Di saat kiki sedang mengecek barang yang telah di kemas, tuan Huan tiba tiba saja datang menemuinya.Kiki hanya menyapanya dengan tersenyum ketika melihat atasannya datang."Kiki, apa kamu sudah menerima buket bunga yang aku berikan pagi ini?" tanyanya dengan menatap Kiki yang masih bekerja."Iya tuan Huan, terima kasih banyak," jawabnya dengan tersenyum, walau sebenarnya kiki sendiri risih dengan tingkah laku atasanya itu, bagi Kiki, tuan Huan begitu menyebalkan, selalu memberikan buket bunga padanya."Apa kamu suka dengan hadiahnya?"Kiki berhenti mengecek barang dan menoleh ke arah atasannya itu yang berada di belakangnya saat ini."Tuan Huan, saya sangat menyukainya, terima kasih atas buketnya," ucap Kiki dengan senyum paksa."Syukurlah, aku kira kamu tidak akan menyukai pemberian dariku!" jawabnya dengan menatap Kiki.Kiki hanya tersenyum tipis dan melanjutkan pekerjaannya kembali.Tangan Tuan Huan memegang lengan tangan kiki namun dengan cepat ia menariknya dan menoleh ke arah T
Ternyata di saat Kiki sedang terlambat pulang, Cahya menunggu di rumah dengan menatap jam di dinding yang tertera di sana, ia melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.Kiki tak kunjung kembali, Cahya dengan rasa cemas ia langsung mencari keberadaan Sirene.Ia juga kebetulan tahu di mana Kiki bekerja, dan di saat itu pula Cahya langsung pergi menuju lokasi tempat Kiki bekerja lalu kemudian memastikan keadaannya dalam keadaan baik baik saja.Ternyata benar, saat Cahya sampai di depan tempat kerja Kiki, di saat itu pula Cahya melihat seorang pria yang keluar dari dalam warung dan bodohnya pria itu tidak menyembunyikan motor yang biasa Kiki gunakan untuk bekerja.Cahya gegas masuk ke dalam warung itu dengan meminta kunci cadangan kepada Atong Asmat agar segera memberikan dan bisa membuka pintu itu.."Segeralah kemari!""Tapi Tuan Lee, ini sudah malam!" ucapnya dari seberang telepon."Ke sini atau aku akan segera menutup warung mu sekarang hingga selamanya!" ancam Lee pada Atong Asm
Setelah Tuan Lee dan juga Kiki ribut masalah sepele mengenai Tuan Huan. Sejak itulah Lee suka sekali menghilang secara tiba tiba. Bahkan sifatnya juga dingin masin sama seperti waktu Kiki membawanya untuk pertama kalinya ke rumah Kiki."Aku ingin kamu memberikanku kursi roda!" Pinta Lee pada Kiki.Air yang telah Kiki teguk keluar lagi akibat tersemburkan oleh ucapan Tuan Lee yang meminta kursi roda pada Kiki, Mata Kiki melotot menatap ke arah Lee."Apa yang kamu katakan?" tanyanya.Lee mengangguk, "apakah kamu tidak mendengarnya? Baiklah aku akan mengulang ucapanku, aku meminta kursi roda untuk aku bisa ke sana dan ke sini, aku bosan memakai tongkat ini, begitu menyulitkan ku dalam melakukan segala hal.""Aku tidak memiliki banyak uang untuk bisa membelikanmu kursi roda," jawabnya dengan menatap Lee."Aku tidak peduli itu, karena kamu yang menabrakku dan kamu masih memiliki hutang nyawa padaku, jadi, kamu harus memenuhi keinginanku."Mata Kiki membulat, "Cahya, aku sudah katakan padam
Siang ini Kiki tak bekerja ia di ajak oleh Cahya untuk pergi jalan jalan untuk sekedar melepas penat dan kebosanan di dalam rumah."Apa kamu mau menemaniku?" tanya Cahya pada Kiki yang sedang menyuap nasi ke dalam mulutnya.Menatap ke arah Cahya yang berbicara, "ke mana?" lirih Kiki dengan menatap ke arah Cahya."Ke mana saja, yang jelas aku bosan duduk diam di rumah, apa kamu bisa menemaniku jalan jalan siang ini?""Siang ini begitu panas, apakah kamu tidak apa apa jika jalan jalan?" tanya Kiki pada Cahya."Tidak, justru aku ingin mencari matahari," jawabnya asal.Kiki mengangguk tanda setuju, "lepas makan aku akan mengajakmu keluar." Jawabnya."Baiklah," lirihnya lalu menganggukkan kepala dengan pelan.Selepas makan mereka berdua keluar rumah dan menuju taman yang masih asri dengan pemandangan yang hijau. Kiki begitu menyukai pemandangan yang hijau seperti tumbuhan dan juga bunga yang cantik."Kenapa kamu mengajakku ke tempat seperti ini?" tanya Cahya pada wanita yang ada di hadapan
Pria yang sejak tadi mengawasi kebersamaan Kiki bersama Lee yang sedang menikmati makanan di pinggir jalan.Mengepalkan tangannya saat melihat Kiki dan juga Lee sedang tertawa bersama.Pergi meninggalkan Kiki dan juga Lee dan membiarkan mereka berdua makan bersama.Masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil dengan kencang."Kenapa aku begitu merasa cemburu ketika tahu Kiki bersama pria lain, seharusnya aku tidak sepanas ini ketika melihatnya bersama orang lain, aku hanya suami kontrak nya lantas apa hak ku untuk aku cemburu," kata Reza yang merasa tak ikhlas ketika melihat Kiki yang sedang tertawa bersama Lee.Menggenggam erat tangannya sendiri lalu memukul setir mobil."Pak, bayar parkirnya pak?" ucap seseorang yang menghampiri Reza karena memarkirkan di pinggir jalan.Reza menoleh ke arah suara orang yang ada di samping mobilnya."Kamu bilang apa?""Uang parkir?" ucapnya mengulang."Kamu tidak lihat aku parkir di mana? Ini bukan area tempat parkir, lalu apa yang kamu jaga, seluruh
Sejak pulang dari panti asuhan, Cahya tak terlihat batang hidungnya, ia pergi tanpa berpamitan kepada Kiki."Sudah tiga hari, kamu gak ada Cahya? Kamu ke mana ya? Tiba tiba gak ngomong kalau pergi, ngilang gitu aja," kata kiki yang menatap jam dinding dengan terbaring di atas sofa yang biasa Cahya tidur.Tak lama kemudian pria yang biasa Kiki sebut dengan sebutan Boy itu datang ke rumah kos kosan Kiki.Tok! Tok! Tok!Sebuah ketukan pintu terdengar.Kiki menatap pintu rumahnya itu dan kemudian bangkit dari tidurnya dan langsung membuka pintu.Ceklek!Mata Kiki membulat ketika melihat pria yang ada di hadapannya."Boy," ucapnya setelah melihat pria itu datang.Pria yang bernama Boy itu datang ke kos kosan Kiki, saudara laki laki Kiki datang membawakan makanan dan juga sedikit kejutan untuknya, dan sengaja tak memberitahu bahwa ia akan datang berkunjung ke tempat kiki tinggal."Apakah kamu tidak mengizinkan aku untuk masuk?" tanya Boy yang biasa di panggil Erlang, pria berwajah tampan da
Sudah satu minggu Cahya tak terlihat sama sekali, ia tak kunjung kembali, Kiki yang mencoba menghubungi Cahya tak juga ada jawaban darinya.Kiki saat bekerja hanya melamun karena memikirkan cahya yang entah pergi ke mana?"kiki," seru Meme pada kiki yang hanya diam sejak tadi dengan menatap kosong ke arah pandangan depan."Hellow…." imbuh Meme dengan melambaikan tangannya ke depan mata Kiki, hingga Kiki membuyarkan lamunannya seketika."Kamu kenapa??" tanya Meme pada sahabatnya itu yang sejak pagi hanya diam tak ada semangat bekerja."Tidak ada, aku hanya sedikit tak enak badan," jawabnya berbohong."Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?"Kiki pun menggeleng enggan banyak jawaban saat ini."Ayolah cerita jangan bohong padaku, aku sahabatmu, bukankah kita sudah menjadi teman dekat, jadi apapun yang ada kamu cerita saja padaku," bujuk Meme."Kamu ingat tidak? Pria yang tempo lalu aku tolong!" lirih Kiki.Meme mengangguk, "iya, ada apa dengan pria itu? Apakah dia tewas?" tanya Meme yang la
Seperti mimpi bahwa Tuan Arlo Rodriguez bisa melihat kembali putranya. Ia mengira bahwa putranya benar benar menghilang di saat waktu itu.Lee setelah menatap sang ayah, ia kemudian menatap semua orang dengan ekspresi wajah datarnya."Tidak ada penobatan CEO baru selama aku masih berada di sini," kata Lee dengan pelan namun tegas.Semua orang di sana mengangguk dan menepuk tangan ketika Lee kembali."Dengan ini, aku katakan bahwa meeting di tutup dan telah selesai," imbuhnya.Kemudian semua orang tersenyum saat melihat Lee kembali dan mereka semua keluar dari ruangan itu, dan di sana hanya ada, Tuan Arlo Rodriguez, Yun Rodriguez, Arga do Rodriguez, Lee Queen Rodriguez dan juga Alea."Ayah, kenapa kamu diam saja? Apakah aku tidak jadi CEO ketika Lee kembali?" tanya Yun Rodriguez ketika melihat semua orang pergi dan ayahnya hanya diam menatap Lee yang tiba tiba kembali setelah lama ia menghilang.Lee menatap ke arah Yun Rodriguez dengan tatapan dinginnya."Bukankah sudah aku katakan, da
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak