Beranda / Semua / Devil (Indonesia) / 1. Mimpi Buruk

Share

Devil (Indonesia)
Devil (Indonesia)
Penulis: Abarakwan

1. Mimpi Buruk

“Nadja ....” Terdengar suara di dalam angin. 

Aku membuka mata. Kurasakan embusan angin malam membelai lembut kulit lengan. 

“Nadja ....”

Siapa yang memanggilku? Perlahan aku bangkit duduk dari tempat tidur. Kedua bola mataku tertuju ke arah jendela yang terbuka. Di sana, duduk di birai jendela, sesosok gelap besar dan tinggi menjulang membelakangi langit malam dengan bulan penuh. Siapa itu? Jantungku berdegup kencang, dan rasa takut dengan cepat menjalari seluruh tubuh, membuatku tidak dapat bergerak. Suaraku tercekat. 

Perlahan sosok itu bangkit, lalu berdiri, membuat tubuh yang tinggi menjulang itu menutupi jendela di belakangnya. Tapi sepasang kakinya tidak menjejak lantai marmer di bawah, melainkan melayang. 

Tubuhku gemetar hebat. Kecepatan debar jantung membuat dadaku berdenyut nyeri serta peluh membasahi punggungku. Siapa? Iblis?

Kemudian sesosok tubuh gelap itu dengan cepat bergerak melayang ke arahku, dan hanya dalam waktu sepersekian detik, sosok itu telah merunduk, sangat dekat.

“Selamat malam, Nadjaku ...” Embusan napasnya menerpa wajahku. 

Aku menahan napas demi melihat wujud lelaki berpakaian serba hitam yang ketampanannya tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata ini. Dengan bola mata hijau mudanya yang menatap tajam, dia tampan, namun auranya membuat seluruh bulu kudukku meremang. 

Aku tidak bisa bergerak dan maupun bersuara! 

Apa aku sedang bermimpi? Siapa dia? 

Manusiakah? Atau iblis?

“Kau tidak sedang bermimpi, Nadja,” ucapnya dengan suara berat dan serak, menjawab pertanyaan yang kulontarkan dalam hati. Bibirnya yang berwarna merah mengulas seringai. Lalu kedua tangannya turun untuk membelai wajahku, terasa hangat. “Akhirnya, Nadja ... setelah sekian lama ... kau akan menjadi milikku.”

Aku tidak dapat bergerak. Hanya mataku yang membelalak saat lelaki di hadapanku ini dengan sekejap mengulurkan tangan seolah ingin menggapaiku. Kuku jarinya panjang lagi tajam, hanya berjarak satu sentimeter dari bola mataku.

Tidak! Apa yang akan dilakukannya padaku? Susah payah kugerakkan kedua tangan. Jarinya turun persis di depan daguku. Apakah ia akan membunuhku?

Lepaskan aku!

“Tidak akan, Cantik.” Ujung jari telunjuk kanannya menyentuh ujung hidungku yang seperti membeku karena angin malam ini terlampau dingin daripada malam-malam biasanya, membuatku tersentak. 

Tidak, jangan, hentikan! 

“Kau akan menyukainya,” ujarnya sebelum jari tangannya bergerak turun ke leher, memberi tekanan.

“Ahh!” Aku tidak dapat berkata-kata, namun hanya mampu mengerang saat jarinya terangkat menunjukkan setetes darah dari leherku. Kenapa? Kenapa aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun? Aku kembali mengerang menahan sakit saat jari itu menyentuh pundak sebelah kananku. Siapa dia? Apa mitos vampire itu sungguh nyata? Lalu kenapa harus aku yang jadi korbannya?

Mata hijau mudanya menatapku tajam sebelum ia menunduk lalu mengisap setetes darah dari pundakku. Aku memekik keras, mungkin membangunkan seluruh penghuni rumah. 

Namun, setelah sekian lama lelaki ini mengisap pundakku, aku terpejam pasrah, habis sudah hidupku. Bibirnya mengisap kencang pundakku, setiap isapannya seolah hidupku terisap olehnya. Mungkin lima menit lagi penderitaan ini akan berakhir, aku akan mati, dan tidak ada seorang pun anggota keluargaku yang masuk ke kamar untuk menolongku.

Pria itu melepaskan pundakku. “Aku akan datang lagi, Nadja. Dan kupastikan kali kedua, kau akan memohon padaku melakukan hal yang sama.” 

Lalu pria itu melayang di atasku, mencium bibirku cepat sebelum melesat ke luar jendela, menyatu dengan langit malam, membiarkanku berbaring di tempat tidur dengan perasaan campur aduk.

Akhirnya aku bisa bergerak!

Aku menekuk kedua lutut lalu mulai menangis dengan keras. Perasaan takut menyelimuti, histeris aku berteriak kencang mungkin membangunkan seisi rumah. Tanganku menyentuh leher dan pundak, namun anehnya kulitku tak berbekas luka sama sekali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status