Setelah melihat pria yang tergeletak di tanah ketika menolongnya, Kiki berlari dan mencoba menepuk nepuk pelan pipi pria itu dan menangisinya dan dengan rasa cemas."Cahya, kumohon sadarlah," pinta Kiki pada pria yang tergeletak di tanah yang tak sadarkan diri dengan wajah memarnya itu.Tuan Huan yang melihat Lee tergeletak di tanah tersenyum menyeringai, hatinya senang karena ia berpikir telah menang mengalahkan pria yang mengganggu rencananya itu."Bersiaplah kau untuk mati!" ucap Tuan Huan dengan mengayunkan kayunya hendak memukul Lee yang sudah tak sadarkan diri akibat terpukul kayu yang digunakan Tuan Huan.Tiba tiba saja,Dorrr!!Sebuah tembakan mengarah ke kaki Tuan Huan."Argh…!" Tuan Huan terjatuh dan bertekuk lutut karena kakinya tertembak pistol.Mata tajam milik seorang wanita bernama Alea itu mengarah ke arah Tuan Huan.Sebuah darah merah menyala itu keluar dari kaki Tuan Huan dengan mengalir tanpa hentinya akibat tembakan yang diarahkan ke Tuan Huan oleh Alea.Alea perla
Sudah satu minggu Kiki menunggu Lee sadarkan diri namun belum juga kunjung siuman, di setiap detiknya Kiki selalu menatap Lee, Kiki juga tidur di rumah sakit untuk menemani Lee yang sedang sakit.Bahkan ia sudah satu minggu ini tak masuk bekerja, ia benar benar cemas di buat pria tampan itu.Ting!Sebuah notifikasi terdengar dari ponsel kiki.Ia menatapnya dan melihat siapa yang mengirimnya ia pesan."kiki, ke mana kamu pergi? sudah satu minggu ini kamu tidak masuk kerja, apa kamu baik baik saja," tanya Meme pada Kiki.Kiki hanya membuka pesan itu dan kemudian kembali menutupnya tanpa menghiraukan pesan dari aplikasi hijau yang di kirimkan oleh Meme untuknya.Ting!Lagi lagi pesan itu kembali datang, dan Kiki hanya melihatnya.[Kiki, aku mendengar bahwa kamu akan pindah kos kosan, apa itu benar?] tanya Meme lagi.Ting![Kiki, kenapa kamu tidak membalas pesanku? Apa kamu baik baik saja teman?]Ting![Kumohon balas lah, walau hanya sebuah titik saja,] pinta Meme yang tak hentinya mengir
Mata dokter Wang melotot ketika melihat Lee datang menggunakan tongkat, "Hai Tuan Lee, apa kabar?" tanya Dokter Wang pada Lee."Tidak usah banyak basa basi, aku datang ke sini ingin menanyakan hasil yang kemarin, bagaimana? Apakah kamu sudah mengetahui siapa wanita itu?"Dokter Wang memberikan maps kepada Lee dan ia membukanya melihat hasilnya lalu menutup kembali maps itu."Bagaimana? Apakah anda terkejut, Tuan Lee?"Lee hanya diam tak menjawab lalu ia menatap ke arah dokter Wang.Alis dokter Wang naik ke atas satu, "apa yang anda inginkan lagi dariku?"Lee mendekati dokter Wang dan merogoh saku bajunya.Mata dokter Wang melotot, "eeh, Tuan Lee, itu uang ku!" ucapnya."Aku meminjamnya dan aku akan mengembalikannya ketika aku telah menyelesaikan misiku," Lee mengambil semua isi dompet dokter Wang dan melepaskan dompet itu."Ini ambil!" Imbuhnya dengan melempar dompet itu dan dokter Wang menangkapnya.Lalu Lee pergi dari sana dan membawa maps itu pergi bersamanya.Dokter Wang melihat i
Drrrtt.... Drrrtt....Suara ponsel Kiki berdering ketika ia sedang meneguk segelas air.'Meme' nama yang tertera di ponsel kiki."Ada apa dia menelfon?" ucap kiki lalu kemudian menggeser tombol hijau yang ada di layar ponsel miliknya."Hallo, Me, ada apa?" tanya Kiki pada Meme."kiki, ke mana saja kamu? aku mencarimu di kosan, tapi kata pemilik kosan kamu sudah tidak lagi tinggal di sana, apa itu benar?" cerocos Meme lewat percakapan telfon.Kiki tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Meme, hatinya sedikit sedih karena semua yang di katakan Meme itu benar.Menarik nafas panjang dan menghembuskan nya secara kasar."Kiki, katakan padaku, kenapa kamu diam saja?" imbuh Meme yang belum senang hatinya ketika belum mendapatkan jawaban dari sahabat kerjanya itu."Iya Me, semua yang di katakan ibu kost itu benar!""Kenapa kamu tidak bilang padaku? Seharusnya kamu memberitahu ku, bahwa kamu tidak lagi tinggal di sana," kata Meme."Maafkan aku, bukan maksud aku menghilang, tapi, waktu itu aku b
"Hacim," suara bersin Meme membuat Kiki terheran heran ketika mendengar dan menatapnya.Kedua bola mata Kiki membulat melihat ke arah Meme dan juga ke arah Boy.Boy dan juga kiki terheran heran, dan akhirnya Meme membuka matanya perlahan dan tersenyum dengan menyipitkan kedua bola matanya.Lalu Boy menurunkan tubuh Meme perlahan ketika melihat Meme telah sadar dari pingsannya."Meme," mata Kiki membulat menatap Meme."kiki, jangan marah dulu aku bisa jelaskan semuanya," ucap Meme yang telah turun dari gendongan Boy."Keterlaluan kamu me! kenapa kamu bisa bohong sama aku dan juga Boy, dan kamu berpura pura pingsan?" cerocos kiki yang merasa kesal karena merasa telah di bohongi oleh rekan kerjanya itu.membuat Kiki naik darah."Tidak, aku tidak ada bohong soal itu, Boy, aku mohon jangan marah padaku, aku bisa jelaskan semuanya padamu, hidungku, hidungku gatal sekali, maka sebab itu aku bersih saat kamu menggendongku!" ucap Meme ketika menatap boy dan juga Kiki.Boy hanya tersenyum pada
Namun di sisi lain, Kiki yang sedang berbaring di dalam kamarnya sedang melakukan Vidio call dengan teman kerjanya itu."Kiki, malam ini kamu begitu cantik ya, bahkan Aurora kamu terpancar begitu menawan?" puji meme di iringi gelak tawa saat memuji dengan memberikan kata Aurora pada Kiki."Ah, tidak usah memuji begitu, aku tahu kamu pasti sedang menginginkan sesuatu dariku, katakanlah, apa itu?" kata Kiki yang sudah mulai paham gerak gerik rekan kerja nya itu.Meme tersenyum ketika mendengar ucapan teman kerjanya itu, "bagaimana dengan saudara laki laki mu, apakah dia sudah memiliki pacar?" tanya Meme lewat sebrang telepon sana."Soal itu, tampaknya tidak, lalu ada apa kamu menanyakan persoalan itu padaku? apa pentingnya untukku dan untukmu?""Yaampun Kiki, bagaimana ini kamu, bukankah aku sudah katakan, aku itu terlove love dengan saudara laki laki mu, dia itu seperti pengeran berkuda bagiku, apakah kamu tidak tahu itu?" matanya membulat menunjukkan ekspresi yang benar benar serius m
"Boy, kenapa Kamu bercanda lagi? Aku serius?" kata Kiki yang masih menunggu jawaban jujur dari saudara laki lakinya itu."Kiki saudara ku, siapa wanita yang mau menerima aku sebagai kekasihnya, aku pria yang membosankan, tidak akan mungkin ada wanita yang mau berkencan denganku, apalagi menjadi kekasihku." Ucapnya."Ayolah Boy, aku yakin itu pasti ada wanita tulus yang mau denganmu, lagi pula, dirimu tidak terlalu buruk untuk berkencan dengan seorang wanita.""Hmm, entahlah, aku tidak terlalu yakin, bahkan aku juga tidak terlalu PD untuk itu.""Ayolah Boy, buka sedikit hatimu untuk menerima prempuan, menyendiri selalu itu tidaklah baik, apakah kamu tidak bosan dengan hidupmu?" jelas Kiki pada Boy.Boy tersenyum manis ketika mendengar ocehan Kiki saudara perempuan nya itu.Boy begitu dekat dengan Kiki namun tidak dengan Dela, Dela terlalu cuek dan angkuh terhadap Boy, karena ada cemburu terhadapnya, karena boy terlalu memperhatikan Kiki di bandingkan dirinya itu.Hingga pada waktu yang
Di sisi lain Kiki yang sedang duduk di dalam kamar sedang melamun dengan mengingat ucapan Yun Rodriguez pada waktu ia bertemu dengannya."Aku pikir kamu itu orang baik, ternyata aku salah Cahya, kamu bukanlah orang baik sama seperti yang aku kira." Batin Kiki dengan menatap foto yang da di handphone miliknya.Waktu mereka menonton film bioskop, mereka berdua mengabadikan momen bersama, dengan melakukan foto bersama di handphone.Namun siapa sangka, setelah Kiki mengetahui soal Lee, Kiki benar benar merasa menjadi orang paling jodoh sedunia, ia benar benar polos hingga kepolosannya berhasil di manfaatkan."Andai waktu itu aku tidak menolongmu, pasti aku tidak akan sesakit ini di kecewakan," imbuh Kiki dengan menatap foto yang ada di galeri handphone miliknya.Dan di sisi lain Lee yang sedang duduk di dalam kamar dengan menatap foto foto bersama Kiki waktu di dalam bioskop itu, ia memandangnya dengan lekat, entah apa perasaan yang saat ini ada bersamanya."Kamu kenapa Kiki, kenapa kamu
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak