Share

Di Bawah Selimut Mr. Jaxx
Di Bawah Selimut Mr. Jaxx
Penulis: Jenang gula

Tertarik padamu

Penulis: Jenang gula
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 00:02:51

“Aku mendengar kalau tanah yang kubeli kemarin, tidak jadi dibangun menjadi kompleks perumahan, akan beralih fungsi menjadi galeri seni. Apa itu benar, Mr. Scott?”

Mr. Scott terkekeh sebelum menjawab pertanyaan itu, “Kurasa semua itu di luar tugasmu. Apakah kau cukup senggang akhir-akhir ini?”

“Tidak. Aku hanya kawatir kalau galeri seni tidak banyak menghasilkan uang, di zaman seperti ini semua orang ingin memiliki rumah sendiri dari pada pergi ke galeri seni. Aku kawatir Mr. Scott tidak teliti sampai pindah haluan begitu cepat.”

Mr. Scott terkekeh lagi, “Sepertinya aku terlalu memanjakanmu sampai kau berani tidak sopan padaku. Apa pun keputusan yang kuambil, sepenuhnya memang keinginanku, kerugian sekecil apa pun, juga tanggung jawabku. Jadi, lakukan saja tugasmu dengan benar dan kau akan mendapatkan bayaran dariku. Bukankah itu cukup jelas?”

Menutup sambungan telepon begitu saja dan membuang ponsel ke kursi belakang. “Aku butuh kopi sekarang.”

Sopir menatap kaca di atas untuk melihat bosnya, “Baik, Mr. Jaxx.” dan menepikan mobil ketika melihat kedai kopi terdekat.

Seseorang yang duduk di samping kemudi, segera turun dan masuk kedai kopi, “Americano satu.”

Gadis muda dengan pita merah muda besar itu pun tersenyum, “Akan siap sebentar lagi.”

Wanita lain, pemilik kedai kopi, ikut tersenyum juga saat pembeli menoleh, “Silakan duduk.”

Pria itu hanya mengangguk tanpa bergerak ke mana pun dan mengeluarkan buku agenda untuk membaca jadwal Mr. Jaxx, “Galeri Aganta. Kuharap tidak terlambat.”

“Silakan kopi Anda.”

Pria itu langsung membayar dan pergi tanpa peduli dengan kembalian jika ada. Di luar, Mr. Jaxx baru saja turun dari mobil, dia langsung memberikan kopi itu, “Kita harus segera ke Galeri Aganta sebelum jam empat.”

“Ya, karena itu aku menyusulmu. Apa kopinya disangrai dulu sampai selama ini?” Jaxx langsung meneguk kopinya. Lidahnya seperti baru saja bertemu dengan air comberan. Dia ingin memuntahkannya, memandang sekeliling untuk mencari tempat yang pas, dan malah bertemu dengan dinding kaca besar dengan gadis yang menatapnya melongo. Melihat gadis itu ada di belakang meja, dia yakin kalau kopi ini buatannya, Jaxx pun membuka penutup kopi dan menuang semua isinya keluar, “Ayo!” Melempar gelas kopi yang sudah kosong begitu saja dan masuk mobil.

“Erica!” Jessie, pemilik kedai kopi, berteriak saat Erica berlari ke luar, “Apa dia belum membayarnya?”

Erica yang masih melihat ke arah mobil, menggeleng, dan segera berbalik, “Bu Jessie, apa aku boleh izin hari ini? Ada hal penting yang harus kuurus. Aku akan datang lebih awal besok.”

Jessie mengerutkan kening, “Apa ada masalah? Kamu baik-baik saja?”

Erica tersenyum, “Ya, aku ... aku hanya ... perlu mengurus sesuatu.”

Jessie ikut tersenyum, “Pergilah. Jaga dirimu.”

Erica langsung masuk untuk melepas celemek dan mengambil tas, lalu berlari ke Galeri Aganta, “Aku tidak boleh kehilangan dia. Aku harus cepat.” Sesampainya di Galeri Aganta, Erica mencari pria tadi sambil menata napas, dan mendekat. Tak hanya itu, bahkan dia berdiri di samping pria tadi, ikut menatap apa yang tengah dilihat, dan tersenyum saat lukisan telanjang nan indah, tertangkap sempurna oleh matanya juga.

“Galeri Aganta akan tutup jam empat. Pengunjung dihimbau segera keluar dan datang kembali besok. Kami mohon maaf dan terima kasih.”

Jaxx menghela napas mendengar himbauan itu. Dia menoleh, melihat siapa yang berdiri di sampingnya, tersenyum, dan berkata, “Kau bahkan bisa merasakan gejolak yang sama saat melihatnya, meski terkesan canggung atau bahkan malu, kau tetap harus menikmatinya.” Menoleh lagi ke lukisan di depannya.

Erica mengangguk, “Ya, aku juga begitu. Bagaimana denganmu?” tanyanya sambil menoleh.

Jaxx menghela napas lagi, “Aku tidak tahu. Aku tidak mengerti seni. Orang-orang mengatakan kalau lukisan ini sangat detail dan hidup, tetapi aku tidak yakin dengan apa yang mereka bicarakan. Bagiku, lukisan ini hanya karya telanjang yang tidak pantas. Semua orang seolah memuja Cleopatra, harus bangga dan berharap bisa melayani sekali seumur hidup, padahal dia sendiri tak menyadari sebesar apa dirinya hanya menjadi budak nafsu saja. Apa kau sepikiran denganku kali ini?” Merasa cukup memandangi lukisan Cleopatra dengan dikelilingi lelaki yang sama-sama tanpa busana, Jaxx menoleh ke gadis itu untuk menunggu jawaban atas pertanyaan yang baru saja diajukan.

Erica tersenyum, “Semua lukisan memiliki makna yang indah. Meski mereka telanjang, pelukis sengaja melukis seperti itu agar orang yang melihatnya langsung mengenali Cleopatra. Tak hanya itu, semua lukisan di galeri ini, pasti memiliki ceritanya sendiri, terkadang apa yang terlihat dengan mata, hanya ada di permukaan, banyak yang berbanding terbalik dengan hati.”

"Sepertinya aku juga harus melihat hatimu." Jaxx mengisyaratkan anak buahnya agar menyergap Erica.

“Akh!” Erica berusaha melihat siapa orang yang mendorong dan mengunci tangannya, tetapi dagunya ditarik hingga dirinya hanya menghadap ke pria rupawan di depannya.

Jaxx tersenyum, “Bukankah kau barista tadi? Apa yang kau cari di sini? Kau bekerja untuk seseorang? Apa kau mata-mata?”

Erica jadi gugup oleh pertanyaan itu, “Bukan! Aku mahasiswa yang bekerja paruh waktu ... aku hanya ... tertarik padamu.”

Jaxx tersenyum semakin lebar, “Lalu kau mengejarku untuk melihat apa pun yang kumiliki atas ketertarikanmu?”

Erica mengangguk, “Kau ... sangat tampan, karena itulah aku ingin melihatmu lagi.”

Jaxx tertawa, “Kau sangat sesuatu, ya? Sayang sekali, itu tidak cukup untuk merayuku.” Jaxx melepaskan dagu gadis itu dan mengisyaratkan agar anak buahnya memeriksa tas.

Abi, yang biasa menyopiri Jaxx, langsung mengeluarkan semua isi dari tas tersebut, “Tidak ada pistol atau apa pun, pisau, gunting juga tak ada, alat penyadap juga tak ada.” Mengambil dompet dan memberikannya ke Jaxx.

“Erica Jasmine. Mahasiswa seni rupa murni.” Jaxx tersenyum lagi setelah membaca itu, mengembalikan tanda pengenal ke dompet, dan melemparnya, “Lepaskan dia. Kita tidak punya waktu sekarang.”

Bill, yang biasa mengurus jadwal Jaxx, mengetukan kening, “Mr. Jaxx, banyak orang yang mengirimkan mata-mata untuk mendekati Anda, kenapa Anda melepaskannya begitu saja? Bisa saja dia salah satu dari mereka?”

“Lepaskan saja. Aku hanya ingin. Kita juga sedang sibuk, kan?” Jaxx melihat Erica mengemasi barang yang berserakan. Gadis itu memang cantik, sulit dipercaya kalau mengejar hanya karena tertarik padanya, tetapi Jaxx juga tidak yakin kalau Erica jahat. Pakaian itu terlalu biasa untuk seorang mata-mata.

Erica berdiri dengan membawa tasnya, “Aku permisi.” Berlari menjauh, kejadian ini membuatnya gugup dan berdebar, dia harus menenangkan diri.

Jaxx terus mengawasi Erica hingga melihatnya masuk kamar mandi. “Ayo!” berjalan lebih dulu ke luar.

Ponsel di saku Bill berdering, membuat ketiganya berhenti, “Ya, ini Bill. Kami sedang bersama Mr. Jaxx. Ada apa?”

Bab terkait

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Pertama bagiku

    Johan, orang yang menelepon Jaxx, terkekeh, “Ya. Tolong katakan ke Mr. Jaxx, apa yang bulat dan putih sangat ingin kupukul dan tidak mau ditinggalkan. Sepertinya pertemuan kita harus ditunda besok. Apakah tidak masalah untuk Mr. Jaxx?” Bill membekap ponsel dengan tangannya, “Si brengsek Johan menunda pertemuan kita karena sedang golf sekarang. Apa kita menyusulnya saja?” Jaxx tersenyum, “Katakan saja, kita mau bertemu besok, selamat bersenang-senang untuk hari ini, dan semoga mendapatkan poin sempurna golfnya.” “Apa?!” Bill seolah tak percaya dengan ucapan Jaxx. Meski begitu, dia mengatakan juga ucapan Jaxx sama persis ke Johan. Setelah telepon ditutup, Jaxx tersenyum lagi, “Tunggu saja di mobil, ada satu lukisan yang ingin kulihat, tidak lama. Kebetulan Johan membatalkan pertemuan ini, kan?” Jaxx balik kanan dan masuk kembali. Di kamar mandi, Erica menarik napas panjang dan dalam, “Dia sangat tampan sekali, suaranya berat, dan parfumnya harum. Bagaimana bisa ada pria setampan it

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Jadilah modelku

    Johan tersenyum setelah menyambut Jaxx, “Aku tidak menyangka Mr. Scott akan tertarik dengan galeri seni. Selama ini Max Konstruksi hanya mengembangkan kompleks perumahan dan sektor publik, kan?” Jaxx terkekeh, mengisyaratkan Bill agar masuk, dan membiarkan tas diletakkan di meja dengan resleting terbuka, “Karena itulah aku ke sini. Setelah pertemuan kita, kuharap Anda menyerahkan pembangunan galeri hanya ke Max Konstruksi saja, terlebih dengan uang itu, Anda bisa membangun lapangan golf sendiri dan bermain setiap saat. Bukankah itu menyenangkan?” Johan melirik isi tas dan tertawa, “Aku tidak menyangka kalau Mr. Jaxx sangat mengerti dengan apa yang menjadi kesenanganku.” “Aku pun juga senang kalau Anda suka dengan hadiah dari kami. Kalau begitu kami permisi. Aku akan menunggu undangan pertemuan selanjutnya dan mempersiapkan tanda tangan kontrak kita.” Jaxx berdiri dan mengajak anak buahnya pulang. Baru saja keluar ruangan, Jaxx menyulut rokoknya lagi karena yang tadi sudah dibuang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Tak bisa fokus

    “Kau tidak sedang menjebakku, kan?” Jaxx tak yakin dengan jalan yang diambil Erica. Kumuh dan jalannya semakin sempit. Seolah mengarah ke gang buntu. Erica menoleh sambil tersenyum, “Studioku ada di bawah gedung itu. Satu belokan lagi dan kita akan sampai.” Setelah sampai, Erica membuka studionya, dan mengajak Jaxx masuk, “Anggap saja rumah sendiri.” Mengambil album tebal dan menyerahkannya ke Jaxx, “Kuharap dengan ini kamu yakin dengan tawaranku, Jaxx.” Tersenyum semanis mungkin. Jaxx membuka album, banyak sketsa wajah dan pemandangan yang nyaris sempurna, pantas saja Erica percaya diri dengan permintaan itu. Jaxx menutup album dan mengembalikannya ke Erica, “Okey. Lalu?” Erica langsung mengulurkan tangan untuk meraba setiap inci di wajah Jaxx. Bukannya senang, Jaxx malah mengerutkan kening, terganggu dengan apa yang terjadi. “Apa yang kau lakukan?” “Aku sedang mengenali wajahmu dengan benar, Jaxx.” “Kau melakukannya ke semua modelmu? Di album itu?” Erica berhenti dan melirik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Jadi kekasihku

    Mr. Scott tertawa, “Akhir-akhir ini kamu terlalu banyak bicara, Jaxx.” “Itu karena kamu terus mempermainkanku. Mr. Scott.” “Nyatanya tetap aku yang mengeluarkanmu dari penjara.” Setelah wajah Jaxx melunak, “Ambil proyek galeri itu dan temukan barangku di sana. Jangan membuang-buang waktu.” Jaxx langsung pergi dari ruangan Mr. Scott dan ikut mencari Johan. *** Tiga hari berlalu, Bill yang pergi selama tiga hari juga, belum membawa kabar baik, membuat Jaxx bingung. Ke mana kiranya Johan pergi? Tak sabar, dia pun langsung menelepon Bill, “Apa kau ketiduran di jalan?” Bill, “Maaf, Mr. Jaxx. Sepertinya Johan disekap oleh orang penting, aku sudah menyebar semua anak buah kita, tetapi mereka tetap tak menemukan Johan di mana pun.” Jaxx langsung menutup telepon itu dan panggilan lain masuk, nomor yang bahkan tak dia tahu siapa pemiliknya. Namun, Jaxx tetap mengangkat telepon itu, “Ya?” Seseorang di ujung saja tertawa, “Suaramu sangat berat, kurasa kamu sedang mengalami kesulitan saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Ini akan membuatmu rileks

    Erica berhenti mengunyah dan meletakkan sumpit, “Hans, bukankah ini terlalu cepat? Aku tahu kita memang sudah lama saling kenal, tetapi dengan keadaanku yang begitu jauh denganmu-” “Aku tidak peduli dengan apa pun keadaanmu, Erica.” potong Hans. “Aku tahu. Setidaknya biarkan aku berusaha agar lebih seimbang denganmu, agar lebih pantas di sampingmu, setelah ujian akhir ini, aku yakin bisa menjadi apa yang aku impikan, dan saat itu aku akan memikirkan pertanyaanmu.” Erica tak bisa menolak Hans terang-terangan. Pria itu baik dan lembut, tetapi hatinya tak pernah bisa terima. Tak ada yang menyukainya selama ini, apa karena Jaxx? Bahkan kalau dipikir Jaxx pun juga tak menyukainya. Apa yang Erica harap? Hans menghela napas, “Baiklah. Aku ingin semua tetap baik sampai kamu bisa menjawab perasaanku, Erica.” Erica tersenyum dan mengangguk. Lanjut makan, ingin pertemuan ini segera usai, dia tak tahan dengan tatapan banyak orang di sekitarnya. Hans terlalu mencolok dibanding dengannya yang t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Asal kamu orangnya

    Jaxx mengedipkan mata, mendengar suara itu, dia langsung menoleh dan mendekat ketika menemukan Erica, lalu berdiri tepat di depan Erica. Erica seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya, “Jaxx, kamu-” Tak sanggup melanjutkan ucapannya karena Jaxx sedang memagutnya saat ini. Jaxx tersenyum, “Aku tidak tahu kau sedang makan roti.” Erica menunduk dan menggigit bibir bawahnya sendiri. Jaxx langsung menarik dagu Erica agar menatapnya, “Jangan pernah menggigit bibirmu, kalau kau ingin, aku akan menggigitkannya untukmu.” Memagut bibir Erica lagi, bahkan memeluk juga, Jaxx merasa darahnya berdesir dengan cepat, dia pun menggendong Erica dan mengedarkan pandangannya, “Di mana kamarmu?” Erica menunjuk tempat tidur, “Di sana. Kamu bisa beristirahat, aku tidak akan mengganggumu, Jaxx.” Seolah tuli, Jaxx langsung ke sana dan menurunkan Erica, lalu membuang pakaian yang dikenakan, “Aku ingin meminta bayaranku, Erica. Kau bilang akan memberikan apa pun, kan? Aku ingin minta ini. Apakah kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Hanya ada kamu dan aku

    Scott menoleh ke Johan, “Pulanglah. Terima kasih untuk hari ini.” Johan mengangguk dan langsung pergi tanpa menyapa tamu Mr. Scott. Scott kembali menoleh ke tamunya, “Apa yang membuatmu datang ke sini, Rose? Kurasa semua urusan kita sudah selesai.” Rose tertawa, mengeluarkan rokok, dan menyulutnya, “Aku ingin barangku kembali. Meski pun kamu menyekap Johan dan menjaganya dengan seribu pengawal sekali pun, aku akan tetap mendapatkannya. Bagaimana pun juga galeri itu kubeli jauh sebelum kamu tertarik. Jadi, kamu harus mengembalikannya padaku.” Scott terkekeh, “Bahkan aku tidak tahu apakah barang yang kamu maksudkan ada di sana. Kamu terlalu percaya diri, Rose. Aku juga tidak terlalu paham dengan galeri yang kamu maksudkan, semua dikerjakan oleh Jaxx, dan kurasa tentang barangmu, hanya Jaxx yang tahu.” Rose menggebrak meja dan berdiri, “Jangan pernah bermain-main denganku, Scott.” Barulah Scott tertawa, bahkan tubuhnya bergetar karena tertawa terlalu keras, “Kalau dipikir kembali,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Bertemu di bar

    Menjauhkan tangan itu dan membuat empunya duduk dengan benar di kursi Rose sendiri. Jaxx mengeluarkan rokok dari saku, baru saja menyulut korek, Rose sudah menyulutkan rokoknya. Rose tersenyum saat Jaxx mengisap, mengembus dengan seksi, dan menyimpan koreknya lagi di tas. Jaxx menekan rokoknya sembarang di mobil Rose, meninggalkan bekas di sana, dan tersenyum saat melihat Rose menahan amarah yang begitu kentara di wajah, “Aku tidak tahu apa tujuanmu menemuiku, mengatakan hal tidak penting, dan motif yang kamu sembunyikan. Aku hanya ingin apa yang sudah terjadi, lupakan saja, termasuk dengan pertemuan kita. Anggap saja tidak pernah ada dan apa pun tidak terjadi. Tentang Johan, tanyakan ke Scott, aku tidak ikut campur dalam pekerjaan apa pun selain memastikan kerja sama berjalan lancar dan sekarang, bolehkan aku turun? Kurasa sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan.” Rose menoleh ke sopir dan mengangguk. Setelah mobil berhenti, membiarkan Jaxx turun, dan menurunkan kaca mobil,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Lebih dari apa pun

    “Mr. Scott!” Jaxx langsung berlari melihat Scott hampir masuk bandara, “Apa ini?!” Scott terkekeh, “Aku sudah bilang padamu kalau aku ingin pensiun, kan?” “Dengan melarikan diri? Aku bisa membebaskanmu dari wanita sialan itu, tinggal sedikit lagi, Aganta tidak akan dijual ke siapa pun. Meski itu juga berarti aku tidak bisa mengusir Rose, dia tidak akan bertingkah di sini, aku akan melakukan apa pun untuk menaikkan saham kita di sana.” Jaxx berharap bisa merayu Scott, “Tolong, tetaplah di sini.” Scott tersenyum lebar, “Aku hanya berlibur untuk beberapa hari, aku tidak mati atau pergi ke mars, jadi jangan kawatir. Aku akan kembali lagi, Jaxx.” “Kapan? Aku harus tahu kapan pastinya Anda kembali, Mr. Scott.” Andai Jaxx bisa mungkin dia sudah menarik koper-koper yang dibawa anak buah pribadi Scott dan mengajak Scott kembali ke markas inti. “Kau akan mengetahuinya. Berhati-hatilah dengan Rose, kita sama-sama tahu kalau dia selalu menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadinya se

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Semangkuk es krim

    Jaxx, Bill, dan Abi saling melempar pandang, “Siapa?” Jaxx mengurai pelukan itu dan menatap Erica lebih serius. “Pak Johan. Beliau pimpinan Aganta. Bukankah kamu sering ke sini, Jaxx? Aku pikir kamu mengenalnya sampai membuat pengajuanku berjalan sangat lancar tadi.” Melihat wajah Jaxx yang berkecamuk, Erica jadi gugup, “Apa ... kita merayakannya dengan es krim?” Jaxx menoleh ke Bill dan Abi, “Aku beli es krim dengan Erica. Kerjakan tugas kalian.” Merangkul Erica dan ke luar dari Aganta sambil terus mencari Johan. Dia tidak menyangka kalau pria itu sudah berada di Aganta setelah sekian lama dicari-cari ke mana pun. Erica yang terganggu karena Jaxx diam dari tadi, merangkul pria itu lebih erat, “Apa ada sesuatu, Jaxx?” Jaxx tersenyum, “Sesuatu? Tidak ada. Apa memangnya?” Jaxx mendekat ke penjual es krim, “Semangkuk yang spesial untuk perempuan yang spesial.” Penjual tersenyum lebar, “Pasti, Tuan.” Meracik pesanan dengan senang hati. Erica yang mendengar pesanan Jaxx, jadi merona

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Saling menguntungkan

    “Tidak. Untuk apa aku cemburu?” Erica mempercepat memakai pakaian dan meneguk minuman bersoda yang tadi dibelikan Bill. “Malam ini pulanglah ke rumahku.” Jaxx mendekat dan menebuk birnya, “Setelah patungnya didaftarkan ke Aganta, harusnya kau tidak perlu ke kampus, kan? Menemui dosen atau temanmu yang tidak jelas itu.” imbuh Jaxx. Erica menggeleng lagi, “Dengan tetap di sini aku bisa menemukanmu secara tidak sengaja seperti waktu itu. Meski aku tahu kalau kamu bisa mengobrol dengan siapa saja, kejutan yang seperti itu membuatku lebih hidup.” Jaxx terkekeh, “Ucapanmu bisa disimpulkan kalau kamu kesepian setiap di rumahku. Apa tebakku benar?” Erica masih mau menjawab, pintu studio diketuk oleh seseorang, dan dia ke sana untuk membukakannya. “Masuklah!” Ternyata itu Bill, Abi, dan beberapa orang pria, “Tolong berhati-hatilah. Aku akan menangis kalau sampai ada kesalahan.” Jaxx mendekat dan merangkul pinggang Erica, mengawasi patung dinaikkan ke truk, dan mengajak Erica berangkat ke

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Apa kau cemburu?

    Setelah tangan Hans selesai dibersihkan, Rose menyuruh Hans mandi agar bau keringat itu hilang, dan dia membantu Jaxx membuat mi. “Aku mandi dulu.” Scott meninggalkan Rose dan Jaxx di dapur karena tubuhnya juga gerah. Rose pun tersenyum, “Jadi, kau yang mengambil paket itu?” “Paket apa?” Jaxx tak paham. “Kau bilang Hans terjatuh dan kau yang mengejar anjingnya, kan? Kalau Hans sudah mengambil paketnya, untuk apa kamu masih mengejar anjing itu, artinya kau yang berhasil mengejar.” Meliat Jaxx mau menyangkal, Rose bicara lagi, “Aku lebih berpengalaman darimu, Jaxx. Jangan membohongiku. Katakan, kenapa kamu bilang kalah Hans yang mengambilnya?” Jaxx tersenyum, “Dia punya dua sosis di kulkas dan itu cukup adil, kan? Aku tahu apa yang kulakukan, Madam. Jangan kawatir.” Mi yang sudah siap makan, Jaxx membawanya ke ruang makan, dan langsung disantap. Sedangkan Rose pergi sambil tersenyum. Pikiran Jaxx masih sangat dangkal ternyata. Dia ke kamar, menyiapkan pakaian untuk Scott dan duduk

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Dua cerita tidak sama

    Awalnya Jaxx mengerutkan kening, tetapi dia terkekeh setelahnya, “Jadi, kamu melihatku di bar malam itu? Kau marah dan pergi bersama temanmu minum? Kau konyol sekali, seperti anak kecil yang marah karena tidak dibelikan permen, aku harus menyebutnya konyol atau lucu?” Jaxx kembali mendekat untuk memagut bibir Erica, tetapi lagi-lagi Erica membuang muka, membuatnya semakin gemas. “Tidak. Aku pergi dengan temanku bukan karena itu.” Erica agak terkejut saat Jaxx menarik dagunya, membuat matanya mau tak mau menatap Jaxx, pandangan itu bukan amarah, hanya saja Erica terganggu, “Jangan menatapku seperti itu.” Jaxx tersenyum, “Kenapa? Aku suka.” Erica baru saja mau membuka mulut dan Jaxx langsung membungkam mulut itu dengan bibirnya, menyesap kuat, serta menuntut. Tangannya kembali liar merabai punggung Erica dan berdiri dengan Erica yang kini digendong. Merebahkan tubuh itu perlahan ke ranjang dan membuang pakaian Erica saat bibirnya melepas bibir Erica sejenak untuk beristirahat. “Aaaah

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Siapa wanita itu?

    Erica menelan ludah, “Ak-aku pergi dengan Eva, kami hanya minum beberapa gelas, dan dia sengaja merekam dan menyebarkan video itu ke grup kampus. Dosen bilang akan membantuku kalau dia sudah tahu sebagus apa patung yang kubuat, jadi aku mengizinkannya datang.” Erica yang sudah melepas pelukan, ganti dengan memeluk lututnya sendiri, “Aku harus punya ijazah untuk masuk ke Aganta, apa pun akan kulakukan meski pun-” “Meski pun kau harus melayani pria hidung belang yang tadi?!” tukas Jaxx yang masih kesal dengan sanggahan Erica. Erica menusap wajah kasar, dia tak memiliki jawaban, meski kenyataannya dia tak ingin, tetapi bila hanya itu jalan satu-satunya, Erica bisa apa? “Mana patungnya?” Jaxx mengedarkan padangan, melihat patung sebesar dirinya, dia pun mendekat, sungguh itu sangat mirip dengan dirinya, dan dia langsung menoleh ke Erica lagi, “Apa ini sudah selesai?” Erica menggeleng, “Aku harus menyematkan selendang dan memberi sedikit warna di beberapa bagian lagi.” “Lakukan sekara

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Subalan di mulut

    Jessie tersenyum lebar menyambut pembelinya, “Halo, Bill.” Menoleh ke Jaxx dan mengangguk, “Mau kopi?” Jaxx mengedarkan padangan, “Di mana Erica?” “Hari ini dia pulang lebih awal, ada sesuatu yang terjadi, dosen sedang memeriksa pekerjaannya, tetapi sepertinya dia tidak kembali, ini sudah sore, dan mereka baru pulang.” Jaxx menoleh ke Bill, “Telepon aku kalau ada hal mendesak.” “Baik, Mr. Jaxx.” Bill menoleh ke Abi dan tersenyum lebar. Dia akan menikmati kopi sambil sedikit bersantai hari ini. Jaxx berjalan santai ke studio, bukan dia tak percaya dengan Erica atau dosen Erica yang datang, hanya saja terlalu lama tak bertemu dengan Erica membuat Jaxx ingin segera bertemu perempuan yang selalu mengganggu jam tidurnya itu. Erica tersenyum, “Ya, tentu saja. Aku mengerjakan semua ini dengan profesional, Pak.” Dosen malah terkekeh, “Kurasa tidak, dengan bentuk dan ukuran seperti itu, urat-urat yang terlihat nyata, aku yakin ada hal lain yang terjadi.” Berbalik dan mendekat ke Erica,

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Tiga hal yang berbeda

    Jaxx tersenyum dan mengangguk. Dia sendiri yang tahu seperti apa Scott membesarkan gudang haram ini dan Rose yang tiba-tiba meminta jatah dengan segala permainan kotor, seolah Jaxx pun gatal untuk segera menyingkirkannya juga. “Aku akan menyerahkan semua tanggung jawab padamu.” “Apa?!” Jaxx langsung menoleh, tak percaya dengan apa yang diucapkan Scott, semua seperti ilusi. Scott tersenyum, “Usiaku sudah tidak muda lagi, aku muak dan lelah, Rose tidak akan pernah mengganggu secara terang-terangan, jadi aku akan pensiun.” “Lalu? Apa yang harus kulakukan? Harta karun kita?” Jaxx memang mendambakan posisi yang diberikan Scott, tetapi setelah menerimanya, raganya gugup, “Aku tidak akan sehebat dirimu.” Scott malah tertawa, “Lakukan apa pun yang kamu mau, kalau obat surga itu membuatmu lelah, tetap simpan senjata kita, orang tidak akan pernah mabuk hanya karena senjata, kan?” Ya, selama ini Scott memang pemasok obat terlarang terbesar dan senjata ilegal di, kantor asuransi yang selama

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Buang saja

    Jaxx terkekeh dan melempar rokoknya sembarang.Pelayan memulung rokok itu dan membuangnya dengan benar setelah memastikan putungnya mati. Di sini, Rose paling takut kalau sampai terjadi kebakaran, dan Jaxx sepertinya sengaja memancing emosi Rose.“Aku tahu kau menyembunyikan Johan. Di mana dia sekarang?” Jaxx hanya menatap sekilas minuman yang disajikan untuknya. Dia tak akan tergoda oleh racun apa pun di rumah ini.Rose terkekeh, “Aku saja tidak tahu Johan itu yang mana. Sepertinya kamu salah paham, tetapi aku senang karena dengan kamu ke sini, aku jadi tahu kalau kamu masih memperhatikanku, buktinya kau langsung merokok saat aku sengaja menyuruh sopir agar pelan saja ke sininya.” Mengambil minuman dan menikmatinya, “Aku tidak memasukkan apa pun ke sini. Itu kalau kamu masih tertarik dengan teh herbal baru penemuan koki andalanku.”“Aku tidak berniat mencicipi apa pun, katakan saja di mana Johan, dan aku akan pergi.” Jaxx tak akan tertipu untuk ke dua kali.“Aku benar-benar tidak tah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status