"Mbak Rana, tolong konfirmasinya mengenai hubungan Mbak sama Mas Ighfal. Benar atau tidak kalau kalian berpacaran? Benar atau tidak kalau Mbak Rana menjadi perusak hubungan antara Ighfal, dan Syara? Tolong jawabannya, Mbak Rana."Rana tetap tersenyum meskipun pertanyaan para wartawan terkadang membuatnya geleng-geleng kepala. Bila diurutkan, mungkin tahta tertinggi manusia julid bagi para artis adalah wartawan. Pertanyaan-pertanyaan mereka terkadang tak masuk akal. Membuat banyak artis menjadi kesal, dan justru enggan menjawab.Malam itu, Rana memang menjadi artis yang paling banyak dinanti. Selain beritanya dengan Ighfal memang sedang panas-panasnya, Rana juga adalah artis yang diundang khusus oleh brand Poems milik Yuriko Prameswari Gunawan. Prestasinya yang dianggap sangat baik, menjadikannya pilihan terbaik para brand untuk datang, atau membintangi produk mereka."Oh, seperti yang kalian tahu kalau saya dengan Ighfaldi hanya berteman. Terlepas hubungannya dengan Syara yang bukan u
"Semua sudah disiapkan, Pak. Kita tinggal rapat dengan Nona Rana, dan menanyakan pendapatnya. Semoga tak ada halangan lagi, sehingga minggu depan kita bisa syuting di Bali."Bentala mengangguk. Ia pun menyetujui semua hal yang sekiranya cukup baik. Bentala juga menandatangani berbagai surat yang telah ia pelajari. Bentala harus menyelesaikan segala pekerjaannya, karena dalam sepuluh hari kemudian sudah masuk musim kampanye pemilihan presiden, dan wakil presiden.Bentala yang telah diusung oleh salah satu pasangan calon untuk menjadi tim sukses tentu saja tidak bisa tinggal diam. Ia harus menggunakan momentum itu tidak hanya untuk memenangkan paslon yang didukungnya, tapi juga mengibarkan namanya agar lebih dikenal banyak orang. Bentala yakin dengan penampilannya, dan strateginya, ia akan mencapai kesuksesan yang dirinya mau."Oh, ya, ada undangan dari Ibu Yuriko Gunawan, Pak." Bentala mengingat-ingat, dan mengangguk sekilas. "Apakah Bapak akan datang? Kalau memang iya, saya akan memas
Rana Diatmika Husada : Apa sih maksud kamu? Lanjut, pertanyaan berikutnya.Bentala hendak menanyakan perasaan Rana padanya, namun ia urungkan pertanyaan itu. Sebab Rana sudah jelas-jelas menolak untuk menjawabnya. Ia pun ingin menanyakan mengapa lima tahun yang lalu Rana menghindarinya, tapi kembali ia urungkan, karena Bentala sendiri sudah mengetahui jawabannya dari almarhum bapaknya. Jadi, ia pun menghentikan kegiatannya mengetik, dan mulai mengalihkan fokusnya kepada Iskandar.Benar kata temannya tersebut, Indira akan datang ke rumah sakit pukul sembilan malam di hari jum'at. Mereka pun sudah stand by di kantin rumah sakit, dan mengira Indira tak datang malam itu. Ternyata gadis itu terlambat lima belas menit. Tidak langsung pergi ke ruangan sang profesor, Indira justru memilih duduk di ruang tunggu lantai satu."Dia enggak ke ruangan Prof. Emir," bisik Iskandar dengan dahi mengernyit. "Biasanya dia langsung ke sana. Ini enggak sama sekali. Apa dia janjian dengan orang lain? Permai
"Ini bagaimana? Namanya Audrey. Dia cukup oke. Lulusan SMK tata busana juga. Tampangnya juga kayak anak baik-baik. Tapi, Puspitha kemarin juga tampangnya baik-baik aja. Gimana menurut lo? Lo mau interview yang mana aja?"Rana melihat satu persatu CV yang diberikan oleh Latisha untuk mengisi kekosongan posisi asistennya. Sayangnya, ia bingung. Semuanya kelihatan baik-baik saja. Tapi, seperti yang Latisha bilang tadi, Pusphita pun bertampang sederhana, namun memiliki maksud terselubung yang menakutkan.Di sela-sela kebingungannya, Rana melirik ke ponselnya. Ia merasa aneh, karena Bentala tak mengirimkan pertanyaan berikutnya. Pria itu juga belum mengiriminya pesan lain sejak semalam. Namun, sungguh Rana merasa bersyukur. Semoga keanehan ini berlangsung selama mungkin."Lo kenapa? Nunggu telepon dari siapa sih?" tanya Latisha gemas. Sejak tadi, beberapa kali ia memergoki Rana melirik ke ponselnya. "Lo lagi enggak nungguin chat, atau telepon dari Ighfaldi, kan? Jangan deh, berurusan dulu
"Di atas, ada bos yang kata lo cinta pertama yang tak terlupakan."Tanpa sadar, Rana memukul bahu Latisha. Gadis itu pura-pura kesakitan, karena Rana memang tidak memukulnya dengan kencang. Latisha memang sengaja menggoda Rana, karena sudah lama ia ingin tahu untuk siapa hati gadis itu berkembang. Sungguh, Latisha tak menyangka kalau pemenangnya adalah orang lama yang baru-baru ini muncul kembali.Sayangnya pria itu sudah beristri. Membuat Latisha berdo'a agar Rana tidak terjebak dalam bahaya. Berhubungan dengan suami orang dianggap sangat laknat di negara ini. Jangan coba-coba selamat, kalau sudah dicap sebagai seorang pelakor oleh netizen Indonesia."Jangan berisik, lo bisa kedengaran orang lain. Tapi, ini cuma bercanda kan?" tanya Rana memastikan. Namun, Latisha langsung menggeleng. "Lo tuh, rese tahu kalau beneran cuma bercanda.""Gue enggak bercanda. Dia lagi makan sama bule gitu. Gila, bulenya ganteng banget. Sebelas dua belas sama David Beckham, Na! Gue aja sampai terpesona lih
Bentala Pradaya Byakta : Pertanyaan selanjutnya, apa kamu ada waktu malam ini?Bentala kebingungan. Setelah mempertemukan Tanaya, dan Edward hari ini, ia pergi ke kantor untuk mencicil pekerjaannya. Banyak sekali pekerjaan yang menyitanya hingga menjelang kampanye. Sungguh, ia berharap hari itu bisa bertemu dengan Rana sebelum kesibukan menerpanya tiada henti.Sudah sekitar tiga puluh menit dari kali terakhir Bentala mengetikkan pesan, tapi gadis itu sama sekali belum membacanya. Ia pun berinisiatif untuk mencari nomor telepon kafe langganannya di mesin pencarian. Tapi, bersamaan dengan hasil pencarian, pesan Rana pun masuk ke ponselnya.Rana Diatmika Husada : Untuk apa bertemu? Aku baru selesai syuting, Ben! Aku lelah. Tolong, biarkan aku istirahat.Bentala menghela napas. Matanya mencari jam di mana jarumnya menunjuk pada angka lima sore. Bentala menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa egois, dan mengganggu Rana.Tanpa konfirmasi pun, Bentala tahu Rana pasti memang sangat lelah. Jadi
"Kamu yakin? Kamu akan menerima apa pun pilihanku? Kalau aku tidak memberikan kesempatan untuk kita berdua, bagaimana? Apa kamu rela?"Bentala tak bisa langsung menjawab. Namun, pastinya ia tidak akan rela. Melepas Rana sama saja memberi angin besar pada pria lain untuk memiliki gadis itu. Mana mungkin Bentala sanggup membiarkan Rana bersama orang lain. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, Bentala telah berucap.Ia pun akhirnya memilih mengangguk. Bila memang ia tak diberi kesempatan, maka ia akan mencari cara lain untuk meluluhkan gadis itu. Bentala terlalu yakin kalau Rana juga memiliki perasaan padanya. Jadi, tak masalah kalau ia bilang melepas sekarang, tapi di hari selanjutnya Bentala bisa membuat alasan lain."Kamu tahu, dari matamu saja terlihat ada rencana lain yang sedang kamu atur," ejek Rana pada akhirnya. Ia mengeluarkan lima mie instan dari kantong belanjanya. Lalu menunjukkan dua rasa yang berbeda. "Mau yang mana? Udara di luar dingin sekali, akan sangat enak kalau makan mie
"Kamu yakin membiarkanku pulang?" Rana lagi, dan lagi memutar bola matanya saat mendengar gurauan Bentala. Ia mendorong pria itu menuju pintu, saat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Dua jam sudah mereka mengobrol tentang apa saja, padahal tadinya Rana hanya mengajak pria itu untuk makan mie instan. Sungguh, untuk pertama kalinya sejak bertemu kali dengan Bentala, mereka benar-benar bisa bercengkerama layaknya seorang teman. Rana melupakan status Bentala. Ia mendengarkan cerita Bentala, dan menyetujui semua pikirannya tentang sesuatu. Begitu pun dengan Rana, ia menceritakan hal-hal dibalik film yang tidak diketahui dari kacamata penonton. Mereka bertukar pikiran secara waras, melupakan segala aksi Bentala yang menginginkan pria itu menjadikan Rana kekasihnya. "Pulanglah, Ben." Rana meminta pria itu untuk pergi. "Kamu tahu kan, tiga puluh menit lagi kamu berasa di dalam, akan ada yang berubah dari obrolan kita tadi. Jadi, pulanglah! Aku belum bisa mengontrol tubuhku sendir