Share

Bab 6

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-01-31 16:03:32

Clara duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang memantulkan cahaya putih yang dingin. Pekerjaan menumpuk di mejanya, tetapi pikirannya jauh dari spreadsheet dan laporan yang harus diselesaikan.

Tatapan matanya kosong, fokusnya terbagi antara pekerjaan yang harus segera selesai dan perasaan yang semakin menguasai dirinya.

'Apa yang saya lakukan?' Clara menggosok wajahnya dengan telapak tangan, mencoba untuk mengusir rasa cemas yang menggelayuti dirinya.

Proyek besar yang diberikan oleh Kieran adalah kesempatan emas yang tidak bisa disia-siakan.

Namun, semakin dia tenggelam dalam pekerjaan, semakin terasa bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya yang mengintai di balik semua itu—perasaan yang berkembang untuk Kieran.

Clara menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. 'Ini bukan waktu untuk itu.'

Dia harus tetap fokus, menyelesaikan laporan yang harus diserahkan minggu depan. Namun, di balik pikirannya yang berputar-putar, ada satu hal yang tidak bisa dia hindari: 'hubungan mereka semakin rumit.'

Setiap kali dia bertemu dengan Kieran, setiap kali mereka berbicara tentang pekerjaan atau proyek, ada ketegangan yang tak bisa dijelaskan.

Apakah dia juga merasakannya?' Clara tidak tahu jawabannya. Tapi yang dia tahu adalah, setiap kali Kieran menatapnya dengan mata yang penuh perhatian, hatinya berdebar lebih cepat.

'Kenapa saya merasa seperti ini?' Ada sesuatu yang lebih dari sekadar profesionalisme yang terbangun di antara mereka, dan Clara tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.

Ponselnya berbunyi, menariknya keluar dari lamunannya. Sebuah pesan singkat dari Kieran.

"Clara, saya ingin bertemu denganmu untuk membahas kemajuan proyek. Ayo ke ruang rapat jam 2 siang."

Clara menatap pesan itu beberapa detik. 'Jam 2 siang?' Tanpa berpikir panjang, dia langsung menjawab.

"Tentu, Pak. Saya akan siap."

Setelah beberapa jam yang penuh dengan rapat dan pertemuan, Clara berjalan menuju ruang rapat dengan langkah yang terasa lebih berat dari biasanya.

Jantungnya berdebar lebih cepat, dan meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, perasaan yang semakin kuat terhadap Kieran semakin sulit untuk dihindari.

Di luar ruang rapat, Clara menatap pintu yang seolah-olah menunggu untuk membukakan jalan ke dalam ruangan yang penuh ketegangan.

Dia menarik napas dalam-dalam dan mengetuk pintu dengan hati-hati.

Begitu pintu terbuka, dia langsung melihat Kieran duduk di ujung meja besar, seperti biasa, dengan ekspresi serius yang menghiasi wajahnya.

Tetapi ada sesuatu yang berbeda hari ini. Mata Kieran tampak lebih tajam dari biasanya, seolah-olah dia sedang menunggu Clara untuk mengatakan sesuatu yang lebih dari sekadar laporan.

"Kamu datang tepat waktu," kata Kieran, suaranya tetap tenang, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam nada bicara itu. "Ayo duduk."

Clara duduk di kursi yang disediakan dan membuka laptopnya. Matanya tidak bisa lepas dari Kieran, yang duduk di seberangnya. Ada ketegangan yang terasa begitu nyata di udara, dan Clara merasa seolah-olah dia sedang diuji. 'Apakah saya sudah siap?'

Kieran memulai percakapan, tetapi ada ketegangan yang tak terucapkan antara mereka. "Clara," kata Kieran, matanya yang tajam tetap terfokus padanya, "Saya ingin melihat lebih banyak dari proyek ini.

Kemajuan yang kamu buat sudah bagus, tetapi saya ingin kamu mempercepat semuanya. Waktu kita semakin sempit."

Clara mengangguk, mencoba untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdebar kencang. "Tentu, Pak. Saya akan pastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

Kieran mengamati Clara sejenak, seolah ingin melihat reaksi lebih dalam darinya.

"Saya tahu kamu bisa melakukannya, Clara," katanya dengan nada yang lebih lembut. "Kamu sudah menunjukkan banyak kemajuan, dan saya percaya padamu."

Kata-kata itu—'Saya percaya padamu'—terasa berat di hati Clara.

'Mengapa rasanya seperti ini?' Setiap kali Kieran berbicara seperti itu, Clara merasa semakin terjebak antara rasa hormatnya kepada Kieran dan perasaan lain yang semakin sulit untuk ditekan.

"Terima kasih, Pak," jawab Clara, berusaha untuk tidak menunjukkan perasaan yang semakin menguasai dirinya.

"Saya akan bekerja lebih keras untuk memastikan kita bisa menyelesaikan proyek ini tepat waktu."

Kieran tersenyum tipis, senyum yang selalu membuat Clara merasa seperti ada lebih banyak yang tersembunyi di balik ekspresi wajahnya. "Saya tahu kamu bisa, Clara. Tapi ingat, jangan hanya bekerja keras—bekerjalah dengan cerdas."

Setelah beberapa detik yang penuh ketegangan, Kieran berdiri, menatap Clara dengan penuh perhatian.

"Saya ingin kamu memimpin tim ini dengan lebih percaya diri. Kamu punya kemampuan itu, Clara. Jangan biarkan keraguan menghalangi kamu."

Clara menelan ludah, mencoba untuk menjaga ekspresi wajahnya tetap netral. 'Lebih percaya diri?'

Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya, dan meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, perasaan yang semakin kuat untuk Kieran tak bisa dia hindari.

'Apakah dia melihat saya hanya sebagai profesional, atau ada sesuatu yang lebih?'

Setelah rapat selesai, Clara kembali ke ruang kerjanya dengan langkah yang lebih berat dari biasanya.

Pekerjaan menumpuk di mejanya, tetapi pikirannya terus kembali pada pertemuan tadi. Kata-kata Kieran terus berputar dalam kepalanya, "Saya percaya padamu."

Dan meskipun Clara berusaha menenangkan dirinya, perasaan itu semakin kuat. 'Kenapa dia mempercayai saya begitu banyak? Apa yang sebenarnya dia lihat dalam diri saya?'

Clara mencoba untuk menenangkan diri, tetapi perasaan yang semakin menggelayuti dirinya terus mengganggu fokusnya.

'Dia melihat saya lebih dari sekadar asisten, kan?' Setiap kali mereka berbicara, setiap kali mereka bertemu, ada ketegangan yang semakin sulit untuk diabaikan.

'Apakah ini hanya saya yang merasa seperti ini, atau adakah sesuatu yang Kieran rasakan juga?'

Ponselnya berbunyi lagi, menariknya keluar dari lamunannya. Sebuah pesan singkat dari Kieran.

"Clara, kita perlu berdiskusi lebih lanjut tentang proyek ini. Bisakah kita bertemu setelah jam kerja?"

Clara menatap pesan itu sejenak, perasaan cemas kembali datang menghampiri. 'Apa yang dia inginkan sebenarnya?'

Meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, perasaan yang semakin kuat untuk Kieran tidak bisa dihindari.

Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya. 'Tidak ada waktu untuk ragu.'

Clara tahu bahwa proyek ini adalah kesempatan besar, dan dia harus membuktikan dirinya. Namun, semakin dia berusaha untuk menahan perasaan itu, semakin perasaan itu semakin menguasai dirinya.

Setelah jam kerja berakhir, Clara kembali berjalan menuju ruang kerja Kieran. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah-olah dia sedang menuju ke sesuatu yang lebih besar dari dirinya.

Ketegangan di dalam dirinya semakin meningkat. *Apa yang akan terjadi kali ini?*

Ketika Clara mengetuk pintu dan memasuki ruang kerja Kieran, dia melihat Kieran berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke kota.

Pemandangan luar ruangan terlihat indah, tetapi Clara tahu bahwa apa yang sedang terjadi di dalam ruangan ini jauh lebih rumit.

"Kamu datang tepat waktu," kata Kieran, suaranya lebih lembut kali ini, meskipun tetap ada wibawa dalam nada bicaranya. "Ayo duduk."

Clara duduk di kursi yang disediakan, tetapi kali ini ada perasaan yang semakin kuat. *Ini bukan hanya tentang pekerjaan lagi, kan?*

Kieran menatapnya dengan serius, tetapi ada kehangatan yang tak biasa dalam tatapannya. "Clara," katanya, "Saya ingin kamu tahu bahwa saya tidak hanya melihatmu sebagai asisten. Saya percaya kamu bisa lebih dari itu."

Clara menelan ludah, berusaha untuk menjaga ketenangannya. "Terima kasih, Pak," jawab Clara dengan suara yang sedikit gemetar. "Saya akan berusaha lebih baik lagi."

Kieran melangkah lebih dekat, dan Clara bisa merasakan jarak di antara mereka yang semakin dekat. "Saya tahu kamu bisa," katanya lagi, dengan suara yang lebih dalam, lebih serius. "Saya ingin kamu tahu bahwa saya ada di sini untuk mendukungmu, Clara."

Clara merasa perasaan yang semakin tak terkendali. 'Apa yang terjadi antara kami?'

'Apa yang sebenarnya saya rasakan?' Tetapi meskipun dia berusaha untuk menahan perasaan itu, dia tahu satu hal—'semakin lama dia berada di dekat Kieran, semakin sulit untuk menjaga jarak antara pekerjaan dan perasaan yang semakin berkembang.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 7

    Clara duduk di ruang kerjanya, menghadap layar komputer yang penuh dengan angka-angka dan laporan yang harus segera diselesaikan. Namun, meskipun semuanya tampak seperti pekerjaan biasa, perasaan yang menggelayuti dirinya semakin sulit untuk dihindari. Apa yang terjadi pada saya?' Clara bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'Kenapa rasanya semakin sulit untuk fokus?' Dia sudah berusaha keras untuk menekan perasaan itu, untuk tetap menjaga jarak profesional dengan Kieran. Namun, setiap kali mereka berbicara, setiap kali Kieran memberikan arahan, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan yang terasa begitu jelas. Tatapan matanya yang tajam, kata-kata yang penuh harapan, bahkan senyum tipis yang terkadang muncul di wajahnya—semua itu membuat Clara merasa semakin terperangkap. ' 'Apakah ini hanya perasaan saya, atau apakah ada sesuatu yang lebih?' Clara menghela napas panjang dan kembali menatap laporan yang harus diselesaikannya. 'Ini bukan waktunya untuk berpikir t

    Last Updated : 2025-01-31
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 8

    Clara duduk di ruang kerjanya, menatap tumpukan pekerjaan di mejanya. Hari itu, tugasnya semakin berat. Namun, meskipun dia mencoba fokus pada laporan yang harus diselesaikan, pikirannya terus melayang. 'Kieran.' Perasaan itu semakin kuat dan semakin sulit untuk diabaikan. Setiap kali dia memikirkan Kieran, ada campuran perasaan—rasa hormat yang mendalam, ketertarikan yang semakin besar, dan kebingungan yang tak terucapkan. 'Kenapa saya harus merasa seperti ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Saya seharusnya bisa mengendalikan diri.' Tapi semakin lama dia bekerja dengan Kieran, semakin dia merasa terperangkap. Setiap kali mereka berbicara, setiap kali mereka bertemu, ada ketegangan yang tak bisa dihindari. Clara berusaha keras untuk tetap profesional, tetapi perasaan itu semakin kuat, semakin menguasai dirinya. Ponselnya bergetar di atas meja, memecah keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya. Sebuah pesan dari Kieran. "Clara, kita perlu bertemu lagi setel

    Last Updated : 2025-02-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 9

    Clara berjalan dengan langkah yang terasa lebih berat dari biasanya menuju ruang kerjanya. Hari ini, semua terasa seperti tantangan. Setiap detik yang berlalu semakin menguatkan perasaan yang telah dia coba untuk tekan. 'Perasaan itu semakin sulit untuk dihindari.' Setiap kali dia bertemu dengan Kieran, setiap kali mereka berbicara tentang pekerjaan, ada sesuatu yang lebih—sesuatu yang melampaui batas profesional yang selama ini mereka jaga. 'Kenapa saya merasa seperti ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri, berusaha mencari jawaban yang tidak kunjung datang. 'Saya harus bisa mengendalikan diri. Ini hanya pekerjaan.' Namun, meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada laporan dan tugas yang ada di mejanya, Clara tahu bahwa ada hal yang lebih besar yang harus dihadapi. Perasaan yang semakin kuat terhadap Kieran tidak bisa lagi disangkal. Setiap tatapan, setiap senyum yang dia berikan, semakin membuat Clara merasa semakin terperangkap. 'Apa yang akan terjadi jika sa

    Last Updated : 2025-02-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 10

    Clara duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar komputer yang penuh dengan laporan dan data yang harus segera diselesaikan. Namun, meskipun tugas-tugas itu menumpuk di mejanya, pikirannya tidak bisa berhenti berputar pada satu hal—Kieran. 'Kenapa saya terus memikirkan dia?' Clara bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'Apa yang terjadi padaku?' Meskipun dia berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaan, setiap kali dia melihat Kieran, perasaan itu semakin kuat. Setiap kata yang dia ucapkan, setiap tatapan yang dia berikan, semakin membuat Clara merasa terperangkap dalam perasaan yang tak terucapkan. 'Apa yang sebenarnya dia inginkan dariku?' Clara tidak tahu jawabannya, tetapi yang dia tahu adalah semakin lama dia berusaha untuk menjaga jarak, semakin perasaan itu semakin sulit untuk ditekan. 'Saya harus mengendalikan diri,' Clara memutuskan, meskipun suara di dalam hatinya terus berteriak bahwa dia tidak bisa lagi mengabaikan perasaannya. 'Ini bukan waktu u

    Last Updated : 2025-02-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 11

    Clara berdiri di depan cermin di ruang kerjanya, menatap refleksinya dengan mata yang kosong. Hari itu, perasaannya terasa lebih berat dari sebelumnya. 'Apa yang saya lakukan?' Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya. 'Apa yang sebenarnya saya rasakan terhadap Kieran?' Setiap kali dia berada di dekat Kieran, perasaan yang semakin kuat itu semakin sulit untuk dihindari. Setiap kata yang dia ucapkan, setiap tatapan yang dia berikan, semakin membuat Clara merasa terperangkap dalam perasaan yang tak terucapkan. Apa yang sebenarnya saya rasakan?' Clara bertanya pada dirinya sendiri, tetapi jawabannya tak kunjung datang. 'Saya harus bisa mengendalikan diri,' Clara memutuskan, meskipun suara di dalam hatinya terus berteriak bahwa dia tidak bisa lagi mengabaikan perasaannya. 'Ini bukan waktu untuk perasaan. Ini tentang pekerjaan.' Namun, meskipun dia berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaan, perasaan itu semakin mendalam. Ponselnya berbunyi

    Last Updated : 2025-02-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 12

    Clara duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar komputer yang kosong. Pekerjaan yang menumpuk di mejanya seolah tak ada artinya dibandingkan dengan kerumitan perasaan yang tengah menguasainya. 'Apa yang harus saya lakukan?' Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari jawaban yang tak kunjung datang. Kata-kata Kieran masih terus terngiang di kepalanya. “Saya tertarik padamu, Clara. Lebih dari sekadar pekerjaan. Saya ingin tahu apakah kamu merasakan hal yang sama.” Meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, Clara tahu bahwa hatinya tidak bisa lagi disembunyikan. 'Saya tidak bisa terus mengabaikan ini.' Perasaan yang semakin kuat terhadap Kieran terus menggema di dalam dirinya, dan semakin dia mencoba untuk menahannya, semakin perasaan itu menguasainya. 'Tapi bagaimana dengan pekerjaan saya?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Apa yang akan terjadi jika saya memilih untuk mengikuti perasaan ini?' Ponselnya berbunyi, memecah keheningan yang menyelimuti

    Last Updated : 2025-02-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 13

    Hari itu, Clara merasa seperti dunia di sekitarnya berputar lebih cepat dari biasanya. Setiap detik, setiap langkah, seolah mengingatkannya pada keputusan besar yang harus segera dia buat. 'Apa yang saya harus lakukan?' Perasaan itu semakin kuat, semakin tak terhindarkan. Tatapan Kieran yang penuh perhatian dan kata-kata yang semakin mendalam hanya menambah kebingungannya. 'Saya harus fokus pada pekerjaan.' Clara berusaha meyakinkan dirinya sendiri, tetapi semakin ia berusaha untuk menekan perasaan itu, semakin perasaan itu menguasainya. 'Apa yang akan terjadi jika saya memilih untuk mengikuti perasaan ini? Apa yang akan terjadi pada karier saya?' Ponselnya berbunyi, memecah keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya. Sebuah pesan singkat dari Kieran. "Clara, kita perlu berbicara lagi. Saya ingin tahu keputusanmu. Bisakah kita bertemu setelah jam kerja?" Clara menatap pesan itu, merasa detak jantungnya semakin cepat. 'Keputusan saya?' Setiap kata yang keluar dari

    Last Updated : 2025-02-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 14

    Clara duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar komputer yang kosong. 'Apa yang harus saya lakukan?' Pikirannya berputar-putar, terjebak dalam kebingungannya. Setiap detik terasa semakin berat. 'Keputusan itu semakin dekat.' Setiap kata dari Kieran, setiap tatapan yang penuh makna, semakin membuatnya merasa semakin terperangkap dalam perasaan yang semakin tak terhindarkan. Di luar, langit mulai gelap, dan suara hujan yang mulai turun pelan menambah kesunyian yang mengelilinginya. Clara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, tetapi semakin dia mencoba untuk menahan perasaan itu, semakin perasaan itu menguasainya. 'Kenapa saya merasa seperti ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Apa yang saya rasakan sebenarnya?' Ponselnya bergetar, memecah keheningan. Sebuah pesan dari Kieran. "Clara, saya ingin berbicara lagi. Kita perlu membahas keputusan ini. Mari bertemu setelah jam kerja." Clara menatap pesan itu, detak jantungnya semakin cepat. 'Ke

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 142

    Pagi berikutnya, Clara tiba lebih awal di kantor. Pagi itu terasa berbeda. Semua terasa lebih sunyi, lebih hening. Hanya ada suara langkah kakinya yang menggema di sepanjang lorong kantor. Meskipun seluruh dunia terasa sama, ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Perasaan yang dia rasakan sejak pertemuannya dengan Kieran kemarin semakin menggelora. Kata-kata Kieran terngiang di telinganya, memutar ulang setiap detil percakapan mereka. Aku sangat menghargaimu lebih dari yang kamu bayangkan.Kalimat itu mengusik pikirannya, membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya dimaksud Kieran. Apa benar kata-kata itu hanya sekedar ungkapan dukungan profesional? Ataukah ada lebih banyak yang ingin ia sampaikan? Clara berusaha mengalihkan pikirannya dengan menatap layar komputernya, berharap pekerjaan yang menumpuk bisa membuatnya fokus kembali. Namun, ada sesuatu yang menghalangi pikirannya—keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang Kieran. Perasaan itu semakin sulit untuk dibendung.

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 141

    Clara menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri setelah pertemuan tadi. Semua rasanya semakin rumit. Di satu sisi, dia merasa semakin terikat dengan Kieran, tapi di sisi lain, perasaan cemas terus menghantui dirinya. Apakah dia mampu menghadapi semua ini? Apakah dia bisa tetap menjaga profesionalismenya di tengah perasaan yang semakin kuat?Setelah pertemuan yang intens tadi, Clara merasa seolah-olah dunia di sekitarnya tiba-tiba bergerak lebih cepat. Kieran, CEO yang sangat karismatik dan penuh pesona, sudah cukup membuatnya merasa terombang-ambing. Namun, ada satu hal yang membuatnya merasa terjebak dalam perasaan yang semakin dalam: Kieran tak pernah ragu menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya.Dan itu yang membuat Clara bingung.Di luar kantor, dia berusaha menjaga jarak, namun dalam setiap interaksi yang mereka miliki, ada semacam kedekatan yang tak bisa dia hindari. Clara merasa seperti berada dalam perangkap antara hati dan kewajiban profesionalnya.Seusai p

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 140

    Keputusan yang diambil Clara beberapa hari lalu masih terus menghantuinya. Meskipun Kieran sudah memberikan ruang dan waktu baginya untuk berpikir, hatinya tidak bisa menenangkan diri. Setiap detik yang berlalu terasa berat, penuh dengan pertanyaan yang menggantung di benaknya. Apakah mereka benar-benar siap untuk menjalani hubungan ini? Apakah mereka bisa menghindari masalah yang mungkin muncul, terutama di tempat kerja mereka yang penuh dengan tekanan dan harapan tinggi?Hari itu, Clara duduk di meja kerjanya, menatap layar komputer tanpa benar-benar melihat apa yang tertulis di sana. Pikirannya melayang, berulang kali kembali pada percakapan terakhirnya dengan Kieran. Ada sesuatu tentang lelaki itu yang membuat Clara merasa nyaman, merasa diterima, dan itu sangat jarang dia rasakan. Namun, ada juga rasa takut yang tak terelakkan—takut akan kehilangan kontrol, takut akan mengorbankan sesuatu yang lebih besar dari perasaan mereka berdua.Kieran muncul di pintu kantor Clara, me

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 139

    Pagi itu Clara merasakan ada yang berbeda. Meskipun hari-harinya dipenuhi dengan rapat dan tenggat waktu yang ketat, ada sesuatu dalam udara yang membuatnya merasa lebih waspada. Tidak ada yang dapat dia ungkapkan, namun perasaan itu mengendap dalam hati, menyesakkan. Kieran datang lebih pagi dari biasanya, dan itu membuat Clara penasaran. Ada yang aneh, ada ketegangan yang tidak bisa dia hilangkan meskipun mereka sudah berusaha untuk menjaga semuanya tetap profesional.Hari ini, meskipun rapat dimulai seperti biasa, ada suasana yang berbeda di antara mereka. Kieran duduk di meja yang biasa, matanya tidak langsung beralih ke Clara. Namun, ketika rapat berakhir, matanya bertemu dengan Clara dalam sekejap—penuh makna. “Kita perlu bicara,” ucap Kieran, suara rendah namun tegas.Clara mengangguk, merasa ada sesuatu yang penting yang perlu diungkapkan. Tanpa kata-kata lebih lanjut, mereka berjalan keluar dari ruang rapat, menuju ke ruang yang lebih pribadi. Ketika pintu tertutup, Cla

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 138

    Clara duduk di meja kantornya, jari-jarinya bermain dengan pena sambil matanya terfokus pada layar komputer. Kerjaannya terasa begitu membebani, tapi dia tahu ini adalah pilihan yang telah dia buat. Proyek besar yang dihadapi Kieran dan perusahaan mereka tidak bisa dianggap remeh. Namun, Clara merasakan ada sesuatu yang lebih dalam yang mengikat dirinya dengan Kieran.Pikirannya terus berputar tentang percakapan mereka semalam. Kieran—yang tampak dingin dan profesional—ternyata memiliki sisi lain yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Sesekali, tatapan Kieran yang tajam dan penuh tekanan, mengarah padanya, namun malam itu, dia menunjukkan sisi manusiawi yang lebih lembut. Apa yang membuatnya berubah? Ataukah Clara yang mulai melihat Kieran dengan cara yang berbeda?Keringat mulai terasa di pelipisnya. Fokusnya terganggu oleh detak jantung yang terasa lebih cepat dari biasanya. Clara menutup matanya sesaat, mencoba menenangkan diri. Dia harus tetap profesional. Tidak boleh ada ru

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 137

    Pagi hari datang dengan cerah, meski langit di luar masih menampakkan sisa-sisa hujan semalam. Clara duduk di meja makan, menatap secangkir kopi yang sudah hampir dingin. Hari ini, suasana hatinya berbeda. Ada perasaan campur aduk—kekhawatiran, ketegangan, dan juga sedikit harapan.Ponselnya bergetar di atas meja. Clara melihat nama Kieran muncul di layar. Dengan cepat, ia mengangkat telepon itu, tak ingin menunda pembicaraan lebih lama lagi.“Clara,” suara Kieran terdengar langsung di telinganya, tegas namun lembut. “Aku ingin kita bertemu. Ada yang perlu dibicarakan lebih lanjut.”“Dimana?” tanya Clara, suaranya terdengar tegas meskipun hatinya masih bergejolak. Ada perasaan cemas, tapi dia tahu, ini saat yang penting. Tak ada lagi waktu untuk ragu.“Di tempat yang aman,” jawab Kieran singkat. “Aku akan menjemputmu dalam satu jam.”Clara mengangguk, meskipun Kieran tidak bisa melihatnya. Setelah menutup telepon, ia berdiri dan berjalan ke kamar tidurnya. Memandang ke sekelilingnya

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 136

    Malam itu, Clara merasa terjaga lebih lama dari biasanya. Pikiran tentang Kieran dan pembicaraan mereka sebelumnya masih menghantuinya. Setiap kata yang diucapkan Kieran menggema dalam pikirannya, dan dia tak bisa menyingkirkan perasaan bahwa situasi yang mereka hadapi jauh lebih rumit dan berbahaya daripada yang dia kira.Di luar jendela kamarnya, suara hujan mulai terdengar. Rintikannya halus, namun bisa meresap ke dalam hati yang tengah gelisah. Clara menarik selimutnya lebih erat, namun tidur masih belum datang juga. Tak tahu harus berbuat apa, dia pun bangkit dan berjalan ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat.Saat air mendidih dan aroma teh mulai tercium, Clara duduk di meja makan, membiarkan pikirannya mengembara. Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Apa yang sebenarnya Kieran sembunyikan darinya? Mengapa dia begitu yakin bahwa Clara bisa terlibat lebih jauh dalam bahaya ini? Dan yang paling penting, siapa orang-orang yang mereka hadapi? Kenapa Kieran begitu ke

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 135

    Setelah pertemuan pagi itu, Clara merasa seolah ada sebuah perubahan yang tak bisa ia ungkapkan. Sesuatu yang mengganggu pikirannya sepanjang hari, membuatnya tak bisa fokus pada pekerjaan. Kieran sudah meminta agar dia terlibat lebih jauh, tetapi Clara merasakan tekanan yang semakin berat di pundaknya. Tugas mereka bukan sekedar proyek besar ini—ada hal yang jauh lebih besar yang sedang tersembunyi di balik itu.Sore hari, Clara kembali ke ruang kerjanya. Pikirannya masih terpaut pada pertemuan tadi pagi. Ia duduk di kursi, menyandarkan tubuhnya, dan menatap laptop di depannya. Namun, fokusnya tidak ada di layar. Sesekali matanya beralih ke jendela besar yang memperlihatkan langit senja yang mulai gelap, tanda malam akan datang.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka pelan. Clara mengangkat wajahnya dan melihat Kieran berdiri di ambang pintu, mengenakan jas hitam yang sudah sedikit kusut di bagian kolar. Wajahnya tak tampak lega, justru ada ekspresi yang lebih cemas.“Kieran?” Clara

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 134

    Hari itu, Clara merasa perasaan cemas menguasai dirinya. Pagi tadi, Kieran telah memanggilnya ke ruang kerjanya dengan ekspresi yang serius. Biasa, Kieran memang memiliki aura misterius yang tak mudah ditebak, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan yang Clara rasakan di antara mereka, seolah ada sesuatu yang harus diungkapkan, tapi entah kenapa, kata-kata itu sulit keluar dari bibir Kieran.Dia berdiri di luar pintu ruangan Kieran, menarik napas panjang sebelum akhirnya mengetuk pintu dengan ragu. "Masuk," suara Kieran terdengar jelas, tanpa rasa khawatir.Clara membuka pintu dan melangkah masuk. Kieran sedang duduk di kursi kulit hitam besar di balik meja kerjanya yang penuh dengan dokumen dan laptop terbuka. Namun, kali ini, ekspresinya terlihat sedikit lebih tegang daripada biasanya."Kieran?" suara Clara terdengar sedikit ragu. "Ada yang bisa saya bantu?"Kieran mendongak, matanya bertransisi dari rasa cemas menjadi tegas, meskipun masih ada sesuatu yang tak t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status