Share

Bab 197

Auteur: Zayba Almira
last update Dernière mise à jour: 2025-04-29 21:30:53

Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas.

Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga.

Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara:

> “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.”

Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan.

“Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…”

Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis.

Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Related chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 1

    Clara duduk di mejanya, menatap layar komputernya dengan pandangan kosong. Email dari Kieran itu masih terbuka di layar, subjek yang singkat dan penuh arti: 'Pertemuan Pribadi - Kieran Damaris.' Sesuatu di dalam dirinya terasa berbeda kali ini. Selama dua tahun bekerja di bawah Kieran, Clara sudah terbiasa dengan rapat-rapat rutin, instruksi yang jelas, dan peranannya yang lebih banyak di belakang layar. Tetapi hari ini, ada yang mengusik. Ada ketegangan yang lebih dalam. Tugas-tugas hariannya selalu datang dengan tumpukan file dan jadwal yang padat. Mengatur rapat, mempersiapkan laporan, menyaring email, itu adalah rutinitas yang sudah sangat dikuasainya. Namun, memimpin proyek besar yang melibatkan seluruh tim? Itu sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan. Clara menatap email itu lagi. "Saya ingin kamu memimpin proyek besar ini," kata Kieran dalam pesan singkatnya. Perasaan cemas mulai merayap dalam dirinya. Clara tahu bahwa ini adalah kesempatan yang besar, k

    Dernière mise à jour : 2025-01-29
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 2

    Clara berdiri di depan jendela ruang kerjanya, memandang kota yang sibuk di bawah sana. Udara pagi terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun musim panas sudah mulai mendekat. Tapi itu bukan cuaca yang membuat Clara merasa kedinginan. Pekerjaan. Proyek besar yang diberikan Kieran terus menghantui pikirannya. Setiap detik, setiap pikiran, semuanya berputar di sekitar satu kalimat yang diucapkan oleh Kieran: "Saya ingin kamu memimpin proyek besar ini." Clara menarik napas dalam-dalam dan berbalik, kembali ke mejanya. Tumpukan dokumen dan laporan menanti untuk diselesaikan, tetapi hari ini, segala sesuatunya terasa berbeda. Ada tekanan yang lebih berat daripada biasanya. "Harus bagaimana?" Dia memandangi layar komputernya yang terhampar penuh dengan spreadsheet dan jadwal yang harus dipenuhi. Namun, pikirannya lebih tertuju pada tatapan Kieran yang penuh penilaian, dan kata-kata yang tak bisa ia lupakan. Kieran Damaris, CEO yang selalu tampak tenang dan menguasai segalanya.

    Dernière mise à jour : 2025-01-29
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 3

    Pagi itu, Clara merasa seperti seluruh dunia ada di atas pundaknya. Udara di luar jendela terlihat cerah, tapi di dalam ruang kerjanya, perasaan cemas yang menguasai dirinya begitu berat. 'Proyek ini.' 'Memimpin tim riset.' Semuanya terasa begitu besar. Terlalu besar untuknya. Sejak pertemuan dengan Kieran kemarin, Clara tidak bisa berhenti memikirkan kata-katanya. "Kamu punya potensi lebih." "Saya percaya padamu." Kata-kata itu mengiang dalam kepala Clara, tetapi semakin ia berpikir, semakin dia merasa seperti sedang berjalan di atas tali yang rapuh. Di satu sisi, ada rasa bangga karena Kieran mempercayainya. Tetapi di sisi lain, ada ketakutan yang tak bisa dia hindari—takut gagal, takut tidak memenuhi harapan, dan yang terburuk, takut mengecewakan Kieran. Clara menatap layar komputernya, mencoba untuk fokus pada dokumen yang terhampar di depan mata. Proyek ini adalah peluang besar, tetapi juga tantangan yang menakutkan. Ia harus memimpin tim yang terdiri dari orang-oran

    Dernière mise à jour : 2025-01-29
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 4

    Pagi itu, Clara merasa seolah-olah dunia berjalan lebih cepat dari yang bisa dia kejar. Setelah rapat kemarin dengan Kieran, perasaan yang membebani dirinya belum juga menghilang. Kata-kata Kieran tentang bagaimana dia "memiliki potensi besar" dan "bisa melakukannya" terus terngiang-ngiang di kepala Clara. Namun, meskipun kata-kata itu memberikan dorongan, ada sesuatu yang lain yang semakin menyelimuti dirinya. *Perasaan itu.* Perasaan yang semakin sulit untuk diabaikan. Clara mengatur napasnya dan mencoba untuk fokus pada pekerjaannya. Hari ini, dia memiliki lebih banyak laporan yang harus diselesaikan sebelum rapat besar dengan tim riset. Namun, semakin lama dia duduk di depan komputernya, semakin ia merasakan perasaan lain yang mengusik dirinya. Setiap kali dia memikirkan proyek besar ini, jantungnya mulai berdebar lebih cepat. Bukan hanya karena tanggung jawab yang berat, tetapi karena ada satu sosok yang selalu muncul dalam pikirannya—Kieran. *Kenap

    Dernière mise à jour : 2025-01-30
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 5

    Hari-hari setelah pertemuan dengan Kieran semakin terasa panjang bagi Clara. Setiap kali dia memasuki ruang kerjanya, ada perasaan yang semakin sulit untuk diabaikan. Ketegangan antara dia dan Kieran semakin menguat. Setiap pertemuan, setiap percakapan, terasa lebih intens dari sebelumnya. Clara tahu bahwa hubungan mereka sudah berubah, tetapi dia belum siap untuk menghadapi kenyataan bahwa perasaan ini lebih dari sekadar rasa profesionalisme. Pagi itu, Clara duduk di kursinya, menatap layar laptopnya yang penuh dengan spreadsheet dan laporan. 'Saya harus fokus,' pikirnya. 'Ini bukan saatnya untuk berpikir tentang Kieran.' Namun, semakin dia mencoba untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan, semakin perasaan itu semakin sulit untuk diabaikan. Setiap kali dia menatap layar, pikirannya selalu kembali kepada Kieran—kepercayaan yang diberikan padanya, kata-kata yang terus berputar di kepala Clara, dan yang terpenting, tatapan mata Kieran yang penuh perhatian, yang selalu membuat

    Dernière mise à jour : 2025-01-30
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 6

    Clara duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang memantulkan cahaya putih yang dingin. Pekerjaan menumpuk di mejanya, tetapi pikirannya jauh dari spreadsheet dan laporan yang harus diselesaikan. Tatapan matanya kosong, fokusnya terbagi antara pekerjaan yang harus segera selesai dan perasaan yang semakin menguasai dirinya. 'Apa yang saya lakukan?' Clara menggosok wajahnya dengan telapak tangan, mencoba untuk mengusir rasa cemas yang menggelayuti dirinya. Proyek besar yang diberikan oleh Kieran adalah kesempatan emas yang tidak bisa disia-siakan. Namun, semakin dia tenggelam dalam pekerjaan, semakin terasa bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya yang mengintai di balik semua itu—perasaan yang berkembang untuk Kieran. Clara menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. 'Ini bukan waktu untuk itu.' Dia harus tetap fokus, menyelesaikan laporan yang harus diserahkan minggu depan. Namun, di balik pikirannya yang berputar-putar, ada

    Dernière mise à jour : 2025-01-31
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 7

    Clara duduk di ruang kerjanya, menghadap layar komputer yang penuh dengan angka-angka dan laporan yang harus segera diselesaikan. Namun, meskipun semuanya tampak seperti pekerjaan biasa, perasaan yang menggelayuti dirinya semakin sulit untuk dihindari. Apa yang terjadi pada saya?' Clara bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'Kenapa rasanya semakin sulit untuk fokus?' Dia sudah berusaha keras untuk menekan perasaan itu, untuk tetap menjaga jarak profesional dengan Kieran. Namun, setiap kali mereka berbicara, setiap kali Kieran memberikan arahan, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan yang terasa begitu jelas. Tatapan matanya yang tajam, kata-kata yang penuh harapan, bahkan senyum tipis yang terkadang muncul di wajahnya—semua itu membuat Clara merasa semakin terperangkap. ' 'Apakah ini hanya perasaan saya, atau apakah ada sesuatu yang lebih?' Clara menghela napas panjang dan kembali menatap laporan yang harus diselesaikannya. 'Ini bukan waktunya untuk berpikir t

    Dernière mise à jour : 2025-01-31
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 8

    Clara duduk di ruang kerjanya, menatap tumpukan pekerjaan di mejanya. Hari itu, tugasnya semakin berat. Namun, meskipun dia mencoba fokus pada laporan yang harus diselesaikan, pikirannya terus melayang. 'Kieran.' Perasaan itu semakin kuat dan semakin sulit untuk diabaikan. Setiap kali dia memikirkan Kieran, ada campuran perasaan—rasa hormat yang mendalam, ketertarikan yang semakin besar, dan kebingungan yang tak terucapkan. 'Kenapa saya harus merasa seperti ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Saya seharusnya bisa mengendalikan diri.' Tapi semakin lama dia bekerja dengan Kieran, semakin dia merasa terperangkap. Setiap kali mereka berbicara, setiap kali mereka bertemu, ada ketegangan yang tak bisa dihindari. Clara berusaha keras untuk tetap profesional, tetapi perasaan itu semakin kuat, semakin menguasai dirinya. Ponselnya bergetar di atas meja, memecah keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya. Sebuah pesan dari Kieran. "Clara, kita perlu bertemu lagi setel

    Dernière mise à jour : 2025-02-01

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 195

    Langit sore mulai berubah jingga ketika Kieran berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya. Matanya menatap jauh, namun pikirannya sibuk memutar ulang percakapan terakhir dengan Clara. Wajah gadis itu, dengan tatapan penuh keteguhan dan luka yang tersembunyi, terus membayanginya.Pintu diketuk pelan. Kieran membalikkan tubuhnya. Clara masuk dengan langkah hati-hati, membawa sebuah map berisi dokumen yang diminta Kieran siang tadi."Ini berkas laporan keuangan yang Anda minta," ucap Clara, menyerahkan map itu dengan tatapan profesional, tapi mata mereka sempat bertaut, dan keheningan sesaat menyergap.Kieran menerima map itu tanpa membuka, justru menatap Clara lebih lama dari yang seharusnya. "Kamu masih marah padaku?"Clara terdiam. Hembusan napasnya terdengar jelas di ruangan senyap itu. "Aku tidak marah. Aku hanya... belajar menjaga jarak.""Karena aku menyakitimu?" suara Kieran rendah, tapi jujur. "Karena aku terlalu pengecut untuk mengakui apa yang aku rasakan lebih awal?"Clar

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 194

    Pagi berikutnya, matahari memantul cerah di permukaan laut, menandai awal tugas baru bagi Clara dan Kieran—meski keduanya masih tersisa sisa euforia bulan madu. Sebuah perahu nelayan kecil siap melaju menuju titik koordinat X4Y7, tempat Aretha mendeteksi residu laboratorium bawah laut.Clara mengenakan wetsuit biru gelap, ia menarik napas dalam melihat ombak yang menari-nari. “Kamu yakin siap?” tanya Kieran, merapikan snorkel di wajahnya.Clara membalas senyum, “Seperti biasa—bersamamu, aku siap.”Mereka menyelam bersama dua teknisi biologi dan satu penyelam penyelamat. Di kedalaman sepuluh meter, aria bawah laut memikat—karang warna-warni, ikan tropis berkelompok, tetapi semakin jauh mereka menjelajah, air tiba-tiba mendingin dan kerang-kerangan berlumut memudar.Aretha memancarkan sinyal: “Clara, sorot lampu di sebelah kanan, koordinat 10.672°N, 123.456°E. Ada struktur logam.”Di antara terumbu, nampak puing-puing rangka baja—pintu laboratorium kecil setengah terkubur, kaca panel

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 193

    Udara sore terasa lebih hangat daripada biasanya. Di teras rumah besar itu, suara tawa kecil terdengar sesekali, membaur dengan aroma teh hangat dan kudapan yang baru saja disajikan.Angel duduk di samping Harry, menatap halaman depan yang kini penuh bunga musim semi bermekaran. Di antara mereka, Arka dan Naya sibuk bermain dengan puzzle besar di lantai kayu. Setiap tawa dan teriakan kecil anak-anak itu terasa seperti melengkapi kehidupan baru yang kini mulai tertata."Aku masih merasa ini semua seperti mimpi," kata Angel, menggenggam cangkir teh di tangannya. "Semua berubah begitu cepat."Harry menoleh, menatap wajah Angel dengan penuh kasih. "Kadang-kadang, hidup memang suka memberi kejutan," ujarnya lembut. "Tapi aku bersyukur kejutan itu membawamu ke hidupku."Angel tersenyum malu, pipinya bersemu merah. Ia tahu, segala luka masa lalu perlahan mulai sembuh. Ia tak lagi sendirian. Ia memiliki mereka—Harry, Arka, dan Naya. Sebuah keluarga yang ia impikan, kini menjadi nyata.Tak j

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 192

    Persiapan pernikahan Clara dan Kieran berjalan jauh lebih sibuk daripada yang mereka bayangkan. Sejak pagi, apartemen kecil mereka dipenuhi dengan tumpukan undangan, contoh dekorasi, hingga kain-kain gaun yang dipilih Clara dengan penuh semangat.Di ruang tamu, Lena sedang membolak-balik katalog kue sambil sesekali mengunyah biskuit. Sementara Victor dan Kieran sibuk memasang lampu-lampu gantung kecil yang akan digunakan untuk pesta kebun di hari pernikahan mereka."Aku masih tidak percaya Kieran yang biasanya dingin itu sekarang rela mengurusi lampu-lampu dan pita," ejek Victor, tertawa sambil mengangkat sebelah alis.Kieran hanya mendengus tanpa menoleh. "Semua ini untuk Clara. Jangan iri."Victor tertawa lebih keras, membuat Lena ikut tergelak. Clara, yang dari tadi duduk di lantai sambil menulis daftar tamu, hanya menggelengkan kepala dengan senyum penuh kasih.Suasana menjadi hangat. Tidak ada tekanan, tidak ada ketakutan akan masa lalu—hanya orang-orang yang mereka cintai berk

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Ba 191

    Pagi itu, langit tampak jauh lebih cerah dibanding hari-hari sebelumnya. Setelah semua kekacauan berakhir, Clara dan Kieran akhirnya bisa menghirup udara kebebasan yang selama ini terasa begitu jauh dari jangkauan.Mereka berdiri di balkon apartemen sederhana yang baru mereka sewa, memandang kota yang perlahan-lahan kembali normal. Hiruk-pikuk suara mobil, burung-burung yang terbang melintasi gedung-gedung tinggi, dan aroma kopi dari kafe di bawah membuat suasana terasa... hidup.Clara menyandarkan kepalanya di bahu Kieran. Hening sesaat di antara mereka tidaklah canggung; justru terasa hangat, seperti pelukan yang tidak pernah berakhir."Aku masih seperti bermimpi," bisik Clara, menutup matanya. "Semua ini... rasanya terlalu indah untuk nyata."Kieran melingkarkan lengannya lebih erat di pinggang Clara. "Ini nyata, Clara. Kita berhasil. Kamu berhasil."Clara tersenyum kecil, mengangkat wajahnya menatap pria yang kini menjadi dunianya. Ada luka di sudut bibir Kieran—bekas perkelahi

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 190

    Senja menyelimuti langit dengan semburat oranye keemasan ketika Clara dan Kieran melangkah keluar dari vila tua tempat mereka bersembunyi sementara. Angin sore membawa aroma laut dan tanah basah, membungkus keduanya dalam keheningan yang berat namun penuh tekad.Clara menggenggam erat tangan Kieran. Meskipun rasa takut masih membayangi, kini ada kekuatan baru dalam dirinya. Ia bukan lagi gadis yang mudah goyah seperti dulu; terlalu banyak yang telah mereka lalui bersama. Ia tahu, langkah mereka ke depan penuh risiko, tapi inilah satu-satunya jalan."Kamu yakin ini jalannya, Kieran?" tanya Clara pelan, suaranya hampir tenggelam dalam desau angin.Kieran menatap jauh ke depan, ke arah cakrawala. "Aku yakin, Clara. Ini satu-satunya cara untuk mengakhiri semuanya."Mereka naik ke dalam mobil hitam sederhana yang telah disiapkan. Dalam perjalanan menuju markas musuh, Kieran membeberkan rencana terakhirnya—rencana yang penuh keberanian sekaligus bahaya."Kita akan menyerahkan sesuatu yang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 189

    Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya. Langit tertutup awan, menelan cahaya bulan dan bintang, seolah menandakan malam penuh bahaya yang sedang menanti.Kieran mengenakan pakaian serba hitam. Di belakangnya, Liam dan dua orang kepercayaan lainnya, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Mereka bertemu di sebuah gudang tua di pinggir kota — tempat yang disepakati untuk pertemuan rahasia itu.Clara hanya bisa menatap kepergian mereka dari balik jendela, hatinya dipenuhi doa dan kekhawatiran. Tapi ia tahu, ini bukan saatnya untuk melemah."Jagalah dia, Tuhan..." bisiknya pelan, seolah angin malam bisa menyampaikannya langsung pada KieranKieraGudang itu sunyi saat Kieran tiba. Hanya suara angin yang mendesir di antara celah kayu lapuk.Kieran mengangkat tangan, memberi isyarat pada timnya untuk tetap waspada. Langkahnya mantap, tak menunjukkan sedikit pun keraguan meski setiap instingnya berteriak tentang kemungkinan jebakan.Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki. Seorang pri

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status