Home / Pernikahan / Dia Anakku, Bu! / BAB 1 (SIFAT ASLI)

Share

Dia Anakku, Bu!
Dia Anakku, Bu!
Author: Famian

BAB 1 (SIFAT ASLI)

Author: Famian
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 1

"Mas, kapan kita pindah ke kontrakan lagi ? Lagian usia Alea sudah mau 2 bulan, bisa kita bawa pindah juga."

Aku yang pagi itu sedang mempersiapkan kebutuhan mas Aldi yang hendak berangkat bekerja.

"Nanti mas bilang dulu sama ibu ya."

Selalu itu jawaban mas Aldi. Mungkin hanya perasaanku saja, sebagai kepala keluarga dia tidak tegas.

Setelah itu suamiku pamit bekerja. Karena jarak dari rumah ibu mertua ke tempat kerja mas Aldi yang lumayan dekat, dia selalu berjalan kaki.

"Anisaaa.... Niss... Cepetan sini !"

Suara ibu mertua terdengar keras, padahal telingaku masih sangat normal. Aku yang sedang menyantap sarapan gegas mencuci tangan dan menghampiri bu Rani, ibu mertuaku.

"Iya bu, ada apa ? maaf barusan Nisa lagi didapur."

"Kamu tuh ya, saya panggil-panggil dari tadi mbok yo cepetan samperin. Ini lo Alea mau saya bawa belanja ke pasar, gantiin bajunya, saya mau siap2 dulu."

"Loh bu, alea masih tidur. Lagian Alea masih kecil bu, masa diajak desak-desakkan ke pasar."

"Udah gak usah banyak protes, saya tau mana yang baik dan yang gak baik untuk cucu saya."

Ibu berkata dengan penuh penekanan.

Aku yang kaget melihat perubahan sikap ibu mertuaku hanya bisa melongo.

Ya, sewaktu Alea masih dikandunganku, ibu mertua sangat perhatian, bahkan aku di anggap seperti anak kandungnya sendiri.

"Sudah cepet sinikan cucu saya. Lama banget."

Ibu mertuaku membawa anakku hanya menggunakan kain jarik. Aku hanya menurut tanpa bisa membantah perkataan ibu.

Jam sudah menuju angka 10, namun tidak ada tanda-tanda ibu dan Alea pulang. Aku yang sangat khawatir hanya bisa menunggu didepan gerbang rumah, terlebih sudah hampir tiga jam Alea tidak menyusu.

"Yaa Allaah.. Alea., maafin mama nak, seharusnya mama gak izinin nenek bawa kamu."

Tak lama terdengan deru motor di depan gerbang, gegas aku membuka gerbang dan mendapati Alea yang tengah lelap tertidur dipangkuan ibu mertua.

Namun sekilas aku melihat ibu memegang botol susu yang sudah hampir habis ditangannya, ah nanti akan aku tanyakan perihal susu botol. Aku mengambil Alea dari pangkuan ibu dan membaringkannya dikamar.

Melihat ibu masuk ke kamarku, akupun menanyakan soal botol susu.

"Bu, Alea gak rewel ya.. biasanya setiap dua jam sekali Alea nangis minta mimi ?." Ucapku dengan nada sopan bertanya basa-basi pada ibu.

"Yo nggak lah. Ibu sudah kasih dia tadi susu botol. Tadi ibu mampir ke rumah wa Susi, ibu suruh belikan dot sama susu formula. Kasian cucu ibu kelaparan."

Deg...

Dengan bangga ibu mertuaku berkata tanpa memikirkan perasaanku sebagai ibu kandungnya.

"Loh bu, asi ku lancar, kenapa ibu kasih Alea sufor ?."

"Heh nisa, sudah untung ya saya mau ngurus anakmu, lagian saya beli sufor gak pake duit kamu. Lagian badan kurus aja sok2an mau n3te'in cucu saya. Saya gak mau cucu saya kurang gizi macam kamu !."

"Astagfirullah bu, maksud Nisa gak seperti itu, Nisa hanya gak mau nanti Alea keterusan sufor, uang darimana bu, sedangkan gaji mas Aldi selalu habis untuk membayar hutang2 ibu."

"Ya kamu juga kerja dong. Jangan jadi perhitungan, Aldi anak saya, sudah seharusnya berbakti. Dan kamu Nisa, ngapain leha2 dirumah. Biar Alea ibu yang urus",

Entah apa yang ada difikiran ibu mertuaku, luka sehabis persalinan masih terasa, dengan mudahnya menyuruhku kembali bekerja. Padahal setiap hari aku selalu bangun subuh untuk membantu pekerjaan rumah.

"Tapi bu, Alea masih kecil, masih perlu dekat dekat ibu kandungnya, asiku juga de.... " Dengan tatapan tajam, ibu mertua memotong pembicaraan.

"Udah gak usah banyak mbantah, Alea biar jadi urusan ibu, besok ibu bilang sama bapak biar dimasukan kerja ditempat bapakmu kerja."

"Tapi bu, Nisa harus bilang dulu sama mas Aldi."

"Biar ibu yang bilang sama Aldi. Kamu tinggal siapkan lamaran kerja saja."

Sebenarnya apa rencana ibu mertuaku.

...

Akhir pekan pun tiba. Aku berencana mengajak mas Aldi dan Alea jalan-jalan pagi di taman tak jauh dari rumah. Alea sudah ku5usui dan ku dandani. Saat sedang meletakkan Alea kedalam stroller, ibu mertua menghampiri.

"Mau bawa Alea kemana kalian pagi2 gini ?." Tanya ibu mertuaku penuh selidik.

"Nisa pengen Jalan-jalan sebentar katanya bu, ke taman depan sana." Ucap suamiku

"Yasudah kalian berdua saja sana jalan-jalan. Alea gak usah kalian bawa. Gayanya kayak punya duit aja sok2an pengen jalan-jalan." Ibu mertua setengah berbisik tapi masih bisa kudengar. Apalagi sorot matanya tak henti menatap tajam dan penuh selidik ke arahku.

"Gak apa2 bu, lagian Alea sudah nisa kasih mimi, ini pakai stroller kok bu jadi alea akan nyaman." Ucapku.

"Kamu tuh ya Nisa jawab aja kalo dibilangin. Kamu lihat istri kamu Aldi, bantah aja ucapan ibu."

"Alea gak usah dibawa ya dek, biar sama ibu saja."

Bukannya bersikap tegas, suamiku malah mengiyakan permintaan ibunya.

"Loh mas, aku gak mau kalo gak bawa Alea." Dengan kesal kudorong stroller meninggalkan mas Aldi dan ibu mertuaku melewati gerbang tanpa menghiraukan teriakan ibu mertua.

"Dek.. dek... Tungguin mas dek.. "

Suasana pagi ditaman komplek ini ramai oleh pedagang jajanan dan ada sebagian yang memanfaatkan taman dilokasi ini untuk sekedar jalan-jalan menikmati jajanan bersama keluarga mereka, dan pastinya tak seramai keadaan pasar yang tidaklah aman jika membawa bayi sekecil ini berdesakan disana.

"Lain kali jangan gitu lah dek sama ibu, ibu tuh sayang sama Alea. Maklum kan Alea cucu pertama di keluarga mas." Dengan nada pelan suamiku menceramahiku.

"Mas lagian kita kan bawa Alea gak jauh dari rumah. Alea juga sudah kenyang ku5usui, ibu mu saja yang sepertinya ingin menguasai Alea."

Ya, memang Alea cucu pertama di keluarga mas Aldi, namun tak sepantasnya ibu mertua bersikap sedemikian hingga tak memikirkanku ibu kandungnya.

"Ibu tuh sayang dek sama Alea. Gak mungkin ibu seperti itu. Sudah, lain kali manut aja kata ibu."

"Ko gitu mas ? Apa mas tau kemarin ibu bawa Alea ke pasar ? Apa mas gak bisa bayangin ibu desak2an dipasar sambil gendong Alea ? Hampir tiga jam mas, ibu bawa Alea. Sedangkan waktu itu Alea masih tidur, selama 3 jam Alea gak mimi. Tau2 udah ibu kasih sufor tanpa sepengetahuan Nisa."

Unek-unek hari kemarin seketika ku keluarkan. Entah apa yang ada difikiran mas Aldi sekarang, dengan ekspresi yang entah sepertinya terkejut karena baru kali ini aku berbicara dengan nada agak dinaikkan.

"Satu lagi, apa mas tau, ibu menyuruh Nisa kerja dipabrik tempat bapak bekerja?."

"Soal itu, ibu sudah bilang sama mas semalam. Mas sih terserah kamu, lagian Alea ada ibu, masalah sufor nanti biar pakai uang ibu dulu, pas kamu gajian baru bayar sama ibu. Kamu kan tau sendiri, gaji mas buat nyicil hutang ibu yang dia pinjam untuk biaya lahiran Alea."

"Jadi mas setuju sama ibu ? Aku gak mau Alea ngerasa jauh dari ibu kandungnya mas."

Tak habis fikir dengan jalan fikiran suamiku. Terlihat dia mendukung sepenuhnya keputusan sang ibu. Setiap perintahnya tak pernah ia bantah. Aku faham, surga anak lelaki masih pada ibunya. Tapi dia juga harus faham, setelah berkeluarga ada kewajiban yang harus ia tunaikkan juga.

"Baiklah mas, Nisa akan kerja. Tapi ingat, sampai hutang2 kita sama ibu lunas. Setelah itu, Nisa akan bawa Alea pindah ke kontrakan."

Related chapters

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 2 (FAKTA)

    Bab 2Aku bukanlah tipe menantu idaman para mertua. Jika ada ketidak adilan yang terjadi, maka diamku bisa berubah menjadi seekor singa yang dibangunkan dari tidurnya.Apalagi ini menyangkut anakku, anak kandungku.***Pagi menjelang siang. Pekerjaan rumah selesai ku kerjakan, Alea masih terlelap di pembaringan, aku berniat ke toko ATK milik Wa Susi, kakak dari bapak mertua untuk membeli perlengkapan melamar pekerjaan.Tak lupa ku titipkan Alea pada Putri, adik Kandung suamiku."Put, mbak ke toko depan dulu ya, titip Alea sebentar. Kamu libur sekolah kah?""Siap mbak.. tenang ajaa. Iya nih katanya ada rapat guru.. jadi bisa rebahan deh dirumah.. hehehe..." Ucap Putri sambil mengunyah keripik kentang di depan televisi.Putri adalah anak bungsu dari Bu Rani dan Pak Tedi. Saat ini dia duduk di kelas 2 SMP. Cita-citanya ingin kurus, tapi hobinya ngemil. Berbeda denganku, sudah makan banyak tapi tidak jadi daging, nasib..Menurutku, anaknya periang dan tau etika, enak diajak ngobrol, kadan

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 3 (POV RANI)

    Bab 3POV Rani.***Hari ini kami memboyong keluarga besar untuk melamar anak gadis yang Aldi pilih. Sebenarnya hati agak berat mengikhlaskan Aldi dimiliki orang lain. Tapi yasudahlah, daripada panas telingaku selalu ada omongan tetangga yang bilang anakku bujang lapuk, padahal usianya baru 28. Memang mulut tetangga itu julidnya kebangetan."Aldi, pokoknya Ibu mau resepsi pernikahanmu harus yang mewah. Malu sama tetangga." Ucapku kala itu saat sepulang acara lamaran."Insha Allah Bu, Aldi cuma punya segitu. Kecuali Ibu mau nambahin,""Kok malah Ibu, ya suruh calonmu itu nambahin. Kalian kan sama2 kerja. Kalian yang mau mau nikah kok Ibu yang harus keluar uang," Enak saja, masa harus aku yang bantu,"Kalau nggak Aldi pinjam dulu aja emas ibu, nanti Aldi ganti,""Gak bisa dong Di, itu emas punya Ibu. Gak boleh ada yang jual. Masa Ibu gak punya emas.""Yasudah Di, ini Bapak ada uang tabungan, mudah2an cukup untuk biaya pernikahan kalian."Suamiku tiba2 menghampiri dengan membawa amplop c

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 4 (POV RANI 2)

    POV Rani 2Acara resepsi baru diselenggarakan, hiasan bunga-bunga mewah memenuhi ruang gedung ini. Sengaja aku ingin resepsi di gedung, agar tetangga dan keluargaku merasa takjub. Dengan banyak jenis menu masakan yang tersaji yang menggugah selera, sampai-sampai ada menu kambing guling disana. Pasti besanku yang sengaja menambahkan menunya.Aku bahagia, semua tetangga dan keluarga besarku memuji kemewahan acara ini. kulihat diantara banyaknya tamu yang hadir, Bu Lusi tampak langsing dengan balutan kain brukat khas Sunda, sama persis denganku. kecantikannya tak beda jauhlah denganku.Sejak hari itu para tetangga selalu memujiku, apalagi soal masakan yang dihidangkan dan dekorasi yang super mewah menurut versi mereka.3 bulan kemudian***"Nduk, apa kamu sudah berfikir matang-matang mau ninggalin ibu disini?" Ucapku pada mantuku."Sudah Bu, Nisa sudah diskusi dulu sama Mas Aldi kalau kita mau mengontrak rumah saja, hitung-hitung belajar mandiri,"Belajar mandiri kok ngontrak. Apa orangt

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 5 (PULANG)

    Bab 5Langit cerah dengan sedikit gumpalan putih menjadi pemandangan indah pagi ini. Ku gendong Alea untuk menikmati sinar mentari pagi agar menghangatkan tubuh mungilnya.Tak seperti biasanya, suamiku pergi tanpa pamit, sarapan yang kusiapkan tak disentuhnya. Apa kesalahanku begitu fatal sampai dia mengabaikanku, bahkan uluran tanganku untuk mengecup takzim tangan yang dulu selalu ada untukku, tidak dia hiraukan."Sudah dong dijemurnya Nisa. Kasihan cucuku kepanasan, jadi Ibu kok tega banget sama anak.""Belum ada 5 menit Bu, Nisa jemur Alea." Kataku"Sudah-sudah, sinikan cucu saya." Ucapnya sambil membawa paksa Alea dari gendonganku."Alea sudah kamu masukkan ke KK kamu dan Aldi belum ?" Ibu mertuaku bertanya sambil menimang-nimang anakku."Gak usah kamu masukkan ke KK kalian. Wong mau ibu masukin ke KK ibu."Deg..Belum sempat aku menjawab pertanyaan ibu mertuaku, beliau sudah berbicara seperti itu dengan nada penuh penekanan."Maksud ibu apa ? Aku ibu kandung Alea, kami orangtua k

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 6

    Bab 6Brakk..."Apa-apaan ini, jadi selama ini putri saya diperlakukan tidak baik disini." Papa membuka pintu depan dengan keras.**"Mata Ibu mertua dan Mas Aldi melolot sempurna, mungkin tak menyangka jika aku pulang diantar kedua orangtuaku."E... ehh itu anu Pak Hari, saya hanya kesal saja sama Nisa, bawa cucu saya nggak pamit, silahkan Pak besan masuk." Dengan gugup, Ibu mertuaku menjelaskan.Seketika Alea menangis keras, dengan wajah panik ibu mertua mengguncang-guncangkan tubuh kecil Alea di gendongannya."Yaa ampun Bu, jangan kenceng-kenceng kalo gendong bayi. Kasian atuh. Sini biar saya gendong," ucap Mamaku."Ehh iya Bu Lusi ini saya kaget saja dengar Alea nangis, gak biasanya dia seperti ini. Silahkan Bu,"Dengan sigap Mama menggendong Alea seraya mengusap lembut punggung bayi mungilku. Seketika tangisnya mereda, dan tak lama tertidur pulas."Nisa, tidurkan Alea dulu Nak,""Baik, Ma"Tubuh Alea kubaringkan ditempat tidur. Sayup kudengar suara Papa seperti sedang mengintroga

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 7

    Bab 7"Sudah. Mas mau pulang aja. Disinipun tak dihargai," dia pun beranjak dari tempat tidur, melenggang keluar tanpa berpamitan."Loh Mas, mau kemana Mas..."Brakk...Pintu ditutup dengan sangat keras membuat Alea terbangun dan menangis.***Mama dan Papa berhambur keluar mendengar keributan yang di buat Mas Aldi. "Ada apa Nis, Mama dengar ada suara ribut, kalian bertengkar ?""Mas Aldi ngambek Mah, gak tau apa masalahnya, mungkin karena Nisa diemin dia seharian tadi, kan Mama juga tau sendiri Nisa tadi ngapain aja,""Ada-ada saja kelakuan suami mu itu," Ucap Papa berlalu masuk."Sudah yuk Masuk. Kasihan Alea, gak baik bawa bayi diluar rumah sedang hari sudah gelap."Kami pun masuk, Alea ku su5ui dan terlelap kembali.Keesokan harinya, aku sibuk berkemas untuk pulang dibantu oleh Mama, sedari malam berjajar panggilan tak terjawab dan chat dari Mas Aldi, sedangkan aku sudah menuju ke alam mimpi, dia bilang gerbang rumah Ibu sudah dikunci, sedangkan kunci kontrakan ada padaku. Suruh s

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 8

    Bab 8Tanpa memperdulikan ku, ibu mertua melenggang begitu saja keluar dari dapur. Aku pun terduduk di kursi makan sembari merenung, apakah suamiku mengadu yang tidak-tidak terhadap ibunya, satu lagi masalah datang, soal kue. Tak lama ibu mertua kembali dengan membawa selembar kertas."Tanda-tangani ini Nisa,""Ini apa, Bu?"***"Ini surat perjanjian antara kamu dan Aldi."Ibu mertuaku memberikan lembaran itu untuk ku tandatangani.Ku baca satu persatu poin yang tertera di sana, perjanjian macam apa ini, siapa yang membuatnya, apa Mas Aldi tau akan hal ini. Surat perjanjian yang hanya ditulis tangan namun di sana sudah tertera dua buah materai 10000 di kolom bawah, satu diantaranya menunggu ku bubuhi tandatangan."Ibu yang membuat ini,?" Tanyaku dengan perasaan berkecamuk."Ya, ini untuk kebaikan kalian." Jawabnya angkuh."Untuk kebaikan kami atau untuk kebaikan Ibu,?" Tanyaku tegas dengan nada meninggi."Sudah cepat tandatangani ini." Ucapnya memaksa."Gak. Nisa ga akan turuti semua

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 9

    Bab 9"Aldi, nanti siang Sinta mau main ke rumah Ibu, kamu hari ini libur kan? Ibu minta temani dia ya.""Sinta siapa, Bu? Kenapa juga harus Aldi yang nemenin." Ucap Aldi yang baru saja menginjakan kaki di teras rumah ibunya."Sinta anaknya Pak Lurah itu, sudah lama dia menaruh hati lho sama kamu," Bu Rani berusaha membujuk anaknya."Bu, Aldi baru baikan sama Nisa, Aldi gak mau cari masalah lagi.""Ibu gak mau tau. Pokoknya kamu harus temenin Sinta titik.""Tapi, Bu..."****POV ALDINamaku Aldi, aku bekerja sebagai SPB di salah satu Mall di pusat kota. Hari demi hari ku lalui hanya dengan fokus bekerja untuk membahagiakan Ibu. Prinsip ku, surga selamanya ada pada Ibu.Sampai suatu hari, tempat ku bekerja kedatangan satu karyawan wanita baru, namanya Annisa. Seiring berjalannya waktu, kami dekat dan memutuskan untuk saling berkomitmen.Malam itu Ibu mendesak ku untuk cepat-cepat menikah, malu katanya banyak cibiran tetangga. Bak mendapat durian runtuh, aku mendapatkan lampu hijau dar

Latest chapter

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 9

    Bab 9"Aldi, nanti siang Sinta mau main ke rumah Ibu, kamu hari ini libur kan? Ibu minta temani dia ya.""Sinta siapa, Bu? Kenapa juga harus Aldi yang nemenin." Ucap Aldi yang baru saja menginjakan kaki di teras rumah ibunya."Sinta anaknya Pak Lurah itu, sudah lama dia menaruh hati lho sama kamu," Bu Rani berusaha membujuk anaknya."Bu, Aldi baru baikan sama Nisa, Aldi gak mau cari masalah lagi.""Ibu gak mau tau. Pokoknya kamu harus temenin Sinta titik.""Tapi, Bu..."****POV ALDINamaku Aldi, aku bekerja sebagai SPB di salah satu Mall di pusat kota. Hari demi hari ku lalui hanya dengan fokus bekerja untuk membahagiakan Ibu. Prinsip ku, surga selamanya ada pada Ibu.Sampai suatu hari, tempat ku bekerja kedatangan satu karyawan wanita baru, namanya Annisa. Seiring berjalannya waktu, kami dekat dan memutuskan untuk saling berkomitmen.Malam itu Ibu mendesak ku untuk cepat-cepat menikah, malu katanya banyak cibiran tetangga. Bak mendapat durian runtuh, aku mendapatkan lampu hijau dar

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 8

    Bab 8Tanpa memperdulikan ku, ibu mertua melenggang begitu saja keluar dari dapur. Aku pun terduduk di kursi makan sembari merenung, apakah suamiku mengadu yang tidak-tidak terhadap ibunya, satu lagi masalah datang, soal kue. Tak lama ibu mertua kembali dengan membawa selembar kertas."Tanda-tangani ini Nisa,""Ini apa, Bu?"***"Ini surat perjanjian antara kamu dan Aldi."Ibu mertuaku memberikan lembaran itu untuk ku tandatangani.Ku baca satu persatu poin yang tertera di sana, perjanjian macam apa ini, siapa yang membuatnya, apa Mas Aldi tau akan hal ini. Surat perjanjian yang hanya ditulis tangan namun di sana sudah tertera dua buah materai 10000 di kolom bawah, satu diantaranya menunggu ku bubuhi tandatangan."Ibu yang membuat ini,?" Tanyaku dengan perasaan berkecamuk."Ya, ini untuk kebaikan kalian." Jawabnya angkuh."Untuk kebaikan kami atau untuk kebaikan Ibu,?" Tanyaku tegas dengan nada meninggi."Sudah cepat tandatangani ini." Ucapnya memaksa."Gak. Nisa ga akan turuti semua

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 7

    Bab 7"Sudah. Mas mau pulang aja. Disinipun tak dihargai," dia pun beranjak dari tempat tidur, melenggang keluar tanpa berpamitan."Loh Mas, mau kemana Mas..."Brakk...Pintu ditutup dengan sangat keras membuat Alea terbangun dan menangis.***Mama dan Papa berhambur keluar mendengar keributan yang di buat Mas Aldi. "Ada apa Nis, Mama dengar ada suara ribut, kalian bertengkar ?""Mas Aldi ngambek Mah, gak tau apa masalahnya, mungkin karena Nisa diemin dia seharian tadi, kan Mama juga tau sendiri Nisa tadi ngapain aja,""Ada-ada saja kelakuan suami mu itu," Ucap Papa berlalu masuk."Sudah yuk Masuk. Kasihan Alea, gak baik bawa bayi diluar rumah sedang hari sudah gelap."Kami pun masuk, Alea ku su5ui dan terlelap kembali.Keesokan harinya, aku sibuk berkemas untuk pulang dibantu oleh Mama, sedari malam berjajar panggilan tak terjawab dan chat dari Mas Aldi, sedangkan aku sudah menuju ke alam mimpi, dia bilang gerbang rumah Ibu sudah dikunci, sedangkan kunci kontrakan ada padaku. Suruh s

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 6

    Bab 6Brakk..."Apa-apaan ini, jadi selama ini putri saya diperlakukan tidak baik disini." Papa membuka pintu depan dengan keras.**"Mata Ibu mertua dan Mas Aldi melolot sempurna, mungkin tak menyangka jika aku pulang diantar kedua orangtuaku."E... ehh itu anu Pak Hari, saya hanya kesal saja sama Nisa, bawa cucu saya nggak pamit, silahkan Pak besan masuk." Dengan gugup, Ibu mertuaku menjelaskan.Seketika Alea menangis keras, dengan wajah panik ibu mertua mengguncang-guncangkan tubuh kecil Alea di gendongannya."Yaa ampun Bu, jangan kenceng-kenceng kalo gendong bayi. Kasian atuh. Sini biar saya gendong," ucap Mamaku."Ehh iya Bu Lusi ini saya kaget saja dengar Alea nangis, gak biasanya dia seperti ini. Silahkan Bu,"Dengan sigap Mama menggendong Alea seraya mengusap lembut punggung bayi mungilku. Seketika tangisnya mereda, dan tak lama tertidur pulas."Nisa, tidurkan Alea dulu Nak,""Baik, Ma"Tubuh Alea kubaringkan ditempat tidur. Sayup kudengar suara Papa seperti sedang mengintroga

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 5 (PULANG)

    Bab 5Langit cerah dengan sedikit gumpalan putih menjadi pemandangan indah pagi ini. Ku gendong Alea untuk menikmati sinar mentari pagi agar menghangatkan tubuh mungilnya.Tak seperti biasanya, suamiku pergi tanpa pamit, sarapan yang kusiapkan tak disentuhnya. Apa kesalahanku begitu fatal sampai dia mengabaikanku, bahkan uluran tanganku untuk mengecup takzim tangan yang dulu selalu ada untukku, tidak dia hiraukan."Sudah dong dijemurnya Nisa. Kasihan cucuku kepanasan, jadi Ibu kok tega banget sama anak.""Belum ada 5 menit Bu, Nisa jemur Alea." Kataku"Sudah-sudah, sinikan cucu saya." Ucapnya sambil membawa paksa Alea dari gendonganku."Alea sudah kamu masukkan ke KK kamu dan Aldi belum ?" Ibu mertuaku bertanya sambil menimang-nimang anakku."Gak usah kamu masukkan ke KK kalian. Wong mau ibu masukin ke KK ibu."Deg..Belum sempat aku menjawab pertanyaan ibu mertuaku, beliau sudah berbicara seperti itu dengan nada penuh penekanan."Maksud ibu apa ? Aku ibu kandung Alea, kami orangtua k

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 4 (POV RANI 2)

    POV Rani 2Acara resepsi baru diselenggarakan, hiasan bunga-bunga mewah memenuhi ruang gedung ini. Sengaja aku ingin resepsi di gedung, agar tetangga dan keluargaku merasa takjub. Dengan banyak jenis menu masakan yang tersaji yang menggugah selera, sampai-sampai ada menu kambing guling disana. Pasti besanku yang sengaja menambahkan menunya.Aku bahagia, semua tetangga dan keluarga besarku memuji kemewahan acara ini. kulihat diantara banyaknya tamu yang hadir, Bu Lusi tampak langsing dengan balutan kain brukat khas Sunda, sama persis denganku. kecantikannya tak beda jauhlah denganku.Sejak hari itu para tetangga selalu memujiku, apalagi soal masakan yang dihidangkan dan dekorasi yang super mewah menurut versi mereka.3 bulan kemudian***"Nduk, apa kamu sudah berfikir matang-matang mau ninggalin ibu disini?" Ucapku pada mantuku."Sudah Bu, Nisa sudah diskusi dulu sama Mas Aldi kalau kita mau mengontrak rumah saja, hitung-hitung belajar mandiri,"Belajar mandiri kok ngontrak. Apa orangt

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 3 (POV RANI)

    Bab 3POV Rani.***Hari ini kami memboyong keluarga besar untuk melamar anak gadis yang Aldi pilih. Sebenarnya hati agak berat mengikhlaskan Aldi dimiliki orang lain. Tapi yasudahlah, daripada panas telingaku selalu ada omongan tetangga yang bilang anakku bujang lapuk, padahal usianya baru 28. Memang mulut tetangga itu julidnya kebangetan."Aldi, pokoknya Ibu mau resepsi pernikahanmu harus yang mewah. Malu sama tetangga." Ucapku kala itu saat sepulang acara lamaran."Insha Allah Bu, Aldi cuma punya segitu. Kecuali Ibu mau nambahin,""Kok malah Ibu, ya suruh calonmu itu nambahin. Kalian kan sama2 kerja. Kalian yang mau mau nikah kok Ibu yang harus keluar uang," Enak saja, masa harus aku yang bantu,"Kalau nggak Aldi pinjam dulu aja emas ibu, nanti Aldi ganti,""Gak bisa dong Di, itu emas punya Ibu. Gak boleh ada yang jual. Masa Ibu gak punya emas.""Yasudah Di, ini Bapak ada uang tabungan, mudah2an cukup untuk biaya pernikahan kalian."Suamiku tiba2 menghampiri dengan membawa amplop c

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 2 (FAKTA)

    Bab 2Aku bukanlah tipe menantu idaman para mertua. Jika ada ketidak adilan yang terjadi, maka diamku bisa berubah menjadi seekor singa yang dibangunkan dari tidurnya.Apalagi ini menyangkut anakku, anak kandungku.***Pagi menjelang siang. Pekerjaan rumah selesai ku kerjakan, Alea masih terlelap di pembaringan, aku berniat ke toko ATK milik Wa Susi, kakak dari bapak mertua untuk membeli perlengkapan melamar pekerjaan.Tak lupa ku titipkan Alea pada Putri, adik Kandung suamiku."Put, mbak ke toko depan dulu ya, titip Alea sebentar. Kamu libur sekolah kah?""Siap mbak.. tenang ajaa. Iya nih katanya ada rapat guru.. jadi bisa rebahan deh dirumah.. hehehe..." Ucap Putri sambil mengunyah keripik kentang di depan televisi.Putri adalah anak bungsu dari Bu Rani dan Pak Tedi. Saat ini dia duduk di kelas 2 SMP. Cita-citanya ingin kurus, tapi hobinya ngemil. Berbeda denganku, sudah makan banyak tapi tidak jadi daging, nasib..Menurutku, anaknya periang dan tau etika, enak diajak ngobrol, kadan

  • Dia Anakku, Bu!   BAB 1 (SIFAT ASLI)

    Bab 1"Mas, kapan kita pindah ke kontrakan lagi ? Lagian usia Alea sudah mau 2 bulan, bisa kita bawa pindah juga."Aku yang pagi itu sedang mempersiapkan kebutuhan mas Aldi yang hendak berangkat bekerja."Nanti mas bilang dulu sama ibu ya."Selalu itu jawaban mas Aldi. Mungkin hanya perasaanku saja, sebagai kepala keluarga dia tidak tegas.Setelah itu suamiku pamit bekerja. Karena jarak dari rumah ibu mertua ke tempat kerja mas Aldi yang lumayan dekat, dia selalu berjalan kaki."Anisaaa.... Niss... Cepetan sini !"Suara ibu mertua terdengar keras, padahal telingaku masih sangat normal. Aku yang sedang menyantap sarapan gegas mencuci tangan dan menghampiri bu Rani, ibu mertuaku."Iya bu, ada apa ? maaf barusan Nisa lagi didapur.""Kamu tuh ya, saya panggil-panggil dari tadi mbok yo cepetan samperin. Ini lo Alea mau saya bawa belanja ke pasar, gantiin bajunya, saya mau siap2 dulu.""Loh bu, alea masih tidur. Lagian

DMCA.com Protection Status