Share

Jadi kekasihku

Author: Jenang gula
last update Last Updated: 2024-10-31 23:27:14

Mr. Scott tertawa, “Akhir-akhir ini kamu terlalu banyak bicara, Jaxx.”

“Itu karena kamu terus mempermainkanku. Mr. Scott.”

“Nyatanya tetap aku yang mengeluarkanmu dari penjara.” Setelah wajah Jaxx melunak, “Ambil proyek galeri itu dan temukan barangku di sana. Jangan membuang-buang waktu.”

Jaxx langsung pergi dari ruangan Mr. Scott dan ikut mencari Johan.

***

Tiga hari berlalu, Bill yang pergi selama tiga hari juga, belum membawa kabar baik, membuat Jaxx bingung. Ke mana kiranya Johan pergi? Tak sabar, dia pun langsung menelepon Bill, “Apa kau ketiduran di jalan?”

Bill, “Maaf, Mr. Jaxx. Sepertinya Johan disekap oleh orang penting, aku sudah menyebar semua anak buah kita, tetapi mereka tetap tak menemukan Johan di mana pun.”

Jaxx langsung menutup telepon itu dan panggilan lain masuk, nomor yang bahkan tak dia tahu siapa pemiliknya. Namun, Jaxx tetap mengangkat telepon itu, “Ya?”

Seseorang di ujung saja tertawa, “Suaramu sangat berat, kurasa kamu sedang mengalami kesulitan saat ini.”

Jaxx langsung membuang napas kasar, “Kau berhasil mendapatkan nomorku? Apa kau begitu bekerja keras untuk mendapatkannya?”

Orang itu tertawa lagi, “Apa itu penting? Kau begitu merindukanku sampai menungguku selama ini?”

“Brengsek!” Jaxx meludah, siapa yang meneleponnya saat ini, sangat membuatnya muak.

“Apa aku kehilangan Johan?”

Jaxx mengepalkan sebelah tangan, “Aku tak menyangka kau benar-benar mencuri tawananku.”

“Ha, ha, ha, dan aku tahu, kau pasti bisa menjemput Johan sendiri. Di mana dia sekarang, bukankah itu adalah tempat yang begitu berkesan untuk kita ... Mr. Jaxx?”

Jaxx menutup telepon dan menelepon Bill, menyebut sebuah tempat, dan mengajak semua anak buahnya ke sana. Benar saja, di sana Johan sudah terikat di kursi dengan mulut dilakban, dan mata berair. Jaxx langsung melepas lakban itu dan duduk di depan Johan, “Pria sepertimu bisa menangis sepanjang malam?”

Johan menggeleng, “Tolong, lepaskan aku, anakku masih kecil-kecil, aku akan mengembalikan uang itu beserta dengan bunganya, minta saja kurang berapa, aku akan langsung mengirimnya padamu hari ini juga. Tolong, lepaskan aku, Mr. Jaxx.”

Jaxx tertawa, “Aku tidak membutuhkan uangmu, aku hanya ingin proyek pembangunan galeri itu, bergabung dengan Max Konstruksi. Apa begitu saja sangat sulit untuk dimengerti?”

Johan menggeleng dan menangis lebih keras, “Tolong, pahamilah keadaanku, Mr. Jaxx.”

“Apa aku melewatkan sebuah pesta?”

Semua orang menoleh, termasuk Jaxx, melihat ada Hans di sana, musuh bebuyutan Jaxx, rasanya tak bisa menahan tawanya, “Apa kau masih berlindung di bawah ketiak wanita tua itu?”

Hans meludah dan mengacungkan pistol ke Jaxx, “Kepalamu harganya sangat mahal, aku tidak sabar untuk membeli pulau dengan vila megah di tengahnya, berpesta setiap malam, ditemani wanita cantik yang bisa memuaskanku. Apakah rencanaku terdengar bagus?”

“Ya, hanya saja aku tidak yakin kamu berani membunuhku.” Jaxx tersenyum, memukul tangan Hans sampai pistol itu terjatuh ke lantai, dan langsung memungutnya hingga keadaan menjadi cepat berbalik. Meski begitu, Jaxx tak terlalu senang karena semua anak buah Hans menodongkan pistol ke arahnya sekarang. “Aku mengenalmu dengan baik, pria sepertimu tidak akan pernah bisa membidikkan pistol dengan benar, tangannya gemetar karena dia seorang pecundang.”

“Brengsek!” Hans berniat memukul Jaxx, tetapi pistol itu lebih dulu menggores pundak, dan membuatnya berlutut seketika, “Tembak dia!” Anak buahnya pun mulai berkelahi dengan anak buah Jaxx. Dia bangun dengan susah payah, anak buahnya yang lebih banyak jumlah, membuat anak buah Jaxx kalah, tetapi luka di pundaknya, membuatnya tak berkutik saat Jaxx datang meremas pundak dan menjadikannya sandera.

“Apa kalian ingin dia mati?” Jaxx tersenyum melihat anak buah Hans berhenti menyerang, “Bawa Johan pergi!” Setelah anak buahnya ke luar bersama Johan, barulah Jaxx mendorong Hans ke arah anak buah Hans sendiri, “Sebelum membunuhku, tanyakan dulu pada wanita tua itu, apakah dia sudah merelakanku untuk mati? Kalau dia menjawab ‘ya’, aku akan menyerahkan diriku pada kalian.” Jaxx melempar pistol itu ke Hans dan pergi bersama anak buahnya.

***

Entah sudah berapa lama Erica menunggu, tetap tak melihat Jaxx atau bahkan anak buahnya mampir ke kedai kopi, terlebih di saat sepi seperti itu, Erica hanya bisa cemberut seharian. Apakah salah dia menunggu Jaxx? Pria itu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun dan membuat Erica terus bingung sampai hari ini.

Ting. Ting.

Erica menoleh dengan semangat, sedangkan wajah di sana bukankah seseorang yang ditunggunya, meski begitu, keadaan orang itu membuatnya heran, “Hans, ada apa dengan pundakmu?”

Hans tersenyum, “Hanya kecelakaan kecil. Mocca satu. Rasanya lama sekali aku tidak ke sini.”

Jessie tersenyum, “Aku yakin kamu ke sini karena Erica, bukan Mocca-nya.”

Hans tertawa, menoleh ke Erica, melihat rona di pipi, membuat hatinya mengembang, “Aku masih bisa menyetir, apakah kamu mau makan malam bersamaku?”

Erica bergeming sebentar, dia memang harus pulang sebentar lagi, tetapi dia tak terlalu tertarik dengan Hans. Meski pria itu tampan, Erica merasa Hans bukan tipenya, dan karena itu pula, rasanya sangat berat untuk menerima tawaran barusan. “Mungkin lain kali setelah pundakmu sembuh. Jangan memaksakan diri, Hans.”

Jessie menengahi, “Kalian bisa makan di restoran seberang jalan. Baru buka minggu lalu, rasanya juga enak, kalian tidak akan kecewa makan di sana.”

Erica yang tak bisa lagi mengelak, akhirnya mengangguk juga, “Aku selesai satu jam lagi, Hans.” Mendekat untuk mengantar Mocca pesanan Hans.

Jessie tersenyum, “Tidak masalah, aku bisa mengatasinya malam ini, pergilah, Erica. Kamu dan Hans sedang memiliki kepentingan, kan?”

Hans mengangguk, “Terima kasih, Jessie.”

Kini Erica dan Hans duduk berhadapan, dengan dua mangkuk ramen dan jus alpukat, serta Mocca yang baru saja dibeli tadi. Erica tersenyum, “Aku benar-benar tak ingin merepotkanmu, Hans.” Melihat beberapa orang yang selalu menemani Hans berjaga di luar restoran, cukup mengganggu, dan itulah salah satu hal yang tak disukai Erica dari Hans.

“Aku tidak pernah repot menghadapimu, Erica. Bagaimana menurutmu rasanya? Apa cocok dengan lidahmu?” Hans mulai menikmati ramen lebih dulu agar Erica tak terlalu membuang kalimat-kalimat canggung padanya.

Erica menghela napas dan mulai menikmati makanannya, “Rasanya enak, lebih enak dari ramen yang dijual di kampusku.” Melahap lagi.

“Aku senang mendengarnya.” Hans tersenyum sambil menatap Erica, “Kudengar kamu mengerjakan tugas terakhir, setelah empat tahun kuliah, apakah ada yang dekat denganmu? Seseorang yang spesial?”

Erica menggeleng, “Aku tidak pernah memikirkannya, Hans. Mereka semua sering membuatku jenuh, teman sekelasku memiliki selera yang aneh, dan aku tidak ingin terlibat dengan mereka.”

Hans menghela napas lega mendengar jawaban Erica, “Lalu? Bagaimana denganku? Aku menyukaimu sejak lama dan kurasa kamu pun juga tahu tentang itu. Apakah kamu mau menjadi kekasihku, Erica? Menerima perasaanku?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Ini akan membuatmu rileks

    Erica berhenti mengunyah dan meletakkan sumpit, “Hans, bukankah ini terlalu cepat? Aku tahu kita memang sudah lama saling kenal, tetapi dengan keadaanku yang begitu jauh denganmu-” “Aku tidak peduli dengan apa pun keadaanmu, Erica.” potong Hans. “Aku tahu. Setidaknya biarkan aku berusaha agar lebih seimbang denganmu, agar lebih pantas di sampingmu, setelah ujian akhir ini, aku yakin bisa menjadi apa yang aku impikan, dan saat itu aku akan memikirkan pertanyaanmu.” Erica tak bisa menolak Hans terang-terangan. Pria itu baik dan lembut, tetapi hatinya tak pernah bisa terima. Tak ada yang menyukainya selama ini, apa karena Jaxx? Bahkan kalau dipikir Jaxx pun juga tak menyukainya. Apa yang Erica harap? Hans menghela napas, “Baiklah. Aku ingin semua tetap baik sampai kamu bisa menjawab perasaanku, Erica.” Erica tersenyum dan mengangguk. Lanjut makan, ingin pertemuan ini segera usai, dia tak tahan dengan tatapan banyak orang di sekitarnya. Hans terlalu mencolok dibanding dengannya yang t

    Last Updated : 2024-12-02
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Asal kamu orangnya

    Jaxx mengedipkan mata, mendengar suara itu, dia langsung menoleh dan mendekat ketika menemukan Erica, lalu berdiri tepat di depan Erica. Erica seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya, “Jaxx, kamu-” Tak sanggup melanjutkan ucapannya karena Jaxx sedang memagutnya saat ini. Jaxx tersenyum, “Aku tidak tahu kau sedang makan roti.” Erica menunduk dan menggigit bibir bawahnya sendiri. Jaxx langsung menarik dagu Erica agar menatapnya, “Jangan pernah menggigit bibirmu, kalau kau ingin, aku akan menggigitkannya untukmu.” Memagut bibir Erica lagi, bahkan memeluk juga, Jaxx merasa darahnya berdesir dengan cepat, dia pun menggendong Erica dan mengedarkan pandangannya, “Di mana kamarmu?” Erica menunjuk tempat tidur, “Di sana. Kamu bisa beristirahat, aku tidak akan mengganggumu, Jaxx.” Seolah tuli, Jaxx langsung ke sana dan menurunkan Erica, lalu membuang pakaian yang dikenakan, “Aku ingin meminta bayaranku, Erica. Kau bilang akan memberikan apa pun, kan? Aku ingin minta ini. Apakah kamu

    Last Updated : 2024-12-02
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Hanya ada kamu dan aku

    Scott menoleh ke Johan, “Pulanglah. Terima kasih untuk hari ini.” Johan mengangguk dan langsung pergi tanpa menyapa tamu Mr. Scott. Scott kembali menoleh ke tamunya, “Apa yang membuatmu datang ke sini, Rose? Kurasa semua urusan kita sudah selesai.” Rose tertawa, mengeluarkan rokok, dan menyulutnya, “Aku ingin barangku kembali. Meski pun kamu menyekap Johan dan menjaganya dengan seribu pengawal sekali pun, aku akan tetap mendapatkannya. Bagaimana pun juga galeri itu kubeli jauh sebelum kamu tertarik. Jadi, kamu harus mengembalikannya padaku.” Scott terkekeh, “Bahkan aku tidak tahu apakah barang yang kamu maksudkan ada di sana. Kamu terlalu percaya diri, Rose. Aku juga tidak terlalu paham dengan galeri yang kamu maksudkan, semua dikerjakan oleh Jaxx, dan kurasa tentang barangmu, hanya Jaxx yang tahu.” Rose menggebrak meja dan berdiri, “Jangan pernah bermain-main denganku, Scott.” Barulah Scott tertawa, bahkan tubuhnya bergetar karena tertawa terlalu keras, “Kalau dipikir kembali,

    Last Updated : 2024-12-02
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Bertemu di bar

    Menjauhkan tangan itu dan membuat empunya duduk dengan benar di kursi Rose sendiri. Jaxx mengeluarkan rokok dari saku, baru saja menyulut korek, Rose sudah menyulutkan rokoknya. Rose tersenyum saat Jaxx mengisap, mengembus dengan seksi, dan menyimpan koreknya lagi di tas. Jaxx menekan rokoknya sembarang di mobil Rose, meninggalkan bekas di sana, dan tersenyum saat melihat Rose menahan amarah yang begitu kentara di wajah, “Aku tidak tahu apa tujuanmu menemuiku, mengatakan hal tidak penting, dan motif yang kamu sembunyikan. Aku hanya ingin apa yang sudah terjadi, lupakan saja, termasuk dengan pertemuan kita. Anggap saja tidak pernah ada dan apa pun tidak terjadi. Tentang Johan, tanyakan ke Scott, aku tidak ikut campur dalam pekerjaan apa pun selain memastikan kerja sama berjalan lancar dan sekarang, bolehkan aku turun? Kurasa sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan.” Rose menoleh ke sopir dan mengangguk. Setelah mobil berhenti, membiarkan Jaxx turun, dan menurunkan kaca mobil,

    Last Updated : 2024-12-13
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Indah untukmu

    Erica menggeliat. Melihat Jaxx di sebelahnya masih terlelap dengan tubuh telanjang, dia tersenyum, mengusap punggung itu, dan berpakaian kembali. Mengintip ke jendela, Erica tak terlalu ingat kejadian semalam meski bisa menebak, tetapi melihat tempat parkir di bawah sana, membuatnya malu untuk turun.“Kau sudah bangun?” Jaxx mengusap wajah dan duduk dengan bersandar. Mengambil rokok untuk disulut dan diisap, “Aku akan mengantarmu pulang setelah ini.”Erica tersenyum dan mengangguk, “Hari ini aku ada kelas siang. Jangan terburu-buru.” Erica mendekat untuk duduk di samping Jaxx.Jaxx mengambil jasnya, mengeluarkan cek, menulis deretan angka, dan memberikannya ke Erica. “Jangan bekerja lagi di sini.”“Aku tidak bisa menerimanya, Jaxx. Aku mendekatimu bukan untuk itu.”“Aku tahu. Aku hanya ingin kamu fokus dengan kuliahmu. Simpan saja ini.” Menyodorkan kembali dan tersenyum saat Erica menerima kali ini. Jaxx berdiri, mengulurkan tangannya ke Erica, “Kita sarapan dan aku akan mengantarmu p

    Last Updated : 2024-12-14
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Simpanan om-om

    Hari berganti ... sepulang dari kampus, Erica langsung ke tempat katering, membantu memasak dan menyiapkan pesanan, “Apa setiap hari akan seperti ini?” Pemilik katering tersenyum, “Kamu tahu pembangunan di sana? Di pertigaan? Setiap siang mereka makan di sini, jadi kita cukup sibuk setiap hari, tetapi mereka libur Minggu, tenang saja.” Erica tersenyum, “Setelah ini?” “Antar saja. Kau tinggal meletakkannya di meja nanti, sopir akan memberi tahumu.” Erica ikut ke mobil dan berangkat ke tempat pembangunan. Setelah melihat meja panjang kosong, dia tahu harus meletakkan semua kotak makan ini di mana, dan hujan yang tiba-tiba turun tak membuatnya memelankan langkah. “Berikan ini ke bosmu.” Mandor proyek mengulurkan amplop ke Erica. “Terima kasih.” Erica menyimpannya di kantong celemek. “Mereka minta untuk sore juga, bukan makanan, tetapi kudapan, apa kalian bisa mengirimnya? Jam tiga harus sudah di sini.” Erica melihat jam kecil yang dijadikan kalung, pemilik katering yang memberiny

    Last Updated : 2024-12-16
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Berkencan dengan benar

    Jaxx tersenyum sambil merapikan rambut Erica, “Aku ingin berkencan denganmu. Jadi, mari kita lakukan dengan baik.” Menggandeng Erica masuk butik, “Aku ingin yang terbaik untuknya."Pegawai butik langsung menyambut hangat, “Baik, Tuan.”Erica menurut dengan canggung ke pegawai butik itu, mencoba beberapa gaun yang terlihat aneh di tubuhnya, dan tetap tak mengerti karena Jaxx terus mengangguk dari tadi.“Pakai yang itu. Aku bayar sisanya.” Jaxx membantu Erica turun dari tempat mencoba gaun dan memberikan kartunya ke pegawai butik.“Bukankah ini terlalu berlebihan?” Erica mengenakan gaun sempit dengan belahan sepaha, rambutnya juga sempat diblow tadi, disemprot parfum, baru digandeng oleh Jaxx. Harusnya dia percaya diri, tetapi nyatanya apa yang tak pernah terpakai tetap saja terasa asing.“Sudah kukatakan kalau aku ingin berkencan denganmu, kan? Kita lakukan saja. Jangan terlalu banyak mengeluh, Erica.” Setelah dari butik, Jaxx mengajak Erica ke restoran mewah, makan makanan enak, dan t

    Last Updated : 2024-12-16
  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Ooughh, Jaxx!

    Erica membuka mata perlahan saat merasakan usapan di lengan. Meringis saat duduk, miliknya sepertinya lecet, entah Jaxx melakukan berapa kali tadi, dia tak ingat karena sudah tertidur. “Apa kita akan pulang sekarang?” tanya Erica sambil mengerjap-kerjapkan mata.Jaxx tersenyum, “Tentu saja tidak. Bukankah besok Sabtu? Kamu libur setiap Sabtu, kan? Kita makan malam dan melanjutkan lagi yang tadi.” Jaxx terus mengusap telapak tangan Erica yang digenggam, bahkan sesekali dikecup, dia tak ingin menyia-siakan kebersamaan kali ini.“Bukankah kita sudah melakukannya sampai beberapa kali, Jaxx? Apa kamu tidak lelah?” Erica takut tak bisa berdiri kalau terus melakukan itu dengan Jaxx.Mendengar pertanyaan Erica, Jaxx malah tertawa, “Kita baru saja istirahat, kan? Kamu juga tidur lebih lama dariku.” Bangun dan menggendong Erica, “Setelah mandi kita makan.” Menurunkan Erica di bak mandi dan menyalakan air hangat sebelum dirinya sendiri masuk bak juga. “Bagaimana patungku? Apa sudah jadi?” Jaxx m

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Demi Jaxx

    “Jadi, kau mengingatku?” Erica menangis sampai tergugu, “Aku menunggumu dan mencarimu ke mana-mana. Kenapa kau pergi jauh sekali.” Erica tak menyangka kalau Jaxx telah mengingatnya selama ini. Tersenyum, “Aku ingin kau hidup lebih baik. Mendapatkan keluarga dan disayangi seperti anak-anak lain.” Jaxx dan Erica memang dari panti asuhan yang sama. Dulu, Jaxx memang sudah lebih dewasa dan dia benci dengan pengurus gereja yang sering ca bul ke anak-anak. Dia selalu mengabaikan orang itu, tetapi saat Erica yang diganggu, rasanya tak rela, dan Jaxx memukul dengan membabi buta. Barulah dia kabur ke kota karena tak ingin berakhir di penjara. Erica menggeleng, “Hanya kamu yang baik padaku. Aku tidak ingin keluarga lainnya. Aku tidak ingin kasih sayang dari orang lain. Cepatlah sembuh, Jaxx. Aku takut kamu pergi lagi dariku.” Jaxx membuka tangan agar Erica memeluknya. “Bukankah itu sakit?” Menunjuk perban yang melingkar di lengan dan dadanya. “Kau bisa memelukku dengan hati-hati.” Erica m

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Di gereja kala itu

    Dokter yang sibuk dengan komputer di depannya itu, melepas kaca mata, dan mempersilakan duduk.Erica menarik napas panjang dan dalam sebelum mengajukan pertanyaan, “Aku tidak tahu di mana dan kenapa Jaxx tertembak, tetapi ini bukan pertama kalinya, dan aku yakin ini juga bukan yang ke dua kalinya, kan? Kemarin kamu yang menangani Jaxx, kurasa kalian saling kenal, sedangkan aku hanya orang asing yang mencintai Jaxx saja. Bolehkah aku tahu ada apa sebenarnya?”Dokter itu tersenyum, “Sebenarnya aku bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Aku hanya membantu Jaxx selama ini dan kebetulan saja dia mempercayaiku. Jaxx punya gangguan tidur yang parah, aku memberinya obat tidur dosis tinggi awalnya, lalu menurunkan dosis seiring berjalannya waktu, dan kurasa dia mulai terbiasa.”Erica menyimak dengan saksama.“Jaxx sempat protes dan minta dosisnya dikembalikan, tetapi Bill bercerita kalau dia akhir-akhir ini bisa tidur tanpa obat itu, dan kurasa karena kehadiranmu.” Dokter tersen

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Sesama pundak kiri

    Melihat pria di depannya jatuh setelah tertembak, Jaxx yang tadinya mulai lengah, kini waspada kembali, bahkan dia pun menem baki juga beberapa orang yang dia tahu anak buah Rose. “Kita cari jalan ke luar sekarang!” Bill membuka jalan, berjibaku dengan pis tolnya sendiri, dan sesekali menoleh ke arah Jaxx, “Sebelah sini, Mr. Jaxx!” Abi pun sama, dia juga sibuk dengan pistol di tangan, menembak siapa saja yang terlihat membahayakan, dan mengikuti ke mana pun Jaxx pergi. Bosnya itu harus tetap di tengah agar aman sampai di luar markas besar. “Mereka ke sana!” terika seorang anak buah Rose. Mendengar itu, Rose yang juga membawa pistol, ikut berlari, menatap setiap sudut dengan awas, dan menyeringai melihat sekelebat orang berlari ke arah kanan, “Aku tahu ke mana mereka pergi.” Meninggalkan anak buahnya dan menuju ke arah lain. “Apa benar ini tempatnya?” tanya Jaxx melihat Bill sibuk membuka pintu. “Hanya ada pintu ini di sini.” Bill mengungkit lagi sekali dan tersenyum saat pintu i

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Kekacauan di markas

    “Bagaimana pun juga aku punya hak di markas ini!!” Rose melempar gelas yang isinya baru saja diminum seteguk saja, “Aku bisa menem bak tempat ini dan membuatnya bisa menjadi abu dalam sekejap mata. Apa kalian ingin melihatnya lebih cepat lagi?” Mengulurkan tangan dan siap menerima pis tol dari anak buahnya. Semua orang jadi gugup, “Ma-maafkan kami, Madam Rose. Mr. Scott sudah memberikan markas besar sepenuhnya kepada Mr. Jaxx, dengan begitu kami tidak berani menerima apa pun permintaan Anda, Mr. Jaxx mengubah beberapa aturan secara tertulis, dan kami tidak mau kehilangan pekerjaan karena kelalaian kami sendiri.” Rose tersenyum sambil menggeleng, “Kalau begitu,” Menopang dagu dan memainkan kakinya sendiri untuk diayun-ayunkan, “di mana harta karun yang ditemukan di lokasi kontruksi? Aku hanya ingin melihatnya saja. Setelah itu aku akan pergi, dan tidak mengganggu tempat ini lagi.” Tersenyum semanis mungkin. Meski begitu, tak ada seorang pun yang berani merendahkannya, apa lagi menata

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Wanita di kursi roda

    Erica merapikan rambutnya, “Bukan itu maksudku, Hans.” Hans tertawa mendengarnya, “Aku bercanda, Erica. Ceritakan tentangmu. Apa yang akan kamu lakukan di Aganta?” Erica lega Hans hanya menggodanya saja, “Aku harus membayar mahal untuk tugas akhir itu, Hans, jadi aku membuat diriku disandera oleh Aganta, aku akan bekerja di sana secara gratis sampai bisa menjual semua karya seni buatanku.” Hans mengangguk, “Itu tidak gratis, kan? Kurasa kamu mengganti kata magang. Aku juga sering ke Aganta, aku akan mengunjungimu kalau ke sana.” “Jangan merepotkan dirimu sendiri, Hans.” Keduanya pun tertawa. Setelah bubur manis itu habis, Erica membayar, dan mengajak Hans pergi, “Aku pulang dulu.” “Aku akan mengantarmu. Bukankah ini masih lumayan jauh?” Hans mengambil semua peralatan seni Erica begitu saja dan memasukkannya ke mobil, “Bagaimana kamu membawa tugas akhirmu? Apa itu besar? Kamu belum menunjukkannya padaku.” Hans menyuruh anak buahnya melajukan mobil. Erica tersenyum, “Aku mengangku

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Lebih dari apa pun

    “Mr. Scott!” Jaxx langsung berlari melihat Scott hampir masuk bandara, “Apa ini?!” Scott terkekeh, “Aku sudah bilang padamu kalau aku ingin pensiun, kan?” “Dengan melarikan diri? Aku bisa membebaskanmu dari wanita sialan itu, tinggal sedikit lagi, Aganta tidak akan dijual ke siapa pun. Meski itu juga berarti aku tidak bisa mengusir Rose, dia tidak akan bertingkah di sini, aku akan melakukan apa pun untuk menaikkan saham kita di sana.” Jaxx berharap bisa merayu Scott, “Tolong, tetaplah di sini.” Scott tersenyum lebar, “Aku hanya berlibur untuk beberapa hari, aku tidak mati atau pergi ke mars, jadi jangan kawatir. Aku akan kembali lagi, Jaxx.” “Kapan? Aku harus tahu kapan pastinya Anda kembali, Mr. Scott.” Andai Jaxx bisa mungkin dia sudah menarik koper-koper yang dibawa anak buah pribadi Scott dan mengajak Scott kembali ke markas inti. “Kau akan mengetahuinya. Berhati-hatilah dengan Rose, kita sama-sama tahu kalau dia selalu menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadinya se

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Semangkuk es krim

    Jaxx, Bill, dan Abi saling melempar pandang, “Siapa?” Jaxx mengurai pelukan itu dan menatap Erica lebih serius. “Pak Johan. Beliau pimpinan Aganta. Bukankah kamu sering ke sini, Jaxx? Aku pikir kamu mengenalnya sampai membuat pengajuanku berjalan sangat lancar tadi.” Melihat wajah Jaxx yang berkecamuk, Erica jadi gugup, “Apa ... kita merayakannya dengan es krim?” Jaxx menoleh ke Bill dan Abi, “Aku beli es krim dengan Erica. Kerjakan tugas kalian.” Merangkul Erica dan ke luar dari Aganta sambil terus mencari Johan. Dia tidak menyangka kalau pria itu sudah berada di Aganta setelah sekian lama dicari-cari ke mana pun. Erica yang terganggu karena Jaxx diam dari tadi, merangkul pria itu lebih erat, “Apa ada sesuatu, Jaxx?” Jaxx tersenyum, “Sesuatu? Tidak ada. Apa memangnya?” Jaxx mendekat ke penjual es krim, “Semangkuk yang spesial untuk perempuan yang spesial.” Penjual tersenyum lebar, “Pasti, Tuan.” Meracik pesanan dengan senang hati. Erica yang mendengar pesanan Jaxx, jadi merona

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Saling menguntungkan

    “Tidak. Untuk apa aku cemburu?” Erica mempercepat memakai pakaian dan meneguk minuman bersoda yang tadi dibelikan Bill. “Malam ini pulanglah ke rumahku.” Jaxx mendekat dan menebuk birnya, “Setelah patungnya didaftarkan ke Aganta, harusnya kau tidak perlu ke kampus, kan? Menemui dosen atau temanmu yang tidak jelas itu.” imbuh Jaxx. Erica menggeleng lagi, “Dengan tetap di sini aku bisa menemukanmu secara tidak sengaja seperti waktu itu. Meski aku tahu kalau kamu bisa mengobrol dengan siapa saja, kejutan yang seperti itu membuatku lebih hidup.” Jaxx terkekeh, “Ucapanmu bisa disimpulkan kalau kamu kesepian setiap di rumahku. Apa tebakku benar?” Erica masih mau menjawab, pintu studio diketuk oleh seseorang, dan dia ke sana untuk membukakannya. “Masuklah!” Ternyata itu Bill, Abi, dan beberapa orang pria, “Tolong berhati-hatilah. Aku akan menangis kalau sampai ada kesalahan.” Jaxx mendekat dan merangkul pinggang Erica, mengawasi patung dinaikkan ke truk, dan mengajak Erica berangkat ke

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Apa kau cemburu?

    Setelah tangan Hans selesai dibersihkan, Rose menyuruh Hans mandi agar bau keringat itu hilang, dan dia membantu Jaxx membuat mi. “Aku mandi dulu.” Scott meninggalkan Rose dan Jaxx di dapur karena tubuhnya juga gerah. Rose pun tersenyum, “Jadi, kau yang mengambil paket itu?” “Paket apa?” Jaxx tak paham. “Kau bilang Hans terjatuh dan kau yang mengejar anjingnya, kan? Kalau Hans sudah mengambil paketnya, untuk apa kamu masih mengejar anjing itu, artinya kau yang berhasil mengejar.” Meliat Jaxx mau menyangkal, Rose bicara lagi, “Aku lebih berpengalaman darimu, Jaxx. Jangan membohongiku. Katakan, kenapa kamu bilang kalah Hans yang mengambilnya?” Jaxx tersenyum, “Dia punya dua sosis di kulkas dan itu cukup adil, kan? Aku tahu apa yang kulakukan, Madam. Jangan kawatir.” Mi yang sudah siap makan, Jaxx membawanya ke ruang makan, dan langsung disantap. Sedangkan Rose pergi sambil tersenyum. Pikiran Jaxx masih sangat dangkal ternyata. Dia ke kamar, menyiapkan pakaian untuk Scott dan duduk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status