak Putu yang sedang sibuk menandatangani dokumen di meja kerjanya."Diana, ada apa?"Diana hanya tersenyum dan menggeleng. Pak Putu heran melihat sikap Diana yang tak biasanya."Kenapa Diana? Kelihatannya kamu ada sesuatu?"Diana menggeleng dan menjawab, "Maaf, belum pak. Saya ngga ada masalah apa-apa kok. Saya hanya kagum sama bapak, itu dokumennya banyak sekali," kata Diana sambil menunjuk dokumen-dokumen di atas meja Pak Putu. Pak Putu tertawa mendengarnya.Diana berkata lagi, "Richard sudah pulang ke Jogja karena ada masalah dengan bisnisnya."Pak Putu mengernyitkan dahinya, "Masalah apa Diana?"Diana menggeleng, "Saya juga kurang tahu pak. Dia begitu mendadak dan setiap saya tanya dia hanya bilang semua akan baik-baik saja. Katanya dia bisa menangani semuanya.""Bapak percaya kok pacarmu bisa mengatur semua masalahnya. Yang penting kamu tetap ada di sisinya baik dalam s

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 29. Berita Luscious

    Baru saja Diana mau menceritakan permasalahannya, tiba-tiba pintu kamar Diana digedor. Richard dan Diana langsung menoleh ke arah pintu. Hati Diana berdegub kencang. Richard memegang tangan Diana dan mencoba menenangkannya."Sebentar baby. Aku buka dulu pintunya," kata Richard kepada Diana.Diana mengangguk. Richard segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di depan Richard terlihat Dino berdiri dengan nafas tersengal-sengal. Bajunya basah keringat dan rambutnya terlihat sangat berantakan. Richard mengernyitkan dahinya."Dino, abis ngapain?"Dino memegang gagang pintu kamar dan mencoba mengatur nafasnya, "Gue lari dari Club. Takutnya ngga keburu kalau naik taksi. Gimana Diana?" tanya Dino lagi tanpa basa-basi.Richard tersenyum dan berkata kepada Dino, " Dia udah baikan kok. Aku juga uda ngomong baik-baik sama dia. Dia ngerti kok.""Syukurlah. Gue ngga mau Diana kenapa-kenapa. Richard, wanita itu gila. Masak dia bilang dia masih cinta sa

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 28. Masa Lalu Richard

    "Di, lo ngga coba ke dokter aja?" Tanya Liana kepada sahabatnya yang masih bercucuran air mata."Ngga mungkin dong Li kalau gue ke dokter dan bilang kalau gue ngga bisa berhubungan seks. Kita hidup di timur. Pasti tuh dokter mikir macem-macem tentang gue," sahut Diana.Liana menghela nafas panjang. Dia berkata pelan dan sejelas mungkin,"Di, sekarang seks bukan hal yang tabu lagi. Lo berhak tau apa yang terjadi sama tubuh lo."Diana menatap mata Liana tajam kemudian menggeleng, "Ngga Li. Tetep aja pasti dokter bakalan mikir macem-macem. Sekarang tenang aja. Kemungkinan karena gue ngga relaks. Gue pasti akan nemu jalannya nanti. Mungkin sama Richard akan beda ceritanya. Mungkin dia bisa bikin gue nyaman yang bikin gue bisa berhubungan sama dia."Liana tersenyum dan mengangguk, "Moga-moga aja ya Di karena itu. Gue harap Richard beneran bisa bikin lo bahagia."Setelah berkata demikian, Liana menarik nafas panjang dan berharap di kemudian hari benar-ben

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 27. Awal Keterbukaan

    Diana, Richard, Liana, dan Dino menikmati malam mereka di salah satu kelab malam atau yang sering disebut club. Mereka menengguk alkohol ringan dan menari bersama di lantai dansa. Diana menari berpasangan dengan Richard sedangkan Liana berpasangan dengan Dino.Richard berbisik di telinga Diana,"Baby, aku sampe sekarang masih belum percaya lho kamu jadi pacarku."Diana tertawa mendengarnya. Dia lalu mendekati Richard dan mencium bibirnya. Richard pun membalas ciuman Diana sambil memeluk Diana lebih erat. Mereka berciuman dengan intens sampai Liana dan Dino menolehkan pandangan ke mereka dan Liana berdeham sambil terbatuk yang disengaja.Diana pun melepaskan ciumannya dan menoleh ke arah Liana dan Dino sambil tersenyum. Liana mencoba berkata kepadanya namun Diana tidak dapat menangkapnya karena hingar bingar musik di sekelilingnya. Diana hanya memberi kode kepada Liana dan Liana pun segera menutup mulutnya.Diana dan Richard pun menari sambil menatap mata s

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 26. Berdamai

    Dino dan Liana menunggu Richard di luar kamar Diana. Mereka berharap sekali Diana tidak lagi marah kepada mereka. Liana sesekali melamun mengingat momen-momen persahabatan mereka. Liana betul-betul tidak mau hubungan romantisnya dengan Dino menganggu persahabatan mereka bertiga yang sudah terjalin lama sekali.Begitu Richard keluar dari kamar Diana, mereka langsung menghampiri Richard. Tanpa basa basi, Dino bertanya kepadanya, "Bagaimana Diana? Apa dia mau maafin kita?"Richard tersenyum dan berkata kepada mereka berdua, "Dia butuh waktu. Biarkan dia menenangkan dirinya. Kalau dia sudah siap, dia pasti keluar."Liana tampak kecewa namun dia bisa menerimanya. Richard menepuk bahu Liana dan berusaha memberikannya semangat, "Sabar ya Liana. Diana pasti sebentar lagi keluar kok ketemu sama kalian. Dia tadi sudah tenang, hanya butuh waktu sebentar saja."Liana mengangguk. Hatinya sesak namun dia paham dengan perasaan Diana juga.Richard berusaha mengali

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 25. Cerita Kelly

    "Kowe ki jadian karo Diana ora kondo-kondo karo aku? Parah kowe Ric! (Kamu itu jadian dengan Diana tidak bilang-bilang ke saya? Parah kamu Ric!)" teriak Bono dari ujung telepon. Richard tertawa dan hanya meminta maaf kepada sahabat dekatnya itu."Sorry Bon. Lagian itu kejadian kemarin. Oh ya, thanks ya tipsnya."Bono tertawa di ujung sana, "Tuh kan beneran nasihat master Bono itu tokcer. Oh ya Ric, kasih tahu keluargamu juga, atau harus aku yang bilang ke Boni sama Sharon? Kamu beneran serius sama Diana kan? Bukan cumen main-main?"Richard terdiam sejenak lalu berkata ke Bono, "Serius lah! Aku ngga mau main-main sama dia. Dapetin dia aja uda susah. Nanti aku aja yang kasih tahu keluargaku dan aku mau bilang ke mereka kalau aku emang serius sama Diana.""Baru kali ini kamu kedengeran yakin banget sama cewek. Kamu kan baru pacaran Ric!""Ngga tau kenapa ya Bon. Tapi begitu ketemu Diana sejak pertama kali, aku tahu dia itu memang ada

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 24. Pati Brata

    "Diana, kok senyum-senyum sendiri?"Diana terkejut mendengarnya. Dia langsung meletakkan hp di mejanya dan melihat Pak Putu dengan wajah yang memerah. Pak Putu, supervisor Diana di tempat penelitiannya menyaksikan wanita cantik di depannya itu senyum-senyum sendiri sambil menatap layar hapenya tadi."Oh, maaf Pak Putu. Saya barusan dapet pesen dari pacar saya," jawab Diana tersipu malu, lalu dia melanjutkan, "Saya selesaikan dulu input data murid pak.""Iya gapapa Diana. Santai saja. Deadlinenya masih minggu depan."Pak Putu meletakkan tas yang dibawanya ke atas bawah meja kerjanya. Mejanya sendiri berhadapan dengan meja Diana sehingga Pak Putu bisa mengetahui semua gerak-gerik Diana. Awal penelitian, Diana merasa sangat canggung, namun lama-kelamaan, dirinya terbiasa dengan kehadiran Pak Putu di depannya.Pak Putu memandang Diana lagi dan berkata kepada Diana, "Lihat kamu, bapak jadi inget anak temen bapak kemarin di upacara pawiwahan."Dia

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 23. Saksi Rembulan 2

    Wajah Richard menjadi sumringah. Garis senyum seringkali terlihat dengan jelas di wajahnya. Dia sangat senang dengan jawaban Diana. Diana tersenyum juga. Namun, dia menunduk sebentar dan berkata lagi kepada Richard, "Tapi Richard, aku punya satu syarat."Richard segera mengernyitkan dahi dan bertanya kepada wanita asal Jakarta, "Syarat apa?""Hmm, gimana ya ngomongnya? Jadi gini, kamu boleh cium aku tapi jangan sentuh tubuhku sampai ke pernikahan. Kalau kamu bisa, aku mau pacaran sama kamu."Mendengar hal itu, Richard terdiam sejenak. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah dirinya tahan untuk tidak menyentuh Diana. Richard sendiri pun dibesarkan dalam campuran budaya barat yang menjunjung tinggi kebebasan termasuk kebebasan dalam berpacaran. Namun, kalau dia tidak memenuhi persyaratan Diana, maka dia akan kehilangan wanita yang selama ini menghiasi mimpinya. "Kehilangan Diana akan jauh lebih menyakitkan," pikir Richard.Richard mengangguk. Dia mengajukan pe

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 22. Saksi Rembulan

    Hari demi hari berlalu dan Diana mulai sibuk dengan penelitiannya. Namun, tetap ada kekosongan di hatinya karena Richard pergi dan sama sekali tidak menghubunginya. Diana berpikiran dengan terputusnya komunikasi dengan Richard maka dia dapat move on. Namun ternyata tidak. Diana malah semakin merindukan lelaki itu.Beberapa kali Diana melihat Richard di sekitar kantornya sedang memotret, namun Diana urung menegurnya. Selain itu, Richard selalu pergi sebelum Diana berhasil mendekatinya. Hal itu membuat hatinya kecewa. Diana terus mencoba mengabaikan perasaannya namun wajah Richard selalu masuk ke pikiran Diana. Kemanapun Diana pergi, bayangan Richard selalu ada di pelupuk matanya. Diana sampai berpikiran mungkin dia sudah gila.Saat malam pun, Diana sering memandang foto dalam akun sosial medianya ketika dirinya dan Richard jalan bersama di Jogja beberapa waktu lalu. Dia masih ingat betul perasaannya kala itu. Perasaan dimana seolah kesedihan sirna dari muka bumi. Memori

DMCA.com Protection Status