Share

Kehilangan

Penulis: Ama Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-25 13:05:54

Renata menemui Alex setelah melihat orang suruhan yang tadi membawanya kini sudah pergi. Tatapan mata tajamnya tak teralihkan dari Alex. Jujur Renata

begitu kecewa karena Alex tidak menepati janjinya.

"Tuan Alex, kenapa Tuan tega membohongiku?" tanya Renata dengan sedikit emosi.

''Apa maksudmu?'' tanya Alex yang tak mengerti.

''Katanya Tuan Alex akan membiayai semua kebutuhan ibu dan adik-adikku. Tetapi nyatanya mereka terlantar, bahkan adik-adikku harus ngamen agar bisa bertahan hidup. Kenapa Tuan Alex jahat sekali?'' Renata tak bisa membendung lagi air matanya yang menetes begitu saja.

Alex tertawa senang melihat Renata yang menangis seperti itu. Derita yang Renata alami saat ini belum apa-apa di bandingkan dirinya yang harus kehilangan ayahnya. Melihat Renata menderita tentu akan membuat Alex semakin puas.

''Ini baru permulaan Rena. Penderitaanmu belum berakhir. Aku pastikan kamu akan menangis saat melihat keluargamu mati kelaparan,'' ucap Alex sambil

memperlihatkan seringai jahatnya.

Renata memerosotkan tubuhnya, berlutut di kaki Alex. Satu-satunya cara yang harus ia lakukan hanya memohon. Renata akan melakukan apa pun agar bisa

mendapatkan uang untuk keluarganya.

''Tolong saya! Beri saja gaji selama saya menjadi pelayan di rumah ini. Saya akan melakukan apa pun yang Tuan Alex perintahkan,'' ucap Renata sambil

mendongkakkan kepalanya menatap Alex.

Alex senang melihat Renata berlutut di kakinya. Apalagi saat Renata bilang akan melakukan apa pun. Tentu Alex tidak akan menyia-nyiakan kesempatan

itu.

''Baik, aku akan memberimu gaji setiap bulannya asal kamu bisa bekerja dengan benar dan mampu memuaskan hasratku kapan pun aku menginginkanmu,'' kata Alex.

''Baik, Tuan.'' tanpa berpikir panjang Renata mengiyakan perkataan Alex.

''Bagus. Sekarang cepat kamu puaskan aku!'' pinta Alex.

''Disini?'' Renata menatap sekitar. Saat ini mereka berada di ruang keluarga dan pastinya ada pelayan yang sedang bekerja.

''Ayo ikut!'' Alex melangkah duluan menuju ke kamar tamu di ikuti Renata di belakangnya.

Sesampainya di kamar, Alex menyuruh Renata untuk memuaskannya. Alex senang melihat Renata yang begitu menurut. Renata terlihat seperti wanita malam yang haus akan sentuhan. Baru juga setengah permainan, terhenti karena ada yang mengetuk pintu kamar. Alex mengumpat karena kesenangannya di ganggu.

''Sial, siapa yang sudah berani menggangguku?'' Alex turun dari atas kasur dengan hanya menggunakan celana boxer. Alex menatap tajam Bi Marni yang berdiri di depan pintu. ''Ngapain Bibi datang kemari?''

''Maaf jika saya mengganggu, tetapi Non Laura sudah pulang dan tadi menanyakan Tuan Alex," ucap Bi Marni.

''Baiklah Bibi boleh pergi.'' Alex memberikan isyarat dengan tangannya.

''Saya permisi, Tuan." Bi Marni berlalu pergi.

Alex mendekati Renata yang sedang duduk di pinggir ranjang. ''Laura baru saja pulang. Kamu keluar setelah saya keluar. Saya tidak mau jika Laura curiga kepada kita.''

''Baik, Tuan,'' ucap Renata.

Selang beberapa menit Renata keluar dari kamar tamu. Berjalan mengendapendap karena takut ada yang melihatnya. Renata mengusap dadanya, merasa

lega saat tahu tidak ada siapa pun di sekitar sana.

....

....

Hari ini Renata sangat senang karena menerima gaji pertamanya. Niatnya uang itu akan di berikan kepada ibunya. Semoga saja cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Rena, kamu mau kemana?" Bi Marni mendekati Renata. "Tadi Tuan Alex mencari kamu."

"Aku mau izin pulang sebentar, Bi. Kebetulan sekali Rena juga mau menemui Tuan Alex. Ya sudah, Rena pamit dulu ya." Renata berjabat tangan dengan Bi

Marni.

Renata menghampiri Alex yang sedang duduk sendirian di ruang depan. "Permisi, Tuan. Tadi kata Bi Marni, Tuan mencari saya. Apa ada yang bisa saya

bantu?"

"Tolong kamu pijat kaki saya!" pinta Alex dengan tegas.

"Maaf, Tuan. Bukannya saya menolak perintah Tuan. Tetapi saya ingin minta izin pergi sebentar. Saya akan memberikan gaji pertama saya kepada ibu." Renata sedikit menunduk tak berani menatap Alex.

"Pijat saya dulu! Setelah itu baru boleh pergi," ucap Alex yang tak suka penolakan.

"Tapi saya .... "Renata menghentikan perkataannya saat melihat tatapan tajam Alex.

"Kamu menolak perintah saya?" Alex meninggikan nada bicaranya.

"Maaf, Tuan." Renata menghela napas, mendekati Alex lalu mulai memijat kakinya.

Hingga satu jam lamanya Renata memijat, tetapi Alex belum juga menyuruhnya berhenti. Alex memang sengaja mengerjai Renata. Melihat wajah kesalnya membuat Alex puas.

''Cukup! Kamu boleh pergi. Satu jam lagi kamu harus sudah berada disini,'' ucap Alex.

''Baik, Tuan. Terima kasih karena sudah mengizinkan saya.'' Renata tersenyum senang menatap Alex.

20 menit kemudian, Renata sampai juga di rumahnya. Bangunan yang sejak kecil ia tempati kini sudah hancur. Renata terdiam tak bergerak sedikit pun.

Terkejut melihat rumahnya yang kini sudah tak berbentuk.

Salah satu warga mendekati Renata dan menepuk pelan bahunya. ''Rena, ibu dan adik-adikmu tadi dibawa ke rumah sakit. Luka yang mereka alami cukup serius setelah tertimpa bangunan yang roboh

''Apa?'' Seketika tubuh Renata lemas. Bahkan kakinya tak mampu menopang tubuhnya. Renata memerosotkan tubuhnya dan tangisannya mulai pecah.

Tring tring

Wanita tadi mendengar ponselnya berdering. Ternyata yang menghubunginya dari pihak rumah sakit. Seketika tertegun saat mendengar informasi kematian

Bu Dewi dan kedua anaknya.

''Rena, tadi pihak rumah sakit menelepon dan memberitahukan bahwa .... ''Wanita itu menghentikan perkataannya karena tak tega melihat Renata sedih.

"Apa yang terjadi sama Ibu dan kedua adikku? Apa mereka baik-baik saja?" tanya Renata yang begitu khawatir.

"Mereka meninggal dunia," ucapnya.

Renata terdiam seolah sulit untuk berkata-kata. Bahkan pandangannya berkunang-kunang dan kini jatuh pingsan. Para warga yang berada di sekitar

sana membantu menggendong Renata, membawanya ke salah satu rumah tetangganya.

Beberapa menit kemudian Renata terbangun. Beranjak sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Renata mendudukkan diri di sofa sambil menatap ke sekitar. Banyak warga yang memakai pakaian serba putih.

"Dimana ibu dan adikku?" pertanyaan itu yang pertama kali keluar dari mulut Renata.

"Syukurlah kamu sudah sadar, Nak. Jenazah ibu dan adikmu sedang berada di perjalanan menuju kemari. Kamu yang kuat ya." ucap sang pemilik rumah yang

bernama Bu Sukma. Mengusap punggung Renata pelan, mencoba menguatkannya.

"Jadi ini bukan mimpi? Mereka benar meninggal?" Renata kembali terisak. Beban yang ia alami saat ini sangatlah berat. Jujur Renata belum sanggup kehilangan ibu dan kedua adiknya.

Bu Sukma terus mencoba menenangkan Renata. Gadis cantik yang biasa ceria itu kini terlihat begitu rapuh. Jika saja tahu akan kehilangan keluarganya

secepat ini, pasti Renata memilih berada di sisi mereka dan pergi diam-diam dari rumah Alex.

Bu Sukma mengambil ponsel Renata yang sejak tadi berdering. Memberikannya kepada Renata dan memberitahu jika ada yang menelepon. Renata hanya menatap sekilas layar ponselnya. Nama Alex

yang tertera disana dan Renata mencoba mengabaikannya. Saat ini ia hanya ingin fokus mengurus pemakaman ibu dan kedua adiknya.

'Maaf Tuan Alex, kali ini saya tidak ingin di ganggu dulu,' batin Renata sambil mematikan ponselnya.

Bab terkait

  • Derita diatas luka   Kembali ke rumah Alex

    Sudah tujuh hari ini Renata tinggal di rumah Bu Sukma sekaligus ikut tahlilan mendoakan ibu dan kedua adiknya. Alex pun membiarkan Renata tanpa mengusiknya karena masih berduka. Hari ini Renata memutuskan untuk kembali ke rumah Alex. Biar bagaimana pun ia masih terikat kontrak. "Bu, Rena pamit pulang dulu ya." Renata menjabat tangan Bu Sukma lalu mereka berpelukan. "Hati-hati, Nak. Jangan lupa sering berkunjung," ucapnya sambil mengusap pelan punggung Renata. Renata pergi dengan menaiki ojek. Beruntung jalanan tak macet sehingga ia bisa sampai lebih cepat. Tak lama ojek yang ia naiki sampai di depan gerbang kediaman Alex. Renata menghirup napasnya dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Jika saja tak terikat kontrak, Renata malas kembali ke rumah itu. "Tahu pulang juga kamu," sindir Alex yang kini sedang duduk di ruang keluarga. Renata tak menanggapi perkataan Alex. Ia berlalu begitu saja karena masih merasa kecewa dengannya. Alex yang melihat sikap berani Renata, tentu amarahnya me

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Derita diatas luka   Garis dua

    Beberapa minggu kemudian. Renata merasa mudah lelah dari biasanya. Saat bekerja pun sedikit tak bertenaga. Tetapi ia tetap memaksakan diri untuk melaksanakan pekerjaan. Biar bagaimana pun hidupnya tergantung dengan gaji bulanan yang ia dapat setiap bulannya. Walaupun sudah tak memiliki keluarga, setidaknya Renata berniat menabung untuk masa depan. Bi Marni menghampiri Renata yang sedang duduk di lantai. Terlihat sekali jika Renata sedang kelelahan. Bagaimana tidak, menyapu halaman sendirian tanpa ada yang membantu tentu itu tugas yang sulit. “Neng Rena istirahat saja ya, biar Mang Udin yang lanjutkan menyapu halaman. Lagian sebenarnya ini tuh tugas Mang Udin sebagai tukang kebun,” ucap Bi Marni yang merasa tak tega melihat Renata. “Tidak usah, Bi. Saya bisa sendiri kok. Lagian kalau nanti ketahuan Tuan Leon, saya bakal kena marah,” tolaknya. “Tidak akan kena marah, lagian Tuan Leon dan Non Laura sedang keluar,” ucap Bi Marni. “Syukurlah kalau mereka nggak di rumah, jadi saya dud

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Derita diatas luka   Ngidam

    Renata memandangi selembar kertas hasil pemeriksaannya di rumah sakit, beserta hasil USG di tangan satunya. Sungguh ia sudah tak sabar menunggu kelahiran buah hatinya. Seandainya suatu saat Alex menceraikannya, setidaknya ia masih memiliki seseorang yang paling berharga dalam hidupnya yaitu anak. Tring Notifikasi di ponselnya mengalihkah perhatiannya. Itu salah satu notifikasi pemberitahuan dari aplikasi miliknya jika saja ada berita terbaru. Renata mengambil ponselnya lalu melihat berita terbaru hari ini. Sebuah senyum keterpaksaan terlihat jelas di sudut bibirnya, saat melihat berita terhangat tentang pebisnis terkenal yang sedang mengadakan resepsi pernikahan mewah. Siapa lagi kalau bukan Alex Bimantara yang merupakan suaminya. Sebagai seorang pebisnis terkenal tentu pernikahan Alex dan Laura di sorot media. Tanpa semua orang ketahui bahwa di rumahnya ada seorang wanita yang juga istri Alex. Renata mencoba abai dengan semua pemberitaan itu. Semakin dia memikirkan tentu akan sema

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Derita diatas luka   Alex cemburu kepada Kenan

    Setelah dua hari tidak bertemu Renata, hari ini Kenan kembali berkunjung ke rumah Alex untuk menemuinya. Rindu yang ia rasakan begitu besar. Apalagi kalau malam tak bisa tidur karena terus memikirkannya. Kenan mengakui jika dirinya mencintai Renata, tanpa memandang statusnya yang hanya serang pembantu. Alex yang sedang berdiri di balkon kamarnya, melihat sebuah mobil yang menurutnya tak asing berhenti di halaman rumah. Ia melihat Kenan keluar dari mobil, tetapi ia tak berniat sama sekali untuk menyambut kedatangan sepupunya itu. Lima belas menit sudah setelah Kenan datang ke rumahnya, tetapi tidak ada pelayan yang memanggilnya untuk menemui Kenan. Alex memutuskan keluar dari kamarnya. Pandangannya menelisik mencari keberadaan Kenan, tetapi ia sama sekali tak melihatnya. ''Kemana dia,'' gumam Alex, lalu ia memanggil BI Ijah yang kebetulan sedang menyapu di ruang depan. ''Bi, apa Bibi melihat kenan?'' ''Tadi saya melihat Tuan Kenan pergi ke halaman belakang menghampiri Neng Renata y

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • Derita diatas luka   Terungkap

    Renata merasakan badannya sangat lemas. Namun, ia masih saja mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya berputar dan pandangannya menjadi gelap. Renata pingsan dan hendak terjatuh ke lantai. Untung saja ada Kenan yang baru datang. Ia memegangi Renata sehingga tak terjatuh ke lantai. "Rena, kenapa kamu bisa pingsan begini?" Kenan terlihat khawatir. Kenan memanggil Bi Marni dan izin akan membawa Renata ke rumah sakit. Ia takut terjadi sesuatu dengan pujaan hatinya. Untuk urusan Alex biar ia pikirkan belakangan. Kenan mengendari mobilnya dengan perasaan tak tenang. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat Renata yang ia baringkan disana. Untung saja jalanan tidak macet jadi ia bisa sampai ke rumah sakit dengan cepat. Kenan membopong Renata sambil berteriak memanggil dokter. Terlihat seorang perawat mengjampirinya sambil mendorong brankar pasien. Renata di tidurkan disana dan langsung dibawa ke ruang pemeriksaan. Kenan terlihat sangat cemas. Sejak tadi ia mondar-mandir

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Derita diatas luka   Pergi

    Laura yang baru pulang, terkejut melihat ruang keluarga begitu berantakan. Apalagi saat melihat suaminya sedang duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan berjalan legak-legok Laura mendekati suaminya. "Mas, apa yang terjadi? Kenapa berantakan sekali?" tanya Laura kesal. "Hanya sedikit emosi. Kamu sudah pulang, sayang? Katanya nggak akan pulang secepat ini?" Leon mengalihkan pembicaraannya. "Iya, Mas. Aku mau kasih surprise buat Mas Alex. Ini aku belikan jam tangan keluaran terbaru loh." Lalu Laura memberikan paper bag berukuran kecil kepada suaminya. "Terima kasih, sayang. Sebagai gantinya, bagaimana jika aku memberikan pelayanan untukmu." Alex mengedipkan sebelah matanya. Laura tahu arah pembicaraan suaminya. Namun, ia sedang tak ingin bercinta. Apalagi badannya begitu lelah. "Maaf, Mas. Tapi aku sedang datang bulan," ucapnya berbohong. "Loh kok datang bulan lagi sih, sayang?" Alex sedikit heran. "Iya, Mas. Mungkin karena banyak pikiran jadi datang bulanny

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Derita diatas luka   Tempat tinggal baru

    Renata merasa lebih tenang setelah tinggal di apartemen Kenan. Sore ini ia berniat memasak untuk Kenan, karena Kenan sempat berkata akan mengunjunginya. Renata yang baru keluar dari kamar, sama-samar mendengar suara seseorang yang sedang berteleponan. 📞’’Iya, Bi. Pasti aku akan menjaga Renata dengan baik karena aku mencintainya. Bibi tenang saja, aku akan memenuhi semua kebutuhannya,’’ ucap Kenan yang sedang berteleponan dengan Bi Marni. Renata merasa tak enak kepada Kenan. Jika Kenan menolongnya karena rasa cinta kepadanya, lalu bagaimana jika ia tak membalas perasaan itu? Akankah Kenan tetap menolongnya? Renata tahu, seseorang pasti akan menyerah jika perasaannya tak kunjung terbalas. Renata semakin tak enak kepada Kenan, apalagi ia yang memang tak mencintainya. ‘Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini. Aku tak mau merepotkan Tuan Kenan. Apalagi aku tak bisa membalas cintanya. Aku tak pantas bersanding dengannya,’ batin Renata. Renata melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Ia m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Derita diatas luka   Episode 12

    Selama tinggal di desa, Renata membantu Emak Susi berjualan dan ia mendapatkan upah uang 30 ribu rupih perharinya. Bagi orang desa, pendapatan segitu juga sudah lumayan. Tak pernah sedikitpun Renata mengeluh. Ia malah senang berada di lingkungan orang-orang baru yang menurutnya sangat baik. Mereka semua tahu jika saat ini Renata hamil, tetapi ia berpisah dengan suaminya. "Ternyata sangat melelahkan." Renata mengusap peluh yang menetes di keningnya. "Neng Rena, terima kasih ya sudah bantu emak berjualan. Kalau nggak ada Neng Rena biasanya emak kewalahan," ucap Emak Susi sambil mendudukkan diri di sebelah Renata. "Sama-sama, Bu. Rena senang kok kerja sama ibu," ucap Renata. "Mulai sekarang kamu panggil Emak saja ya jangan panggil ibu. Anggap saja Emak ini sebagai orangtua kamu sendiri." "Terima kasih Emak. Rena beruntung bisa bertemu sama Emak." Renata spontan memeluk Emak Susi. "Sama-sama, Neng. Kita itu memang harus saling membantu sesama. Emak senang Neng Rena bisa tinggal disin

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13

Bab terbaru

  • Derita diatas luka   Episode.16

    Alex sudah mendatangi rumah sakit tempat dokter kandungan yang sebelumnya memeriksa perkembangan kehamilan istrinya. Ternyata dokter tersebut sudah resign dan di gantikan dengan dokter baru. Saat keluar dari ruangan dokter kandungan, tak sengaja Alex berpapasan dengan suster yang akan masuk. "Tunggu, Sus. Apa sebelumnya Suster yang menjadi suster pendamping dokter Gio? Saya mau sedikit bertanya," ucap Alex. ."Boleh, Pak. Mau tanya apa?" "Apa Suster tahu salah satu pasien yang bernama Laura. Dia itu istri saya, dan katanya dulu selama pemeriksaan selalu ke dokter Gio," kata Alex. 'Jadi ini suaminya Bu Laura. Sayang sekali tampan gini istrinya nakal,' batin suster itu. "Benar, Pak. Memangnya kenapa ya? Oh iya apa istri bapak sudah melahirkan?" "Sudah, Sus. Maka dari itu saya bingung. Istri saya itu harusnya hamil baru tujuh bulan, tapi kata dokter yang menanganinya bersalin usia kandungan istri saya memang sudah sembilan bulan," ujar Alex dengan sedikit bingung. "Maaf, Pak. Sa

  • Derita diatas luka   Episode.15

    Alex yang hendak pulang, langsung berputar arah menuju ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari Bi Marni. Sesampainya di rumah sakit ia bertanya kepada satpam letak ruang persalinan. Dengan perasaan khawatir Alex pergi menuju ke ruang persalinan. Ia sungguh khawatir mendengar istrinya akan melahirkan di usia kandungannya yang masih tujuh bulan.''Bi, bagaimana keadaan istri saya?'' Alex mendekati BI Marni yang sedang duduk di depan ruang persalinan.''Ibu Laura baru akan melahirkan, Tuan,'' ucap Bi Marni.''Saya sebagai suaminya harusnya mendampinginya, Bi,'' ucap Alex lalu ia mendekati pintu ruangan itu. Baru juga ia akan membuka pintu, ia mendengar tangisan bayi.''Sepertinya anak Tuan sudah lahir,'' ucap Bi Marni.Alex berucap syukur atas kelahiran anaknya. Namun, ia sedikit kecewa karena anaknya lahir tanpa di temani olehnya. Pasalnya setiap ibu melahirkan pasti ditemani oleh suaminya. Bahkan ada yang anaknya tidak keluar juga jika belum ada ayahnya di samping ibunya.Tak lama

  • Derita diatas luka   Episode.14

    Tak terasa tinggal menghitung hari lagi Renata lahiran. Ia sudah tidak sabar menantikan hari itu. Hari dimana ia bertemu dengan anaknya yang amat ia cintai sejak dari dalam kandungan. Renata sedang duduk sendirian di depan rumah Emak Suci. Sesekali ia mengusap perut buncitnya yang tiba-tiba terasa sakit. Entah apa yang salah, padahal ia sama sekali tak salah makan. ''Kenapa dengan perutku? Kenapa sakit sekali?'' keluh Renata. ''Rena, kamu kenapa, Nak?'' tanya Emak Susi yang kebetulan baru pulang mengantarkan pesanan ke rumah tetangga. ''Perutku sakit sekali, Mak. Padahal Rena nggak makan sesuatu yang aneh,'' ucapnya sambil sedikit merintih. ''Mungkin kamu akan melahirkan, Nak.'' ''Tapi menurut bidan aku lahiran masih beberapa hari lagi, Mak,'' ucapnya. ''Bidan kan hanya manusia, prediksinya itu belum tentu benar. Lebih baik sekarang kita ke klinik saja. Kamu tunggu sebentar ya, Emak mau minta pertolongan tetangga untuk mengantarkan kita.'' Lalu Emak Susi pergi ke rumah tetangga

  • Derita diatas luka   Episode.13

    Alex memperlakukan Laura dengan penuh cinta. Apalagi mengingat ada calon anaknya. Ia sungguh bahagia. Bahkan ia sampai melupakan kepergian Renata. Berbeda dengan Laura yang sama sekali tak bahagia. Bahkan ia harus mencancel beberapa job untuk beberapa bulan ke depan. Sang manager pun dibuat marah karena Laura yang tiba-tiba vakum disaat namanya naik daun. Tetapi mau bagaimana lagi, setiap hari Laura selalu merasa mual dan mudah lelah. Jadi tak mungkin ia tetap bekerja. Prang Laura melempar vas bunga yang ada di kamarnya. Ia memukul-mukul perutnya yang masih rata. Aksi Laura terlihat oleh Alex yang kebetulan berdiri di depan pintu. "Apa yang kamu lakukan Laura? Bukankah kamu sudah depakat untuk menerima anak itu? Kenapa kamu malah menyakitinya?" Alex terlihat marah. "Gara-gara anak ini karierku hancur. Aku memang ingin memiliki anak tetapi tidak harus sekarang, Mas," keluh Laura. "Mungkin ini memang sudah takdirnya. Lagian bukankah kamu memakai KB? Jadi, kalau kecolongan ya nggak

  • Derita diatas luka   Episode 12

    Selama tinggal di desa, Renata membantu Emak Susi berjualan dan ia mendapatkan upah uang 30 ribu rupih perharinya. Bagi orang desa, pendapatan segitu juga sudah lumayan. Tak pernah sedikitpun Renata mengeluh. Ia malah senang berada di lingkungan orang-orang baru yang menurutnya sangat baik. Mereka semua tahu jika saat ini Renata hamil, tetapi ia berpisah dengan suaminya. "Ternyata sangat melelahkan." Renata mengusap peluh yang menetes di keningnya. "Neng Rena, terima kasih ya sudah bantu emak berjualan. Kalau nggak ada Neng Rena biasanya emak kewalahan," ucap Emak Susi sambil mendudukkan diri di sebelah Renata. "Sama-sama, Bu. Rena senang kok kerja sama ibu," ucap Renata. "Mulai sekarang kamu panggil Emak saja ya jangan panggil ibu. Anggap saja Emak ini sebagai orangtua kamu sendiri." "Terima kasih Emak. Rena beruntung bisa bertemu sama Emak." Renata spontan memeluk Emak Susi. "Sama-sama, Neng. Kita itu memang harus saling membantu sesama. Emak senang Neng Rena bisa tinggal disin

  • Derita diatas luka   Tempat tinggal baru

    Renata merasa lebih tenang setelah tinggal di apartemen Kenan. Sore ini ia berniat memasak untuk Kenan, karena Kenan sempat berkata akan mengunjunginya. Renata yang baru keluar dari kamar, sama-samar mendengar suara seseorang yang sedang berteleponan. 📞’’Iya, Bi. Pasti aku akan menjaga Renata dengan baik karena aku mencintainya. Bibi tenang saja, aku akan memenuhi semua kebutuhannya,’’ ucap Kenan yang sedang berteleponan dengan Bi Marni. Renata merasa tak enak kepada Kenan. Jika Kenan menolongnya karena rasa cinta kepadanya, lalu bagaimana jika ia tak membalas perasaan itu? Akankah Kenan tetap menolongnya? Renata tahu, seseorang pasti akan menyerah jika perasaannya tak kunjung terbalas. Renata semakin tak enak kepada Kenan, apalagi ia yang memang tak mencintainya. ‘Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini. Aku tak mau merepotkan Tuan Kenan. Apalagi aku tak bisa membalas cintanya. Aku tak pantas bersanding dengannya,’ batin Renata. Renata melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Ia m

  • Derita diatas luka   Pergi

    Laura yang baru pulang, terkejut melihat ruang keluarga begitu berantakan. Apalagi saat melihat suaminya sedang duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan berjalan legak-legok Laura mendekati suaminya. "Mas, apa yang terjadi? Kenapa berantakan sekali?" tanya Laura kesal. "Hanya sedikit emosi. Kamu sudah pulang, sayang? Katanya nggak akan pulang secepat ini?" Leon mengalihkan pembicaraannya. "Iya, Mas. Aku mau kasih surprise buat Mas Alex. Ini aku belikan jam tangan keluaran terbaru loh." Lalu Laura memberikan paper bag berukuran kecil kepada suaminya. "Terima kasih, sayang. Sebagai gantinya, bagaimana jika aku memberikan pelayanan untukmu." Alex mengedipkan sebelah matanya. Laura tahu arah pembicaraan suaminya. Namun, ia sedang tak ingin bercinta. Apalagi badannya begitu lelah. "Maaf, Mas. Tapi aku sedang datang bulan," ucapnya berbohong. "Loh kok datang bulan lagi sih, sayang?" Alex sedikit heran. "Iya, Mas. Mungkin karena banyak pikiran jadi datang bulanny

  • Derita diatas luka   Terungkap

    Renata merasakan badannya sangat lemas. Namun, ia masih saja mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba ia merasa kepalanya berputar dan pandangannya menjadi gelap. Renata pingsan dan hendak terjatuh ke lantai. Untung saja ada Kenan yang baru datang. Ia memegangi Renata sehingga tak terjatuh ke lantai. "Rena, kenapa kamu bisa pingsan begini?" Kenan terlihat khawatir. Kenan memanggil Bi Marni dan izin akan membawa Renata ke rumah sakit. Ia takut terjadi sesuatu dengan pujaan hatinya. Untuk urusan Alex biar ia pikirkan belakangan. Kenan mengendari mobilnya dengan perasaan tak tenang. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat Renata yang ia baringkan disana. Untung saja jalanan tidak macet jadi ia bisa sampai ke rumah sakit dengan cepat. Kenan membopong Renata sambil berteriak memanggil dokter. Terlihat seorang perawat mengjampirinya sambil mendorong brankar pasien. Renata di tidurkan disana dan langsung dibawa ke ruang pemeriksaan. Kenan terlihat sangat cemas. Sejak tadi ia mondar-mandir

  • Derita diatas luka   Alex cemburu kepada Kenan

    Setelah dua hari tidak bertemu Renata, hari ini Kenan kembali berkunjung ke rumah Alex untuk menemuinya. Rindu yang ia rasakan begitu besar. Apalagi kalau malam tak bisa tidur karena terus memikirkannya. Kenan mengakui jika dirinya mencintai Renata, tanpa memandang statusnya yang hanya serang pembantu. Alex yang sedang berdiri di balkon kamarnya, melihat sebuah mobil yang menurutnya tak asing berhenti di halaman rumah. Ia melihat Kenan keluar dari mobil, tetapi ia tak berniat sama sekali untuk menyambut kedatangan sepupunya itu. Lima belas menit sudah setelah Kenan datang ke rumahnya, tetapi tidak ada pelayan yang memanggilnya untuk menemui Kenan. Alex memutuskan keluar dari kamarnya. Pandangannya menelisik mencari keberadaan Kenan, tetapi ia sama sekali tak melihatnya. ''Kemana dia,'' gumam Alex, lalu ia memanggil BI Ijah yang kebetulan sedang menyapu di ruang depan. ''Bi, apa Bibi melihat kenan?'' ''Tadi saya melihat Tuan Kenan pergi ke halaman belakang menghampiri Neng Renata y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status