Share

Bab 7

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 16:05:06

Clara duduk di ruang kerjanya, menghadap layar komputer yang penuh dengan angka-angka dan laporan yang harus segera diselesaikan.

Namun, meskipun semuanya tampak seperti pekerjaan biasa, perasaan yang menggelayuti dirinya semakin sulit untuk dihindari.

Apa yang terjadi pada saya?' Clara bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'Kenapa rasanya semakin sulit untuk fokus?'

Dia sudah berusaha keras untuk menekan perasaan itu, untuk tetap menjaga jarak profesional dengan Kieran.

Namun, setiap kali mereka berbicara, setiap kali Kieran memberikan arahan, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan yang terasa begitu jelas.

Tatapan matanya yang tajam, kata-kata yang penuh harapan, bahkan senyum tipis yang terkadang muncul di wajahnya—semua itu membuat Clara merasa semakin terperangkap. '

'Apakah ini hanya perasaan saya, atau apakah ada sesuatu yang lebih?'

Clara menghela napas panjang dan kembali menatap laporan yang harus diselesaikannya.

'Ini bukan waktunya untuk berpikir tentang perasaan pribadi.'

Namun, meskipun dia mencoba keras untuk fokus pada tugas-tugas yang ada, bayangan Kieran terus menghantui pikirannya.

'Saya harus mengendalikan sendiri?'

Ponselnya berbunyi, mengganggu lamunannya. Sebuah pesan singkat dari Kieran.

"Clara, kita perlu bertemu setelah jam kerja untuk membahas kemajuan proyek. Pastikan kamu siap."

Clara menatap pesan itu sejenak, merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. 'Kapan saya bisa berhenti memikirkan dia?'

Tanpa berpikir panjang, Clara menjawab pesan

"Tentu, Pak. Saya akan siap."

'Ruang Kerja Kieran: Menjaga Jarak yang Semakin Tipis'

Setelah jam kerja berakhir, Clara merasa seperti waktunya bergerak lebih lambat dari biasanya.

Langkahnya terasa berat, dan meskipun dia berusaha untuk tetap tenang, perasaan yang semakin kuat untuk Kieran semakin sulit untuk disembunyikan.

'Apa yang akan terjadi kali ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Kenapa perasaan ini semakin kuat, semakin sulit untuk dihindari?'

Saat Clara tiba di depan pintu ruang kerja Kieran, dia menarik napas dalam-dalam. 'Ini bukan tentang perasaan saya. Ini tentang pekerjaan.'

Dengan sedikit ketegangan yang terasa di dadanya, Clara mengetuk pintu dan membuka sedikit, melihat Kieran yang sedang duduk di kursinya dengan tatapan serius.

"Kamu datang tepat waktu," kata Kieran, suaranya tetap tenang, tetapi ada kehangatan yang tak biasa di dalamnya.

"Ayo masuk, kita perlu membahas beberapa hal."

Clara melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya, dan duduk di kursi yang disediakan.

Di seberangnya, Kieran duduk dengan sikap yang lebih santai dari biasanya.

Meskipun ekspresinya tetap serius, ada sedikit senyum di sudut bibirnya. Clara merasa perasaan yang aneh menyelimuti dirinya.

'Apa yang terjadi di sini?' Dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, tetapi perasaan yang semakin kuat terhadap Kieran semakin sulit untuk diabaikan.

Kieran membuka percakapan dengan menunjukkan beberapa data terbaru yang harus dibahas.

"Clara, kita hampir selesai dengan tahap pertama proyek ini, dan saya ingin memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

Bagaimana tim riset?" tanyanya, matanya yang tajam tetap terfokus pada Clara.

"Semuanya berjalan lancar," jawab Clara, meskipun dia merasa sedikit gugup.

"Saya sudah melakukan pembaruan terakhir dan memastikan tim riset bekerja dengan baik."

Kieran mengangguk, tetapi tatapannya tetap terfokus pada Clara.

"Saya melihat hasil yang bagus sejauh ini. Kamu benar-benar bekerja keras, Clara."

Clara menelan ludah, merasa jantungnya berdegup lebih cepat.

'Kenapa saya merasa seperti ini?' "Terima kasih, Pak," jawab Clara, berusaha untuk tetap tenang.

"Saya akan terus berusaha untuk memastikan semuanya selesai tepat waktu."

Kieran tersenyum tipis, tetapi ada sesuatu dalam senyumnya yang membuat Clara semakin bingung. 'Apa yang sedang terjadi?'

"Kamu tahu, Clara," Kieran melanjutkan, suaranya yang lembut terdengar lebih serius sekarang,

"Saya tidak hanya memberikan kamu proyek ini karena pekerjaan. Saya tahu kamu punya potensi yang lebih besar dari yang kamu tunjukkan. Saya ingin kamu lebih percaya diri dengan dirimu sendiri."

Clara merasa seolah-olah ada sesuatu yang berubah di udara.

'Apa maksudnya?' Setiap kali Kieran berbicara seperti itu, Clara merasa semakin terperangkap dalam perasaan yang sulit dijelaskan.

'Dia mempercayai saya, tapi apa yang dia inginkan dariku?'

"Kamu sudah menunjukkan bahwa kamu lebih dari sekadar asisten," Kieran melanjutkan dengan lebih tegas, matanya yang tajam menatapnya.

"Saya ingin kamu tahu bahwa saya benar-benar percaya padamu, Clara."

Clara merasa tubuhnya kaku, dan detak jantungnya semakin cepat.

'Apa yang dia maksud dengan itu?' Setiap kata yang keluar dari mulut Kieran terasa semakin dalam dan penuh makna.

'Apa yang sebenarnya saya rasakan?'

Clara berusaha mengendalikan dirinya, berusaha tidak terjebak dalam perasaan yang semakin kuat. "Terima kasih, Pak.

Saya akan berusaha lebih baik lagi," jawab Clara, meskipun kata-kata itu terasa sulit keluar dari bibirnya.

Kieran mengangguk dengan ekspresi yang sulit dibaca, lalu berdiri dan berjalan ke jendela besar di ruang kerjanya.

"Clara," katanya, matanya yang tajam menatap ke luar jendela, "saya ingin kamu tahu bahwa saya tidak hanya melihat kamu sebagai asisten saya. Saya melihat potensi besar dalam diri kamu."

Clara duduk diam, merasa seperti ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka.

'Apa yang sedang terjadi?'

Setiap kata yang Kieran ucapkan semakin membuat Clara bingung, dan dia tahu bahwa hubungan mereka semakin sulit untuk dipertahankan dalam batas profesional.

Setelah beberapa detik hening, Kieran menoleh dan melihat Clara dengan tatapan yang lebih lembut.

"Jangan biarkan keraguan menghalangi kamu, Clara. Saya di sini untuk mendukungmu."

Clara merasa perasaan yang semakin kuat untuk Kieran, dan meskipun dia mencoba untuk menahan diri, perasaan itu semakin sulit untuk ditekan.

'Apa yang akan terjadi jika saya tidak bisa mengontrol perasaan ini lagi?' Clara bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

'Setelah Pertemuan: Perasaan yang Semakin Menguasai'

Setelah pertemuan itu, Clara kembali ke ruang kerjanya dengan langkah yang lebih berat dari sebelumnya.

Setiap inci tubuhnya terasa seperti terikat oleh perasaan yang semakin kuat, perasaan yang semakin sulit untuk disembunyikan.

'Kenapa perasaan ini semakin kuat?' Clara bertanya pada dirinya sendiri, tetapi semakin ia mencoba untuk mengabaikan perasaan ituitu.

semakin terasa bahwa perasaan tersebut semakin menguasai dirinya.

Di ruang kerjanya, Clara duduk dengan tangan yang terlipat di atas meja, menatap layar komputer yang kosong.

'Apa yang sebenarnya saya rasakan?' Pikirannya berputar-putar, mencoba untuk mencari jawaban atas perasaan yang semakin menggelayuti dirinya.

'Apa yang Kieran inginkan dariku?'

Namun, meskipun dia berusaha untuk berpikir rasional, perasaan itu semakin sulit untuk dihindari.

Setiap kali dia mendengar suara Kieran, setiap kali mereka berbicara, Clara merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional yang terjalin antara mereka.

'Apa yang akan terjadi jika perasaan ini semakin kuat?'

Clara melemparkan pandangannya ke luar jendela, melihat kota yang sibuk dengan aktivitasnya.

Di luar sana, orang-orang terus bergerak maju dengan tujuan mereka, sementara Clara merasa terjebak dalam perasaan yang semakin rumit.

'Saya harus mengendalikan diri.'

Tetapi semakin lama dia berusaha untuk menahan perasaan itu, semakin dia merasa terperangkap dalam ketegangan yang semakin kuat.

Bab terkait

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 8

    Clara duduk di ruang kerjanya, menatap tumpukan pekerjaan di mejanya. Hari itu, tugasnya semakin berat. Namun, meskipun dia mencoba fokus pada laporan yang harus diselesaikan, pikirannya terus melayang. 'Kieran.' Perasaan itu semakin kuat dan semakin sulit untuk diabaikan. Setiap kali dia memikirkan Kieran, ada campuran perasaan—rasa hormat yang mendalam, ketertarikan yang semakin besar, dan kebingungan yang tak terucapkan. 'Kenapa saya harus merasa seperti ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Saya seharusnya bisa mengendalikan diri.' Tapi semakin lama dia bekerja dengan Kieran, semakin dia merasa terperangkap. Setiap kali mereka berbicara, setiap kali mereka bertemu, ada ketegangan yang tak bisa dihindari. Clara berusaha keras untuk tetap profesional, tetapi perasaan itu semakin kuat, semakin menguasai dirinya. Ponselnya bergetar di atas meja, memecah keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya. Sebuah pesan dari Kieran. "Clara, kita perlu bertemu lagi setel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 9

    Clara berjalan dengan langkah yang terasa lebih berat dari biasanya menuju ruang kerjanya. Hari ini, semua terasa seperti tantangan. Setiap detik yang berlalu semakin menguatkan perasaan yang telah dia coba untuk tekan. 'Perasaan itu semakin sulit untuk dihindari.' Setiap kali dia bertemu dengan Kieran, setiap kali mereka berbicara tentang pekerjaan, ada sesuatu yang lebih—sesuatu yang melampaui batas profesional yang selama ini mereka jaga. 'Kenapa saya merasa seperti ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri, berusaha mencari jawaban yang tidak kunjung datang. 'Saya harus bisa mengendalikan diri. Ini hanya pekerjaan.' Namun, meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada laporan dan tugas yang ada di mejanya, Clara tahu bahwa ada hal yang lebih besar yang harus dihadapi. Perasaan yang semakin kuat terhadap Kieran tidak bisa lagi disangkal. Setiap tatapan, setiap senyum yang dia berikan, semakin membuat Clara merasa semakin terperangkap. 'Apa yang akan terjadi jika sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 10

    Clara duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar komputer yang penuh dengan laporan dan data yang harus segera diselesaikan. Namun, meskipun tugas-tugas itu menumpuk di mejanya, pikirannya tidak bisa berhenti berputar pada satu hal—Kieran. 'Kenapa saya terus memikirkan dia?' Clara bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'Apa yang terjadi padaku?' Meskipun dia berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaan, setiap kali dia melihat Kieran, perasaan itu semakin kuat. Setiap kata yang dia ucapkan, setiap tatapan yang dia berikan, semakin membuat Clara merasa terperangkap dalam perasaan yang tak terucapkan. 'Apa yang sebenarnya dia inginkan dariku?' Clara tidak tahu jawabannya, tetapi yang dia tahu adalah semakin lama dia berusaha untuk menjaga jarak, semakin perasaan itu semakin sulit untuk ditekan. 'Saya harus mengendalikan diri,' Clara memutuskan, meskipun suara di dalam hatinya terus berteriak bahwa dia tidak bisa lagi mengabaikan perasaannya. 'Ini bukan waktu u

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 11

    Clara berdiri di depan cermin di ruang kerjanya, menatap refleksinya dengan mata yang kosong. Hari itu, perasaannya terasa lebih berat dari sebelumnya. 'Apa yang saya lakukan?' Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya. 'Apa yang sebenarnya saya rasakan terhadap Kieran?' Setiap kali dia berada di dekat Kieran, perasaan yang semakin kuat itu semakin sulit untuk dihindari. Setiap kata yang dia ucapkan, setiap tatapan yang dia berikan, semakin membuat Clara merasa terperangkap dalam perasaan yang tak terucapkan. Apa yang sebenarnya saya rasakan?' Clara bertanya pada dirinya sendiri, tetapi jawabannya tak kunjung datang. 'Saya harus bisa mengendalikan diri,' Clara memutuskan, meskipun suara di dalam hatinya terus berteriak bahwa dia tidak bisa lagi mengabaikan perasaannya. 'Ini bukan waktu untuk perasaan. Ini tentang pekerjaan.' Namun, meskipun dia berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaan, perasaan itu semakin mendalam. Ponselnya berbunyi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 12

    Clara duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar komputer yang kosong. Pekerjaan yang menumpuk di mejanya seolah tak ada artinya dibandingkan dengan kerumitan perasaan yang tengah menguasainya. 'Apa yang harus saya lakukan?' Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari jawaban yang tak kunjung datang. Kata-kata Kieran masih terus terngiang di kepalanya. “Saya tertarik padamu, Clara. Lebih dari sekadar pekerjaan. Saya ingin tahu apakah kamu merasakan hal yang sama.” Meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, Clara tahu bahwa hatinya tidak bisa lagi disembunyikan. 'Saya tidak bisa terus mengabaikan ini.' Perasaan yang semakin kuat terhadap Kieran terus menggema di dalam dirinya, dan semakin dia mencoba untuk menahannya, semakin perasaan itu menguasainya. 'Tapi bagaimana dengan pekerjaan saya?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Apa yang akan terjadi jika saya memilih untuk mengikuti perasaan ini?' Ponselnya berbunyi, memecah keheningan yang menyelimuti

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 13

    Hari itu, Clara merasa seperti dunia di sekitarnya berputar lebih cepat dari biasanya. Setiap detik, setiap langkah, seolah mengingatkannya pada keputusan besar yang harus segera dia buat. 'Apa yang saya harus lakukan?' Perasaan itu semakin kuat, semakin tak terhindarkan. Tatapan Kieran yang penuh perhatian dan kata-kata yang semakin mendalam hanya menambah kebingungannya. 'Saya harus fokus pada pekerjaan.' Clara berusaha meyakinkan dirinya sendiri, tetapi semakin ia berusaha untuk menekan perasaan itu, semakin perasaan itu menguasainya. 'Apa yang akan terjadi jika saya memilih untuk mengikuti perasaan ini? Apa yang akan terjadi pada karier saya?' Ponselnya berbunyi, memecah keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya. Sebuah pesan singkat dari Kieran. "Clara, kita perlu berbicara lagi. Saya ingin tahu keputusanmu. Bisakah kita bertemu setelah jam kerja?" Clara menatap pesan itu, merasa detak jantungnya semakin cepat. 'Keputusan saya?' Setiap kata yang keluar dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 14

    Clara duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar komputer yang kosong. 'Apa yang harus saya lakukan?' Pikirannya berputar-putar, terjebak dalam kebingungannya. Setiap detik terasa semakin berat. 'Keputusan itu semakin dekat.' Setiap kata dari Kieran, setiap tatapan yang penuh makna, semakin membuatnya merasa semakin terperangkap dalam perasaan yang semakin tak terhindarkan. Di luar, langit mulai gelap, dan suara hujan yang mulai turun pelan menambah kesunyian yang mengelilinginya. Clara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, tetapi semakin dia mencoba untuk menahan perasaan itu, semakin perasaan itu menguasainya. 'Kenapa saya merasa seperti ini?' Clara bertanya pada dirinya sendiri. 'Apa yang saya rasakan sebenarnya?' Ponselnya bergetar, memecah keheningan. Sebuah pesan dari Kieran. "Clara, saya ingin berbicara lagi. Kita perlu membahas keputusan ini. Mari bertemu setelah jam kerja." Clara menatap pesan itu, detak jantungnya semakin cepat. 'Ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 15

    Clara berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menatap ke luar dengan tatapan kosong. 'Apa yang terjadi dengan hidup saya?' Pikirannya berputar, terjebak dalam kebingungan dan perasaan yang semakin dalam. Setelah pertemuan malam itu, setelah akhirnya mengakui perasaannya terhadap Kieran, semuanya terasa berubah. 'Apakah saya benar-benar siap untuk ini?' Langit di luar mulai menggelap, awan mendung menggantung rendah, seolah mencerminkan suasana hati Clara yang semakin berat. 'Saya telah memilih.' Clara menggigit bibirnya, menahan perasaan yang semakin kuat. 'Tapi apakah saya benar-benar siap menghadapi apa yang akan datang?' Ponselnya berbunyi, memecah keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya. Sebuah pesan dari Kieran. "Clara, saya ingin bertemu denganmu setelah jam kerja. Kita perlu berbicara lebih lanjut." Clara membaca pesan itu dengan perasaan campur aduk. 'Lagi?' Meskipun dia sudah memutuskan untuk melangkah lebih jauh, perasaan itu tetap hadir—perasaan cemas,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 57

    Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan meskipun Clara dan Kieran berhasil melewati banyak tantangan, ada perasaan bahwa mereka belum sepenuhnya keluar dari bayang-bayang kekhawatiran. Proyek besar yang mereka kerjakan kini sudah hampir mencapai garis akhir. Namun, tekanan untuk membuat keputusan besar tetap mengintai. Hari itu, Clara berada di ruang kerjanya, memandangi layar komputer dengan fokus yang tinggi. Presentasi yang akan dilakukan minggu depan adalah ujian terbesar bagi mereka berdua. Clara tahu ini bukan hanya tentang proyek yang mereka kerjakan, tapi juga tentang masa depan hubungan mereka. Sebuah hubungan yang telah terjalin begitu kuat, namun masih rapuh.Di tengah kesibukannya, Clara merasakan kehadiran Kieran yang berdiri di ambang pintu ruangannya. Matanya menatap Clara dengan tatapan penuh makna. "Kieran," sapa Clara, menutup dokumen di depan layar. "Ada yang bisa aku bantu?"Kieran berjalan mendekat, dan duduk di kursi di hadapan Clara. "Clara, kita suda

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 56

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Clara merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Meskipun tekanan yang datang semakin besar, ia merasa lebih kuat daripada sebelumnya. Ada perasaan bahwa mereka sudah melewati banyak hal bersama, dan itu membuatnya lebih percaya diri dalam menghadapi apapun yang datang.Namun, meskipun hubungan mereka semakin berkembang, ada sesuatu yang mengganjal di hati Clara. Ia merasa seperti ada rahasia yang belum terungkap sepenuhnya antara dia dan Kieran. Sesuatu yang tak pernah mereka bicarakan, meski ada di antara mereka berdua. Hari itu, saat Clara sedang menyelesaikan beberapa laporan di kantornya, Kieran datang dengan ekspresi serius di wajahnya. Ada ketegangan yang terlihat jelas dalam raut wajahnya. "Clara, kita perlu bicara," katanya, suaranya rendah dan penuh arti.Clara menatapnya, sedikit terkejut. "Ada apa, Kieran?" Kieran menarik napas panjang, dan kemudian duduk di kursi di hadapannya. "Aku tahu kita sudah melewati banyak hal be

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 55

    Pagi itu, Clara tiba lebih awal dari biasanya. Udara yang dingin menyelimuti kantornya, dan meskipun matahari sudah mulai terbit, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya merasa berat. Hari ini adalah hari penting, sebuah titik balik dalam karier dan kehidupannya. 'Proyek besar yang selama ini mereka kerjakan hampir sampai di akhir garis, dan ini adalah saat di mana keputusan besar akan diambil.'Di meja kerjanya, Clara menyusun beberapa dokumen terakhir untuk presentasi yang akan dilakukan bersama Kieran nanti. Tapi hatinya tidak bisa menahan perasaan gelisah yang mengganggu. 'Bagaimana dengan hubungan mereka? Apakah Kieran benar-benar siap menghadapi kenyataan? Atau bisakah mereka mengatasi semua ini tanpa hancur?'Pikirannya terus melayang pada percakapan mereka malam sebelumnya. Kata-kata Kieran yang penuh harapan, namun juga penuh keraguan, seakan menjadi bayangan yang mengikuti setiap langkahnya.Saat Kieran memasuki ruangannya, Clara sempat terkejut. 'Untuk beberapa deti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 54

    Pagi itu, Clara berdiri di jendela kantornya, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Suara hiruk-pikuk kota terdengar samar dari bawah, namun seolah tak menyentuhnya. 'Pikirannya terfokus pada satu hal—Kieran.' Ada perasaan yang semakin tidak bisa dia abaikan, perasaan yang tumbuh di antara mereka berdua yang semakin kuat, meskipun hubungan mereka terikat oleh banyak hal. Namun, 'seiring berjalannya waktu, Clara mulai menyadari bahwa ketegangan di antara mereka lebih dari sekadar pekerjaan.'Ada perasaan yang saling menjerat, seperti benang yang semakin mengikat tanpa ada jalan untuk melepaskannya. Kieran... meskipun terlihat tegas dan profesional, Clara bisa merasakan bahwa ia juga terperangkap dalam dilema yang sama. Akhir-akhir ini, Kieran semakin sering menghindar. Entah karena pekerjaan yang menumpuk atau karena ia mulai merasakan tekanan besar, Clara tak tahu pasti. Namun, ada satu hal yang ia sadari: hubungan mereka semakin penuh dengan ketegangan yang tidak mudah dijel

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 53

    Pagi itu, udara terasa lebih segar dari biasanya. Clara duduk di meja kerjanya, matanya tertuju pada layar komputer, namun pikirannya jauh melayang. 'Kekecewaan, kebingungan, dan harapan'—semua bercampur jadi satu, membelit pikirannya tanpa henti. Sejak pertemuan dengan Arman kemarin, ada sesuatu yang tak bisa ia lupakan. 'Proyek ini, hubungan mereka, semuanya kini terasa semakin rumit.'Ia mengambil secangkir kopi, merenung sejenak. Suara klakson mobil dari luar gedung mulai terdengar, tapi Clara seolah tak mendengarnya. Hanya ada satu hal yang memenuhi pikirannya: 'Kieran'. Setelah pertemuan mereka kemarin, Clara merasa ada sesuatu yang tidak terungkap. Kieran tampaknya lebih cemas dari sebelumnya, dan meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, ada perasaan tidak pasti yang tetap mengganjal.“Clara,” suara Kieran yang tiba-tiba mengganggu lamunannya, membuat Clara tersentak. Kieran berdiri di ambang pintu ruangannya, dengan wajah yang lebih serius dari biasanya. “Bisakah kita bi

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 52

    Sore itu, Clara duduk di meja kerjanya, matanya menerawang kosong ke arah layar komputer. Pekerjaan yang tertunda dan rapat yang tak ada habisnya semakin menggerogoti pikirannya. Namun, meskipun tubuhnya lelah, ada perasaan lain yang lebih mendalam yang memenuhi dadanya. 'Rasa takut akan apa yang belum diketahui, dan sekaligus harapan akan apa yang bisa terjadi jika mereka berdua tetap berdiri bersama.'Clara menarik napas panjang, menyandarkan punggungnya di kursi. 'Ia tahu, kini tak ada lagi jalan mundur'. Hubungan mereka telah berubah—lebih rumit, lebih emosional, dan tentu saja lebih berisiko. Tapi juga lebih hidup, lebih nyata.Kieran, di sisi lain, sedang sibuk dengan tumpukan dokumen di ruang kerjanya. Meskipun jarak antara mereka ada di ruang yang berbeda, Clara bisa merasakan bagaimana Kieran pun merasakan ketegangan yang sama. Mereka berdua tidak bisa lagi hanya fokus pada proyek ini, mereka berdua tak bisa lagi berpura-pura.Dalam setiap langkah mereka, ada beban yang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 51

    Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Seolah dunia luar dan segala hal yang biasanya mengalir dengan ritme yang teratur, kini terasa asing. Ia menatap langit biru yang tampak cerah dari jendela kamarnya, tetapi dalam dadanya, ada sesuatu yang mengganjal. 'Apakah yang terjadi dengan perasaannya?'Apakah mungkin hubungan antara dirinya dan Kieran bisa berlangsung meski mereka berada dalam lingkungan profesional yang penuh dengan ambiguitas?Clara menghempaskan selimut dari tubuhnya, merasakan dinginnya udara pagi yang masuk ke dalam ruangan. Saat ia berdiri, kakinya terasa sedikit lemah. Ada banyak hal yang mengisi kepalanya. Semua keputusan yang diambil sebelumnya seolah berputar-putar dalam pikirannya, dan setiap detiknya ia semakin merasa terpojok antara 'perasaan pribadi' dan 'tanggung jawab profesional'.Akhirnya, Clara menatap layar ponselnya. Ada satu pesan dari Kieran yang baru masuk beberapa menit yang lalu. Tanpa ragu, ia membuk

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 50

    Clara duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang masih menyala. Waktu seakan melambat, dan suara ketikan jarinya di atas keyboard terdengar semakin pelan, seolah mengikuti irama pikirannya yang ragu-ragu. Pikirannya kembali melayang pada pertemuan singkat dengan Kieran tadi pagi. Meskipun mereka tampak bekerja sama dengan baik, ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan lagi. 'Keterikatan mereka semakin dalam', begitu pula dengan kebingungannya.Satu minggu lagi, Arman, klien utama mereka, akan datang untuk memeriksa hasil akhirnya. Semua yang telah mereka kerjakan—segala upaya keras, stres, dan waktu yang dihabiskan—akan diuji dalam pertemuan itu. Hasilnya bisa membawa mereka menuju kesuksesan besar, atau justru menghancurkan segala yang telah mereka bangun. Dan Clara tahu betul bahwa 'perasaan yang tak terucapkan di antara dirinya dan Kieran' semakin menambah ketegangan yang sudah mencekam.Selama ini, Clara selalu berusaha menjaga profesionalitasnya. Namun, setelah m

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 49

    Pagi itu, Clara bangun dengan perasaan campur aduk. Setelah melalui beberapa hari yang penuh ketegangan, dia merasa seolah ada sebuah titik terang yang akhirnya mulai terlihat di ujung jalan. Proyek besar mereka yang sempat terancam kini mulai menunjukkan hasil. Namun, dalam diri Clara, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pekerjaan yang harus diselesaikan. 'Perasaan yang telah lama tertahan'—rindu, kekhawatiran, dan juga cinta yang semakin tumbuh—semakin menguat.Kieran, pria yang selama ini menjadi partner sekaligus bos yang ia hormati, kini tak hanya menjadi rekan dalam pekerjaan, tapi juga seseorang yang selalu ada di benaknya, tak peduli seberapa banyak pekerjaan yang harus mereka tuntaskan. Clara merasa hubungan mereka semakin rumit, namun di satu sisi, semakin indah dan penuh arti.Ketika Clara tiba di kantor, dia mendapati Kieran sudah ada di ruang kerjanya, memandangi layar komputer dengan se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status