Share

Bab 5. Rencana

Author: Jessie White
last update Last Updated: 2021-08-20 11:19:17

“Richard, mau ki sopo? kok iso ketemu wedok ayu? (tadi itu siapa? Kok bisa ketemu wanita cantik)” tanya Bono kepada Richard. Richard tersenyum dan hanya menaikkan alisnya. Bono menjadi kesal.

Aku kie wes konconan karo kowe ket SD. Terus kowe kenalan mbek cah ayu tapi rak mbok kenalke mbek aku? Rak konco tenan! (Aku sudah berteeman denganmu sejak SD. Lalu kamu kenalan dengan wanita cantik tapi kamu ngga ngenalin dia ke aku? Benar-benar tidak setia kawan!)”

Richard menjawab sambil memotong-motong sosis di depannya, “Cewe yang mana dulu? Tadi ada dua.”

Bono menuang adonan ke dalam panci  sambil menjawab Richard,”Yang duduk di sampingmu! Yang cantik. Wes tenan, bejo tenan kowe nemu wong ayunge koyok ngono (Beneran, beruntung sekali kamu ketemu orang cantiknya seperti itu)”. Richard tertawa dan menjawabnya, “Makanya aku tadi langsung datengin dia. Dia agak malu-malu gitu tapi dia berusaha menutupinya.”

“Lha kok iso ketemu mbek cah ayu kuwi? Ceritane piye? (Kok bisa ketemu sama wanita cantik itu? Ceritanya gimana?)”

“Tadi itu aku nabrak dia abis belanja telor. Abis itu tau-tau dia ada di resto. Ya langsung aku samperin.”

Oalah deen tho sing mboktabrak. Pantesan awakmu ora nesu-nesu bar tabrakan. Biasane langsung nesu-nesu. Iki malah ngguyu-ngguyu ngerti ndoge do pecah (Oh, dia ternyata yang kamu tabrak. Pantasa saja kamu ngga marah-marah setelah tabrakan. Biasanya langsung marah-maran. Ini malah ketawa-ketawa tahu telornya pada pecah,” kata Bono sambil mencibir.

Richard tertawa mendengarnya dan berkata, “Ya begitulah. Mana ada aku biarin angsa cantik nganggur.” Richard berpaling ke arah Bono dan bertanya kepadanya, “Bon, aku mau ke rumah Diana lusa. Nanti aku pinjem bajumu ya.”

Dasar ora modal (dasar tidak modal)!” seru Bono sambil mengepalkan tangan ke atas kepalanya layaknya ingin memukul Richard.

“Ampun! Ampun bang Jago,” kata Richard sambil menggengggam kedua tangannya dan tertawa keras.

Bono mengurungkan niatnya memukul Richard. Mereka memang sering bercanda seperti itu. Namun terkait pakaian, memang pakaian-pakaian Bono lebih banyak dibandingkan Richard dan model-modelnya pun lebih up to date. Sedangkan Richard adalah orang yang simple sehingga dia seringkali memilih membeli beberapa potong pakaian dengan warna dan model sama daripada pusing membeli berbagai model pakaian. Bono sering memanggil Richard ‘Mark Zuckerberg KW’.

Bono sendiri adalah anak orang kaya yang memilih meninggalkan bisnis keluarganya dan mencoba membangun usaha sendiri bersama Richard. Walaupun diejek oleh keluarganya, namun kedua sahabat ini membuktikan kalau mereka bisa membuat bisnis mereka maju. Jatuh bangun mereka rasakan berdua sehingga kedekatan di antara mereka lebih mirip dibilang seperti saudara dibandingkan hanya teman biasa.

“Ya uda, nanti malam ke rumahku. Kamu pilih bajunya dulu buat besok abis itu kamu laundry ekspress dulu,” kata Bono.

“Siap laksanakan!” jawab Richard kepadanya.

***

Diana dan Liana akhirnya sampai di rumah kontrakan mereka. Mereka segera membuka kunci dan masuk ke dalam rumahnya.

“Home sweet home!” seru Diana lalu merebahkan dirinya diatas sofa ruang tamunya. Liana berkata kepadanya, “Copot dulu tuh sepatu, bau!”

“Oh ya, sori kelupaan!” Diana langsung mencopot sepatunya.

Liana segera masuk rumah dan merapikan barang-barang belanjaannya.

“Di, gue masuk kamar dulu ya. Mau nyiapin perlengkapan penelitian gue,” kata Liana kepada Diana. Diana mengangguk mengiyakan. Liana segera masuk ke kamarnya. Diana kembali merebahkan dirinya di atas sofanya. Ingatannya kembali pada saat Richard menabrak dirinya. Diana senyum-senyum sendiri.

Tak lama kemudian, terdengar gedoran di pintu rumah. Diana enggan untuk membukanya namun gedoran makin lama makin kencang. Dia tahu bahwa itu adalah Dino, sahabat lelakinya. Akhinya Diana bangkit berdiri dan membukakan pintu untuk Dino.

“Lama amat sih buka pintunya,” kata Dino menggerutu.

“Uda untung lu, gue masih mau bukain pintu,” jawab Diana enteng. Dino berkata kepadanya, “Ini gue bawain bakso buat kalian berdua. Tadi gue beli deket kosan, ada abang-abang baru jualan dan setelah gue cobain enak banget, makanya gue beliin buat lo berdua juga.” Dino menyerahkan tas plastik hitam berisi bakso pada Diana.

“Thank you, No. Sini masuk aja. Liana lagi belajar tuh di kamarnya.” Dino segera masuk ke dalam rumah kontrakan itu. Mendengar Liana sedang belajar di kamarnya, Dino memutuskan untuk masuk ke kamar Liana diam-diam sementara Diana menyimpan bakso terlebih dahulu di kulkas karena mereka juga baru saja makan.

Tiba-tiba terdengar teriakan Liana, “Sialan! Kurang ajar!” lalu terdengar suara Dino mengaduh kencang di depan kamar Liana. Diana bergegas menuju ke kamar Liana.

“Ada apaan?” tanya  Diana pada Dino. Namun Dino hanya diam dan wajahnya memerah. Diana memandang Dino kebingungan. Tak lama kemudian, Liana segera keluar dari kamar dengan wajah garang. Diana menebak pasti terjadi sesuatu pada mereka.

“Ada apaan?” tanya  Diana lagi namun kali ini pertanyaannya tertuju kepada mereka berdua. Liana menjawab, “Gue lagi ganti baju dan Dino nyelonong masuk ke kamar gue. Alhasil gue lempar pake sisir kayu gue.” Dino hanya menjawab, “Sori, gue ngga tau. Gue kira lo lagi belajar.”

“Kalau mau masuk kamar tuh ketok dulu!” kata Liana kepada Dino sambil berkacak pinggang. Dino meminta maaf berkali-kali.

“Emang tadi lo telanjang Li?” tanya  Diana. Liana menggeleng. Diana menarik nafas panjang, “Ya udahlah, santai aja kalian ini. Anggap aja Liana lagi pake bikini di pinggir pantai. Gitu aja diributin.”

Liana berpikir sejenak dan dia memang setuju dengan perkataan Diana. Mungkin dirinya yang lebay menanggapi. Liana mengulurkan tangannya kepada Dino, “Damai?” Wajah Dino berubah cerah, dia langsung menyambut tangan Liana dan berkata, “Damai.” Diana tersenyum melihat sahabat-sahabatnya. Diana memutuskan untuk ganti pakaian dulu di kamarnya.

Liana segera melupakan kejadian itu. Dino berkata kepada Liana, “Li, tadi gue bawain bakso. Itu udah disimpen Diana. Cobain deh, beneran enak!” Liana mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Dino.

“Gue disini dulu ya. Nebeng nonton Netflix,” kata Dino kepada mereka.

“Ya udah deh, gue ikutan nonton duluan. Otak gue juga masih bumpet. Coba deh No, lo cari film yang bagus,” kata Liana.

Dino dan Liana segera duduk bersampingan di sofa depan TV layar datar besar di ruang keluarga. TV itu juga dilengkapi dengan home theater sehingga Dino pun suka berlama-lama di rumah kontrakan itu. Dino dan Liana sibuk memilih-milih film sampai akhirnya mereka memutuskan menonton film horor. The Nun.

“Diana, sini gabung!” teriak Liana.

“Iya!” seru Diana dari dalam kamar. Tak lama kemudian, Diana segera keluar dari kamar dan dia hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek jeans kesukaannya. Melihat Dino dan Liana menonton film horor, Diana langsung kembali masuk kamar.

“Di, ngga udah cemen gitu. Suster setannya cakep kayak lo kok,” teriak Liana.

“Ogah. Mendingan gue di kamar,” sahut Diana. Dino dan Liana tidak memanggil kembali. Berarti mereka sudah asyik menonton.

Diana memang tidak suka menonton film horor. Dia pernah tidak tidur tiga hari akibat nonton film horor. Bagaimana bisa tidur, ketika menaikkan selimut, dia membayangkan kuntilanak ada di dalam selimutnya, ketika bercermin, dia membayangkan ada orang di belakangnya dan akibatnya dia sempat pingsan di sekolah kala itu.

Diana rebahan di kasur kamarnya. Dia teringat Richard, terutama senyum manisnya. Dia segera mengecek hapenya. Ternyata ada satu notifikasi di hpnya. Dia segera membukanya. Ternyata pesan dari mamanya. Diana tampak kecewa.

MAMA: Diana, besok mama ke Jogja ya. Kamu ada kuliah?

DIANA: Iya. Besok ada kuliah.

MAMA: Ya uda, mama punya kok kunci rumah. Nanti mama langsung ke rumah aja.

DIANA: OK Ma.

Diana menaruh hpnya kembali di atas tempat tidur dan memejamkan mata sebentar. Namun lama-kelamaan dia tertidur pulas.

Braakkkk!

Terdengar suara seperti orang membanting sesuatu. Diana terbangun kembali dan menyadari itu adalah suara speaker dari ruang keluarga. Terdengar suara tawa Dino dan Liana sesudahnya. Bagaimana mereka bisa tertawa saat menonton film horor? Tanya Diana dalam hatinya. Diana berusaha membuka matanya yang berat dan memutuskan untuk mengerjakan proposalnya. Diana segera berdiri menuju meja belajarnya dan membuka laptopnya. Dia memasang headset untuk menghindari suara-suara film itu.

Beberapa saat kemudian, suara-suara ramai itu lenyap. Diana melepas headsetnya dan mencoba memastikan bahwa film itu sudah selesai. Memang benar, film itu sudah selesai. Diana beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar kamar. Dia mendapati Dino dan Liana tertidur di sofa. Diana tidak tega membangunkan mereka. Diana kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk melanjutkan proposalnya.

Notifikasi masuk ke hpnya. Dia segera membuka hpnya.

RICHARD: Hi Diana. Lagi apa?

Diana tersenyum melihat pesan Richard namun dia memutuskan untuk tidak membalasnya. Diana ingin mengetahui laki-laki seperti apakah Richard itu. Hal ini dikarenakan ada laki-laki yang menjadi marah besar karena Diana tidak membalas pesannya.

Diana kembali melanjutkan proposalnya. Dia mengetik dengan sangat fokus dan membuat outline di sampingnya. Beberapa tab browser juga terbuka di laptopnya sehingga dia bisa bekerja multitasking. Namun dia sengaja tidak memakai kembali headsetnya, takutnya Dino atau Liana membutuhkan ia.

“Diana… Diana…” kata Liana di luar pintu. Diana mendengar panggilan itu dan dia bergegas membuka pintunya. Liana berdiri di muka pintu.

“Ada apa, Li?” tanya Diana. Tanpa tedeng aling-aling, Liana langsung memegang tangan Diana dan menyeretnya ke ruang keluarga. “Sini gabung ama kita!” Diana pasrah diseret Liana ke ruang keluarga. Setidaknya film horornya sudah selesai. Dino pun sudah bangun tapi matanya masih merah.

“Dino, cuci muka dulu sana!” kata Liana kepada Dino. Dino segera berdiri dan pergi ke kamar mandi. Liana segera mengecek hpnya. Disitu Diana berpikiran untuk memberitahukan pada Liana mengenai kedatangan mamanya besok.

“Liana, besok mama kesini,” kata Diana membuka pembicaraan. Liana segera memandang balik Diana dan berkata, “Oh ya, tante kesini besok? Tapi Di, besok Richard kan juga kesini.”

“Astaga, gue lupa Li! Gimana ya?” Diana memegang pipinya. Liana pun juga bingung. Dia memegang kepalanya dan berpikir.

“Richard siapa?” tiba-tiba terdengar suara Dino di belakang kami. Liana segera memberi isyarat kepada Dino untuk segera duduk. Dino menurut. Dia menyenderkan punggungnya pada badan sofa.

“Richard itu gebetannya Diana!” kata Liana dengan suara keras. “Ngawur aja!” kilah Diana.

“Maksudnya?” Dino memandang Diana. Wajahnya memperlihatkan dia bertanya-tanya mengenai maksud para sahabatnya. Akhirnya Diana segera menceritakan kejadian sebelumnya secara keseluruhan termasuk kejadian telor pecah, makan di resto, sampai dengan rencana kedatangan mama. Dino mendengarkan dengan seksama.

Tanpa diduga, tak lama kemudian Dino memeluk Diana, “Akhirnya temen gue berhasil move on dari Adam.”

“Sialan!” umpat Diana sambil melepaskan pelukan Dino. Dino tertawa bahagia.

Dino mengernyitkan dahinya dan berkata, “Richard ya? Namanya ngga asing.” Dino melanjutkan, “Richard Brown bukan?”

Diana dan Liana saling bertatapan dan mengiyakan. Liana bertanya, “Lo tahu dia, No? Kayak gimana orangnya?” Liana berharap Dino mengetahui sesuatu tentang Richard.

“Emangnya dia beneran ganteng banget ya?” tanya  Dino tiba-tiba. Liana menghempaskan nafas keras-keras dan menunjukkan kekesalannya. Liana juga menyipitkan matanya kesal. Dino menanggapinya, “Berarti dia jelek?”

“Bukan, Dino! Gue berharap lo ngasih tahu kita Richard orangnya kayak apa dan jalan keluarnya gimana, bukan malah ngomongin kegantengan Richard. Iya, gue akuin Richard ganteng banget sampe-sampe temen ice queen lo juga kesengsem ada dia,” kata Liana menjawabnya. Diana mematung mendengarnya.

Dino sontak tertawa. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya. Dino berkata lagi, “Richard tuh temennya Bono, kakak kelas gue di jurusan. Setau gue memang mereka berdua sejak awal kuliah buka usaha pancake gitu.”

Wait, kalau gitu Richard kuliah juga?” tanya  Liana.

“Iya dong, Richard kuliah juga. Dia anak HI alias Hubungan Internasional. Setahun diatas kita. Dia tuh ya primadona cewek-cewek jurusan gue cumen karena Richard pernah bantuin jurusan gue buat nyelenggarain event gitu. Langsung deh abis itu rame jualan pancakenya.”

Diana menimpali, “Oh gitu ceritanya. Dia baik dan pancakenya emang enak kok. Tapi kok gue agak sangsi kalau orang-orang beli pancakenya karena Richard.”

Dino menjawab, “Lo sangsi karena lo suka sama dia. Hello Diana, namanya orang jaman sekarang itu liat dulu penampilannya baru deh ngrasain produknya. Coba Richard jelek, pasti jarang cewek dateng dan beli pancakenya.”

Liana berkata, “Iya sih makes sense. Nah, sekarang masalahnya gimana nih besok waktu tante ke sini?”

Dino berkata kepada mereka,”Kalau menurut gue ya dari sudut pandang cowok, ngga masalah sih Richard ketemu sama tante. Tante bakalan ngasih pandangan obyektif mengenai Richard malahan karena gue pikir tante akan berusaha ngelindungi anaknya. Jujur aja sama orang tua bakalan lebih baik. Toh kalian juga belum pacaran, masih sebatas teman. Tante pasti oke-oke aja dengan Richard. Itu kalau menurut gue ya.”

Diana mengangguk dan berkata, “Iya sih bener juga apa kata lo, No.” Diana memandang Lilia dan bertanya, “Klo menurut lo gimana, Li?”

Liana berpikir sejenak dan berkata, “Gue juga setuju. Terus terang aja ke mereka jauh lebih baik.”

Dino menambahkan dan mengarahkan pandangannya kepada Diana, “Oke kalau gitu. Sekarang tugas lo, Diana, adalah lo hubungi Richard dulu jadi setidaknya besok waktu dia dateng dia uda siap ketemu tante.”

“Bener Diana, lo harus hubungi Richard. Soalnya kita ngga punya obat sakit jantung disini,” timpal Liana. Dino tertawa keras.

Related chapters

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 6. Persiapan

    Keesokan harinya, pagi-pagi benar, Diana terbangun. Dia melihat ke arah jam dindingnya. Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Diana menarik nafas panjang. Tidur malamnya terganggung karena dia benar-benar gugup dengan acara nanti malam. Walaupun Richard bukan siapa-siapanya namun Diana sangat pusing memikirkan pertemuan kedua orang tuanya dengan Richard.Diana segera beranjak dari tempat tidurnya. Dia membuka laptopnya dan mencari kira-kira menu apa yang akan dimasaknya nanti malam. Ada orang tuanya dan ada Richard juga. Dia membutuhkan menu yang sederhana namun dicintai banyak orang. Diana mengingat-ingat berbagai macam masakan yang pernah dicobanya. Namun pikirannya buntu."Ahhhhhhh!" Teriaknya gelisah.Sambil merenung, Diana membuka-buka galeri laptopnya. Dia menemukan foto-foto lama sejak dirinya masih kecil. Ada foto ketika dia memakai baju adat, ada foto ketika dia menjadi dokter kecil, dan lain sebagainya. Dia tertawa melihat foto-foto itu. Ada foto bi Inah

    Last Updated : 2021-08-20
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 7. Pertemuan

    Diana dan Liana tersenyum puas. Mereka melihat makanan dan minuman sudah tertata rapi di atas meja makan. Snack pun dalam toples-toples juga sudah terisi penuh."Akhirnya kelar juga, Di," kata Liana padanya. Liana segera membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol coca-cola. Liana lalu mengambil gelas di kabinet bawah."Minta sini," kata Diana padanya."Okay." Liana segera menuangkan coca-cola di dua gelas dan menyerahkan satunya kepada Diana. Mereka meminumnya dalam satu kali tegukan. Diana berkata pada Liana, "Li, menurut lo, Richard nanti beneran dateng ngga?""Iya beneran lah Di. Dia udahconfirm kan waktu lo kirim kabar?""Iya sih, cumen gue takut aja kalau dia nggashow up,"kata Diana dengan nada cemas. Liana mendekati Diana dan memeluk bahu sahabatnya, "Kalau dia nggashow up berarti lo harus jauhin dia. Anggap aja diastranger kemarin sore."Diana mengangguk. Hatinya sed

    Last Updated : 2021-08-20
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 8. Makan Malam Bersama

    Makan malam kali ini berbeda. Diana merasa sangat bahagia karena orang-orang yang disayanginya semuanya berkumpul bersama, tidak terkecuali Richard. Pria yang baru ditemuinya kemarin namun menarik hatinya secara instan.Setelah Dino datang, Diana langsung mengajak untuk segera berkumpul di meja makan. Mereka segera menempati tempat duduk di meja oval yang terletak di ruang makan. Pak Wisnu, Bu Wisnu, dan Diana berhadap hadapan dengan Richard, Dino, dan Liana. Richard terlihat gugup makan langsung berhadapan dengan Pak Wisnu.Setelah duduk, Bu Wisnu berbisik kepada Diana, "Mama seneng lihat Richard. Orangnya baik. Dia juga ganteng.""Ih apaan sih ma," balas Diana. Mama terkekeh. Diana melirik Richard di ujung sana yang masih terdiam.Pak Wisnu berdeham dan berkata, "Ini siapa ya yang punya acara?" Liana pun menendang kaki Diana. Diana memandannya dan Liana memberikan isyarat supaya Diana yang berbicara.Diana menarik nafas panjang dan membuka

    Last Updated : 2021-08-20
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 9. 7/20 Minutes in Heaven

    Dino dan Liana segera memaksa Diana dan Richard masuk ke dalam kamar Diana. Liana mematikan lampunya dan berpesan kalau Diana dan Richard menyalakan lampunya, maka mereka akan dipaksa berciuman depan orang tua Diana."Sungguh kejam! Emang kita anak-anak," batin Diana. Tapi mereka ngga punya pilihan lain. Dino dan Liana bisa menjadi sangat keras kepala kalau sudah ambil keputusan.Richard memilih duduk di ujung tempat tidur dan Diana juga duduk di ujung satunya lagi. Mereka berdua duduk dalam keheningan. Ketertarikan seksual diantara keduanya hampir memuncak. Dengan adanya sedikit cahaya dari arah luar kamar yang menembus ke jendela, Richard sesekali melihat bibir Diana dan menelan ludahnya. Dia melihat sosok Diana yang sangat menarik di matanya. Sayangnya, Diana tidak bergeming. Richard pun menahan dirinya."Hmm, Diana?"Diana menjawab, "Iya Richard.""Agak aneh sih kalau kita diem-dieman gini. Tujuh menit lumayan lama lho. Gimana kalau kita tanya

    Last Updated : 2021-08-21
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 10. Teman

    "Andani tho! Tipsku kuwi ampuh. Rak percoyoan kok kowe!(Dibilangin! Tipsku itu ampuh. Ngga percayaan sih kamu!)" kata Bono kepada Richard. Mereka berdua duduk berhadap-hadapan di dalam dapur di resto mereka.Richard telah menceritakan semua kejadian kepada Bono. Bono mendengarnya dengan senang dan sesekali meledek Richard. Mereka segera mengeluarkanred wine dan minum bersama. Kebetulan udara malam kali ini juga sangat dingin sehingga anggur bisa jadi solusi untuk membuat badan mereka lebih hangat."Kok kamu ngga ngomong ke aku kalau kerjaan anak-anak uda selesai? Terus besok yang nganterin makanan ke MIPA siapa?" tanya Richard kepada Bono."Aku tuh ngga mau gangguin acaramu sama Diana, Ric! Lagian anak-anak juga uda pinter-pinter kok. Kerjanya pada cepet. Besok yang nganterin aku sama Yano.Wes, rak sah dipikir! (Sudah tidak usah dipikir)."Richard tersenyum dan berkata, "Maturnuwun yo Bon."Bono m

    Last Updated : 2021-08-22
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 11. Lebih Dekat

    Richard segera mengantarkan ibunya ke luar resto dan Diana menunggunya dalam diam di dalam. Tak lama kemudian, Richard kembali ke dalam Resto."Sorry ya nunggu lama, kamu uda makan?" tanya Richard."Udah kok tenang aja." Diana segera membuka tasnya dan mengeluarkan menu yang sudah disiapkannya. Dia menyerahkan kepada Richard. Richard menerimanya dan memeriksanya sekilas. Dia tersenyum memandang Diana."Thank you, Di. Ayo masuk ke dapur," ajak Richard sambil melangkahkan kakinya menuju dapur. Diana mengikutinya. Dapurnya cukup luas, bersih, dan peralatannya juga memadai. Kira-kira ada 10 orang pegawai di dapur dan mereka sedang bekerja masing-masing. Ada yang bertugas menyiapkan bahan, memasak, sampai dengan memeriksa pesanan."Masih kecil kan, Di?" tanya Richard."Ngga kok. Lumayan banyak menurutku. Kulihat kerjanya juga cekatan."Diana cukup takjub dengan anak buah Richard yang cekatan dalam bekerja. Mereka benar-benar sibuk namun

    Last Updated : 2021-08-24
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 12. Masak di Dapur

    Richard dan Diana akhirnya kembali ke Resto. Hati Diana berbunga-bunga, begitu pula Richard. Diana segera turun dari motor sementara Richard menyimpan kembali motornya di dalam toko. Sambil menunggu Richard, Diana memutuskan untuk segera memasuki resto terlebih dahulu. Situasi Resto sudah ramai. Beberapa orang menikmati makanan dan minuman sambil bercanda tawa, ada pula yang hanya membuka laptopnya sambil memakan cemilan, ada pula dudk sendirian yang sendirian menatap keluar jendela.Diana segera duduk di salah satu kursi makan sambil menunggu Richard."Ciyeee. Akhirnya posting foto mas Richard di IG," kata Aryo tiba-tiba di belakang Diana. Diana terkejut setengah mati dan segera menoleh ke belakang, "Astaga Aryo! Sejak kapan kamu disini?"Aryo langsung duduk di depan Diana."Baru aja mbak. Tadi dengerin suara motornya mas Richard. Jadi aku tahu kalian uda balik. Mba Diana jadi masak bareng kan? Tadi aku uda beliin bahan-bahannya rawon surabaya."D

    Last Updated : 2021-08-25
  • Diana, The Virgin Wife   Bab 13. Bayangan Masa Lalu

    Sudah dua jam lebih Diana, Aryo, dan Heru memasak sekaligus merekam videonya. Aryo merasa sangat senang bisa memasak bersama Diana. dia merasa mendapatkan banyak ilmu dari Diana. Perasaan Diana pun juga sama dengan Aryo. Aryo sangat welcome dengan dirinya dan juga sangat cepat belajar. Tak heran Richard menjadikannya kepala chef disini. Penghargaan yang cocok untuknya.Mereka bertiga mengecek video rekaman bersama-sama. Berharap videonya dapat dimengerti banyak orang."Mba Diana emang cakep banget. Coba ini masukin ke youtube, pasti langsung viral," kata Aryo sambil melihat rekaman.Diana mengelak, "Justru kamu yang viral. Masih muda tapi jago masak kayak masterchef. Langsung tuh direkrut sama hotel-hotek terkenal.""Aku dulu juga diajarin mas Richard sama mas Bono kok mbak. Kalau ngga ada mereka, mungkin aku uda kerja di pabrik."Heru menimpali," Iya bener yang disampein Aryo mba. Baik bener merka mau kita yang kerja. Biasanya kan kayak resto nyar

    Last Updated : 2021-08-26

Latest chapter

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 30. Keputusan Richard

    Diana menarik nafas panjang. Dirinya melihat ke arah Pak Putu yang sedang sibuk menandatangani dokumen di meja kerjanya."Diana, ada apa?"Diana hanya tersenyum dan menggeleng. Pak Putu heran melihat sikap Diana yang tak biasanya."Kenapa Diana? Kelihatannya kamu ada sesuatu?"Diana menggeleng dan menjawab, "Maaf, belum pak. Saya ngga ada masalah apa-apa kok. Saya hanya kagum sama bapak, itu dokumennya banyak sekali," kata Diana sambil menunjuk dokumen-dokumen di atas meja Pak Putu. Pak Putu tertawa mendengarnya.Diana berkata lagi, "Richard sudah pulang ke Jogja karena ada masalah dengan bisnisnya."Pak Putu mengernyitkan dahinya, "Masalah apa Diana?"Diana menggeleng, "Saya juga kurang tahu pak. Dia begitu mendadak dan setiap saya tanya dia hanya bilang semua akan baik-baik saja. Katanya dia bisa menangani semuanya.""Bapak percaya kok pacarmu bisa mengatur semua masalahnya. Yang penting kamu tetap ada di sisinya baik dalam s

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 29. Berita Luscious

    Baru saja Diana mau menceritakan permasalahannya, tiba-tiba pintu kamar Diana digedor. Richard dan Diana langsung menoleh ke arah pintu. Hati Diana berdegub kencang. Richard memegang tangan Diana dan mencoba menenangkannya."Sebentar baby. Aku buka dulu pintunya," kata Richard kepada Diana.Diana mengangguk. Richard segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di depan Richard terlihat Dino berdiri dengan nafas tersengal-sengal. Bajunya basah keringat dan rambutnya terlihat sangat berantakan. Richard mengernyitkan dahinya."Dino, abis ngapain?"Dino memegang gagang pintu kamar dan mencoba mengatur nafasnya, "Gue lari dari Club. Takutnya ngga keburu kalau naik taksi. Gimana Diana?" tanya Dino lagi tanpa basa-basi.Richard tersenyum dan berkata kepada Dino, " Dia udah baikan kok. Aku juga uda ngomong baik-baik sama dia. Dia ngerti kok.""Syukurlah. Gue ngga mau Diana kenapa-kenapa. Richard, wanita itu gila. Masak dia bilang dia masih cinta sa

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 28. Masa Lalu Richard

    "Di, lo ngga coba ke dokter aja?" Tanya Liana kepada sahabatnya yang masih bercucuran air mata."Ngga mungkin dong Li kalau gue ke dokter dan bilang kalau gue ngga bisa berhubungan seks. Kita hidup di timur. Pasti tuh dokter mikir macem-macem tentang gue," sahut Diana.Liana menghela nafas panjang. Dia berkata pelan dan sejelas mungkin,"Di, sekarang seks bukan hal yang tabu lagi. Lo berhak tau apa yang terjadi sama tubuh lo."Diana menatap mata Liana tajam kemudian menggeleng, "Ngga Li. Tetep aja pasti dokter bakalan mikir macem-macem. Sekarang tenang aja. Kemungkinan karena gue ngga relaks. Gue pasti akan nemu jalannya nanti. Mungkin sama Richard akan beda ceritanya. Mungkin dia bisa bikin gue nyaman yang bikin gue bisa berhubungan sama dia."Liana tersenyum dan mengangguk, "Moga-moga aja ya Di karena itu. Gue harap Richard beneran bisa bikin lo bahagia."Setelah berkata demikian, Liana menarik nafas panjang dan berharap di kemudian hari benar-ben

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 27. Awal Keterbukaan

    Diana, Richard, Liana, dan Dino menikmati malam mereka di salah satu kelab malam atau yang sering disebut club. Mereka menengguk alkohol ringan dan menari bersama di lantai dansa. Diana menari berpasangan dengan Richard sedangkan Liana berpasangan dengan Dino.Richard berbisik di telinga Diana,"Baby, aku sampe sekarang masih belum percaya lho kamu jadi pacarku."Diana tertawa mendengarnya. Dia lalu mendekati Richard dan mencium bibirnya. Richard pun membalas ciuman Diana sambil memeluk Diana lebih erat. Mereka berciuman dengan intens sampai Liana dan Dino menolehkan pandangan ke mereka dan Liana berdeham sambil terbatuk yang disengaja.Diana pun melepaskan ciumannya dan menoleh ke arah Liana dan Dino sambil tersenyum. Liana mencoba berkata kepadanya namun Diana tidak dapat menangkapnya karena hingar bingar musik di sekelilingnya. Diana hanya memberi kode kepada Liana dan Liana pun segera menutup mulutnya.Diana dan Richard pun menari sambil menatap mata s

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 26. Berdamai

    Dino dan Liana menunggu Richard di luar kamar Diana. Mereka berharap sekali Diana tidak lagi marah kepada mereka. Liana sesekali melamun mengingat momen-momen persahabatan mereka. Liana betul-betul tidak mau hubungan romantisnya dengan Dino menganggu persahabatan mereka bertiga yang sudah terjalin lama sekali.Begitu Richard keluar dari kamar Diana, mereka langsung menghampiri Richard. Tanpa basa basi, Dino bertanya kepadanya, "Bagaimana Diana? Apa dia mau maafin kita?"Richard tersenyum dan berkata kepada mereka berdua, "Dia butuh waktu. Biarkan dia menenangkan dirinya. Kalau dia sudah siap, dia pasti keluar."Liana tampak kecewa namun dia bisa menerimanya. Richard menepuk bahu Liana dan berusaha memberikannya semangat, "Sabar ya Liana. Diana pasti sebentar lagi keluar kok ketemu sama kalian. Dia tadi sudah tenang, hanya butuh waktu sebentar saja."Liana mengangguk. Hatinya sesak namun dia paham dengan perasaan Diana juga.Richard berusaha mengali

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 25. Cerita Kelly

    "Kowe ki jadian karo Diana ora kondo-kondo karo aku? Parah kowe Ric! (Kamu itu jadian dengan Diana tidak bilang-bilang ke saya? Parah kamu Ric!)" teriak Bono dari ujung telepon. Richard tertawa dan hanya meminta maaf kepada sahabat dekatnya itu."Sorry Bon. Lagian itu kejadian kemarin. Oh ya, thanks ya tipsnya."Bono tertawa di ujung sana, "Tuh kan beneran nasihat master Bono itu tokcer. Oh ya Ric, kasih tahu keluargamu juga, atau harus aku yang bilang ke Boni sama Sharon? Kamu beneran serius sama Diana kan? Bukan cumen main-main?"Richard terdiam sejenak lalu berkata ke Bono, "Serius lah! Aku ngga mau main-main sama dia. Dapetin dia aja uda susah. Nanti aku aja yang kasih tahu keluargaku dan aku mau bilang ke mereka kalau aku emang serius sama Diana.""Baru kali ini kamu kedengeran yakin banget sama cewek. Kamu kan baru pacaran Ric!""Ngga tau kenapa ya Bon. Tapi begitu ketemu Diana sejak pertama kali, aku tahu dia itu memang ada

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 24. Pati Brata

    "Diana, kok senyum-senyum sendiri?"Diana terkejut mendengarnya. Dia langsung meletakkan hp di mejanya dan melihat Pak Putu dengan wajah yang memerah. Pak Putu, supervisor Diana di tempat penelitiannya menyaksikan wanita cantik di depannya itu senyum-senyum sendiri sambil menatap layar hapenya tadi."Oh, maaf Pak Putu. Saya barusan dapet pesen dari pacar saya," jawab Diana tersipu malu, lalu dia melanjutkan, "Saya selesaikan dulu input data murid pak.""Iya gapapa Diana. Santai saja. Deadlinenya masih minggu depan."Pak Putu meletakkan tas yang dibawanya ke atas bawah meja kerjanya. Mejanya sendiri berhadapan dengan meja Diana sehingga Pak Putu bisa mengetahui semua gerak-gerik Diana. Awal penelitian, Diana merasa sangat canggung, namun lama-kelamaan, dirinya terbiasa dengan kehadiran Pak Putu di depannya.Pak Putu memandang Diana lagi dan berkata kepada Diana, "Lihat kamu, bapak jadi inget anak temen bapak kemarin di upacara pawiwahan."Dia

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 23. Saksi Rembulan 2

    Wajah Richard menjadi sumringah. Garis senyum seringkali terlihat dengan jelas di wajahnya. Dia sangat senang dengan jawaban Diana. Diana tersenyum juga. Namun, dia menunduk sebentar dan berkata lagi kepada Richard, "Tapi Richard, aku punya satu syarat."Richard segera mengernyitkan dahi dan bertanya kepada wanita asal Jakarta, "Syarat apa?""Hmm, gimana ya ngomongnya? Jadi gini, kamu boleh cium aku tapi jangan sentuh tubuhku sampai ke pernikahan. Kalau kamu bisa, aku mau pacaran sama kamu."Mendengar hal itu, Richard terdiam sejenak. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah dirinya tahan untuk tidak menyentuh Diana. Richard sendiri pun dibesarkan dalam campuran budaya barat yang menjunjung tinggi kebebasan termasuk kebebasan dalam berpacaran. Namun, kalau dia tidak memenuhi persyaratan Diana, maka dia akan kehilangan wanita yang selama ini menghiasi mimpinya. "Kehilangan Diana akan jauh lebih menyakitkan," pikir Richard.Richard mengangguk. Dia mengajukan pe

  • Diana, The Virgin Wife   Bab 22. Saksi Rembulan

    Hari demi hari berlalu dan Diana mulai sibuk dengan penelitiannya. Namun, tetap ada kekosongan di hatinya karena Richard pergi dan sama sekali tidak menghubunginya. Diana berpikiran dengan terputusnya komunikasi dengan Richard maka dia dapat move on. Namun ternyata tidak. Diana malah semakin merindukan lelaki itu.Beberapa kali Diana melihat Richard di sekitar kantornya sedang memotret, namun Diana urung menegurnya. Selain itu, Richard selalu pergi sebelum Diana berhasil mendekatinya. Hal itu membuat hatinya kecewa. Diana terus mencoba mengabaikan perasaannya namun wajah Richard selalu masuk ke pikiran Diana. Kemanapun Diana pergi, bayangan Richard selalu ada di pelupuk matanya. Diana sampai berpikiran mungkin dia sudah gila.Saat malam pun, Diana sering memandang foto dalam akun sosial medianya ketika dirinya dan Richard jalan bersama di Jogja beberapa waktu lalu. Dia masih ingat betul perasaannya kala itu. Perasaan dimana seolah kesedihan sirna dari muka bumi. Memori

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status